Tipe Pola Asuh Anak Usia 2-3 Tahun yang Perlu Bunda Ketahui
15-07-2024
Memasuki usia toddler, anak mulai semakin aktif bergerak. Si Buah Hati biasanya sudah bisa berjalan dan menjangkau lebih banyak tempat. Anak selalu bergerak seolah tak pernah lelah. Selain aktif dan penuh rasa ingin tahu, anak balita usia 2-3 tahun juga bisa menjadi sangat emosional.
Saat Si Buah Hati terus tumbuh dan berkembang, kebutuhan dan aktivitasnya pun ikut berubah. Karena itu, Bunda perlu menerapkan pola asuh anak usia 2-3 tahun yang tepat karena ini merupakan usia kritis bagi perkembangannya.
Pada masa ini, Si Buah Hati akan mengalami perkembangan pesat dalam berbagai aspek, mulai dari fisik, motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Tipe pola asuh anak usia dini yang tepat dapat membantunya tumbuh dan berkembang secara optimal.
Memahami Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun
Sebelum membahas tentang pola asuh anak usia 2-3 tahun, perlu Bunda pahami bahwa di masa ini anak mengalami perkembangan dalam berbagai aspek. Untuk lebih jelasnya, berikut ini perkembangan anak di usia 2-3 tahun yang perlu Bunda ketahui:
1. Perkembangan fisik
- Menendang bola
- Berjalan
- Menaiki beberapa anak tangga dengan atau tanpa bantuan
- Makan dengan sendok
- Memanjat sesuatu.
2. Perkembangan otak
- Mulai mengurutkan bentuk dan warna
- Dapat menemukan hal-hal yang tersembunyi di bawah banyak lapisan
- Melengkapi kalimat di buku yang sudah dikenal
- Memainkan permainan khayalan sederhana
- Membangun menara dengan empat blok atau lebih
- Dapat mengikuti instruksi dua langkah
- Mungkin mulai mengembangkan tangan dominan
3. Milestone kognitif
- Memegang sesuatu di satu tangan sambil menggunakan tangan lainnya.
- Mencoba menggunakan saklar atau tombol pada kamera mainan
- Bermain dengan lebih dari satu mainan pada saat bersama, seperti meletakkan makanan mainan pada piring mainan
4. Milestone bahasa atau komunikasi
- Bisa mengucapkan dua kata atau lebih seperti, “Mau susu”
- Memahami pertanyaan yang dilontarkan Bunda, misalnya saat Bunda sedang membacakan buku kemudian bertanya, “Di mana ya beruangnya?”
- Mampu menunjukkan setidaknya dua bagian tubuh
- Menggunakan lebih banyak isyarat selain melambaikan tangan dan menunjuk. Misalnya, memberi ciuman atau mengangguk
5. Milestone sosial emosional
Di usia 2-3 tahun, Si Buah Hati akan mulai mengalami banyak emosi dan belajar tentang perasaan orang lain. Tantrum di usia ini adalah hal yang biasa terjadi karena anak tidak selalu bisa mengkomunikasikan perasaan atau hal yang diinginkan.
Anak masih belum bisa selalu mengungkapkan emosi yang kuat seperti frustasi, marah, malu, atau perasaan bersalah.
Si Buah Hati juga mulai memahami bagaimana perilakunya memengaruhi Bunda, maupun sebaliknya.
Anak mungkin tidak akan lagi terlalu kesal saat ditinggalkan orang tua sejenak, namun akan tetap ingin mendapat banyak perhatian. Anak mungkin menempel pada Bunda di saat merasa lelah, ketakutan, atau hanya ingin dipeluk.
Baca Juga: Cara Meningkatkan Sistem Imun Anak dari Flu
Tipe Pola Asuh Anak 2-3 Tahun dan Dampaknya
Bunda, dalam memilih pola asuh anak 2 tahun harus benar-benar diperhatikan. Karena, tipe atau jenis pola asuh anak usia dini dapat mempengaruhi segalanya, mulai dari harga diri anak hingga prestasi akademisnya.
Untuk itu, penting bagi Bunda memastikan gaya pengasuhan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang sehat. Karena cara orang tua berinteraksi dengan Si Buah Hati dan bagaimana cara mendisiplinkan anak akan berpengaruh di sepanjang sisa hidupnya.
Para peneliti telah mengidentifikasi empat tipe utama gaya pengasuhan yang mengambil pendekatan unik dalam membesarkan anak, yakni otoriter, otoritatif, permisif, dan tidak terlibat.
1. Otoriter
Orang tua dengan gaya otoriter memiliki ekspektasi yang sangat tinggi terhadap anak-anaknya, namun hanya memberikan sedikit masukan dan pengasuhan. Orang tua tidak menjelaskan alasan mengapa mereka menerapkan peraturan ketat dan menegur anak jika mempertanyakan peraturan yang telah mereka buat.
Saat anak melakukan kesalahan, cenderung dihukum dengan keras dan umpan balik yang diberikan negatif.
Hasil yang diharapkan dari orang tua dengan pola asuh ini agar anak disiplin, penurut, dan menjadi yang terbaik dalam kehidupannya. Namun, sayangnya orang tua yang bersikap terlalu keras pada anak bisa berdampak pada perilaku atau mental anak di masa depan.
2. Otoritatif
Pola asuh otoritatif atau demokratis adalah pola asuh yang dilakukan dengan mendukung keinginan anak, tetapi tetap memberi batasan yang tegas. Orang tua membentuk sikap anak dengan menjalankan peraturan namun tetap memberi ruang berdiskusi untuk bertukar pikiran dengan Si Buah Hati.
3. Permisif
Pola asuh berikutnya yakni, pola asuh permisif. Jenis pola asuh ini berkebalikan dengan pola asuh otoriter. Orang tua dengan pola asuh permisif sangat penyayang, tetapi juga hanya memberikan aturan, jarang mendisiplinkan anak.
Orang tua permisif tidak menuntut anak untuk berperilaku dewasa dan lebih menempatkan dirinya seperti seorang teman dibandingkan sosok orang tua.
Dampak pola asuh ini anak bisa memiliki prestasi rendah di banyak bidang karena orang tua tidak pernah berekspektasi sehingga anak-anak tidak punya hal yang diperjuangkan. Selain itu, anak juga bisa membuat keputusan buruk, lebih agresif, dan kurang pengertian.
4. Tidak terlibat
Pola asuh yang tidak terlibat terkadang disebut sebagai pola asuh yang mengabaikan.
Orang tua tidak memberikan banyak tuntutan dan sering bersikap tak acuh, meremehkan, bahkan mengabaikan.
Cara Mendisiplinkan Anak Usia 2-3 tahun
Kita perlu mengkombinasikan tipe-tipe parenting. Metode pendisiplinan di masa lalu umumnya hukuman fisik seperti memukul. Saat ini, banyak orang tua lebih memilih menggunakan metode yang lebih lembut dan positif untuk mendisiplinkan anak.
Para ahli mengatakan, metode ini tepat karena metode disiplin, lebih lembut, dan positif berdampak efektif untuk balita. Selain itu, metode ini membantu orang tua dan anak dalam hal emosi, komunikasi, dan harga diri.
Banyak pakar pengasuhan anak menyebut, cara terbaik mendisiplinkan anak 2-3 tahun adalah dengan mulai menetapkan aturan untuk melindungi Si Buah Hati.
Hal ini termasuk menghentikan Si Buah Hati dari perilaku agresif seperti memukul, berbahaya seperti lari ke arah jalan, dan hal tidak pantas seperti membuang makanan.
Mendisiplinkan balita juga berarti menindaklanjuti konsekuensi ketika anak melanggar peraturan.
Untuk memaksimalkan proses belajar anak, Bunda bisa memberikan Si Buah Hati camilan atau minuman bergizi seperti susu DANCOW 1+ Imunutri, yang diformulasikan khusus untuk anak usia 1-3 tahun.
DANCOW 1+ Imunutri kaya akan vitamin A, C, D, E dan tinggi protein dan kalsium. Juga dilengkapi dengan DHA, Omega 3 dan 6, serta zat besi yang bantu optimalkan proses belajar Si Buah Hati.
Demikian Bunda, informasi seputar pola asuh anak di usia dini. Dengan memilih pola asuh anak usia 2-3 tahun yang tepat, diharapkan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, tidak hanya secara fisik namun juga mental.
Disclaimer
Madu penting untuk perkembangan indra perasa Si Buah Hati. Namun, sebaiknya madu tidak diberikan kepada Si Buah Hati yang berusia di bawah 12 bulan, kecuali telah diproses dengan tekanan dan suhu tinggi untuk membunuh kandungan bakteri penyebab botulisme di dalamnya.
Penggunaan madu pada setiap produk DANCOW telah diproses dan diuji agar aman dikonsumsi oleh Si Buah Hati.