1-3 Tahun

Product Name
Dancow 1+ Imunutri

Cara Efektif Mendidik Anak Agar Pintar dan Cerdas

Published date

Bunda, sebagai orang tua tentu mengharapkan Si Buah Hati dapat tumbuh menjadi anak pintar dan cerdas. Bukan semata agar bisa membanggakan anak, namun demi kehidupan Si Buah Hati di masa mendatang.

Anak yang pintar dianggap dapat lebih berprestasi di sekolah dan meraih kesuksesan dalam kehidupan. Karenanya, tidak jarang orang tua bersedia melakukan apapun agar anak lebih pintar, seperti mendaftarkan anak di program les/kursus. Tapi sebenarnya apa saja faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak dan adakah cara membuat anak menjadi cerdas dan pintar yang efektif?

Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Anak

Para peneliti telah lama mempelajari tentang kecerdasan dan faktor yang mempengaruhinya. Seperti kebanyakan aspek perilaku dan kognisi seseorang, kecerdasan adalah sifat kompleks yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga lingkungan.

Dalam hal genetik, kecerdasan seorang anak juga tidak hanya dikendalikan oleh satu gen kecerdasan, melainkan hasil interaksi yang kompleks antara banyak gen. Faktor genetik tersebut juga masih dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang turut menentukan bagaimana gen kecerdasan yang dimiliki seorang anak diekspresikan.

Lalu, apa saja faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kecerdasan anak? Hasil sebuah studi menyebutkan, sejumlah faktor lingkungan seperti tempat tinggal, aktivitas fisik, pendapatan keluarga, hingga pendidikan dan pekerjaan orang tua dapat sangat memberi dampak pada tingkat kecerdasan anak.

Karenanya, anak harus mendapat lingkungan yang baik dan mendukung agar dapat mengembangkan potensi kecerdasannya secara optimal.

Tingkat kecerdasan anak juga terbukti selaras dengan pendidikan. Meski masih menjadi perdebatan karena kaitan keduanya dapat memiliki dua arti. Pertama, bahwa anak yang lebih cerdas cenderung mendapat pendidikan lebih lama, atau kedua justru sebaliknya, jangka waktu pendidikan lebih lama berperan meningkatkan kecerdasan anak.

Anak dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata biasanya memiliki perilaku yang berbeda dibandingkan anak seusianya. Bunda mungkin akan melihat ciri-ciri anak pintar dan cerdas pada Si Buah Hati, seperti:

  • Memiliki konsentrasi tinggi saat mengerjakan sesuatu

  • Memiliki rasa penasaran yang tinggi

  • Lebih cepat belajar

  • Memiliki ingatan yang kuat

  • Imajinatif, atau

  • Lebih cepat lancar berbicara.

Baca Juga: Resep Makanan Anak 1 Tahun agar Cerdas

Cara Mendidik Anak Pintar dan Cerdas

Terlepas dari faktor genetik atau ada tidaknya ciri-ciri anak cerdas pada diri Si Buah Hati, cara orang tua dalam merawat dan mendidiknya masih tetap berperan penting dalam membentuk anak pintar dan cerdas.

Banyak penelitian yang telah menunjukkan pentingnya tahun-tahun awal kehidupan anak dalam perkembangan otak dan membentuk kemampuan kognitifnya. Dalam hal ini, pola pengasuhan orang tua dapat menentukan bagaimana kecerdasan anak.

Berikut beberapa tips cara mendidik anak agar pintar dan cerdas yang dapat Bunda praktikkan bersama Si Buah Hati:

1. Kenali Gaya Belajar Anak

Gaya belajar anak bisa dibedakan menjadi tiga jenis, yakni auditori atau memahami lewat pendengaran, visual atau memahami melalui indera penglihatan, dan kinestetik atau belajar lewat gerakan tubuh.

Gaya belajar auditori misalnya lewat lagu atau verbal, sedangkan visual bisa melalui gambar atau tulisan. Sementara gaya belajar kinestetik contohnya dengan permainan atau praktik langsung. Memahami bagaimana Si Buah Hati belajar dapat membantu pembelajarannya dengan metode yang sesuai dan lebih cepat paham.

2. Ciptakan Lingkungan yang Nyaman

Kondisi di sekitar anak saat belajar juga bisa mempengaruhi daya tangkapnya akan materi pembelajaran yang diberikan Bunda. Buat suasana yang nyaman untuk anak belajar. Jauhkan segala hal yang mungkin bisa mendistraksi perhatian Si Buah Hati, seperti televisi atau gadget.

3. Tanamkan Rasa Disiplin

Mengajarkan disiplin pada anak tentang perilaku bertanggung jawab dan konsekuensi yang akan ditanggung dari tindakannya sendiri. Hal ini akan mendorong anak belajar mengelola perasaan dan perilakunya, serta dapat mengendalikan diri.

4. Hargai Proses Belajar

Saat hasil yang diperoleh Si Buah Hati belum sesuai dengan yang diharapkan Bunda, maka tetap berikan apresiasi atas usaha yang telah dilakukannya. Menghargai proses belajar dibandingkan hasil akan membuat anak lebih percaya diri, tidak mudah menyerah, dan memahami sukses adalah hasil kerja keras.

5. Biasakan Membaca sejak Dini

Membaca adalah sumber pengetahuan. Bunda dapat membiasakan Si Buah Hati kebiasaan membaca sejak dini dengan membaca buku bersama. Cara ini membantu kemampuan bahasa anak sekaligus dapat mempererat hubungan orang tua dengan anak.

6. Penuhi Asupan Nutrisi

Berikutnya, yang tidak kalah penting yakni memastikan kebutuhan gizi anak terpenuhi. Otak membutuhkan gizi dari makanan sehat untuk belajar dan agar dapat berkembang optimal. Sejumlah nutrisi seperti DHA dan zat besi berperan untuk membantu perkembangan kognitif dan mendukung proses belajar. 

Untuk Si Buah Hati yang sudah mulai berusia 1 tahun, Bunda bisa berikan DANCOW 1+, susu pertumbuhan yang diformulasikan untuk bantu memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 1-3 tahun, tinggi akan Vitamin A, C, E, Selenium, Zink, Tembaga, tinggi Kalsium, Vitamin D, Protein dan Omega 3 & 6. DANCOW 1+ juga mengandung DHA dan Zat Besi, nutrisi yang dapat membantu proses belajar dan perkembangan otak.

Demikian Bunda, pembahasan seputar cara mendidik anak pintar dan cerdas yang mungkin perlu diketahui. Selalu berikan perhatian kepada anak di masa pertumbuhannya dan penuhi kebutuhan gizi hariannya!

Image Article
Cara Efektif Mendidik Anak Agar Pintar dan Cerdas
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Simak Tips Stimulasi Anak Speech Delay Berikut Ini

Published date

Tahukah Bunda bahwa Si Buah Hati dapat berkomunikasi dengan orang dewasa tanpa mengucapkan sepatah kata? Yap, bayi bisa tersenyum, menangis, dan merespons sesuatu untuk menyampaikan kebutuhannya.

Meski dapat berkomunikasi tanpa kata, tidak jarang ada anak yang memerlukan sedikit bantuan ekstra untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya. Biasanya anak-anak yang sedang berkembang mungkin mengalami kesulitan dengan beberapa suara, kata, dan kalimat saat mereka belajar.Mari kita simak apa itu speech delay, gejala yang harus diwaspadai, hingga tips stimulasi anak speech delay.

Apa Itu Speech Delay?

Speech delay adalah kondisi ketika anak mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan berbicara sesuai dengan perkembangan usianya.  Penyebutan speech delay disematkan pada anak-anak berusia 2 hingga 3 tahun dengan kosakata kurang dari 30 kata pada usia 24 bulan dan kurang dari 3/5 ekspresi struktural pada usia 30 bulan.

Speech delay perlu ditanggulangi karena dapat membuat Si Buah Hati tertinggal dari teman-temannya yang normal.  Tak hanya dalam hal perkembangan kosa kata, panjang kalimat, perubahan nada, dan kemampuan membaca, anak dengan speech delay dapat mengalami masalah komunikasi verbal dan interpersonal serta kesulitan kognitif, literasi, berhitung, dan perilaku.

Gejala Keterlambatan Bicara pada Anak

Bunda, speech delay pada anak memiliki beberapa gejala yang perlu diperhatikan sehingga bisa diintervensi sejak dini. Sebab, speech delay dapat menimbulkan perilaku negatif, misalnya anak jadi tidak bisa mengekspresikan diri. 

Sebelum mencari tahu tips stimulasi anak speech delay, berikut gejala keterlambatan bicara yang perlu Bunda ketahui dan waspadai berdasarkan usia.

Usia 12 bulan

  • Tidak mengatakan "mama" atau "papa".

  • Tidak menggunakan isyarat, seperti melambai, menggelengkan kepala, atau menunjuk.

  • Tidak mengerti dan merespons kata-kata, seperti “tidak” dan namanya

  • Tidak menunjukkan ketertarikan pada hal-hal menarik, seperti burung atau pesawat

  • Tidak mengatakan setidaknya satu kata dan tidak mengoceh seperti sedang berbicara.

Usia 18 bulan

  • Tidak menunjuk pada bagian tubuh ketika ditanya

  • Tidak berkomunikasi dengan orangtua ketika membutuhkan bantuan 

  • Tidak menolong saat diminta.

Usia 24 bulan

  • Tidak dapat mengikuti petunjuk sederhana dan satu langkah

  • Tidak tahu setidaknya 50 kata

  • Tidak bermain peran dengan mainannya, seperti membuat suara mobil dengan mobil mainannya

  • Tidak dapat mengucapkan kalimat dengan dua kata

  • Hanya bisa meniru tindakan atau perkataan orang lain, bukan menghasilkan ucapannya sendiri.

Usia 30 bulan

  • Tidak menggunakan kalimat sederhana yang terdiri dari dua hingga empat kata

  • Tidak dapat menggunakan kata ganti apa pun

  • Tidak mengajukan pertanyaan sederhana

  • Tidak dapat dipahami siapa pun di keluarga.

Usia 3 tahun

  • Tidak bisa menyusun frasa pendek

  • Tidak bisa menceritakan kisah sederhana

  • Memiliki sedikit minat untuk dibacakan atau melihat buku

  • Tidak mengetahui fungsi benda-benda rumah tangga pada umumnya, seperti sikat gigi.

Usia 4 tahun

  • Belum menguasai sebagian besar konsonan tunggal

  • Tidak dapat menjawab pertanyaan "mengapa"

  • Tidak memahami konsep "sama" dan "berbeda"

  • Tidak memahami istilah spasial, “di bawah” atau “di samping”.

Baca Juga: Cara Stimulasi agar Anak Cepat Bicara

Tips Stimulasi Anak Speech Delay 

Jika Si Buah Hati menunjukkan gejala speech delay, Bunda tidak perlu khawatir. Berikut berbagai cara stimulasi anak speech delay untuk membantu merangsang kemampuan berbicara anak. 

1. Berkomunikasi Aktif dengan Anak

Bunda dapat mengajak Si Buah Hati berbicara setiap hari. Gunakan kalimat yang sederhana dan jelas, kemudian beri dia waktu untuk merespons. Berbicara dengan sederhana dapat membantu anak-anak memahami perkataan orangtua dan memudahkan mereka untuk menyalin ketika mereka sudah siap. Cara ini juga dapat membuat Si Buah Hati merasa didengar dan lebih termotivasi untuk berbicara.

2. Baca Cerita Bersama

Bacalah cerita bersama-sama, tunjukkan gambar-gambarnya, dan ajak Si Buah Hati berbicara tentang cerita tersebut. Ini tidak hanya merangsang imajinasi, tetapi juga membantu meningkatkan kosakata anak dan memahami cara membentuk suara untuk menghasilkan kata dan maknanya. Hal tersebut dapat membangun keterampilan bahasa dan keterampilan literasi anak.

3. Permainan Kata dan Suara

Stimulasi untuk anak speech delay berikutnya adalah mengajak Si Buah Hati bermain dengan melibatkan kata dan suara, seperti tebak kata atau menyanyikan lagu-lagu anak. Selain membantu meningkatkan kemampuan berbicara anak, kegiatan ini juga bisa menjadi momen menyenangkan bagi Bunda dan Si Buah Hati.

4. Terapi Bicara Profesional

Bunda dapat mencari bantuan dari terapis profesional jika merasa perlu. Terapi bertujuan mengajarkan strategi kepada anak-anak untuk memahami bahasa lisan dan menghasilkan perilaku komunikatif yang sesuai.

Terapi bicara juga dapat membantu orangtua mempelajari cara-cara untuk mendorong keterampilan komunikasi anak-anak. Bunda, setiap anak unik dan berkembang dengan cara dan waktunya masing-masing sendiri. Tidak perlu membandingkan-bandingkan perkembangan Si Buah Hati dengan anak lain. 

Dengan memberikan cinta, dukungan, dan stimulasi yang tepat, Bunda dapat membantu Si Buah Hati mengatasi speech delay dan mengoptimalkan potensinya. Bunda juga bisa lengkapi gizi hariannya dengan memberikan DANCOW 1+ Imunutri, susu pertumbuhan untuk anak usia 1 – 3 tahun, dengan 0 gram sukrosa, mengandung vitamin A, C, E, zink, tembaga, selenium, DHA, Omega-3, Omega-6, zat besi, kalsium, vitamin D, dan protein untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.  Kandungan DHA dan zat besi pada Dancow dapat membantu asupan nutrisi untuk perkembangan otak anak selama proses belajar nya

Semoga tips dan stimulasi anak speech delay di atas dapat membantu Bunda mendukung perkembangan berbicara Si Buah Hati. 

Image Article
Bunda, Simak Tips Stimulasi Anak Speech Delay Berikut Ini
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Stimulasi Agar Anak Cepat Bicara yang Perlu Bunda Ketahui

Published date

Kemampuan berbicara sangat penting karena menjadi kunci dalam mengungkapkan perasaan, ide, dan pikiran anak. Namun, tak jarang ada anak yang membutuhkan waktu lebih lama dari anak lain atau biasa dikenal speech delay.

Jika Si Buah Hati tampak tidak ingin banyak bicara atau bersuara, Bunda bisa mempelajari pentingnya kemampuan bicara hingga cara stimulasi agar anak cepat bicara berikut ini.

Pentingnya Kemampuan Bicara dalam Tumbuh Kembang Anak

Kemampuan berkomunikasi sangat penting karena mendukung anak dalam mengungkapkan dan memahami perasaan, berpikir dan belajar, menyelesaikan masalah, serta mengembangkan dan memelihara hubungan.

Kemampuan berbicara juga merupakan langkah pertama dalam literasi yang menjadi dasar untuk belajar membaca dan menulis. Dengan kemampuan berbicara yang baik, Si Buah Hati dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, mengungkapkan kebutuhan dan keinginan, serta belajar dari pengalaman sehari-hari. Tak kalah penting, tahap perkembangan kemampuan bahasa juga mendukung banyak aspek perkembangan lainnya, seperti perkembangan kognitif, sosial, dan literasi. 

 

Mengenal Tahapan Perkembangan Bicara pada Anak

Tahap perkembangan bahasa bermula dari suara, gestur, kata, dan kalimat. Mengingat penguasaan perkembangan setiap anak berbeda-beda, Bunda dapat menggunakan tahapan perkembangan berikut untuk melihat perkembangan Si Buah Hati normal atau memerlukan stimulasi anak agar cepat bisa bicara. 

 

1. Usia 0-6 Bulan 

Saat dilahirkan, bayi hanya mampu mengungkapkan keinginannya dengan menangis. Pada usia 2-3 bulan, bayi mulai menghasilkan suara seperti "aah" atau "uuh," yang disebut cooing. Mendekati usia 6 bulan, bayi mulai merespons panggilan namanya. Perilaku cooing pun berkembang menjadi mengoceh.

 

2. Usia 6-12 Bulan 

Pada usia 6-9 bulan, bayi mulai memahami nama-nama orang dan objek, serta konsep dasar seperti ya, tidak, atau habis. Ketika berusia 9-12 bulan, bayi mampu mengucapkan kata-kata "mama" dan "papa" dengan pemahaman makna.

 

3. Usia 12-18 Bulan 

Pada usia ini, anak mampu menggunakan 3-6 kata yang memiliki makna, dapat merespons pertanyaan dengan mengangguk atau menggelengkan kepala, hingga menunjuk bagian tubuh atau gambar. Saat berusia 15 bulan, Si Buah Hati kemungkinan hanya bisa mengucapkan 3-6 kata bermakna. 

Baca Juga : Cara Optimalkan Kecerdasan  Bahasa Si Buah Hati

 

4. Usia 18-24 Bulan 

Pada fase ini, Si Buah Hati minimal sudah memiliki 50 kosa kata atau lebih.1 Mereka mampu membentuk kalimat yang terdiri dari dua kata, seperti "mama makan" atau "naik sepeda," dan dapat mengikuti perintah. Ketika mencapai usia dua tahun, orang lain dapat mengerti sekitar setengah dari apa yang mereka ucapkan.

 

5. Usia 2-3 Tahun 

Anak-anak pada usia ini biasanya sudah mampu menggunakan kalimat 2-3 kata. Mendekati usia 3 tahun, mereka bisa menggunakan kalimat dengan lebih dari tiga kata, termasuk bertanya kegunaan benda-benda.

 

6. Usia 3-5 Tahun 

Pada periode ini, Si Buah Hati menunjukkan minat dalam mendengarkan cerita dan obrolan. Mereka dapat menyebutkan nama, usia, dan jenis kelaminnya sendiri, serta menggunakan kalimat-kalimat yang lebih panjang. Pada usia 4 tahun, anak sudah mampu berbicara dengan jelas dan dapat menceritakan pengalamanya dengan lancar dan cukup rinci.

 

Tips Stimulasi agar Anak Cepat Bicara

1. Rajin Mengajak 

Bunda dapat mengajak Si Buah Hati berbicara setiap hari, bahkan jika mereka belum bisa merespons dengan kata-kata. Ajukan pertanyaan sederhana dan beri waktu bagi mereka untuk merespons. 

Kuncinya adalah menggunakan kosakata sebanyak mungkin dengan konteks yang berbeda-beda. Contohnya adalah membicarakan minuman atau makanan cokelat dengan barang berwarna coklat. Tak kalah penting, jadilah pendengar yang aktif dengan menyimak dengan sesekali bertanya. Cara ini dapat membuat anak termotivasi untuk belajar berkomunikasi. 

Penelitian menunjukkan bayi yang diajak berinteraksi secara langsung lebih efisien dalam memproses kata-kata yang familiar. Bahkan, anak yang kerap diajak bicara diketahui memiliki kosa kata ekspresif yang lebih banyak pada usia 24 bulan. Ini menunjukkan rutin diajak bicara dengan banyak menjadikan anak pusat pembicaraan menjadi pengalaman berbahasa yang berharga untuk Si Buah Hati di masa depan.

 

2. Bacakan Buku 

Membacakan cerita berulang-ulang dapat membantu anak mengenali kata-kata serta memahami bagaimana membentuk suara untuk mengucapkan kata dan artinya. Melalui kegiatan ini, anak dapat mengembangkan keterampilan berbahasa dan literasi mereka, yang akan bermanfaat saat mereka dewasa.ang berharga untuk Si Buah Hati di masa depan.

 

3. Gunakan Mainan 

Dunia anak adalah dunia bermain. Bunda bisa memanfaatkan mainan atau membuat permainan untuk si Buah Hati yang dapat mendorongnya berinteraksi dengan orang lain. Dengan begitu, Si Buah Hati akan belajar berkomunikasi.1 Sebagai contoh, saat bermain mobil atau kereta mainan, Bunda dapat mengajaknya mengatakan “tuut tuut tuut”.

 

4. Pujian dan Dorongan 

Stimulasi agar anak cepat bicara berikutnya adalah memberikan pujian saat anak mencoba berbicara, meskipun kata-kata mereka belum sempurna. Dengan memuji, Bunda mengajari anak berpikir dan berbicara dengan positif tentang diri mereka. Pujian juga membantu Si Buah Hati mengenali yang dilakukan sudah benar sekaligus membuatnya bangga dengan itu.1Sebagai contoh, Bunda dapat mengatakan,”Wah, anak pintar!”, ketika berhasil mengucapkan kata tertentu.

 

5. Batasi Penggunaan Gawai 

Bunda dapat membatasi waktu Si Buah Hati menggunakan gawai untuk stimulasi agar anak cepat bicara. Sebab, interaksi langsung dengan Bunda dan lingkungan sekitarnya sangat penting dalam pengembangan kemampuan bicara anak. Anak-anak yang penggunaan gawainya dibatasi juga akan memiliki lebih banyak waktu untuk mengembangkan kemampuan komunikasi, menggerakkan tubuhnya, dan istirahat lebih baik.1 Dengan stimulasi dan kasih sayang, anak akan memiliki dasar yang kuat dalam mengembangkan kemampuan bicaranya. 

Image Article
stimulasi agar anak cepat bicara
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Umur Berapa Anak Bisa Bicara? Simak Penjelasan Berikut Ini!

Published date

Bunda, memiliki buah hati adalah kebahagiaan bagi orangtua. Namun, dalam fase tumbuh kembang buah hati, orangtua biasanya memiliki banyak pertanyaan, apakah tumbuh kembang ananda tergolong normal atau di bawah anak-anak seusianya. Salah satu pertanyaan terbesar adalah anak bisa bicara umur berapa? Bunda, sebelum usia satu tahun, kebanyakan bayi sudah memahami arti dari selusin lebih kata, dan di usai dua tahun, kebanyakan anak bisa berbicara 200 atau lebih kata.

 

Umur Berapa Anak Bisa Bicara?

“Bayi bicara” pertama kali bersifat nonverbal dan terjadi segera setelah lahir. Meringis, menangis, dan menggeliat adalah cara bayi untuk mengekspresikan berbagai emosi dan kebutuhan fisik, mulai dari rasa takut dan lapar hingga frustrasi dan kelebihan sensorik.

Bunda bisa belajar untuk mendengarkan dan menafsirkan tangisan buah hati yang berbeda-beda.

Nah, kapan buah hati mengeluarkan kata-kata pertama, bervariasi antara satu anak dengan anak lainnya.

Namun, umumnya jawaban dari anak umur berapa bisa bicara adalah sekitar usia satu tahun. Di usia ini, anak-anak sudah bisa mengucapkan satu dua kata berarti seperti mama, papa, atau dadah.1 Lebih lengkapnya, simak mengenai tahap perkembangan bicara anak di bawah ini.

 

Tahapan Perkembangan Bicara Bayi

Bunda bisa mengetahui perkembangan buah hati dengan mengetahui tahapan perkembangan bicara di bawah ini. Sehingga, bunda juga tidak akan penasaran lagi tentang umur berapa anak bisa bicara.

Usia 3 bulan

Di akhir usia 3 bulan, Si Buah Hati umumnya sudah bisa:

  • Senyum saat Bunda muncul

  • Mengeluarkan suara mendengkur

  • Diam atau tersenyum ketika diajak bicara

  • Sepertinya mengenal suara Bunda

  • Setiap tangisan yang berbeda untuk mengekspresikan kebutuhan yang berbeda

Usia 6 bulan

Di akhir usia 6 bulan, Si Buah Hati umumnya sudah bisa:

  • Mengeluarkan suara berdeguk saat bermain

  • Mengoceh dan membuat berbagai suara

  • Gunakan suara untuk menunjukkan rasa suka dan tidak suka

  • Menggerakkan mata ke arah suara

  • Merespons perubahan nada suara Bunda

  • Memperhatikan bahwa beberapa mainan mengeluarkan suara

  • Memperhatikan musik

Usia 12 bulan

Di akhir usia 12 bulan, Si Buah Hati sudah dapat:

  • Mencoba menirukan suara ucapan

  • Ucapkan beberapa kata, seperti "dada", "mama", dan "uh-oh"

  • Memahami perintah sederhana, seperti "Kemarilah"

  • Mengetahui kata-kata untuk benda-benda yang umum, seperti "sepatu"

  • Berbalik dan melihat ke arah suara

Usia 18 bulan

Di akhir usia 18 bulan, Si Buah Hati umumnya sudah dapat:

  • Mengetahui nama orang, objek, dan bagian tubuh

  • Mengikuti perintah sederhana yang diikuti dengan gesture tubuh

  • Berbicara 10 kata

Usia 24 bulan

Di akhir usia 24 bulan, Si Buah Hati sudah bisa:

  • Menggunakan frasa sederhana, misalnya “tambah susu”

  • Bertanya satu atau dua kata seperti “Mau pergi?”

  • Mengikuti perintah sederhana dan memahami pertanyaan sederhana

  • Berbicara 50 kata atau lebih

  • Berbicara dengan baik jadi Bunda dan orang lain bisa paham.

Tanda Gangguan Bicara pada Anak

Untuk mengetahui apakah buah hati mengalami gangguan perkembangan bicara atau tidak Bunda harus mengenali tanda-tandanya, di antaranya:

  • tidak mengeluarkan suara sama sekali sampai bayi berusia 6 bulan,

  • tidak mengoceh sampai usia 12 bulan,

  • tidak mengeluarkan 1 kata yang bukan mengoceh atau meniru ucapan orang lain di usia 16 bulan.

  • tidak menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap benda pada usia bayi 20 bulan,

  • kurang mampu berbagi perhatian atau ketertarikan dengan orang lain di usia 20 bulan, dan

  • orangtua masih tidak mengerti perkataan anak di usia 30 bulan.

Jika mendapati tanda-tanda seperti di atas, sebaiknya Bunda konsultasikan dengan dokter anak.

 

Baca Juga : Stimulasi Bicara Anak Usia 1 Tahun 

Secara umum, ada beberapa faktor yang menyebabkan keterlambatan bicara pada buah hati. Jadi, sebelum bertanya anak bisa bicara lancar umur berapa, Bunda perlu mengecek apakah beberapa faktor berikut ada pada anak.

  1. Faktor genetik

  2. Gangguan perkembangan dan/atau pendengaran karena gangguan pada saraf

  3. Kurangnya pengalaman secara langsung, dalam hal ini seperti kurangnya stimulasi dan interaksi sosial.

Berdasarkan beberapa penelitian, pengalaman awal yang didapatkan oleh bayi (dalam hal ini stimulasi dan interaksi sosial) terlibat pada perkembangan otak. Meski tampak sepele, ternyata pengalaman yang diterima bayi di hari-hari pertama kehidupannya berkaitan erat dengan perkembangan saraf sehingga mempengaruhi pemrosesan bahasanya.

Cara Stimulasi agar Perkembangan Bicara Anak Sesuai Usia

 

Bunda, orangtua dan lingkungan terdekat berperan penting dalam perkembangan bicara dan bahasa anak. Untuk itu, ini yang bisa Bunda lakukan untuk menstimulasi kemampuan bicara buah hati:

1. Sering ajak anak komunikasi       
 

Kapan pun dan di mana pun Bunda, saat berada bersama buah hati, usahakan menceritakan apa pun kepadanya. Misalnya, Bunda bisa mengenalkan berbagai benda yang ditemui, apa yang Bunda lakukan, dan sebagainya. Meskipun buah hati belum bisa bicara, kata-kata yang didengarnya akan menjadi bekal dalam perkembangan bicaranya.

 

2. Bacakan buku atau cerita       
 

Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kosakata buah hati sejak dini adalah dengan membacakannya buku atau cerita bergambar. Sambil membacakannya cerita, Bunda bisa mengajak buah hati menunjuk gambar dan menyebut nama benda yang ditunjuk.

Bunda, pertanyaan umur berapa anak bisa bicara yang banyak ditanyakan dan dikhawatirkan oleh orangtua akhirnya tergantung pada stimulasi yang diberikan pada Si Buah Hati. Jadi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Bunda merasa buah hati “berbeda” dengan anak seusianya.

Untuk Si Buah Hati yang sudah berusia 1 tahun ke atas, jangan lupa untuk memberikan nutrisi yang dibutuhkannya, salah satunya susu pertumbuhan. DANCOW 1+ Imunutri adalah susu pertumbuhan yang diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 1-3 tahun, tinggi akan Vitamin A, C, E, Selenium, Zink, Tembaga, tinggi Kalsium, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi.

Image Article
Umur Berapa Anak Bisa Bicara? Simak Penjelasan Berikut Ini!
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Simak Permainan Agar Anak Cepat Bicara Berikut Ini!

Published date

Ada banyak permainan agar anak cepat bicara yang bisa Bunda lakukan bersama Si Buah Hati. Seperti yang kita tahu, salah satu cara yang efektif untuk merangsang kemampuan bicara anak adalah melalui bermain. Bermain adalah cara utama anak-anak berkembang, belajar, dan menjelajahi dunia.

Bermain dengan anak juga memberi Bunda banyak kesempatan untuk berbicara. Dan semakin sering Bunda bermain dan berbicara bersama Si Buah Hati, semakin banyak kata yang didengar mereka. Ini juga memberi Si Buah Hati kesempatan untuk mempelajari cara kerja suara, kata-kata, dan percakapan, yang tentunya membantu meningkatkan keterampilan berbicara anak sekaligus membantu perkembangan otaknya.

Pentingnya Bicara dalam Perkembangan Anak

Kemampuan berbicara dengan lancar memungkinkan anak untuk berkomunikasi dan mengembangkan kemampuan sosial mereka. Keterampilan ini juga memainkan peran penting dalam prestasi akademik dan mendukung penguasaan membaca dan menulis.

Ketika anak memiliki kemampuan bicara yang baik, mereka dapat berteman, didengarkan, menanyakan apa yang mereka butuhkan dan mengembangkan hubungan yang kuat dengan orang lain.1 Bisa dibilang, kemampuan ini merupakan dasar bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain, baik dengan anak seusianya atau orang dewasa

Umumnya, kemampuan bicara anak sebagian besar diperoleh dengan mudah pada usia balita-prasekolah. Pada usia 5 tahun, mereka umumnya sudah memiliki kosakata ribuan kata, membuat kalimat dengan tata bahasa yang kompleks, membedakan makna literal dan non-literal, seperti humor atau metafora, dan mengamati konvensi sosial dalam percakapan. Pada usia 8 tahun, mereka sudah bisa berbicara dengan ucapan yang matang.

Baca Juga : Stimulasi Bicara Anak Usia 1 Tahun 

Manfaat Permainan untuk Menstimulasi Anak Bicara

Bunda bisa mengajak Si Buah Hati melakukan permainan agar anak cepat bicara karena cara ini sangat efektif untuk membantu meningkatkan kemampuan tersebut. Permainan atau game membantu mendorong interaksi anak dengan orang lain yang berarti mereka belajar berkomunikasi.

Berkat motivasi dan interaksi yang tercipta antara anak dan orang tua saat melakukan permainan untuk stimulasi anak bicara, si Buah Hati dapat mengembangkan kemampuan bahasa dan perkembangan kognitifnya.

4 Permainan agar Anak Cepat Bicara

1. Bermain peran        
 

Salah satu permainan atau game stimulasi bahasa anak yang bisa Bunda lakukan bersama Si Buah Hati adala bermain peran. Saat bermain peran, anak akan aktif terlibat dalam berbagai dialog. Hal ini akan melatih anak berbicara lancar. Bermain peran juga meningkatkan imajinasi mereka sehingga akan muncul percakapan atau dialog antar teman. Setelah bermain, Bunda bisa mengajak Si Buah Hati berdiskusi tentang epran yang telah dimainkan dan kesan-kesannya usai memperagakan peran tertentu.

2. Bermain tebak-tebakan        
 

Permainan untuk stimulasi anak bicara berikutnya yang bisa Bunda lakukan bersama Si Buah Hati adalah bermain tebak-tebakan. Bermain tebak-tebakan akan membantu menciptakan keinginan anak untuk belajar bahasa, yang otomatis meningkatkan keterampilan berbicara. Permainan ini terbukti mampu meningkatkan pengucapan, kosakata, dan kefasihan anak dalam berbicara secara signifikan.

3. Permainan pesan berantai       
 

Permainan pesan berantai bisa dilakukan dengan permainan mengajak Si Buah Hati membisikkan satu kata atau kalimat kepada pemain berikutnya. Dengan permainan ini, anak bisa berlatih menyimak dan mendengarkan, yang otomatis melatih kecerdasan verbal, kerjasama, dan kemampuan bicara anak. Tentunya, permainan ini akan efektif jika dilakukan lebih dari 3 orang. Jadi, Bunda juga bisa mengajak saudara yang lain atau teman sebaya Si Buah Hati.

4. Bermain balok       
 

Tahukah Bunda balok juga bisa menjadi media permainan atau game untuk stimulasi anak bicara, loh. Sata bermain balok, anak bisa melatih kemampuan bicara dengan cara menjelaskan bentuk bangunan yang mereka susun. Saat bermain balok, anak bisa mengekspresikan bangunan mereka melalui kata-kata. Permainan ini akan memberikan hasil yang efektif jika dilakukan secara berkelompok karena anak bisa berinteraksi dan mempresentasikan ide yang dimilikinya melalui aktivitas berbicara.

Selain mendorong perkembangan bahasa anak dengan permainan, Bunda juga bisa membantu meningkatkan potensi Si Buah Hati dengan memenuhi kebutuhan nutrisinya bersama DANCOW.

DANCOW membantu memenuhi kebutuhan nutrisi Si Buah Hati sesuai dengan perkembangan tahap usianya. Untuk usia 1-3 tahun, Bunda bisa memberikan Si Buah Hati DANCOW 1+ Imunutri yang mengandung tinggi kalsium, vitamin A, E, C, Zink, protein, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi. Kandungan nutrisi dalam DANCOW 1+ Imunutri mendukung Si Buah Hati Lebih Bebas Bereksplorasi dan Tumbuh Percaya Diri.

Jadi lengkapi nutrisi si Buah Hati sambil terus stimulasi dengan permainan agar anak cepat bicara ya Bunda!

Image Article
Bunda, Simak Permainan Agar Anak Cepat Bicara Berikut Ini!
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Inilah Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini

Published date

Seiring bertambahnya usia Si Buah Hati, selain pertumbuhan fisik, keterampilan sosial dan emosional Si Buah Hati turut berkembang. Untuk bekal informasi Bunda, simak perkembangan sosial emosional anak usia dini lewat artikel berikut ini. 

Pentingnya Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Untuk Bunda ketahui, perkembangan sosial dan emosional adalah tahap perkembangan ketika Si Buah Hati mulai memahami siapa dirinya, apa yang dirasakannya, dan harapannya saat berinteraksi dengan orang lain. 

Perkembangan ini mencakup dua konsep penting, yakni perkembangan diri atau temperamen dan hubungan dengan orang lain atau keterikatan.

Perkembangan diri ini menggambarkan gaya atau kepribadian dan cara pandang anak ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Contohnya tingkat aktivitas, tingkat perhatian, intensitas emosi, keteraturan, ambang sensorik, cenderung terbuka atau tertutup, kemampuan beradaptasi, ketekunan, dan kualitas suasana hati. Selain aspek perkembangan diri, tahap perkembangan ini juga dilihat dari sisi keterikatan dengan orang lain.

Dari beberapa hal di atas, karakteristik perkembangan sosial emosional anak usia dini ada Si Buah Hati yang tergolong mudah atau fleksibel, aktif dan penuh semangat, atau cenderung berhati-hati.

Nah, perkembangan sosial emosional anak usia dini ini penting agar Si Buah Hati ke depan mampu:

  • Mengalami, mengelola, dan mengekspresikan emosi

  • Memiliki rasa percaya diri dan empati

  • Membentuk dan mempertahankan hubungan yang positif dengan orang lain

  • Mengembangkan hubungan sampai persahabatan bermakna dan langgeng

  • Menjelajahi dan aktif terlibat dengan lingkungan sekitar sehingga anak punya nilai bagi orang sekitar

Perlu Bunda pertimbangkan juga, kegagalan Si Buah Hati mengikuti perkembangan sosial dan emosional bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental dan emosional ke depan. Gangguan kesehatan mental dan emosional pada anak usia dini bisa terlihat dari keterlambatan perkembangan secara keseluruhan, susah berhenti menangis, masalah tidur, perilaku agresif, impulsif, atau takut pada banyak hal.

Hal ini apabila tidak segera ditangani bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan mental di kemudian hari, seperti penarikan diri, susah tidur, gangguan makan, depresi, kecemasan, atau reaksi stres traumatis.

Tahap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Contoh perkembangan sosial emosional anak usia dini ini meliputi pengalaman, ekspresi dan pengelolaan emosi, serta kemampuan untuk membangun relasi atau hubungan yang baik dengan orang lain.

Secara ringkas, berikut tahap perkembangan sosial anak usia dini yang perlu Bunda cermati:

1. Usia 1 tahun       
 

  • Mulai punya kegemaran atau favorit, bisa orang atau mainan.

  • Dapat meniru suara atau gerak-gerik tertentu untuk menarik perhatian.

  • Senang bermain cilukba atau permainan yang melibatkan interaksi dengan orang lain.

  • Tidak sungkan mencoba mainan dengan orang dewasa di dekatnya.

  • Mulai bisa menunjukkan perasaan, misalkan marah, takut, malu, atau sayang dengan orang lain.

2. Usia 2 tahun       
 

  • Dapat atau menunjukkan minat bermain sebentar dengan anak lain.

  • Semakin mahir meniru orang lain, terutama orang dewasa atau anak yang lebih besar di sekitarnya.

  • Semakin ingin menunjukkan kemandiriannya, misalkan ingin makan sendiri.

  • Mulai bisa mengeyel atau membangkang, karena mempunyai pendapat berbeda.

  • Mulai bisa bermain dengan anak lain, seperti kejar-kejaran.

3. Usia 3 tahun       
 

  • Menunjukkan kepedulian dan kasih sayang dengan orang lain tanpa disuruh.

  • Meniru orang dewasa dan teman sekitarnya, misalkan ketika anak lain lari jadi ikut lari-larian.

  • Mulai bisa menikmati rutinitas dan terkadang jengkel kalau rutinitasnya terganggu.

  • Dapat mengenakan atau membuka pakaian sendiri.

  • Sudah bisa bilang ingin buang air ke toilet, terutama di siang hari.

4. Usia 4 tahun       
 

  • Bisa bermain secara berkelompok dengan anak lain.

  • Semakin terampil konsep negosiasi, dan bisa memahami konflik butuh solusi.

  • Lebih suka bermain dengan anak lain ketimbang mainan sendiri.

  • Lebih kreatif ketika bermain khayalan atau yang butuh imajinasi.

  • Mulai bisa mengekspresikan apa yang disukai dan tidak disukai.

5. Usia 5 tahun       
 

  • Ada minat menyenang-nyenangkan teman.

  • Sudah paham aturan dan bisa menurutinya.

  • Suka menyanyi, menari, atau mainan pura-pura.

  • Dapat membedakan antara realitas dan khayalan.

  • Terampil mengekspresikan apa yang disukai dan tidak disukai

  • Lebih menurut, kooperatif, dan mandiri.

Untuk mencapai tonggak di atas, anak usia dini butuh bantuan orang terdekat dan lingkungan sekitarnya, terutama orang tua.

Peran Orangtua dan Lingkungan dalam Mendukung Perkembangan Sosial Emosional

Orangtua dan lingkungan sekitar memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan sosial dan emosional anak usia dini.

Pengalaman yang konsisten dengan anggota keluarga, pengasuh, guru, atau orang dewasa lain membantu anak belajar berhubungan dan mengeksplorasi emosi dalam interaksi sehari-hari.

Berikut beberapa peran nyata orangtua dan lingkungan dalam mendukung salah satu aspek perkembangan penting anak ini:

  • Tunjukkan kasih sayang sekaligus asuh anak dengan cara mendekap, menghibur, bicara, bermain, atau bernyanyi bersama.

  • Bantu anak merasakan serunya memberi dan menerima saat berhubungan dengan orang lain, misalkan dengan main cilukba, tepuk tangan bersama, mengajarkan salam, serta melambaikan tangan saat berpisah.

  • Berikan kesempatan anak untuk mempraktikkan keterampilan baru, tapi upayakan responsif memberikan bantuan langsung saat anak butuh.

  • Ajarkan keterampilan sosial dan emosional, seperti bergantian, kerja sama, mendengarkan, sampai menyelesaikan konflik.

  • Ayah atau pengasuh dapat membantu membangun kedekatan emosional sejak dini dengan cara segera merespons saat anak menangis dan memberikan apa yang dibutuhkan, sehingga anak segera tenang.

  • Perkenalkan berbagai pengalaman baru, seperti warna, bunyi, tekstur, bentuk, rasa, atau tempat yang baru dengan bahasa yang mudah dipahami anak.

  • Latih kemandirian anak sesuai tahap tumbuh kembangnya, seperti belajar makan sendiri, pakai pakaian sendiri, sampai bisa ke toilet

  • Ajarkan anak untuk menunjuk benda yang diinginkannya, sehingga Si Buah Hati dapat menyatakan kehendak tanpa banyak menangis.

Untuk dukung perkembangan sosial emosional anak usia dini, Bunda bisa menerapkan langkah-angkah di atas. Selain itu, Bunda juga bisa mengimbangi gizi Si Buah Hati dengan susu pertumbuhan seperti DANCOW 1+ untuk usia 1-3 tahun. DANCOW 1+ Imunutri diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 1-3 tahun, tinggi akan Vitamin A, C, E, Selenium, Zink, Tembaga, tinggi Kalsium, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi.

Image Article
Bunda, Inilah Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Berkomunikasi dengan Anak Usia Dini yang Tepat

Published date

Komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak menjadi salah satu kunci dalam keberhasilan pengasuhan. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sangat penting untuk membangun hubungan positif. Selain itu, komunikasi yang baik juga membuat Bunda lebih mudah membicarakan topik-topik sulit dengan Si Buah Hati saat mereka tumbuh besar nanti.1 Bagaimana cara berkomunikasi dengan anak yang baik dan efektif? Simak ulasannya dalam artikel berikut ini.

Pentingnya Berkomunikasi dengan Anak Sejak Bayi

Bayi memang belum bisa bicara. Meski begitu, si Buah Hati tetap melakukan komunikasi dengan kita lho, Bunda. Mereka berkomunikasi dengan cara menangis untuk memberitahu Bunda dan Ayah bahwa mereka merasa lapar, tidak nyaman, atau sakit. Tapi, bayi tidak hanya menangis mereka juga memberi ekspresi seperti tertawa, tersenyum, mengeluarkan suara, dan menggerakkan tangannya sebagai bentuk komunikasi non-verbal.

Oleh karena itu, berkomunikasi dan memberi perhatian pada anak sejak bayi penting dilakukan. Bahkan penelitian membuktikan bahwa pengalaman pertama berkomunikasi dengan orang lain ini punya peran penting bagi kemampuan bahasa anak saat usia dini dan juga prasekolah.

Cara Berkomunikasi dengan Anak

Perlu Bunda ketahui, anak memerlukan komunikasi yang baik dengan orangtuanya, bahkan sejak mereka dilahirkan. Sebab, komunikasi yang baik sejak usia dini akan membantu memperkuat hubungan antara anak-anak dan orang tua. Cara berkomunikasi dengan anak kecil yang baik di antaranya adalah lewat tutur kata lembut, sikap hangat, dan responsif, supaya Si Buah Hati merasa aman dan tenteram di dunianya.

Berikut ini beberapa tips berkomunikasi dengan anak kecil:

  • Lakukan Kontak Mata

Kontak mata sangat penting dilakukan setiap kali Bunda berkomunikasi dengan Si Buah Hati. Sebab, kontak mata dapat menunjukkan bahwa Bunda aktif dan penuh perhatian dalam percakapan dengan Si Buah Hati. Kontak mata juga akan membuat komunikasi terasa terbuka dan transparan.

Kontak mata bahkan perlu dilakukan oleh orang tua saat berkomunikasi dengan anak sejak bayi. Penelitian menunjukkan bahwa meskipun penglihatan bayi masih terbatas, kontak mata tetap menjadi salah satu respons operan paling awal yang dapat diterima Si Buah Hati dan menjadi landasan penting dalam pembentukan keterampilan berkomunikasi di masa depan.

Baca Juga : Cara Optimalkan Kecerdasan  Bahasa Anak 

  • Aktif mendegarkan

Salah satu cara berkomunikasi dengan anak yang baik adalah Bunda harus lebih banyak mendengarkan saat Si Buah Hati berbicara atau bercerita. Dengan begitu, anak akan merasa bahwa orang tuanya tertarik dan peduli dengan apa yang sedang ia sampaikan. Saat Si Buah Hati berbicara, Bunda sebaiknya memberikan perhatian penuh, menghentikan aktivitas lain, menyamai level anak, serta merenungkan dan mengulang kembali apa yang ia katakan atau rasakan untuk benar-benar memahami kebutuhannya.

  • Sesuaikan cara komunikasi dengan usia anak

Agar dapat berkomunikasi secara efektif, Bunda juga perlu menyesuaikan gestur dan gaya bicara sesuai dengan usia anak. Orang tua perlu memahami cara berkomunikasi anak-anak dari berbagai usia agar tercipta interaksi yang efektif.

Cara berkomunikasi dengan anak usia sekolah, tentu berbeda dari bayi atau balita. Saat berkomunikasi dengan bayi berusia di bawah 1 tahun, Bunda harus cepat merespons bahasa non verbal mereka, misalnya dengan menenangkan saat menangis atau membalas senyuman Si Buah Hati. Pada anak berusia 1-3 tahun, Bunda juga perlu cermat dan tanggap merespons setiap ucapan dan gestur komunikasi yang mereka berikan.

Sementara itu, cara berkomunikasi dengan anak kecil usia prasekolah antara 3-6 tahun tentu berbeda lagi. Pada usia tersebut, anak mulai bisa berkomunikasi dengan kalimat lengkap, jadi sebaiknya Bunda mengajaknya berbicara dengan bahasa yang lengkap dan baik juga. Bunda bisa mengajak Si Buah Hati bercerita tentang kesehariannya atau hal-hal menarik lainnya.

  • Peka terhadap bahasa non verbal anak

Selain aktif mendengarkan celoteh anak, Bunda juga harus lebih peka terhadap bahasa non verbal mereka agar dapat menjalin komunikasi yang tepat dan efektif. Untuk itu, Bunda perlu membaca bahasa tubuh Si Buah Hati dan mencoba meresponsnya. Misalnya, ketika anak tampak lelah dan tidak bersemangat sepulang sekolah, Bunda bisa bertanya “Kamu tampak pendiam, apakah terjadi sesuatu di sekolah?”.

  • Beri nasihat yang rasional

Larangan dan kritik hanya akan membuat anak menarik diri dari komunikasi. Daripada memberikan larangan atau kritik semata, lebih baik Bunda memberikan penjelasan lengkap dan rasional kepada anak mengapa ada hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Dengan memberi penjelasan rasional, anak akan memahami dampak dari sebuah tindakan.

  • Gunakan kalimat positif

Saat berkomunikasi dengan anak, sebaiknya hindari frasa negatif, seperti “jangan”. Alih-alih kata jangan, lebih baik Bunda menggunakan kalimat positif saat memberi peringatan kepada anak. Misalnya, daripada kalimat “jangan memukul adikmu”, lebih baik ucapkan “bermainlah dengan baik bersama adik ya”.

Itulah beberapa tips dan cara berkomunikasi dengan anak yang dapat Bunda terapkan. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak akan membantu perkembangan kemampuan sosial dan emosional Si Buah Hati di masa depan.

Dukung pertumbuhan dan perkembangan Si Buah Hati dengan memberikan nutrisi yang dibutuhkannya, salah satunya susu pertumbuhan jika Si Buah Hati sudah berusia 1 tahun ke atas. DANCOW 1+ Imunutri adalah susu pertumbuhan yang diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 1-3 tahun, tinggi Vitamin A, C, E, Selenium, Zink, Tembaga, tinggi Kalsium, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi.

Image Article
Bagaimana Cara Berkomunikasi dengan Anak yang Tepat?
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Inilah Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini yang Perlu Diketahui

Published date

Bunda mungkin berpikir usia anak-anak adalah waktu bagi Si Buah Hati untuk bermain sepuasnya. Tapi, perlu Bunda ketahui bahwa usia dini adalah momen yang tepat untuk mempelajari hal baru  dan bermain merupakan salah satu cara bagi anak untuk belajar. 

Apa yang dipelajari Si Buah Hati di tahun-tahun awal kehidupannya, dan bagaimana hal itu dipelajari, dapat memberi efek jangka panjang terhadap kesehatan dan kesuksesannya saat anak-anak, remaja, bahkan hingga dewasa. 

Itulah mengapa, Bunda perlu memperhatikan pentingnya pendidikan anak usia dini bagi Si Buah Hati dan berusaha mengoptimalkannya.

Perkembangan Anak di Usia Dini

Perkembangan anak usia dini mengacu pada proses perkembangan kognitif, fisik, bahasa, sosial emosional, dan motorik di usia bawah 8 tahun. Tahun-tahun awal kehidupan tersebut sangat penting karena otak masih berkembang dengan pesat. 

Jika perkembangan di usia dini terganggu maka kemungkinan Si Buah Hati memiliki keterampilan yang lebih sedikit, serta kurang memperoleh manfaat dari sekolah. Dampaknya, kesempatan kerja dan peluang pendapatan anak lebih rendah ketika dewasa. 

Memberi anak pendidikan usia dini yang berkualitas dapat menjadi awal yang baik bagi kehidupannya dengan membuka peluang untuk Si Buah Hati belajar dan berkembang dengan lebih baik. 

Manfaat Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Untuk menegaskan pentingnya memberikan pendidikan bagi anak usia dini, Bunda perlu tahu manfaat apa saja yang bisa diperoleh Si Buah Hati dari pembelajaran di usia dini. Di Indonesia, Bunda dapat memberikan pendidikan usia dini kepada Si Buah Hati yang berusia di bawah 8 tahun dengan memasukkannya ke lembaga prasekolah, seperti PAUD dan Taman Kanak-kanak (TK).

Melalui PAUD dan TK, anak dapat memperoleh beberapa manfaat pendidikan usia dini bagi perkembangan kemampuan Si Buah Hati, di antaranya:

1. Mengembangkan kemampuan sosial

Manusia terlahir sebagai makhluk sosial. Karenanya, konsep sosialisasi sudah tertanam sejak anak berusia dini. Melalui PAUD, anak akan merasakan pengalaman jauh dari orang tua dan bertemu anak seusianya. Hal ini dapat membantu mengembangkan kemampuan sosial Si Buah Hati sejak dini. 

2. Mengembangkan kemampuan emosional

Selain kemampuan sosial, pada usia dini anak juga mulai belajar kemampuan emosional. Keterampilan ini menjadi dasar bagi Si Buah Hati untuk belajar kemampuan lain yang bermanfaat dalam kehidupannya.

Perkembangan kemampuan emosional anak yang sehat bisa didapat dari hubungan yang responsif dengan orang tua, anggota keluarga, pengasuh, maupun pengajar di TK dan PAUD sebagai lingkungan pembelajaran awal Si Buah Hati. 

3. Mengembangkan kemampuan motorik dan kognitif

Kemampuan motorik dan kognitif anak berkembang sejak usia dini. Perkembangan kedua kemampuan itu juga turut dipengaruhi aktivitas fisik anak. 

Pembelajaran di PAUD dan TK biasanya meliputi aktivitas fisik dan juga belajar. Dengan materi pembelajaran yang sesuai, pendidikan di usia dini dapat membantu perkembangan motorik dan kognitif Si Buah Hati.

4. Meningkatkan rasa percaya diri

Saat mengikuti pembelajaran di PAUD atau TK, anak akan dapat mengembangkan kemandirian dan memupuk rasa percaya dirinya. Si Buah Hati juga dapat belajar keterampilan pengaturan diri, seperti konsentrasi, berbagi, dan menunggu giliran.

Kemampuan pengaturan diri ini penting untuk membantu anak mengembangkan rasa percaya diri dan kemandiriannya, serta memungkinkan Si Buah Hati lebih memahami dirinya sendiri.  Hal ini turut menjadi pentingnya pendidikan karakter pada anak usia dini.

Baca Juga: Cara-cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak

Cara Mengoptimalkan Pendidikan Anak Usia Dini

Bunda sudah tahu pentingnya pendidikan anak usia dini, tapi bagaimana caranya agar Si Buah Hati mendapatkan manfaat perkembangan yang optimal? Ini beberapa hal yang bisa Bunda lakukan di rumah.

1. Membuka peluang interaksi anak

Fokus dalam pendidikan usia dini adalah anak. Meminimalkan risiko dan memaksimalkan peluang anak untuk berinteraksi dengan orang tua, pengasuh, pengajar, anak-anak sebayanya, dan lingkungan sekitar bisa menjadi strategi meningkatkan perkembangan sosial, emosional, fisik, dan kognitif Si Buah Hati.

2. Menjalin komunikasi orang tua dengan pengajar

Jika Bunda memasukkan Si Buah Hati ke PAUD atau TK, maka disarankan untuk menjalin komunikasi yang aktif dengan pengasuh atau pengajar. Secara rutin tanyakan perkembangan anak dan hal yang bisa dilakukan Bunda untuk membantu Si Buah Hati saat di rumah. 

3. Memastikan kesehatan dan kecukupan gizi anak

Tubuh yang sehat penting untuk pembelajaran anak di usia dini. Karenanya, Bunda perlu memastikan Si Buah Hati selalu sehat dan siap untuk belajar. Beri asupan makanan dan minuman bergizi kepada Si Buah Hati.

Untuk dukung proses belajar optimal, Bunda bisa berikan susu DANCOW 3+ Imunutri yang mengandung 0 gram sukrosa, tinggi kandungan zat besi dan zink, minyak ikan (DHA) serta Omega-3 dan Omega-6, juga tinggi Vitamin A, C dan E, atau DANCOW 5+, susu bubuk untuk anak dan keluarga yang mengandung 0 gram sukrosa serta nutrisi esensial vitamin B6, B12, Biotin, vitamin D, dan kalsium, minyak ikan (DHA) serta asam lemak omega-3 dan 6 , juga tinggi vitamin C, vitamin E, dan zink.

Itulah ulasan seputar pentingnya pendidikan anak usia dini yang perlu Bunda ketahui. Jangan lupa untuk selalu mendukung pendidikan Si Buah Hati agar ia tumbuh menjadi pribadi yang sukses di masa depan.

Image Article
Inilah Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini yang Perlu Diketahui
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Faktor dan Tahapan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini

Published date

Bunda, memastikan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik secara fisik tentu merupakan hal yang penting. Namun tahukah Bunda, memantau perkembangan emosi anak sejak dini juga perlu dilakukan.

Perkembangan emosi anak menjadi bagian penting dalam tumbuh kembang Si Buah Hati. Sejak usia dini, anak sudah mulai memiliki kesadaran diri dan menemukan cara mengekspresikan emosi, mengidentifikasi dan mengatur emosi, dan bagaimana berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana memahami perasaan orang lain.

Untuk itu, Bunda perlu tahu faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi pada anak dan apa saja tahap perkembangan emosi anak usia dini.

Mengapa Perkembangan Emosi Anak Penting?

Perkembangan emosional anak merupakan proses di mana Si Buah Hati mengembangkan kapasitasnya dalam mengenali, mengekspresikan, dan mengatur emosinya. Perkembangan emosi ini menjadi bagian penting bagi perkembangan anak secara keseluruhan.

Perkembangan emosi anak sudah dimulai sejak awal kehidupannya. Kemampuan untuk mengatur emosi sendiri dan mengelola interaksi dengan orang lain bisa menjadi kunci keberhasilan dalam bidang akademis, kesehatan mental, hingga hubungan sosial di masa depan anak.

Fungsi emosi terhadap perkembangan anak sangat besar. Perkembangan emosional yang kuat dapat mempengaruhi keterampilan anak dalam hal kesadaran diri, kesadaran sosial, pengaturan emosi, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan membangun hubungan.

Keterampilan tersebut pada waktunya akan berdampak pada keberhasilan anak di sekolah, rumah, komunitas, dan juga masyarakat.

Apa Saja Faktor Perkembangan Emosi pada Anak?

Bunda perlu tahu bahwa perkembangan emosi pada anak usia dini dapat dipengaruhi beberapa faktor, berikut di antaranya:

Kesiapan mental

Anak di usia dini belum memiliki mental yang stabil sehingga emosinya kerap berubah dengan cepat. Kesehatan emosional anak berkaitan dengan kesehatan mental dan Bunda sebagai orang tua perlu memberikan dukungan serta bimbingan yang tepat.

Proses pembelajaran

Di usia dini, anak masih belajar mengidentifikasi berbagai emosi yang berbeda. Orang tua memiliki peranan penting dalam mendukung perkembangan emosi Si Buah Hati dengan memberi contoh emosi yang tepat saat merespon dan membantu anak mengekspresikan emosi secara sehat.

Kondisi fisik

Kesehatan fisik dan mental memiliki keterkaitan, tidak terkecuali pada anak usia dini. Saat anak tumbuh sehat dengan fisik yang baik, ia akan lebih sehat secara emosional. Sebaliknya, anak dengan kondisi fisik tertentu biasanya akan merasa berbeda, terisolasi, dan membatasi aktivitas.

Pola asuh

Perkembangan emosi pada anak dimulai dengan hubungan Si Buah Hati dengan orang tua atau pengasuh sejak kecil. Itulah mengapa pola asuh dapat sangat mempengaruhi kemampuan emosional anak.

Baca Juga: Kenali Tahapan Perkembangan Anak pada Aspek Sosial

Tahapan Perkembangan Emosi Anak Usia 1-5 Tahun

Anak-anak tumbuh dan berkembang dengan pesat dalam 5 tahun pertama kehidupannya. Perkembangan anak terjadi dalam bidang motorik (fisik), komunikasi dan bahasa, kognitif, serta sosial emosional. Dalam perkembangan emosional, anak akan belajar memahami siapa dirinya, apa yang dirasakannya, dan apa yang diharapkan saat berinteraksi dengan orang lain.

Berikut ini tahapan perkembangan emosi pada anak usia dini 1-5 tahun:

1. Usia 0-1 tahun: Mengenali emosi

Saat lahir, anak sudah memiliki tiga jenis emosi, yakni bahagia, marah, dan takut. Pada tahap ini, Si Buah Hati mungkin hanya bisa menyampaikan emosi melalui tangisan saat merasakan hal buruk dan tertawa ketika menerima hal baik. Walau demikian, anak tetap memperhatikan dunia di sekitarnya dan bagaimana hal itu mempengaruhi perasaannya.

2. Usia 1-3 tahun: Mengekspresikan emosi

Pada tahapan ini, anak mengalami emosi yang lebih kompleks namun belum bisa membedakan ekspresi mana yang sehat dan tidak sehat. Di usia 1-2 tahun, anak akan belajar mengekspresikan diri dan tidak ragu dalam menyampaikan perasaannya. Menginjak usia 2-3 tahun, Si Buah Hati pun menjadi lebih mandiri. Pada tahap ini Bunda dapat mulai mengajarkan pada anak untuk memikirkan orang lain.

3. Usia 3-5 tahun: Mengelola emosi

Pada tahap ini, anak bersiap memasuki usia prasekolah. Lingkungan sosial yang baru memberi peluang kemandirian yang lebih besar namun juga tantangan yang lebih berat. Anak akan belajar berbagi, mendengarkan, dan bermain bersama yang bisa berakhir dengan perselisihan dengan anak lain.

Saat anak usia 3-4 tahun, Bunda bisa mengajarkan untuk berbagi mainan atau menunggu giliran bermain. Ajarkan juga untuk bagaimana menghargai orang lain dengan berkata maaf, tolong, dan terima kasih. Di usia 4-5 tahun, Bunda dapat mulai mengajarkan Si Buah Hati arti tanggung jawab dengan memberikan tugas sederhana di rumah, seperti merapikan mainannya sendiri. Jangan lupa untuk tetap memberi perhatian dan apresiasi kepada anak.

Demikian Bunda, ulasan seputar faktor dan tahapan perkembangan emosi anak di usia dini. Perkembangan emosi pada anak tidak kalah penting dari perkembangan fisiknya, sehingga Bunda harus memperhatikan kedua hal tersebut secara seimbang.

Image Article
Faktor dan Tahapan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Ini Cara Meredakan Nyeri Payudara Saat Menyapih

Published date

Bunda, setiap ibu menyusui akan mengalami masa menyapih Si Buah Hati yang merupakan proses mengalihkan pola makan bayi dari ASI ke makanan padat dan sumber lain untuk mencukupi kebutuhan gizi seiring dengan pertambahan usia anak.

Adapun WHO dan Kementerian Kesehatan merekomendasikan pemberian ASI sampai 2 tahun atau lebih, dimana ASI eksklusif diberikan selama enam bulan pertama, kemudian dilanjutkan sampai anak usia dua tahun dengan ditambah menu pendamping ASI (MPASI).

Bagi ibu, menyapih dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, seperti nyeri di bagian payudara. Karena itu, Bunda perlu tahu cara meredakan nyeri payudara saat menyapih.

Efek Menyapih bagi Bunda

Menyapih dapat membawa dampak bagi Bunda, baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik, Bunda dapat merasakan nyeri dan bengkak payudara saat menyapih karena payudara terisi air susu secara berlebihan. Kondisi ini juga bisa menyebabkan bentuk payudara sedikit berubah.

Sementara secara psikis, Bunda kemungkinan mengalami perubahan emosi yang campur aduk. Perasaan tersebut timbul dari kesedihan karena kehilangan momen menyusui yang merupakan hubungan sangat intim dengan Si Buah Hati. Untuk mengatasi, Bunda perlu mengingat kembali tujuan menyapih sebagai pencapaian Si Buah Hati karena akan memulai mendapatkan makanan padat dan merupakan hal yang baik bagi anak.

Bunda bisa melakukan proses menyapih secara perlahan. Cara ini akan membuat persediaan ASI Bunda turun secara perlahan sehingga mengurangi risiko saluran ASI tersumbat dan mastitis. Bunda juga akan terhindar dari perubahan hormonal secara tiba-tiba. 

Tips Cara Meredakan Nyeri Payudara saat Menyapih

Proses penyapihan yang mendadak memang besar kemungkinan menimbulkan rasa tidak nyaman pada payudara ibu, terlebih jika produksi ASI masih tinggi. Karenanya, Bunda mungkin perlu beberapa cara meredakan nyeri pada payudara saat menyapih anak berikut ini:

1. Rutin melakukan pompa ASI

Memompa payudara untuk mengeluarkan ASI yang menumpuk secara rutin bisa menjadi cara meredakan nyeri payudara. Keluarkan ASI secukupnya saja untuk mengurangi rasa penuh pada payudara.

2. Mengompres payudara

Mengompres akan membantu mengurangi bengkak payudara saat menyapih. Bunda bisa mengompres payudara dengan air dingin karena dapat mempersempit saluran laktiferus di puting susu sehingga akan meringankan rasa nyeri.

3. Melakukan pijat payudara

Memberi pijatan lembut di area payudara juga bisa membantu meredakan pembengkakan dan rasa nyeri selama menyapih. Untuk melakukan pijatan laktasi, Bunda bisa memegang payudara dengan kedua tangan dan pijat lembut dari pangkal payudara hingga areola. Lakukan ini beberapa kali atau sampai rasa nyeri reda.

Baca Juga: Cara Menyapih ASI untuk Anak

4. Gunakan bra yang yang nyaman

Cara meredakan nyeri payudara saat menyapih anak berikutnya adalah menggunakan bra yang nyaman dan suportif agar tidak menghambat sirkulasi di dalam tubuh. Hindari mengenakan bra yang terlalu ketat dan mengikat area dada karena dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan berisiko menyebabkan penyumbatan.

5. Perhatikan posisi tidur

Terakhir, cara meredakan nyeri payudara saat menyapih adalah dengan memperhatikan posisi tidur Bunda. Hindari posisi tidur dapat menyebabkan tekanan pada area dada atau payudara, seperti tengkurap. Sebaiknya, biasakan tidur dalam posisi telentang. Tidak hanya rasa nyeri pada payudara, Bunda juga perlu mewaspadai tanda-tanda infeksi pada area payudara seperti memerah, demam, dan gejala mirip flu.

Perhatikan juga tanda-tanda tersumbatnya saluran susu, seperti area payudara yang tidak melunak saat dipompa atau disusui. Jika hal itu, terjadi Bunda harus memeriksakan diri ke dokter untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Itulah cara meredakan nyeri payudara saat menyapih yang bisa Bunda terapkan. Proses menyapih Si Buah Hati memang bisa menjadi tantangan tersendiri karena dapat berdampak pada kondisi psikis dan fisik Bunda. Tapi perlahan Bunda dan Si Buah Hati pasti bisa melewatinya.

Image Article
Bunda, Ini Cara Meredakan Nyeri Payudara Saat Menyapih
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off