1-3 Tahun

Product Name
Dancow 1+ Imunutri

Bagaimana Cara Mengajari Anak Belajar Tanpa Emosi? Ini Triknya!

Published date

Bunda, sebagai orang tua pasti selalu menginginkan dan siap memberikan yang terbaik untuk Si Buah Hati. Termasuk saat mendidik dan mengajarkan hal baru kepada anak. Saat anak dapat memahami dengan cepat atau menuruti perintah orang tua dengan baik, pasti Bunda merasa senang dan bangga.

Namun terkadang, ada saat di mana proses mendidik anak tidak berjalan lancar. Entah karena Si Buah Hati yang sulit memahami atau orang tua yang kehabisan kesabaran hingga berujung emosi. Padahal, selalu ada cara mendidik anak tanpa emosi. Bagaimana triknya? Yuk, simak bersama, Bunda!

Dampak Emosi Orang Tua Terhadap Anak

Bunda, sebagai manusia, tentu kita akan selalu dipenuhi dengan perasaan emosi. Tidak hanya emosi negatif seperti amarah, namun juga emosi positif, seperti bahagia dan kasih sayang.

Bila orang tua mendidik anak dengan emosi positif, seperti keceriaan dan kasih sayang tentu bukanlah sebuah masalah. Namun, jika yang meluap adalah emosi negatif, seperti rasa kesal dan amarah, sebaiknya Bunda berhenti sejenak.

Mengapa orang tua tidak boleh sampai meluapkan emosi negatif dalam mendidik anak? Karena dampak emosi ini terhadap anak bisa sangat buruk. 

Yuk kita bedah lebih lanjut tentang emosi negatif ini

Amarah Bunda bisa membuat Si Buah Hati menyalahkan dirinya sendiri. Anak mungkin akan menjadi stres dan itu dapat berdampak pada perkembangan otaknya. Selain itu, jika anak kerap mendapat perlakukan emosi negatif dari orang di sekelilingnya, ia akan tumbuh dengan risiko penyakit mental di kemudian hari.

Jika anak mendapat kekerasan verbal dari orang tua yang emosi, ia dapat berpikir bahwa hal itu adalah kesalahannya dan membuat anak kehilangan rasa percaya diri. Lebih buruknya, tumbuh perasaan tidak berharga di dalam diri anak.

Anak juga dapat merespon emosi negatif orang tua dengan perilaku negatif lainnya, seperti bertindak kasar dan agresif. Si Buah Hati juga bisa jatuh sakit, menarik diri dari orang lain, dan sulit tidur.

Dampak lebih buruk bisa dialami anak, apabila emosi orang tua sudah mengarah pada kekerasan fisik. Anak bisa merasa terguncang, cedera, cacat, bahkan meninggal.

Bahkan jika anak selamat dari kekerasan fisik di keluarga, ia bisa menjadi antisosial, agresif, merasa rendah diri, mengalami gangguan mental, atau terjebak dalam hubungan negatif.

Tips Cara Mendidik Anak Tanpa Emosi yang Negatif

Merasa kesal atau marah terhadap anak terkadang memang tidak dapat dihindari. Namun setelah mengetahui dampak buruk emosi negatif terhadap anak, maka tidak ada cara selain Bunda harus meregulasi emosi dan berusaha mendidik anak tanpa emosi negatif ini.

Berikut beberapa tips cara mendidik anak tanpa emosi negatif:

1. Kenali tanda-tanda munculnya emosi

Saat emosi mulai meluap, tubuh kita akan menunjukkan tanda-tanda tertentu, seperti detak jantung lebih cepat, perut bergejolak, otot terasa tegang, napas makin cepat, wajah berkeringat, rahang mengatup, telapak tangan mengepal, bahu tegang, suara meninggi, dan bicara semakin cepat.

Bila tanda-tanda emosi itu muncul, kenali dan segera berhenti untuk mencegah emosi meluap. Ini bisa menjadi cara agar tidak emosi saat mendidik anak.

2. Luangkan waktu berbicara dengan anak

Membangun hubungan baik dengan anak salah satunya bisa dilakukan dengan rutin meluangkan waktu bersama Si Buah Hati. Jauhkan hal yang bisa mendistraksi seperti ponsel atau layar televisi dan ajak anak berbicara dari hati ke hati. Posisikan tubuh Bunda hingga setinggi anak dan kedua mata sejajar.

3. Ingat hal positif dari anak

Tips mendidik anak tanpa emosi selanjutnya, ingatlah hal positif dari anak. Terkadang orang tua lebih mengingat kesalahan atau kelakuan buruk dari anak dibandingkan kebaikannya. Mulai sekarang, cobalah untuk membuang pikiran buruk tentang anak dan lebih fokus pada kebaikan Si Buah Hati. Jangan ragu untuk memberikan pujian saat anak melakukan hal positif.

Baca Juga: Cara Meningkatkan Sistem Imun dari Flu 

4. Buat ekspektasi yang jelas

Tak jarang emosi muncul saat harapan orang tua tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Untuk itu, mulailah membuat batasan ekspektasi yang jelas. Alih-alih melarang agar tidak berbuat kesalahan, cobalah mengungkapkan apa yang Bunda ingin Si Buah Hati lakukan. Hentikan berkata, "Jangan membuang-buang makanan" dan mulai berkata, "Habiskan makanannya ya" dengan lembut.

5. Jadilah contoh yang baik untuk anak

Berikan contoh bahwa Bunda bisa mengendalikan emosi saat merasa marah pada anak. Saat tiba-tiba Bunda merasa kesal karena anak, biarkan Si Buah Hati tahu bahwa Bunda sedang merasa kesal dan sedang mencoba untuk mengatasinya. Ini akan mengajarkan anak bahwa tidak apa-apa merasa marah, namun yang lebih penting adalah bagaimana bisa mengendalikannya.

6. Tetap berpikir logis

Emosi sering kali membuat kita tidak bisa berpikir menggunakan logika. Cobalah untuk tetap tenang dan jangan biarkan pikiran turut dikendalikan emosi. Jadilah orang dewasa di hadapan anak-anak. Saat merasa kesal pada anak, biasanya anak tidak secara sengaja membuat orang tua marah sehingga sebagai orang tua seharusnya tidak mudah terbawa emosi karena tingkah anak-anak.

7. Gunakan konsekuensi yang tenang

Ketika anak berbuat hal buruk yang sampai membuat orang tua kesal, cobalah untuk memberikan konsekuensi yang tenang dan bukan berupa kekerasan atau kemarahan. Jelaskan kepada anak bahwa tindakannya bisa berakibat pada hal yang buruk, baik kepada dirinya maupun orang lain sehingga anak dapat belajar dari kesalahannya dan mengajarkan anak tentang tanggung jawab.

Itulah beberapa tips untuk cara mendidik anak tanpa emosi yang negatif. Ingatlah selalu bahwa emosi negatif dalam mendidik anak hanya akan membawa dampak buruk, tidak hanya kepada anak tetapi juga orang tua.

Selain itu, jangan lupa untuk pastikan kebutuhan gizi Si Buah Hati terpenuhi. Bunda bisa memberi Si Buah Hati susu pertumbuhan, seperti susu DANCOW 1+ Imunutri yang diformulasi khusus untuk anak usia 1-3 tahun.

Susu DANCOW 1+ Imunutri tinggi vitamin A, C, D, dan E. Juga mineral selenium, zink, tembaga, dan kalsium. Susu Dancow 1+ juga tinggi protein dan mengandung DHA, Omega 3 dan 6, serta zat besi untuk dukung perkembangan kognitif si Buah Hati.

Image Article
cara mendidik anak tanpa emosi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Mendidik Anak Usia 2 Tahun Agar Cerdas. Yuk, Simak!

Published date

Setiap orang tua pasti bangga memiliki anak yang cerdas. Dalam hal ini, orang tua memiliki peranan penting untuk mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan maksimal.

Dukungan orang tua sangat penting selama masa pertumbuhan Si Buah Hati, termasuk dalam mendidik anak agar mempunyai pemikiran yang cerdas di usia 2 tahun.

Lantas, bagaimanakah cara mendidik anak usia 2 tahun agar cerdas sejak dini? Hal apa saja yang perlu Bunda ajarkan sejak dini kepada Si Buah Hati?

Perkembangan Kecerdasan Anak Usia 2 Tahun

Sel-sel otak terbentuk sejak bayi masih janin, yakni sejak usia kandungan 3-4 bulan. Kemudian jumlah sel otak akan bertambah dengan cepat hingga mencapai miliaran sel saat anak berusia 3 tahun.

Sejak sebelum dilahirkan hingga berusia 4 tahun, otak anak tumbuh secara eksplosif. Usai dilahirkan, otak anak terus bertumbuh dan akan mencapai 90 persen ukuran dewasa bahkan sebelum Si Buah Hati menginjak usia prasekolah. Periode perkembangan otak ini pun menjadi kesempatan ideal anak untuk belajar.

Di usia 2 tahun, kemampuan belajar anak terus meningkat. Si Buah Hati semakin memahami bahasa, tindakan, juga konsep. Anak juga mulai dapat memikirkan dan menemukan cara mengatasi masalah tanpa memanipulasi objek secara fisik.

Menurut penelitian, kecerdasan anak berasal dari genetik dan faktor lainnya, termasuk lingkungan anak. Faktor yang bisa dikontrol oleh orang tua ini memiliki peranan penting dalam perkembangan kecerdasan anak.

Karenanya, alih-alih menggunakan cara mengajar yang serius dan membuat anak mudah bosan, Bunda bisa mencoba cara mendidik anak biar cerdas yang seru, salah satunya bermain.

Tips Cara Mendidik Anak Usia 2 Tahun Agar Cerdas

Berikut ini beberapa tips mendidik anak agar cerdas dengan cara menyenangkan yang bisa Bunda praktikkan di rumah.

1. Menjadi contoh yang baik

Orang tua perlu memenuhi kebutuhan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman kepada anak, selain itu juga perlu menumbuhkan sikap saling menghargai, toleransi, kerja sama, dan tanggung jawab. Orang tua juga harus mengajarkan cara menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan secara bijak.

Tak hanya itu, orang tua juga bisa mencontohkan cara mengelola emosi dengan baik, karena anak akan melihat dan belajar dari orang tuanya dalam menyalurkan emosi.

2. Ajak anak membaca buku

Anak perlu distimulasi sejak dini untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya. Salah satu cara mendidik anak biar cerdas bisa dilakukan dengan sering membacakan buku untuk Si Buah Hati sejak dini.

Membaca akan membantu anak mengembangkan keterampilan berbahasa dan mendengarkan, membangun kosa kata, serta meningkatkan keterampilan kognitif.

Sebuah penelitian menunjukkan adanya hubungan antara membaca dan kecerdasan. Membaca bisa membuat anak menjadi lebih pintar.

3. Bermain

Cara mendidik anak usia dini agar cerdas selanjutnya bisa dilakukan dengan bermain. Bermain akan mendukung perkembangan kognitif, keterampilan, sosial, dan emosional anak.

Cara mendidik anak usia 2 tahun agar cerdas dalam berbahasa verbal, Bunda bisa mengajak Si Buah Hati bercakap-cakap atau bernyanyi lagu anak-anak.

Selain itu, bisa dengan bermain angka, menghitung mainan, merangkai sesuatu, atau mengelompokkan benda.

Anak yang memiliki potensi bawaan berbagai kecerdasan dan dirangsang terus-menerus sejak dini dengan cara menyenangkan dan bervariasi, akan membuatnya memiliki beragam kecerdasan.

4. Melakukan aktivitas fisik

Mendidik anak agar cerdas juga bisa dilakukan dengan membuatnya tetap aktif. Balita disarankan tetap aktif secara fisik setiap hari minimal 180 menit. Bunda bisa mengajak Si Buah Hati bermain melompat, berlari, bersepeda, bermain air, kejar-kejaran, atau bermain bola.

Selain melatih tubuh dan pikiran, aktivitas fisik bisa membantu anak mengurangi risiko obesitas dan penyakit tidak menular lainnya di kemudian hari. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak Si Buah Hati berusia dini akan membentuk gaya hidup aktif saat beranjak dewasa.

5. Memberikan rasa percaya

Untuk bisa meningkatkan kepercayaan diri dan perkembangan otak anak, orang tua bisa menaruh rasa percaya penuh kepada anak. Kecerdasan dan kreativitas akan tumbuh saat dirinya merasa dicintai dan dipercaya.

Bunda bisa memberikan rasa percaya bahwa anak akan berhasil. Kreativitas dan kecerdasan anak akan berkembang apabila orang tua bisa mendengarkan dan menghargai pendapat anak, serta mendorong anak berani mengungkapkannya.

Baca Juga: Cara Meningkatkan Sistem Imun Anak

6. Bermain di luar rumah

Mempelajari alat musik bermanfaat meningkatkan otak dan secara langsung meningkatkan keterampilan matematika dan spasial anak. Penelitian juga menunjukkan kaitan bermain alat musik dengan peningkatan fungsi otak.

7. Rutinitas waktu tidur yang baik

Tidur yang cukup memberikan peran penting dalam perkembangan kognitif anak. Hasil penelitian menunjukkan korelasi antara kecerdasan dan rutinitas tidur. Pastikan Si Buah Hati memperoleh waktu tidur yang disarankan untuk anak berusia 2 tahun yakni 10-13 jam per hari.

8. Nutrisi yang cukup

Kecerdasan memiliki kaitan erat dengan ketercukupan kebutuhan gizi. Makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh turut mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Ada beberapa gizi penting yang secara spesifik mendukung pertumbuhan otak dan perkembangan kecerdasan anak, seperti asam lemak omega 3 dan 6, vitamin D, DHA, dan zat besi.

Karenanya, Bunda bisa memberikan makanan yang mengandung gizi penting di atas kepada Si Buah Hati yang berusia 2 tahun agar tumbuh cerdas.

Selain asupan makanan minuman sehari-hari, Bunda juga bisa memberi Si Buah Hati susu pertumbuhan, seperti susu DANCOW 3+ Imunutri yang diformulasi khusus untuk Anak Indonesia.

Susu DANCOW 3+ Imunutri mengandung DHA, Omega 3 dan 6. DHA mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak anak, juga untuk perkembangan mata dan kognitif yang optimal. Selain itu, Dancow 3+ Imunutri memiliki kandungan vitamin A, C, E, zink, tembaga, dan selenium yang dibutuhkan Si Buah Hati.

Demikian ulasan seputar cara mendidik anak usia 2 tahun agar cerdas serta tips dan penjelasannya. Jangan lupa juga untuk memenuhi kebutuhan gizi harian Si Buah Hati dengan susu DANCOW 3+ Imunutri.

Image Article
cara mendidik anak usia 2 tahun agar cerdas
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tipe Pola Asuh Anak Usia 2-3 Tahun yang Perlu Bunda Ketahui

Published date

Memasuki usia toddler, anak mulai semakin aktif bergerak. Si Buah Hati biasanya sudah bisa berjalan dan menjangkau lebih banyak tempat. Anak selalu bergerak seolah tak pernah lelah. Selain aktif dan penuh rasa ingin tahu, anak balita usia 2-3 tahun juga bisa menjadi sangat emosional.

Saat Si Buah Hati terus tumbuh dan berkembang, kebutuhan dan aktivitasnya pun ikut berubah. Karena itu, Bunda perlu menerapkan pola asuh anak usia 2-3 tahun yang tepat karena ini merupakan usia kritis bagi perkembangannya.

Pada masa ini, Si Buah Hati akan mengalami perkembangan pesat dalam berbagai aspek, mulai dari fisik, motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Tipe pola asuh anak usia dini yang tepat dapat membantunya tumbuh dan berkembang secara optimal. 

Memahami Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun

Sebelum membahas tentang pola asuh anak usia 2-3 tahun, perlu Bunda pahami bahwa di masa ini anak mengalami perkembangan dalam berbagai aspek. Untuk lebih jelasnya, berikut ini perkembangan anak di usia 2-3 tahun yang perlu Bunda ketahui:

1. Perkembangan fisik

  • Menendang bola
  • Berjalan
  • Menaiki beberapa anak tangga dengan atau tanpa bantuan
  • Makan dengan sendok
  • Memanjat sesuatu.

2. Perkembangan otak

  • Mulai mengurutkan bentuk dan warna
  • Dapat menemukan hal-hal yang tersembunyi di bawah banyak lapisan
  • Melengkapi kalimat di buku yang sudah dikenal
  • Memainkan permainan khayalan sederhana
  • Membangun menara dengan empat blok atau lebih
  • Dapat mengikuti instruksi dua langkah
  • Mungkin mulai mengembangkan tangan dominan

3. Milestone kognitif

  • Memegang sesuatu di satu tangan sambil menggunakan tangan lainnya.
  • Mencoba menggunakan saklar atau tombol pada kamera mainan
  • Bermain dengan lebih dari satu mainan pada saat bersama, seperti meletakkan makanan mainan pada piring mainan

4. Milestone bahasa atau komunikasi

  • Bisa mengucapkan dua kata atau lebih seperti, “Mau susu”
  • Memahami pertanyaan yang dilontarkan Bunda, misalnya saat Bunda sedang membacakan buku kemudian bertanya, “Di mana ya beruangnya?”
  • Mampu menunjukkan setidaknya dua bagian tubuh
  • Menggunakan lebih banyak isyarat selain melambaikan tangan dan menunjuk. Misalnya, memberi ciuman atau mengangguk

5. Milestone sosial emosional

Di usia 2-3 tahun, Si Buah Hati akan mulai mengalami banyak emosi dan belajar tentang perasaan orang lain. Tantrum di usia ini adalah hal yang biasa terjadi karena anak tidak selalu bisa mengkomunikasikan perasaan atau hal yang diinginkan.

Anak masih belum bisa selalu mengungkapkan emosi yang kuat seperti frustasi, marah, malu, atau perasaan bersalah.

Si Buah Hati juga mulai memahami bagaimana perilakunya memengaruhi Bunda, maupun sebaliknya.

Anak mungkin tidak akan lagi terlalu kesal saat ditinggalkan orang tua sejenak, namun akan tetap ingin mendapat banyak perhatian. Anak mungkin menempel pada Bunda di saat merasa lelah, ketakutan, atau hanya ingin dipeluk. 

Baca Juga: Cara Meningkatkan Sistem Imun Anak dari Flu

Tipe Pola Asuh Anak 2-3 Tahun dan Dampaknya

Bunda, dalam memilih pola asuh anak 2 tahun harus benar-benar diperhatikan. Karena, tipe atau jenis pola asuh anak usia dini dapat mempengaruhi segalanya, mulai dari harga diri anak hingga prestasi akademisnya.

Untuk itu, penting bagi Bunda memastikan gaya pengasuhan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang sehat. Karena cara orang tua berinteraksi dengan Si Buah Hati dan bagaimana cara mendisiplinkan anak akan berpengaruh di sepanjang sisa hidupnya.

Para peneliti telah mengidentifikasi empat tipe utama gaya pengasuhan yang mengambil pendekatan unik dalam membesarkan anak, yakni otoriter, otoritatif, permisif, dan tidak terlibat.

1. Otoriter

Orang tua dengan gaya otoriter memiliki ekspektasi yang sangat tinggi terhadap anak-anaknya, namun hanya memberikan sedikit masukan dan pengasuhan. Orang tua tidak menjelaskan alasan mengapa mereka menerapkan peraturan ketat dan menegur anak jika mempertanyakan peraturan yang telah mereka buat.

Saat anak melakukan kesalahan, cenderung dihukum dengan keras dan umpan balik yang diberikan negatif.

Hasil yang diharapkan dari orang tua dengan pola asuh ini agar anak disiplin, penurut, dan menjadi yang terbaik dalam kehidupannya. Namun, sayangnya orang tua yang bersikap terlalu keras pada anak bisa berdampak pada perilaku atau mental anak di masa depan.

2. Otoritatif

Pola asuh otoritatif atau demokratis adalah pola asuh yang dilakukan dengan mendukung keinginan anak, tetapi tetap memberi batasan yang tegas. Orang tua membentuk sikap anak dengan menjalankan peraturan namun tetap memberi ruang berdiskusi untuk bertukar pikiran dengan Si Buah Hati.

3. Permisif

Pola asuh berikutnya yakni, pola asuh permisif. Jenis pola asuh ini berkebalikan dengan pola asuh otoriter. Orang tua dengan pola asuh permisif sangat penyayang, tetapi juga hanya memberikan  aturan, jarang mendisiplinkan anak.

Orang tua permisif tidak menuntut anak untuk berperilaku dewasa dan lebih menempatkan dirinya seperti seorang teman dibandingkan sosok orang tua.

Dampak pola asuh ini anak bisa memiliki prestasi rendah di banyak bidang karena orang tua tidak pernah berekspektasi sehingga anak-anak tidak punya hal yang diperjuangkan. Selain itu, anak juga bisa membuat keputusan buruk, lebih agresif, dan kurang pengertian.

4. Tidak terlibat

Pola asuh yang tidak terlibat terkadang disebut sebagai pola asuh yang mengabaikan. 

Orang tua tidak memberikan banyak tuntutan dan sering bersikap tak acuh, meremehkan, bahkan mengabaikan.

Cara Mendisiplinkan Anak Usia 2-3 tahun

Kita perlu mengkombinasikan tipe-tipe parenting. Metode pendisiplinan di masa lalu umumnya hukuman fisik seperti memukul. Saat ini, banyak orang tua lebih memilih menggunakan metode yang lebih lembut dan positif untuk mendisiplinkan anak.

Para ahli mengatakan, metode ini tepat karena metode disiplin, lebih lembut, dan positif berdampak efektif untuk balita. Selain itu, metode ini membantu orang tua dan anak dalam hal emosi, komunikasi, dan harga diri.

Banyak pakar pengasuhan anak menyebut, cara terbaik mendisiplinkan anak 2-3 tahun adalah dengan mulai menetapkan aturan untuk melindungi Si Buah Hati.

Hal ini termasuk menghentikan Si Buah Hati dari perilaku agresif seperti memukul, berbahaya seperti lari ke arah jalan, dan hal tidak pantas seperti membuang makanan. 

Mendisiplinkan balita juga berarti menindaklanjuti konsekuensi ketika anak melanggar peraturan.

Untuk memaksimalkan proses belajar anak, Bunda bisa memberikan Si Buah Hati camilan atau minuman bergizi seperti susu DANCOW 1+ Imunutri, yang diformulasikan khusus untuk anak usia 1-3 tahun.

DANCOW 1+ Imunutri kaya akan vitamin A, C, D, E dan tinggi protein dan kalsium. Juga dilengkapi dengan DHA, Omega 3 dan 6, serta zat besi yang bantu optimalkan proses belajar Si Buah Hati.

Demikian Bunda, informasi seputar pola asuh anak di usia dini. Dengan memilih pola asuh anak usia 2-3 tahun yang tepat, diharapkan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, tidak hanya secara fisik namun juga mental.

Image Article
Tipe Pola Asuh Anak Usia 2-3 Tahun yang Perlu Bunda Ketahui
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Perlukah Asupan Tinggi Protein untuk Si Buah Hati?

Published date

Bunda, apakah Si Buah Hati kurang suka makan daging, ikan, atau tempe yang merupakan sumber protein? Ketercukupan protein bagi anak-anak sering kali menjadi perhatian orang tua, khususnya ketika Si Buah Hati adalah picky eater.

Namun, Bunda tidak perlu risau. Ada banyak sumber protein dalam berbagai bentuk makanan yang bisa diolah menjadi menu pilihan. Bahkan, ada juga susu yang tinggi protein dan bisa mendukung kebutuhan protein Si Buah Hati.

Susu yang memiliki protein tinggi bisa menjadi pilihan Bunda untuk menjaga kebutuhan protein Si Buah Hati tetap terpenuhi karena susu cenderung mudah dikonsumsi dan disukai anak-anak.

Manfaat Protein Bagi Tubuh

Seperti diketahui, protein merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan untuk membangun jaringan tubuh, termasuk otot, tulang, dan organ vital. Bahkan, bahan penyusun protein, yang dikenal sebagai asam amino, menyusun hampir setiap sel dalam tubuh.

Protein juga berguna dalam pengangkutan molekul lain ke seluruh tubuh. Protein khusus bertindak sebagai antibodi yang melawan penyakit dan berfungsi sebagai pembawa pesan dalam berbagai fungsi biologis.

Selain itu, protein menjadi zat yang lebih lama dicerna tubuh ketimbang karbohidrat sehingga menjaga kadar gula darah lebih stabil.

Dampak kekurangan protein dapat menghambat pertumbuhan anak. Selain itu, beberapa kasus kekurangan protein menunjukkan adanya peningkatan nafsu makan berlebihan yang dapat memicu obesitas.

Kebutuhan Protein Anak Usia 1-3 Tahun

Bunda, anak usia 1-3 tahun biasanya sedang aktif-aktifnya mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya. Oleh karenanya, mereka membutuhkan energi yang cukup untuk mendukung aktivitas fisiknya. Energi tersebut salah satunya bisa didapat dari protein.

Lalu, berapa banyak asupan protein yang dibutuhkan anak usia 1-3 tahun? Menurut Peraturan Menkes Nomor 28 Tahun 2019, angka kecukupan gizi protein yang dianjurkan untuk anak usia 1-3 tahun adalah 20 gram per hari.

Jika Si Buah Hati masih mendapatkan ASI, kebutuhan protein dari makanan padat relatif lebih sedikit. Namun, anak pada usia 1-3 tahun tentu sudah harus mendapatkan makanan solid sebagai sumber gizinya.

Beberapa sumber protein yang dapat Bunda gunakan untuk memenuhi kebutuhan harian Si Buah Hati, yakni satu butir telur atau 4 sendok makan daging giling tanpa lemak. Sumber protein lainnya adalah susu sapi, juga keju.

Susu bisa menjadi salah satu sumber protein yang mudah dikonsumsi anak dan mengandung kadar protein yang tinggi, yakni sekitar 8 gram protein dalam setiap gelas susu.

Lalu, susu apa yang tinggi protein? Bunda bisa memberikan susu sapi setiap hari dan susu rendah lemak atau tanpa lemak untuk anak usia di atas 2 tahun. Susu sapi merupakan jenis protein hewani yang mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh.

Baca Juga: Manfaat Susu DANCOW 1+ untuk Pertumbuhan Anak

Manfaat Konsumsi Susu yang Tinggi Protein

Susu tinggi protein merupakan salah satu sumber pangan yang mudah didapatkan, aman, dan berguna mencukupi kebutuhan protein harian.

Konsumsi susu tinggi protein, khususnya pada anak usia usia 1-3 tahun, dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:

1. Pertumbuhan yang Optimal

Sebagai bahan dasar pembentukan jaringan tubuh, termasuk otot dan tulang, protein dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Saat dewasa, tingginya konsumsi susu dan produk susu dikaitkan dengan massa otot tubuh yang lebih besar dan kinerja fisik yang lebih baik. Susu juga terbukti meningkatkan perbaikan otot pada atlet.

2. Penguatan Sistem Imun

Produk olahan susu, termasuk susu yang tinggi protein, berperan penting dalam membangun sistem kekebalan tubuh. 

Selain protein, susu juga mengandung vitamin D yang menjadi salah satu nutrisi yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.

3. Energi untuk Aktivitas Fisik

Susu yang tinggi protein dapat memberikan energi yang cukup untuk mendukung aktivitas sehari-hari.

Meskipun karbohidrat merupakan nutrisi utama dalam penyuplai energi, protein juga dapat menjadi sumber energi jika tubuh tidak menerima cukup nutrisi dari makanan, sumber lemak akan habis, dan glukosa tidak tersedia.

Walaupun protein bukan sumber energi langsung, dalam banyak kasus protein dapat membantu meningkatkan energi dengan menyediakan asam amino yang diperlukan tubuh agar dapat berfungsi dengan baik.

4. Mendukung Kesehatan Tulang

Protein dapat berdampak positif pada kesehatan tulang dengan meningkatkan massa otot, meningkatkan penyerapan kalsium, menekan hormon paratiroid, dan meningkatkan produksi faktor pertumbuhan, seperti insulin IGF-1.

Selain mengandung protein, susu juga memiliki kalsium dan vitamin D yang penting untuk kesehatan tulang. Kalsium adalah mineral yang dibutuhkan untuk membangun dan menjaga kekuatan tulang, sedangkan vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium.

5. Melindungi Kesehatan Kognitif dan Fungsi Otak 

Asupan protein yang cukup dapat membantu melindungi kesehatan kognitif. Para peneliti menemukan, konsumsi protein, terutama dari sumber nabati, dikaitkan dengan berkurangnya risiko penurunan kognitif.

Penelitian tersebut menyoroti potensi manfaat kognitif dari makanan kaya protein, terutama makanan nabati.

Meskipun belum ada studi yang menyatakan hubungan kausalitas asupan protein dapat melindungi otak dari penurunan fungsi kognitif, protein diketahui menjadi penyusun sel tubuh, termasuk produksi bahan kimia penting di otak.

Melihat pentingnya peran protein bagi tubuh, tentu Bunda tidak ingin Si Buah Hati mengalami kekurangan gizi ini. Selain dari asupan makanan sehari-hari, Bunda bisa lho, memberikan Si Buah Hati susu pertumbuhan yang tinggi protein, seperti susu DANCOW 1+ Imunutri.

Susu DANCOW 1+ Imunutri diformulasikan untuk anak usia 1-3 tahun. Memiliki kandungan tinggi vitamin A, C, D, dan E. Juga mineral selenium, zink, tembaga, dan kalsium. Susu Dancow 1+ tinggi protein dan mengandung DHA, Omega 3 dan 6, serta zat besi.

Bunda, susu sangat penting dalam menu sehari-hari Si Buah Hati. Dengan susu yang tinggi protein, Bunda dapat membantu mencukupi kebutuhan protein Si Buah Hati dengan aman, mudah, dan mendukung tumbuh kembangnya.

Image Article
Perlukah Konsumsi yang Tinggi Protein?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Manfaat Konsumsi Susu Tinggi Zat Besi untuk Si Buah Hati

Published date

Pentingkah susu tinggi zat besi untuk tumbuh kembang anak? Seperti yang kita tahu, masa kanak-kanak adalah periode penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Di masa ini, asupan nutrisi yang tepat menjadi kunci pertumbuhan optimalnya. Salah satu nutrisi penting yang tak boleh dilewatkan adalah zat besi.

Zat besi berperan penting dalam membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Selain itu, zat besi juga membantu otot menyimpan dan menggunakan oksigen.

Anak yang kekurangan zat besi dapat terganggu imunitas nya, dan kemungkinan mengalami infeksi menjadi lebih sering  seperti infeksi pernafasan dan diare. Akibat lebih sering mengalami infeksi, berat badan anak menjadi terganggu. Akhirnya, semua efek ini akan mengganggu perkembangannya.

Pentingnya Asupan Zat Besi untuk Anak 1-3 Tahun

Zat besi sangat penting untuk pertumbuhan pesat balita. Itu sebabnya penting memastikan asupan  makanan dan susu tinggi zat besi untuk anak.

Kekurangan zat besi dapat menghambat kemampuan anak untuk beraktivitas dengan baik. Sayangnya, kebanyakan gejala kekurangan zat besi pada anak baru muncul ketika sudah mengalami anemia defisiensi besi.

Dampak kekurangan zat besi pada anak biasanya muncul secara perlahan hingga banyak orang tua tidak menyadarinya. Ketika semakin memburuk, gejala menjadi lebih terlihat seperti anak menjadi pucat dan lemah, makan lebih sedikit, dan mudah lelah.

Kekurangan zat besi pada anak juga bisa mengakibatkan defisit kognitif permanen yang terkait gangguan struktural dan metabolisme pada sistem saraf pusat, gangguan metabolisme, keterbelakangan pertumbuhan, gangguan respon imun, kelainan psikologis, dan keterlambatan perkembangan perilaku.

Saat asupan zat besinya tidak mencukupi, biasanya akan akan menunjukan gejala berikut:

  • Pertambahan berat badan yang lambat.

  • Kulit pucat.

  • Tidak nafsu makan.

  • Mudah rewel.

Anak yang kekurangan zat besi mungkin kurang aktif secara fisik dan perkembangannya mungkin lebih lambat. Jika dibiarkan hingga dewasa, hal ini akan mempengaruhi prestasi anak di sekolah, menyebabkan masalah konsentrasi, rentang perhatian yang lebih pendek, dan kinerja akademis yang buruk.

Berapakah Kebutuhan Zat Besi Anak Usia 1-3 Tahun?

Semua anak membutuhkan zat besi. Gizi ini penting pada semua tahap perkembangan anak. Bayi yang hanya diberi ASI, susu formula saja, atau campuran ASI dan susu formula memiliki kebutuhan zat besi yang berbeda.

Kebutuhan harian anak akan zat besi berbeda-beda juga tergantung usia. Untuk anak usia 1 hingga 3 tahun, disarankan untuk mengonsumsi 7 mg zat besi setiap hari. 

Bayi yang lahir prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah tentu membutuhkan zat besi lebih banyak dibandingkan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Bayi yang lahir cukup bulan dilahirkan dengan cadangan zat besi yang berasal dari darah ibunya saat masih dalam kandungan.

Selama 6 bulan pertama, bayi yang mendapat ASI akan mendapatkan apa yang dibutuhkannya dari ASI, termasuk zat besi.

Namun, menunggu terlalu lama setelah Si Buah Hati berusia 6 bulan untuk mengenalkan makanan lain akan meningkatkan risiko anak mengalami kekurangan zat besi.

Jika Bunda tidak bisa menyusui, berikan Si Buah Hati susu tinggi zat besi untuk anak usia dini. Pastikan formulanya harus berbahan dasar susu sapi.

Jika bayi sudah mulai diperkenalkan makanan padat, umumnya pada usia 6 bulan, Bunda bisa mulai memberikan MPASI yang mengandung zat besi tambahan.

MPASI yang mengandung zat besi tinggi contohnya daging atau kacang yang dihaluskan, dan bubur bayi dengan tambahan zat besi. Ketika usia Si Buah Hati kian bertambah, Bunda bisa mulai memberikan daging merah, ayam, ikan, kacang-kacangan, dan bayam untuk memenuhi kebutuhan zat besinya.

Baca Juga: Cara Penuhi Kebutuhan Gizi Zat Besi Harian Anak

Manfaat Konsumsi Susu Tinggi Zat Besi untuk Anak Usia 1-3 Tahun

Susu adalah bahan pangan yang bermanfaat bagi pertumbuhan anak karena mengandung sumber energi lengkap dan merupakan sumber gizi protein, kalsium, fosfor, dan vitamin A yang tinggi.

Karena itu, pedoman nutrisi di sebagian besar negara merekomendasikan konsumsi susu setiap hari sebagai salah satu komponen pola makan sehat.

Mengingat manfaat susu tinggi zat besi untuk tumbuh kembang anak, kini semakin banyak produk susu dengan kandungan zat besi tinggi yang dipasarkan secara luas.

Karena itu, pemberian susu tinggi zat besi untuk anak dianggap sebagai cara yang efektif untuk mencukupi kebutuhan gizi Si Buah Hati.

Penelitian membuktikan bahwa anak yang mengonsumsi susu tinggi zat besi lebih rendah kemungkinannya mengalami defisiensi zat besi dan anemia.

Riset lain juga menemukan bahwa asupan susu yang difortifikasi dengan zat besi selama 4 bulan pada anak usia 1-3 tahun lebih efektif dalam menjaga status gizi zat besi dibandingkan susu sapi biasa yang tidak terfortifikasi zat besi.

Untuk memenuhi kebutuhan gizi Si Buah Hati, Bunda bisa berikan ia susu pertumbuhan, seperti susu Dancow 1+ Imunutri mulai usia 1 tahun.

Tak hanya tinggi zat besi, susu Dancow 1+ Imunutri juga kaya akan kalsium, vitamin A, C, D, dan E, zink, tembaga, dan selenium. Juga mengandung DHA serta Omega 3 & 6 yang bagus untuk tumbuh kembang Si Buah Hati agar bebas berekspresi.

Cara penyajian susu Dancow 1+ Imunutri cukup mudah. Bunda hanya perlu menyeduh 3 sendok makan bubuk susu tinggi zat besi Dancow 1+ Imunutri dan larutkan menggunakan 190 ml air matang. Dancow 1+ Imunutri tersedia dalam dua varian rasa berbeda, yaitu vanila dan madu, yang pasti disukai Si Buah Hati.

Image Article
Manfaat Konsumsi Susu Tinggi Zat Besi untuk Si Buah Hati
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Pentingnya Memahami Ciri Anak Kekurangan Zat Besi

Published date

Defisiensi zat besi adalah defisiensi nutrisi yang paling umum terjadi di dunia. Data epidemiologi menunjukkan bahwa kekurangan zat besi lebih banyak terjadi pada bayi, anak prasekolah, dan remaja.

Defisiensi zat besi bisa menyebabkan gejala yang berhubungan dengan anemia, yang dapat mengganggu perkembangan saraf, perkembangan kognitif, hingga menyebabkan masalah kulit, rambut, kuku, dan pencernaan.

Dikarenakan dampaknya yang besar, orangtua perlu memahami ciri anak kekurangan zat besi agar bisa segera tertangani dengan baik dan tidak menyebabkan masalah kesehatan di kemudian hari.

Sebagian besar gejala kekurangan zat besi pada anak tidak muncul hingga terjadinya anemia defisiensi besi. Lantas, apa ciri-ciri anak kekurangan zat besi?

Pentingnya Zat Besi untuk Tumbuh Kembang Anak

Zat besi memiliki peran vital dalam tubuh, yakni membantu membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, serta membantu otot menyimpan dan menggunakan oksigen. 

Lebih jelasnya, tubuh membutuhkan zat besi untuk memproduksi hemoglobin. Hemoglobin inilah yang mengikat oksigen dalam darah dan mengedarkannya ke seluruh sel tubuh. Oksigen sendiri dibutuhkan seluruh sel tubuh agar bisa bekerja secara optimal.

Selain itu, tubuh juga membutuhkan zat besi untuk memproduksi hormon. Nutrisi ini juga berperan penting dalam fungsi metabolisme tubuh.

Itulah mengapa memenuhi kebutuhan zat besi sangat penting bagi anak. Zat besi sendiri membantu proses mielinisasi syaraf di otak  sejak awal kehidupan anak .  dna berperan untuk pertumbuhan dan fungsi kekebalan tubuh.

Seperti yang dijelaskan di atas, anak-anak yang mengalami kekurangan zat besi dapat mengalami gangguan tumbuh kembang.

Ciri Anak Kekurangan Zat Besi

Jika Bunda bertanya apa ciri dari anak kekurangan zat besi, maka jawabannya adalah kekurangan zat besi biasanya tidak langsung menunjukkan gejala tertentu. Kekurangan zat besi pada anak biasanya berkembang secara perlahan dan tidak banyak menimbulkan gejala. Baru setelah kadar zat besi sangat rendah muncul beberapa gejala.

Ciri-ciri anak kekurangan zat besi  yang sudah sampai mengalami anemia defisiensi besi paling umum meliputi kulit pucat, mudah lelah, sakit kepala, detak jantung cepat, lidah sakit, menurunnya nafsu makan, hingga limpa membesar.

Selain itu, ciri-ciri kekurangan zat besi pada anak juga bisa berupa munculnya keinginan memakan benda yang bukan makanan seperti tanah, es batu, rambut, dan lain sebagainya. Gangguan makan ini disebut dengan istilah pica.

Anak-anak dengan anemia berat mungkin memiliki  gejala tambahan berupa sesak napas, tangan dan kaki bengkak, sakit kepala, hingga bisa pingsan.

Baca Juga: 4 Stimulasi Perkembangan Bahasa Anak

Bahaya Anemia Defisiensi Besi pada Anak

Anemia defisiensi zat besi biasanya didiagnosis melalui tes darah. Bunda yang menemukan ciri anak kekurangan zat besi, sebaiknya segera mencari pertolongan medis agar kondisinya tidak menjadi parah.

Anemia defisiensi zat besi berbahaya karena bisa menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak. Hal yang paling mengkhawatirkan dari anemia defisiensi besi adalah gangguan perilaku, kognitif, dan kemampuan psikomotor.

Anemia defisiensi zat besi yang tidak diobati bisa meningkatkan risiko terkena penyakit dan infeksi. Sebab kekurangan zat besi mempengaruhi fungsi sistem kekebalan tubuh.

Selain itu, anemia defisiensi zat besi bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi yang mempengaruhi jantung atau paru-paru, seperti gagal jantung.

Perawatan anemia defisiensi tergantung pada gejala, usia, kondisi kesehatan, dan tingkat keparahannya.

Seseorang yang mengalami anemia parah kemungkinan membutuhkan zat besi melalui jalur intravena atau bahkan transfusi darah.

Cara Mengatasi Anemia Defisiensi Zat Besi pada Anak

Setidaknya ada dua cara mengatasi anemia defisiensi besi pada anak yang bisa dilakukan sebagai berikut:  

1. Suplementasi zat besi

Sirup atau pil zat besi yang dikonsumsi selama beberapa bulan bisa membantu meningkatkan kadar zat besi dalam darah. Meski begitu, suplemen zat besi bisa mengiritasi lambung dan mengubah warna feses menjadi kehitaman. Sebaiknya, suplemen zat besi diminum saat perut kosong untuk memaksimalkan penyerapannya. 

2. Pola makan

Mengonsumsi makanan sehat yang  kaya zat besi bisa membantu mengatasi anemia defisiensi zat besi.

Ada beberapa makanan yang menjadi sumber utama zat besi seperti  daging, unggas, ikan, susu fortifikasi, sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, tahu, dan kuning telur. Selain itu, makanan dan minuman yang mengandung vitamin C juga baik untuk membantu proses penyerapan zat besi. 

Sementara itu, Bunda harus membatasi pemberian teh  karena mengandung anti-nutrisi yang dapat menghambat penyerapan zat besi. Bunda bisa memberikan minuman tersebut pada waktu di luar jam makan utama.

Selain memberikan asupan sumber zat besi, Bunda juga bisa bantu lengkapi kebutuhan gizi harian anak dengan memberikannya susu yang difortifikasi dengan zat besi, seperti DANCOW 1+ Imunutri. 

DANCOW 1+ Imunutri tinggi kalsium, vitamin A, E, C, Zink, protein, Vitamin D, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi. Kombinasi unik DHA dan Zat Besi dukung pertumbuhan Si Buah Hati.

Cukupi asupan zat besi melalui makanan untuk Si Buah Hati agar Bunda tidak menemukan ciri anak kekurangan zat besi, ya.

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.

Image Article
Pentingnya Memahami Ciri Anak Kekurangan Zat Besi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Mengenal Tahapan dan Stimulasi Anak Belajar Bicara

Published date

Stimulasi anak belajar bicara penting dilakukan oleh para orangtua karena perkembangan awal bahasa dan bicara pada anak menjadi salah satu indikator dasar fungsi psikisnya di masa mendatang.

Lingkungan alami perkembangan bicara anak pada tahun pertama kehidupannya berupa komunikasi emosional antara anak dan orang dewasa.

Bentuk stimulasi anak belajar bicara dihubungkan dengan gaya emosional dalam pertukaran informasi antara orang dewasa dan anak, dengan bantuan intonasi, mimik, gerak tubuh, dan vokalisasi. 

Cara stimulasi anak belajar bicara tersebut berperan terpisah dalam pembentukan perhatian anak, stimulasi pemahaman bicara, dan upaya pengucapan anak secara mandiri.

Tahapan Anak Belajar Bicara

Perlu diketahui, meskipun anak akan mengembangkan keterampilan berbahasa secara bertahap, sebenarnya mereka sudah bisa berkomunikasi sejak lahir.

Namun anak mulai mengucapkan kata pertamanya setelah berusia 1 tahun, dimana pada usia tersebut mereka sudah memiliki satu hingga tiga kosakata. 

Pada usia tersebut Si Buah Hati bisa mengucapkan kata seperti “Mama” dan “Papa”. Selanjutnya saat usia 18 – 24 bulan, anak mulai bisa mengucapkan hingga 6 kata. Ketika usia menginjak 24 – 36 bulan, Si Buah Hati bisa menyebut 2 atau lebih nama saat ditunjukkan gambar. 

Tips Stimulasi Anak Belajar Bicara

Tak perlu melakukan aktivitas berat, tips stimulasi anak bicara paling mudah bisa dilakukan dengan meluangkan waktu untuk memberikannya perhatian dan mengajaknya berbicara. Penelitian menemukan bahwa stimulasi anak belajar bicara yang paling efektif dengan memperbanyak kuantitas pembicaraan dan juga meningkatkan kualitas interaksi bahasa Si Buah Hati.

Bunda bisa melakukan stimulasi ini dengan sering-sering mengajak Si Buah Hati mengobrol setiap aktivitas saat bersama seperti saat mandi, mengganti pakaian, maupun menyuapinya. Untuk kualitas interaksi bahasa Bunda perlu menatap mata Si Buah Hati saat berbicara dan memperhatikan respons mereka. Lebih lengkapnya, berikut cara stimulasi anak belajar bicara yang efektif menurut penelitian.

1. Menyediakan alat peraga di rumah

Bunda bisa menyediakan beberapa materi yang dicetak lalu ditempel di dinding untuk menciptakan lingkungan yang mendukung Si Buah Hati mengembangkan kemampuan bicaranya. Selain itu, Bunda juga bisa menggunakan mainan atau benda-benda personal lainnya untuk mengajarkan bicara pada anak.

Jika memungkinkan, Bunda bisa menyediakan ruangan khusus untuk anak mengeksplorasi berbagai benda. Ini akan membuat anak terpicu mengatakan nama benda tersebut. Duduk bersama dengan anak sambil mengamati gambar yang ada di buku juga bisa menjadi cara mengasah kemampuan bicara si Buah Hati.

2. Sering mengajak anak bicara

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, makin sering mengajak anak bicara adalah tips stimulasi yang paling ampuh. Percakapan secara langsung adalah proses yang mengandung pengalaman berbahasa yang kaya bagi anak. Dengan Bunda kerap mengajak Si Buah Hati berbicara, anak bukan hanya mengerti tentang kosa kata tapi juga konteks pembicaraan yang membuat percapakan lebih bermakna.

Tips dalam mengajak anak memulai percakapan di antaranya menanyakan apa yang dilakukan Si Buah Hati hari itu. Bunda juga bisa menggunakan pertanyaan yang membuka percakapan dibanding pertanyaan yang jawabannya singkat.

Jika anak sudah mau berbicara, Bunda perlu meminimalisir interupsi. Tunggulah sampai si Buah Hati selesai berbicara dengan sabar. Jika Si Buah Hati menggunakan kata yang salah atau keliru mengucapkan sesuatu, Bunda tidak perlu buru-buru mengoreksinya.

Jangan lupa respons kata yang diberikan anak untuk menunjukkan bahwa Bunda mendengarkan dan mengerti apa yang mereka ucapkan. Untuk memperkaya pengalaman berbahasanya, Bunda juga bisa menggunakan gestur dan ekspresi wajah.

3. Bercerita atau mendongeng

Tahukah Bunda, bercerita atau mendongeng punya efek signifikan dalam perkembangan bahasa anak. Ini karena cara ini mengajarkan Si Buah Hati mendapatkan berbagai jenis informasi yang akan memperkaya kosa katanya.

Dongeng membuat Si Buah Hati mulai mengembangkan kesadaran bahwa bahasa adalah sistem simbolik. Selain itu, ketika mendengarkan sebuah cerita, anak akan belajar memperhatikan isi cerita tersebut. Ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan narasi dan mendengarnya.

Agar menjadi pengalaman dua arah, Bunda bisa meminta Si Buah Hati untuk mengulang sedikit cerita yang sudah didengar. Ketika Bunda merasa ada kata baru yang mungkin belum dimengerti anak, jelaskan artinya secara perlahan.

Bunda juga bisa mengajak Si Buah Hati untuk membuat cerita versinya sendiri. Agar lebih seru, ajak anak belajar bermain peran dari ceritanya.

4. Membaca buku bersama

Membaca buku bersama juga bisa jadi cara efektif untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Bukan hanya kemampuan berbahasa, membaca buku bersama dengan orangtua juga jadi pengalaman literasi yang tak terlupakan buat anak.

Untuk melakukan stimulasi ini, Bunda perlu memperhatikan beberapa hal seperti menggunakan narasi yang sederhana, tunjuk objek sesuai kosa kata yang sedang dibaca, pastikan artikulasi saat membaca jelas dan terdengar cukup keras, gunakan ekspresi wajah agar kegiatan ini lebih menarik, beri kesempatan anak bertanya, dan ulangi beberapa bagian agar anak lebih terbiasa dengan kosa kata baru.

Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bicara Anak

Setiap anak punya perkembangan bahasa yang berbeda. Selain dengan stimulasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan bicara anak sebagai berikut:  

1. Riwayat persalinan

Persalinan prematur punya efek sendiri pada kemampuan bicara anak. Ini karena perkembangan otak janin di trimester ketiga kehamilan berpengaruh besar pada perkembangan bahasa mereka. 

2. Lingkungan

Penelitian menunjukkan lingkungan yang mendukung terjadinya interaksi bahasa antara anak dengan orang dewasa di sekitarnya berkorelasi positif pada kemampuan bahasa anak.  

3. Perkembangan kognitif dan intelektual

Riset menunjukkan anak-anak memerlukan beberapa fungsi kognitif untuk memperoleh aspek bahasa. Nantinya, aspek bahasa inilah yang membuat Si Buah Hati bisa fasih berbicara.  

4. Asupan nutrisi

Pola makan juga mempengaruhi perkembangan bahasa anak lho, Bunda. Untuk itu pastikan Bunda selalu memberikan asupan makanan dan minuman dengan gizi seimbang pada Si Buah Hati. 

Di usia 1-3 tahun, selain asupan gizi dari makanan, Bunda bisa memberikan Si Buah Hati DANCOW 1+ Imunutri yang tinggi kalsium, vitamin A, E, C, Zink, protein, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi. Kombinasi unik DHA dan zat besi mendukung pertumbuhan Si Buah Hati.  

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas!

Image Article
Mengenal Tahapan dan Stimulasi Anak Belajar Bicara
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Berkomunikasi dengan Anak Kecil dalam Berbagai Situasi

Published date

Menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak sejak dini penting untuk membangun hubungan yang positif hingga kemudian hari.

Namun terkadang orang dewasa mengalami kesulitan saat berkomunikasi dengan anak kecil. Salah satu alasannya karena anak kecil terkadang belum bisa mengekspresikan perasaannya dengan kata-kata yang tepat dan masih menggunakan bahasa tubuh maupun nonverbal, termasuk menangis.

Lantas, bagaimana seharusnya cara berkomunikasi dengan anak kecil yang tepat? 

Memahami Cara Anak Kecil Berkomunikasi

Komunikasi merupakan bentuk interaksi antara dua individu. Tidak harus dengan kata-kata, komunikasi bisa terjadi hanya dengan tatapan mata, ekspresi wajah, gerakan tubuh, maupun kontak fisik, misalnya sebuah pelukan.

Anak kecil umumnya mulai dapat mengucapkan kata pertamanya setelah menginjak usia 1 tahun dan akan terus mempelajari kosa kata baru seiring bertambah umurnya.

Meski baru bisa mengucapkan beberapa kata, namun di usia 2 tahun, Si Buah Hati sudah bisa memahami hampir setiap kata yang Bunda ucapkan. Sedangkan untuk pelafalannya, anak kecil usia 2 tahun biasanya masih sulit dipahami.

Karenanya, selain melalui kata-kata, anak kecil juga banyak berkomunikasi dengan gerakan, isyarat, dan ekspresi, seperti menunjuk atau mengangguk. Gestur Si Buah Hati juga akan semakin kompleks seiring usianya.

Tips Cara Berkomunikasi dengan Anak Kecil

Cara Bunda berkomunikasi dengan Si Buah Hati tidak hanya mengajarkannya bagaimana berinteraksi dengan orang lain, namun juga membentuk perkembangan emosionalnya. Berikut beberapa tips cara berkomunikasi dengan anak kecil: 

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian

Tips pertama untuk cara berkomunikasi dengan anak adalah menjadi pendengar yang baik. Jadilah pendengar yang aktif agar Si Buah Hati merasakan bahwa dirinya didengarkan dan dimengerti. Bunda bisa memberikan senyuman atau mengangguk untuk menunjukkan respon terhadap apa yang disampaikan Si Buah Hati.

Cobalah sedikit merendahkan badan hingga pandangan mata Bunda sejajar dengan Si Buah Hati untuk membuat rasa aman dan lebih terhubung.

Selain mendengarkan secara aktif, Bunda juga perlu menjadi pendengar yang reflektif. Sesekali ulangi apa yang diucapkan Si Buah Hati dengan pola kalimat yang berbeda. Misal, saat Si Buah Hati berkata, "Aku tadi bermain dengan teman," Bunda bisa merespon dengan bertanya, "Adek habis bermain sama teman?".

Cara ini memberi ruang untuk Si Buah Hati lebih mengekspresikan dirinya dan menceritakan lebih banyak hal kepada Bunda. 

2. Menggunakan bahasa yang sesuai

Ketika berkomunikasi dengan anak kecil, penting untuk selalu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak seusianya. Ucapkan kalimat dengan jelas dan jangan menggunakan kata-kata yang menyudutkan Si Buah Hati.

Dengan Bunda berkomunikasi menggunakan kata-kata dan cara yang positif kepada Si Buah Hati, ini akan menjadi contoh bagi anak dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bunda perlu membuat Si Buah Hati merasa dihargai dan dicintai. 

3. Bertanya dan memberikan tanggapan

Anak belajar berkomunikasi melalui interaksinya dengan orang tua. Bunda perlu menyimak dan mendengarkan apa yang sedang diperhatikan oleh Si Buah Hati. Kemudian Bunda bisa menanggapi dengan bertanya kepadanya lalu tunggu ia memberi respons.

Saat Si Buah Hati memberikan jawaban, penting untuk menunjukkan bahwa Bunda mendengarkan apa yang dikatakannya dengan kembali memberikan tanggapan atas jawaban Si Buah Hati.

Misal, ketika melihat seekor kucing, Bunda bisa melontarkan pertanyaan, "Adek, coba lihat ada kucing. Kucingnya sedang melakukan apa ya?. Berikan tanggapan pada jawaban Si Buah Hati dan jangan lupa untuk selalu melakukan kontak mata saat berbicara dengannya.

Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak 

4. Gunakan bahasa tubuh dan ekspresi wajah

Bunda bisa menggunakan bahasa nonverbal, seperti gerak tubuh dan juga ekspresi wajah, sebagai cara berkomunikasi dengan anak-anak. Meski melalui komunikasi nonverbal, Bunda tetap bisa mengirim pesan positif kepada Si Buah Hati sekaligus membantu memperkuat hubungan orang tua dengan anak.

Menambahkan bahasa tubuh dan ekspresi wajah ketika berkomunikasi dengan anak menunjukkan bahwa Bunda berusaha memahami perasaan Si Buah Hati.

Contoh komunikasi nonverbal seperti membalas senyuman ketika anak tersenyum atau memegang tangannya saat berbicara untuk menunjukkan ketertarikan dengan apa yang diucapkan. Atau, Bunda bisa menunjukkan ekspresi sedih saat Si Buah Hati menceritakan hal yang membuatnya sedih kemudian berikan pelukan untuk menenangkannya. 

5. Menciptakan lingkungan komunikatif

Anak belajar banyak hal untuk pertama kali, termasuk cara berinteraksi dan berkomunikasi, dari orang tua dan keluarga di rumah. Karenanya, membangun suasana atau lingkungan yang tepat penting untuk berkomunikasi dengan anak kecil.

Anak belajar dengan memperhatikan orang tua dan anggota keluarga lainnya. Keluarga dan rumah harus menjadi lingkungan yang komunikatif untuk Si Buah Hati. Ini juga bisa menjadi cara berkomunikasi dengan anak 2 tahun.

Tanpa keterampilan komunikasi yang kuat, anak akan kesulitan mengembangkan potensi interaksi sosialnya dan dapat menghambat kehidupannya di masa mendatang. Tunjukkan cara berkomunikasi yang jelas dan positif untuk membantu anak membangun hubungan yang kuat.

Selain beberapa tips di atas, Bunda juga bisa mendukung perkembangan kemampuan berkomunikasi Si Buah Hati dengan memberi asupan bergizi seimbang setiap hari. 

Bunda dapat bantu lengkapi asupan gizi hariannya, selain dari makanan, dengan DANCOW 1+ Imunutri, susu pertumbuhan untuk anak usia 1 – 3 tahun, dengan 0 gram sukrosa, mengandung vitamin A, C, E, zink, tembaga, selenium, DHA, Omega-3, Omega-6, zat besi, kalsium, vitamin D, dan protein untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.  Kombinasi unik DHA dan zat besi dukung pertumbuhan Si Buah Hati.

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.

Image Article
Cara Berkomunikasi dengan Anak Kecil dalam Berbagai Situasi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Seni Berbicara Pada Anak untuk Asah Keterampilan Komunikasi

Published date

Tahukah Bunda, seni berbicara pada anak bukan hanya penting untuk mengasah keterampilan berkomunikasi. Lebih dari itu, hal ini juga bisa jadi investasi berharga untuk bekal Si Buah Hati ke depan. Yuk Bunda, simak pentingnya keterampilan ini lewat artikel berikut. 

Apa Itu Seni Berbicara?

Seni berbicara adalah keterampilan percakapan untuk berkomunikasi atau menyampaikan apa yang kita katakan dan bagaimana cara mengatakannya. 

Nah, seni berbicara itu bukan sebatas berpikir kata-kata apa yang sekiranya pas atau tidak pas. Namun, juga cara kita berkomunikasi lewat tatapan mata, ekspresi wajah, gestur atau gerak-gerik tubuh. 

Bunda kemungkinan pernah merasakan, kayaknya gampang kok berkomunikasi dengan Si Buah Hati ketika menyuruh atau memberikan penjelasan tertentu. 

Tapi, sebenarnya banyak lho orang dewasa yang belum tahu cara berbicara dengan anak, atau tips berbicara pada anak dengan santai, sampai bisa bicara dari hati ke hati. Itulah salah satu alasan kenapa Bunda perlu menguasai seni berbicara pada anak. 

Peran Seni Berbicara pada Anak

Salah satu keresahan yang dihadapi sejumlah orang tua dan pendidik belakangan adalah anak jadi mudah menyerah. Tentunya hal ini dapat memengaruhi masa depan Si Buah Hati kelak. 

Sikap ini ternyata bisa dipengaruhi banyak faktor. Selain faktor biologis, penyebab utamanya bisa karena kurangnya hubungan yang positif dan stabil dengan orangtua atau orang dewasa sekitar anak. Nah, kunci untuk hubungan stabil dan positif ini dapat dibangun dengan komunikasi yang baik di rumah.

Ketika Bunda menguasai seni berbicara pada anak, ada beberapa manfaat yang bisa dipetik, antara lain:

  • Membangun dan memperkuat hubungan orangtua dan anak.
  • Memberikan ruang aman bagi Si Buah Hati.
  • Membantu menunjang tumbuh kembang Si Buah Hati agar lebih optimal. 
  • Mengembangkan rasa percaya diri Si Buah Hati.
  • Membantu membangun perasaan berharga pada Si Buah Hati.
  • Si Buah Hati bisa tumbuh jadi pribadi yang lebih berpikiran positif terhadap diri sendiri.
  • Mendorong Si Buah Hati memiliki hubungan yang baik dengan orang lain.
  • Menciptakan iklim yang menyenangkan saat Si Buah Hati tumbuh besar. 

Keterampilan ini dapat Bunda kembangkan sejak Si Buah Hati lahir. Bunda bisa mengawalinya dengan melakukan percakapan sederhana dengan bayi, lalu tingkatkan kualitas dan kuantitas obrolan seiring pertumbuhan Si Buah Hati. Semakin banyak Bunda mengajak bicara bayi, pengalaman berbahasanya akan semakin kaya.

Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak

Teknik dan Metode Seni Berbicara pada Anak

Ada beberapa cara berbicara dengan anak yang bisa dilakukan Bunda agar komunikasi dengan Si Buah Hati lebih lancar, di antaranya:

1. Ciptakan ruang aman untuk anak

Ketika Si Buah Hati mengetahui Bunda bisa menerima dia apa adanya, mereka jadi merasa nyaman dan mendapatkan ruang aman. Nah, penerimaan ini menjadi pintu awal komunikasi dengan Si Buah Hati. Ketika Si Buah Hati sudah merasa diterima, dia bakal terbuka serta lebih mudah mengungkapkan perasaan dan permasalahannya. 

2. Pancing anak bicara lebih banyak

Untuk memancing Si Buah Hati agar bisa bicara lebih banyak atau terbuka, Bunda perlu memberi tahu bahwa pendapat atau perasaan Si Buah Hati penting. Bunda dapat menunjukkannya dengan sikap perhatian dan gunakan kata-kata seperti “Jadi begitu.”, “Oh.”, “Mm hmm.”, “Eh, gimana?”, “Emang sih…”, “Apa lagi?”, “Coba jelasin lagi biar Bunda ngerti.”, “Enggak kok, cuma bercanda.”, “Wah, menarik banget!”.

3. Pakai lebih banyak anjuran daripada larangan

Bunda sebaiknya memberitahu apa yang perlu dilakukan Si Buah Hati, bukan apa yang tidak boleh dilakukan. Contohnya ketimbang bilang, “Jangan membanting pintu.” Bunda bisa berbicara baik-baik, “Tolong pintunya ditutup pelan-pelan, ya, Nak.”

4. Sampaikan maksud pesan atau pikiran Bunda ke anak

Setiap anak sebenarnya paham jika diberi penjelasan. Jadi, dalam seni berbincara pada anak, Bunda perlu menyampaikan maksud atau sudut pandang pikiran Bunda kepada Si Buah Hati. Misalkan saat Si Buah Hati lari-lari di dekat jalan besar, refleks Bunda jangan cuma menegur anak. Tapi, sampaikan kalimat yang mengandung pesan seperti, “Bunda khawatir deh kalau kamu nanti keserempet kendaraan yang lewat.”

5. Buat arahan atau perintah yang sederhana

Anak kecil bakal kesulitan kalau harus memproses beberapa perintah sekaligus. Nah, Bunda sebaiknya membuat perintah sederhana saja. Misalkan, “Bunda ingin rumah kita tetap nyaman dan bersih, jadi habis main nanti mainannya diberesin lagi ya?” 

Hindari perintah bertumpuk-tumpuk, seperti “Sana cepat ke kamar, beresin mainannya, belajar, dan jangan lupa lampunya dinyalakan.”

6. Sebelum bicara, pastikan anak perhatian dulu

Sebelum bicara dengan Si Buah Hati , pastikan mereka fokus dan memperhatikan pembicaraan Bunda. Contohnya, saat Si Buah Hati sedang bermain bola dan Bunda ingin mengajak makan malam. Bunda bisa memanggil, tunggu dia mandek main dan melihat ke arah Bunda, baru sampaikan pesannya. “Nak, makan malemnya udah siap. Habis ini kita makan bareng-bareng ya? Mumpung anget. Nanti kalau dingin kurang enak.”

7. Jangan lupakan kontak mata

Kontak mata penting saat berkomunikasi. Ketika berbicara pada anak kecil yang tingginya jauh di bawah Bunda, ada baiknya Bunda membungkuk atau menunduk agar kontak mata bisa sejajar.

8. Jangan menyela atau memarahi anak yang sedang berbicara

Bunda mungkin pernah mendapati situasi, Si Buah Hati yang baru main tanpa pamit tiba-tiba antusias cerita habis main di rumah temannya. Bunda yang khawatir mungkin tak sabar untuk memarahinya. Tapi tahan dulu. Tips berbicara pada anak dengan santai dalam situasi seperti ini bisa dengan dengarkan dulu cerita Si Buah Hati. Setelah perasaan Si Buah Hati divalidasi, baru sampaikan poin keresahan Bunda. Sampaikan juga Bunda ingin anak mengabari atau izin dulu saat ingin pergi main lain kali.  

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.

Selain itu, penting untuk Bunda memperhatikan asupan gizi Si Buah Hati. Selain makanan, Bunda dapat memberikan DANCOW 1+ Imunutri, susu pertumbuhan untuk anak usia 1–3 tahun yang tinggi vitamin A, C, E, selenium, zink, tembaga, kalsium, vitamin D, omega 3 dan 6, serta protein untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan Si Buah Hati. Selain itu, ada kombinasi unik DHA dan zat besi, dukung pertumbuhan Si Buah Hati.

Image Article
Seni Berbicara Pada Anak untuk Asah Keterampilan Komunikasi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Permainan dan Aktivitas Sebagai Cara Melatih Anak Berbicara

Published date

Ada berbagai cara melatih anak berbicara, salah satunya melalui permainan yang menyenangkan dan dapat dilakukan di rumah lho, Bunda. Cari tahu cara mengajari anak berbicara dan bagaimana melatihnya lewat artikel ini yuk Bunda.

Pentingnya Melatih Anak Berbicara Sejak Usia Dini

Keterampilan berbicara penting untuk kehidupan Si Buah Hati, terutama perkembangan dan kesejahteraannya di masa mendatang. 

Dengan cara melatih anak berbicara sejak usia dini, semakin cepat pula Bunda dapat berkomunikasi dengan Si Buah Hati, mereka dapat berteman, mereka dapat mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan, dan Bunda dapat menanyakan apa yang anak butuhkan. 

Keterampilan berkomunikasi meliputi kemampuan berbicara dan mendengarkan dengan baik. Hal ini termasuk:

  • Memulai percakapan
  • Mendapatkan perhatian dari lawan bicara, misalnya dengan mengatakan “permisi”
  • Menggunakan kontak mata
  • Mengetahui apa yang harus dibicarakan
  • Bergantian berbicara dan mendengarkan
  • Mengetahui kapan harus berhenti berbicara.

Cara Melatih Anak Berbicara melalui Interaksi Sehari-hari

Interaksi Bunda dengan Si Buah Hati setiap hari merupakan cara terbaik untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak. Ada beberapa kegiatan menyenangkan yang bisa Bunda lakukan sebagai cara mengajari anak bicara.

1. Sering mengajak bicara

Meski kelihatannya, bayi hanya bisa mendengar apa yang Bunda bicarakan tanpa bisa membangun percakapan tapi ternyata otaknya memproses ini sebagai pengalaman berbahasa. 

Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang kerap diajak bicara lebih efisien dalam memproses kata-kata yang sering diucapkan orang tua atau pengasuhnya. Hal ini membuat Si Buah Hati memiliki kosa kata ekspresif lebih banyak pada usia 24 bulan lho, Bunda.

Saat berbicara dengan Si Buah Hati, sebaiknya Bunda mengucapkan kata dengan benar bukan dengan pengucapan yang dicadel-cadelkan. Itu karena ketika Si Buah Hati kerap mendengar kata yang dicadelkan akan membuatnya bingung mana pengucapan yang benar dan salah.

2. Bernyanyi

Menyanyi seringkali dianggap remeh. Namun bernyanyi sebenarnya bisa menjadi cara mengajari anak bicara yang menyenangkan. Saat Si Buah Hati bernyanyi, mereka menggunakan otot vokal untuk menghasilkan suara. Ini membantu anak mengembangkan otot-otot yang dibutuhkan untuk berbicara.

Selain itu, bernyanyi membantu Si Buah Hati mengembangkan ritme dan nada yang penting untuk perkembangan bahasa. Bernyanyi juga membantu anak-anak mempelajari kata-kata baru dan mengingat informasi: 

  • Dengan mendengarkan kata-kata baru dalam sebuah lagu, Si Buah Hati dapat mempelajari arti kata-kata tersebut dan bagaimana menggunakannya dalam konteks kalimat.
  • Pengulangan lagu juga membantu Si Buah Hati mengingat informasi. Menyanyi adalah cara melatih anak berbicara usia 1 tahun yang menyenangkan karena anak bisa mengulang kata dan frasa.

3. Bermain “pura-pura menjadi”

Membiarkan Si Buah Hati berimajinasi juga merupakan cara mengajari anak bicara umur 1 tahun. Apa itu bermain pura-pura menjadi? Misalnya anak mengambil batu kemudian menganggap batu itu adalah mobil yang melaju kencang dan melompati lego yang dianggap sebagai bukit besar.

Permainan pura-pura menjadi ini tidak sesederhana kelihatannya. Permainan ini membangun keterampilan di banyak bidang perkembangan, termasuk kemampuan bahasa.

Sebab, saat Si Buah Hati mulai berkhayal dengan mainan atau temannya, dia mungkin akan mengucapkan kata dan frasa yang tidak pernah Bunda sangka diketahuinya. Mungkin Bunda akan mendengar ucapan yang sering Bunda ucapkan ikut diucapkannya. Seperti kita tahu, anak adalah peniru ulung.

Permainan ini membantu Si Buah Hati memahami kekuatan bahasa. Selain itu, dengan berpura-pura bermain dengan orang lain atau benda, Si Buah Hati belajar bahwa kata dan frasa merupakan sarana untuk membuat cerita.

4. Flashcard

Cara melatih anak berbicara usia 1 tahun bisa menggunakan flashcard atau kartu warna-warni yang berisi informasi sederhana seperti gambar dan kata yang menunjukkan nama benda.

Permainan yang memperlihatkan gambar dengan nama bendanya ini sangat efektif untuk menambah kosa kata. Tujuan utamanya adalah memperkuat pikiran Si Buah Hati dengan perhatian yang tinggi, membantu Si Buah Hati menyerap dan menyimpan informasi.

Bunda juga bisa menguji Si Buah Hati melalui flashcard ini. Karena itu, flashcard dapat menstimulasi daya ingat Si Buah Hati dengan kosa kata baru. Kelebihan lain dari flashcard adalah kecil dan mudah dibawa ke mana saja.

5. Bercerita

Bercerita, baik itu nyata maupun khayalan, dapat membantu mengembangkan keterampilan berkomunikasi anak.

Bunda bisa mengajak Si Buah Hati bertukar cerita tentang kejadian sehari-hari. Perluas imajinasi mereka dengan cerita-cerita fantastis dan biarkan kreativitas mereka tumbuh saat Bunda mengarang cerita tentang apa saja di sekitar mereka.

Kiat Membangun Kepercayaan Diri Anak dalam Berbicara

Membangun kepercayaan diri pada Si Buah Hati dalam berbicara sangat penting untuk keterampilan komunikasi. Begini caranya:

  • Dengarkan saat Si Buah Hati berbicara, ajukan pertanyaan atau umpan balik dari apa yang mereka sampaikan
  • Beri pujian dan sampaikan sesuatu yang positif saat Si Buah Hati bercerita
  • Beri waktu Si Buah Hati untuk menjawab pertanyaan yang Bunda lontarkan tanpa banyak menginterupsi
  • Respons ketika Si Buah Hati membicarakan hal-hal yang disukai.

 

Selain memberikan perhatian dan stimulasi pada Si Buah Hati, penting bagi Bunda untuk melengkapi gizi hariannya. Bunda bisa  memberikan DANCOW 1+ Imunutri, susu pertumbuhan untuk anak usia 1–3 tahun, dengan 0 gram sukrosa, mengandung vitamin A, C, E, zink, tembaga, selenium, DHA, Omega-3, Omega-6, zat besi, kalsium, vitamin D, dan protein untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan Si Buah Hati. 

Itulah beberapa hal tentang cara melatih anak berbicara. Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas. Semoga membantu ya Bunda!

Image Article
Permainan dan Aktivitas Sebagai Cara Melatih Anak Berbicara
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off