Faktor dan Tahapan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini

Published date

Bunda, memastikan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik secara fisik tentu merupakan hal yang penting. Namun tahukah Bunda, memantau perkembangan emosi anak sejak dini juga perlu dilakukan.

Perkembangan emosi anak menjadi bagian penting dalam tumbuh kembang Si Buah Hati. Sejak usia dini, anak sudah mulai memiliki kesadaran diri dan menemukan cara mengekspresikan emosi, mengidentifikasi dan mengatur emosi, dan bagaimana berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana memahami perasaan orang lain.

Untuk itu, Bunda perlu tahu faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi pada anak dan apa saja tahap perkembangan emosi anak usia dini.

Mengapa Perkembangan Emosi Anak Penting?

Perkembangan emosional anak merupakan proses di mana Si Buah Hati mengembangkan kapasitasnya dalam mengenali, mengekspresikan, dan mengatur emosinya. Perkembangan emosi ini menjadi bagian penting bagi perkembangan anak secara keseluruhan.

Perkembangan emosi anak sudah dimulai sejak awal kehidupannya. Kemampuan untuk mengatur emosi sendiri dan mengelola interaksi dengan orang lain bisa menjadi kunci keberhasilan dalam bidang akademis, kesehatan mental, hingga hubungan sosial di masa depan anak.

Fungsi emosi terhadap perkembangan anak sangat besar. Perkembangan emosional yang kuat dapat mempengaruhi keterampilan anak dalam hal kesadaran diri, kesadaran sosial, pengaturan emosi, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan membangun hubungan.

Keterampilan tersebut pada waktunya akan berdampak pada keberhasilan anak di sekolah, rumah, komunitas, dan juga masyarakat.

Apa Saja Faktor Perkembangan Emosi pada Anak?

Bunda perlu tahu bahwa perkembangan emosi pada anak usia dini dapat dipengaruhi beberapa faktor, berikut di antaranya:

Kesiapan mental

Anak di usia dini belum memiliki mental yang stabil sehingga emosinya kerap berubah dengan cepat. Kesehatan emosional anak berkaitan dengan kesehatan mental dan Bunda sebagai orang tua perlu memberikan dukungan serta bimbingan yang tepat.

Proses pembelajaran

Di usia dini, anak masih belajar mengidentifikasi berbagai emosi yang berbeda. Orang tua memiliki peranan penting dalam mendukung perkembangan emosi Si Buah Hati dengan memberi contoh emosi yang tepat saat merespon dan membantu anak mengekspresikan emosi secara sehat.

Kondisi fisik

Kesehatan fisik dan mental memiliki keterkaitan, tidak terkecuali pada anak usia dini. Saat anak tumbuh sehat dengan fisik yang baik, ia akan lebih sehat secara emosional. Sebaliknya, anak dengan kondisi fisik tertentu biasanya akan merasa berbeda, terisolasi, dan membatasi aktivitas.

Pola asuh

Perkembangan emosi pada anak dimulai dengan hubungan Si Buah Hati dengan orang tua atau pengasuh sejak kecil. Itulah mengapa pola asuh dapat sangat mempengaruhi kemampuan emosional anak.

Baca Juga: Kenali Tahapan Perkembangan Anak pada Aspek Sosial

Tahapan Perkembangan Emosi Anak Usia 1-5 Tahun

Anak-anak tumbuh dan berkembang dengan pesat dalam 5 tahun pertama kehidupannya. Perkembangan anak terjadi dalam bidang motorik (fisik), komunikasi dan bahasa, kognitif, serta sosial emosional. Dalam perkembangan emosional, anak akan belajar memahami siapa dirinya, apa yang dirasakannya, dan apa yang diharapkan saat berinteraksi dengan orang lain.

Berikut ini tahapan perkembangan emosi pada anak usia dini 1-5 tahun:

1. Usia 0-1 tahun: Mengenali emosi

Saat lahir, anak sudah memiliki tiga jenis emosi, yakni bahagia, marah, dan takut. Pada tahap ini, Si Buah Hati mungkin hanya bisa menyampaikan emosi melalui tangisan saat merasakan hal buruk dan tertawa ketika menerima hal baik. Walau demikian, anak tetap memperhatikan dunia di sekitarnya dan bagaimana hal itu mempengaruhi perasaannya.

2. Usia 1-3 tahun: Mengekspresikan emosi

Pada tahapan ini, anak mengalami emosi yang lebih kompleks namun belum bisa membedakan ekspresi mana yang sehat dan tidak sehat. Di usia 1-2 tahun, anak akan belajar mengekspresikan diri dan tidak ragu dalam menyampaikan perasaannya. Menginjak usia 2-3 tahun, Si Buah Hati pun menjadi lebih mandiri. Pada tahap ini Bunda dapat mulai mengajarkan pada anak untuk memikirkan orang lain.

3. Usia 3-5 tahun: Mengelola emosi

Pada tahap ini, anak bersiap memasuki usia prasekolah. Lingkungan sosial yang baru memberi peluang kemandirian yang lebih besar namun juga tantangan yang lebih berat. Anak akan belajar berbagi, mendengarkan, dan bermain bersama yang bisa berakhir dengan perselisihan dengan anak lain.

Saat anak usia 3-4 tahun, Bunda bisa mengajarkan untuk berbagi mainan atau menunggu giliran bermain. Ajarkan juga untuk bagaimana menghargai orang lain dengan berkata maaf, tolong, dan terima kasih. Di usia 4-5 tahun, Bunda dapat mulai mengajarkan Si Buah Hati arti tanggung jawab dengan memberikan tugas sederhana di rumah, seperti merapikan mainannya sendiri. Jangan lupa untuk tetap memberi perhatian dan apresiasi kepada anak.

Demikian Bunda, ulasan seputar faktor dan tahapan perkembangan emosi anak di usia dini. Perkembangan emosi pada anak tidak kalah penting dari perkembangan fisiknya, sehingga Bunda harus memperhatikan kedua hal tersebut secara seimbang.

Image Article
Faktor dan Tahapan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Mengatasi Anak Sembelit Saat MPASI

Published date

Konstipasi atau sembelit merupakan kondisi di mana buang air besar menjadi sulit, frekuensi yang lebih jarang dan tidak teratur, atau disertai rasa nyeri. Gangguan pencernaan ini bisa dialami setiap orang di segala usia, termasuk bayi dan anak-anak. Sembelit bahkan menjadi salah satu dari sepuluh masalah kesehatan yang paling sering ditangani oleh dokter anak.

Lalu, bagaimana jika sembelit dialami Si Buah Hati yang masih mendapat MPASI? Bunda mungkin bertanya-tanya bagaimana cara mengatasinya. Selain cara mengatasi anak sembelit saat MPASI, Bunda juga perlu tahu apa saja penyebab anak sembelit saat MPASI dan bagaimana cara mencegahnya.

Apa Penyebab Anak Sembelit saat MPASI?

MPASI atau makanan pendamping ASI merupakan asupan yang diberikan kepada bayi mulai usia 6 bulan. Pemberian MPASI bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi Si Buah Hati yang tidak bisa tercukupi hanya dari ASI.

MPASI biasanya berupa makanan padat yang dihaluskan agar lebih mudah dicerna bayi. Lantas bagaimana bayi yang baru mendapat MPASI bisa mengalami sembelit? Beberapa penyebab anak sembelit saat MPASI di antaranya:

1. Masih beradaptasi dengan MPASI

Sebelum mendapat MPASI, selama 6 bulan pertama bayi hanya mendapat asupan berupa ASI. Setelahnya, barulah Bunda memperkenalkan MPASI kepada Si Buah Hati. Proses peralihan ini membuat sistem pencernaan bayi harus beradaptasi dengan tekstur makanan padat dan terkadang dapat memicu terjadinya sembelit.

2. Kekurangan cairan

Sembelit pada bayi MPASI juga dapat disebabkan oleh kekurangan cairan. Ada beberapa alasan Si Buah Hati kekurangan asupan cairan, di antaranya sedang tumbuh gigi, kurang minum, atau sakit.

3. Kurang serat makanan

Kurangnya serat dalam MPASI Si Buah Hati juga bisa menjadi penyebab sembelit. Serat berfungsi melunakkan feses dan melancarkan BAB.

4. Kondisi medis

Meski jarang, sembelit pada bayi MPASI juga dapat disebabkan kondisi medis tertentu, seperti hipotiroidisme, penyakit Celiac, dan Hirschsprung.

Baca Juga: Probiotik untuk Anak dan Manfaatnya

Cara Mengatasi Anak Sembelit Ketika MPASI

Bunda, setelah mengetahui penyebab sembelit pada anak, selanjutnya dapat mencari cara mengatasi bayi sembelit saat MPASI. Ada beberapa hal yang bisa Bunda lakukan, di antaranya:

1. Pastikan MPASI cukup serat

Bayi usia lebih dari 6 bulan dianjurkan untuk mengonsumsi makanan berserat dalam jumlah cukup. Bunda bisa menambahkan buah atau sayuran yang dimasak kemudian dihaluskan ke dalam MPASI.

2. Menambah asupan cairan

Menambah asupan cairan dapat membantu mengatasi sembelit pada bayi MPASI. Selain air putih, Bunda bisa memberikan jus apel, plum, atau pir yang mengandung sorbitol, yakni pemanis alami yang dapat sekaligus berfungsi sebagai pencahar.

3. Memberi pijatan lembut pada perut bayi

Baringkan Si Buah Hati dalam posisi telentang, kemudian angkat kedua kakinya dan buat gerakan seperti mengayuh sepeda. Bunda juga bisa memberikan pijatan lembut pada bagian perut untuk membantu kerja usus.

4. Memberi obat sesuai anjuran dokter

Apabila beberapa cara di atas tidak berhasil mengatasi sembelit Si Buah Hati, Bunda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter anak. Dokter akan memberikan resep obat pencahar atau memeriksa kemungkinan adanya kondisi medis tertentu yang menyebabkan konstipasi pada bayi.

Jenis Makanan yang Baik untuk MPASI

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Karenanya, Bunda perlu memilih jenis makanan yang tepat untuk Si Buah Hati agar anak tidak sembelit saat MPASI. Berikut ini beberapa jenis makanan yang baik untuk MPASI:

Buah-buahan

Asupan makanan berupa buah-buahan baik untuk MPASI karena selain mengandung serat, juga kaya vitamin dan mineral. Beberapa jenis buah juga mengandung sorbitol yang bagus untuk pencernaan. Berikan buah-buahan seperti pisang, apel, pepaya, pir, kiwi, dan plum yang dipotong-potong kecil. Sementara itu, Bunda perlu membatasi memberikan  jus buah karena membuat anak cepat kenyang dan tidak selera makan.

Sayuran

Untuk MPASI, masak sayuran dengan cara dikukus atau direbus hingga lunak, kemudian lumat atau haluskan hingga cocok untuk bayi. Jenis sayuran yang baik untuk MPASI di antaranya wortel, labu, brokoli, kol, dan bayam.

Kacang-kacangan

Selain sayuran, jenis kacang-kacangan juga bagus untuk MPASI dan merupakan sumber protein. Bunda bisa memilih kacang polong, buncis, lentil, dan kacang hijau.

Sereal

Bahan sereal dan biji-bijian seperti oatmeal atau gandum utuh juga bisa menjadi pilihan MPASI selain dari bubur nasi.

Itulah ulasan seputar anak sembelit saat MPASI, mulai dari penyebab, cara mengatasi, hingga MPASI yang baik. Semoga informasi yang diberikan dapat bermanfaat, ya Bunda!

Image Article
Cara Mengatasi Anak Sembelit Saat MPASI
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Ini Cara Meredakan Nyeri Payudara Saat Menyapih

Published date

Bunda, setiap ibu menyusui akan mengalami masa menyapih Si Buah Hati yang merupakan proses mengalihkan pola makan bayi dari ASI ke makanan padat dan sumber lain untuk mencukupi kebutuhan gizi seiring dengan pertambahan usia anak.

Adapun WHO dan Kementerian Kesehatan merekomendasikan pemberian ASI sampai 2 tahun atau lebih, dimana ASI eksklusif diberikan selama enam bulan pertama, kemudian dilanjutkan sampai anak usia dua tahun dengan ditambah menu pendamping ASI (MPASI).

Bagi ibu, menyapih dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, seperti nyeri di bagian payudara. Karena itu, Bunda perlu tahu cara meredakan nyeri payudara saat menyapih.

Efek Menyapih bagi Bunda

Menyapih dapat membawa dampak bagi Bunda, baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik, Bunda dapat merasakan nyeri dan bengkak payudara saat menyapih karena payudara terisi air susu secara berlebihan. Kondisi ini juga bisa menyebabkan bentuk payudara sedikit berubah.

Sementara secara psikis, Bunda kemungkinan mengalami perubahan emosi yang campur aduk. Perasaan tersebut timbul dari kesedihan karena kehilangan momen menyusui yang merupakan hubungan sangat intim dengan Si Buah Hati. Untuk mengatasi, Bunda perlu mengingat kembali tujuan menyapih sebagai pencapaian Si Buah Hati karena akan memulai mendapatkan makanan padat dan merupakan hal yang baik bagi anak.

Bunda bisa melakukan proses menyapih secara perlahan. Cara ini akan membuat persediaan ASI Bunda turun secara perlahan sehingga mengurangi risiko saluran ASI tersumbat dan mastitis. Bunda juga akan terhindar dari perubahan hormonal secara tiba-tiba. 

Tips Cara Meredakan Nyeri Payudara saat Menyapih

Proses penyapihan yang mendadak memang besar kemungkinan menimbulkan rasa tidak nyaman pada payudara ibu, terlebih jika produksi ASI masih tinggi. Karenanya, Bunda mungkin perlu beberapa cara meredakan nyeri pada payudara saat menyapih anak berikut ini:

1. Rutin melakukan pompa ASI

Memompa payudara untuk mengeluarkan ASI yang menumpuk secara rutin bisa menjadi cara meredakan nyeri payudara. Keluarkan ASI secukupnya saja untuk mengurangi rasa penuh pada payudara.

2. Mengompres payudara

Mengompres akan membantu mengurangi bengkak payudara saat menyapih. Bunda bisa mengompres payudara dengan air dingin karena dapat mempersempit saluran laktiferus di puting susu sehingga akan meringankan rasa nyeri.

3. Melakukan pijat payudara

Memberi pijatan lembut di area payudara juga bisa membantu meredakan pembengkakan dan rasa nyeri selama menyapih. Untuk melakukan pijatan laktasi, Bunda bisa memegang payudara dengan kedua tangan dan pijat lembut dari pangkal payudara hingga areola. Lakukan ini beberapa kali atau sampai rasa nyeri reda.

Baca Juga: Cara Menyapih ASI untuk Anak

4. Gunakan bra yang yang nyaman

Cara meredakan nyeri payudara saat menyapih anak berikutnya adalah menggunakan bra yang nyaman dan suportif agar tidak menghambat sirkulasi di dalam tubuh. Hindari mengenakan bra yang terlalu ketat dan mengikat area dada karena dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan berisiko menyebabkan penyumbatan.

5. Perhatikan posisi tidur

Terakhir, cara meredakan nyeri payudara saat menyapih adalah dengan memperhatikan posisi tidur Bunda. Hindari posisi tidur dapat menyebabkan tekanan pada area dada atau payudara, seperti tengkurap. Sebaiknya, biasakan tidur dalam posisi telentang. Tidak hanya rasa nyeri pada payudara, Bunda juga perlu mewaspadai tanda-tanda infeksi pada area payudara seperti memerah, demam, dan gejala mirip flu.

Perhatikan juga tanda-tanda tersumbatnya saluran susu, seperti area payudara yang tidak melunak saat dipompa atau disusui. Jika hal itu, terjadi Bunda harus memeriksakan diri ke dokter untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Itulah cara meredakan nyeri payudara saat menyapih yang bisa Bunda terapkan. Proses menyapih Si Buah Hati memang bisa menjadi tantangan tersendiri karena dapat berdampak pada kondisi psikis dan fisik Bunda. Tapi perlahan Bunda dan Si Buah Hati pasti bisa melewatinya.

Image Article
Bunda, Ini Cara Meredakan Nyeri Payudara Saat Menyapih
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tahapan dan Stimulasi Anak Menulis yang Perlu Bunda Ketahui

Published date

Bunda, mengajari dan mendidik anak usia dini terkadang memang bisa menjadi tantangan tersendiri, termasuk saat mengajari anak menulis. Bunda harus memilih metode yang tepat sesuai dengan usia dan perkembangan Si Buah Hati.

Simak ulasannya berikut ini untuk tahu tentang tahapan menulis anak usia dini dan memahami cara bagaimana memberikan stimulasi anak menulis!

Tahapan Menulis Anak Usia Dini

Perkembangan kemampuan menulis anak dapat dimulai sejak dini, diawali dengan keterampilan motorik halus. Keterampilan dasar tersebut misalnya belajar membuat garis, menggambar lingkaran, atau menghubungkan titik-titik. Selain itu, aktivitas mewarnai juga dapat menunjang perkembangan keterampilan menulis anak. Perkembangan keterampilan menulis anak bisa dibagi menjadi lima tahapan, yaitu:

Tahap Corat-coret

Apakah Si Buah Hati mulai mencorat-coret atau menggoreskan sesuatu secara acak pada lembaran kertas atau dinding rumah? Jika iya, itu berarti ia sudah masuk pada tahap awal perkembangan menulis. Pada tahap pertama ini, anak akan mengambil langkah besar dengan membuat coretan secara asal dan acak seolah tanpa makna.

Tahap Pengulangan Linear

Tahap selanjutnya yakni pengulangan linear. Pada tahap ini, anak mulai mengenal dan mencoba mencontoh bentuk tulisan horizontal. Tulisan Si Buah Hati masih belum terbaca dan tampilan yang dihasilkan masih seperti gambar rumput, walau demikian, anak akan ingat kata apa saja yang ia tulis.

Di tahap ini Bunda bisa mulai mendorong Si Buah Hati untuk lebih menyukai dan lebih sering menulis. Misalnya dengan melakukan permainan peran. Bunda bisa mengajak anak seolah menjadi dokter yang akan menulis resep obat. 

Tahap Menulis Acak

Di tahap ini, anak mulai dapat menarik garis, lingkaran, lengkungan hingga titik dengan lebih rapi usai mengenal berbagai huruf dan pengalaman menulis. Bentuk goresan Si Buah Hati juga akan lebih menyerupai sebuah tulisan meski huruf yang keluar mungkin masih acak.

Untuk semakin melatih Si Buah Hati menulis, Bunda bisa memintanya menceritakan gambar ke dalam tulisan. Cara ini akan membantu anak menuangkan ide menjadi tulisan walau huruf yang muncul masih acak dan belum lengkap.

Tahap Menulis Nama dan Bunyi

Tahap keterampilan menulis selanjutnya, anak akan mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi. Maksudnya, anak akan mencoba menulis kata sesuai dengan apa yang didengarnya. Misal, kata “sekolah” menjadi “skola” atau kata “dua” menjadi “duwa”. Di tahap ini, Si Buah Hati juga mulai sering menuliskan namanya, atau nama anggota keluarganya.

Tahap Menulis dan Mengeja

Tahap terakhir dalam perkembangan menulis anak bisa menjadi yang paling lama dan kompleks. Si Buah Hati akan mulai mengeja kata dengan benar dan memahami pembentukan kalimat serta tanda baca. Mereka juga mengetahui penggunaan huruf besar dan kecil yang benar.

Baca Juga: Rangsang Belajar Menulis Si Buah Hati dengan Kesenangan

Tips Memberi Stimulasi Anak Menulis

Setelah mengetahui tahapan kemampuan menulis anak, selanjutnya Bunda bisa membantu perkembangan keterampilan menulis Si Buah Hati dengan memberikan stimulasi.

Meski usia anak-anak lebih cepat menyerap keahlian baru, terkadang anak perlu sebuah dorongan. Oleh karena itu, Bunda perlu tahu sejumlah cara stimulasi anak menulis. Berikut sejumlah cara yang dapat dicoba untuk mengatasi anak lambat menulis:

Gunakan alat tulis yang pas

Bunda dapat memilih krayon, spidol atau kapur yang dapat dengan mudah dan mantap dipegang anak. Memegang kapur atau krayon dengan genggaman ujung jari akan membantu anak untuk belajar menggunakan pensil di kemudian hari. Selain itu, Bunda juga bisa menyediakan kertas untuk media berlatih menulis Si Buah Hati.

Dampingi anak saat belajar menulis

Sebisa mungkin, luangkan waktu Bunda untuk mendampingi anak belajar menulis. Orang tua perlu duduk bersama Si Buah Hati saat ia menggambar atau mencoret-coret. Cara ini akan membuat anak menjadi lebih senang dan tenang saat belajar menulis.

Cari hal yang menarik minat anak

Cobalah mendorong anak untuk menggambar atau menulis hal yang menarik baginya. Misalnya, anak suka buah-buahan atau hewan, maka dorong ia menggambar atau menulis sesuatu yang berhubungan dengan hal itu.

Menjadi contoh yang baik

Biarkan anak melihat dan mengamati saat Bunda menulis. Lakukan juga aktivitas menulis untuk tujuan yang berbeda-beda, seperti mencatat, menulis pesan, atau membuat daftar.

Berikan apresiasi

Selalu berikan apresiasi dan respons positif terhadap tulisan anak. Cara ini akan semakin membuat Si Buah Hati berminat terhadap huruf, kata, dan tulisan yang dilihatnya.

Bebaskan anak menulis

Biarkan Si Buah Hati menulis dengan tangan sesuka hati mereka. Dengan demikian, mereka akan lebih mengeksplorasi kemampuan menulis.

Demikian ulasan tentang tahapan kemampuan menulis dan contoh cara memberi stimulasi anak menulis. Tapi perlu diingat ya Bunda, kemampuan setiap anak dalam menguasai sesuatu bisa berbeda. Jadi, terus dampingi dan dukung Si Buah Hati dalam proses belajarnya, ya.

Image Article
Tahapan dan Stimulasi Anak Menulis yang Perlu Bunda Ketahui
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Mengenal Perkembangan dan Berat Janin 32 Minggu

Published date

Saat kehamilan memasuki 32 minggu, itu berarti waktu melahirkan sudah semakin dekat. Bunda pun harus semakin memperhatikan kesehatan janin di dalam kandungan. Di trimester ketiga (27-40 minggu), janin sudah akan terbentuk hampir sempurna dari ujung kaki hingga rambut. Walau demikian, janin masih akan terus bertumbuh hingga tiba hari kelahiran. 

Salah satu cara mengetahui perkembangan janin,  di dalam kandungan yakni dengan memeriksa pertambahan ukuran dan berat badannya secara rutin. 

Perkembangan Janin 32 Minggu

Bunda tentu menyadari, selama masa kehamilan, perut Bunda akan semakin besar dan berat badan bertambah dengan pesat. Hal ini salah satunya disebabkan janin dalam kandungan yang terus bertumbuh. Karenanya, memasuki minggu ke-32, sangat wajar bila berat badan Bunda mengalami pertambahan hingga 450 gram per minggu. 

Selain bertambah berat badan, janin usia 32 minggu umumnya juga mengalami perkembangan, di antaranya:

  • Belajar bernapas

Meski organ paru-paru janin belum berkembang sempurna, Si Buah Hati sudah mulai latihan bernapas. Bedanya, sebelum berusia 32 minggu, waktu napas janin biasanya pendek. Di usia 32 minggu, janin mulai mendapatkan oksigen dengan ritme yang lebih stabil melalui tali pusat sehingga waktu napasnya lebih panjang. 

  • Mulai tumbuh kuku

Janin 32 minggu dapat menunjukkan ciri perkembangan berupa kuku jari yang mulai tampak. Selain itu, rambut halus (lanugo) yang menutupi kulit selama beberapa bulan terakhir mulai rontok. 

  • Memutar posisi tubuh

Sekitar 97 persen bayi lahir dengan posisi kepala terlebih dahulu, karenanya mendekati hari kelahiran bayi akan memutar tubuh di dalam rahim sehingga posisi kepala di bawah. Jika bayi belum membalik posisi tubuhnya, tidak perlu khawatir karena proses ini masih bisa berlangsung hingga menjelang persalinan. Namun apabila hingga hari persalinan posisi kepala bayi masih di atas, dokter bisa menyarankan untuk persalinan caesar.

Baca Juga: Cara Menyapih Anak yang Tepat

  • Dapat mengatur suhu tubuh

Tubuh janin akan mulai menumpuk lemak, serta meningkatkan produksi protein dan enzim yang diperlukan untuk menghasilkan panas tubuh. Ini berarti bayi dapat mengatur suhu tubuhnya dengan lebih baik.

  • Menunjukkan refleks terkejut

Kebanyakan janin mulai menunjukkan refleks terkejut saat usia kandungan 32 minggu. Janin dapat terkejut saat mendengar suara keras atau merasakan gerakan mendadak.

  • Memiliki siklus tidur

Sekitar 32 minggu usia kehamilan, janin akan mulai membuka mata. Juga mulai menunjukkan siklus terbangun dan tidur yang tampak melalui aktivitas otaknya. 

Berat Janin 32 Minggu

Calon Si Buah Hati biasanya tumbuh dan bertambah berat badan paling banyak dalam periode ini.  Cara paling akurat menghitung berat dan ukuran janin di dalam kandungan adalah dengan metode ultrasonografi atau USG. Bunda bisa bertanya kepada dokter tentang berat badan janin 32 minggu yang normal, atau bisa melihat tabel berat janin usia 32 minggu sampai 41 minggu seperti dikutip dari Baby Center berikut ini: 

Usia Kehamilan

(minggu)

Berat Janin

(gram)

Usia Kehamilan

(minggu)

Berat Janin

(gram)

32

33

34

35

36

1953

2162

2377

2595

2813

37

38

39

40

41

3028

3236

3435

3619

3787

Melihat tabel di atas, diketahui berat ideal janin 32 minggu adalah 1953 gram. Tetapi perlu Bunda pahami, berat badan janin bisa berbeda antara satu kehamilan dengan yang lain meski usia kandungannya sama. Karenanya, jangan terburu-buru khawatir jika berat badan calon Si Buah Hati tidak seperti janin yang lain.

Konsultasikan dengan dokter apabila merasa berat janin usia 32 minggu pada kehamilan Bunda masih terlalu rendah atau berlebih. Jika memang berat janin 32 minggu pada kehamilan Bunda tidak normal, dokter akan menyarankan solusi, baik melalui suplemen atau mengubah diet sehari-hari.

Apa yang Perlu Bunda Dilakukan?

Selama kehamilan trimester ketiga, termasuk saat 32 minggu, Bunda mungkin merasakan beberapa gejala seperti susah tidur, nyeri punggung, kaki kram, perut kembung, sembelit, kaki bengkak, infeksi saluran kemih, dan sejumlah masalah kesehatan lainnya. 

Meski banyak gejala yang dirasakan, Bunda tetap harus memperhatikan kondisi janin di dalam kandungan. Beberapa hal yang bisa dilakukan agar Bunda dan janin tetap sehat, di antaranya adalah: 

  • Rutin mengonsumsi vitamin ibu hamil

  • Tetap aktif bergerak seperti rutin berolahraga ringan

  • Mengonsumsi makanan sehat, kaya serat dan protein rendah lemak

  • Minum banyak air

  • Mencukupi kebutuhan kalori

  • Beristirahat yang cukup

  • Menghindari konsumsi alkohol, merokok dan asap rokok, batasi kafein 

  • Hindari makanan mentah dan tidak sehat 

Mengetahui berat janin 32 minggu dan menjaganya dalam bobot yang ideal memang penting, namun yang juga perlu diperhatikan adalah menjaga Bunda dan calon Si Buah Hati agar tetap sehat selama masa kehamilan dan selamat hingga selesai proses persalinan. Semoga informasinya bermanfaat, ya Bunda!

Image Article
Mengenal Perkembangan dan Berat Janin 32 Minggu
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Makanan yang Baik Dikonsumsi Ketika Hamil Trimester Pertama

Published date

Pola makan yang bergizi dan seimbang merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga kesehatan ibu hamil, khususnya pada trimester pertama. Sebagai informasi, istilah trimester adalah suatu siklus dalam masa kehamilan yang terdiri dari tiga fase untuk menandakan perkembangan janin. 

Perubahan Fisik Bunda Selama Trimester Pertama

Ada berapa fase trimester dan trimester pertama berapa bulan? Jawabannya, ada tiga fase trimester dan setiap trimester dihitung sekitar tiga bulan atau 13 minggu. 

Dalam setiap trimester, berbagai perubahan fisik dan emosional terjadi sehingga berpotensi menimbulkan keluhan, seperti morning sickness, mood swing, kelelahan, hingga konstipasi pada trimester pertama.  Oleh karenanya, Bunda harus memastikan tubuh mendapatkan nutrisi yang tepat untuk mendukung perkembangan janin agar optimal.

Baca Juga: Kenapa Anak Susah Disapih? Simak di Sini!

Makanan untuk Dikonsumsi Selama Kehamilan

Ibu hamil harus mengkonsumsi makanan yang bergizi secara seimbang. Berikut beberapa makanan yang baik dikonsumsi agar janin kuat di trimester pertama dan Bunda tetap sehat.

  1. Sayuran hijau

Pada masa awal trimester pertama kehamilan, otak dan sumsum tulang belakang bayi sedang berkembang. Untuk membantu perkembangan itu, ibu hamil direkomendasikan mengonsumsi banyak makanan yang kaya akan asam folat, seperti sayuran hijau. 

Beberapa sayuran hijau, seperti bayam, kangkung, dan brokoli tidak hanya mengandung asam folat, tapi juga zat besi, dan serat yang tinggi. Selain itu, sayuran hijau mengandung serat yang tinggi sehingga cocok untuk ibu hamil yang terkadang mengalami konstipasi pada trimester pertama dan berat badan tak menentu. Kandungan antioksidan pada sejumlah sayuran hijau juga membantu menjaga kesehatan Bunda dan perkembangan janin.

  1. Kacang-kacangan

Kacang-kacangan merupakan sumber asam folat, potasium, zat besi, magnesium, dan asam lemak esensial yang sangat baik untuk tubuh, termasuk ibu hamil.  Tumbuhan berbiji belah ini juga mengandung serat yang dapat membantu mencegah sembelit dan wasir, masalah umum yang terjadi selama kehamilan, khususnya pada trimester pertama.

Kacang-kacangan juga tinggi akan protein yang sangat diperlukan untuk pembentukan jaringan dan organ bayi. Berbagai jenis kacang-kacangan yang dapat Bunda pilih, seperti kacang merah, kacang hijau, dan kacang almond adalah sumber protein nabati yang kaya akan asam amino penting. 

  1. Buah-buahan

Buah yang bagus untuk ibu hamil trimester pertama adalah yang mengandung berbagai kebutuhan ibu hamil, seperti folat, serat, vitamin, dan nutrisi lainnya. Asam folat adalah zat penting yang berkontribusi menurunkan risiko kelahiran prematur atau bayi berat badan rendah, mengurangi risiko kelainan perkembangan cacat tabung syaraf atau spina bifida (neural tube defect) pada janin. 

Kebutuhan per hari asam folat atau folat pada wanita dewasa sekitar 400 mikrogram (mcg). Namun selama masa kehamilan, kebutuhan asam folat menjadi 600 mcg per hari.  Buah-buahan yang tinggi akan asam folat adalah keluarga sitrus, seperti jeruk, lemon, hingga jeruk nipis. Buah lain yang juga tinggi folat adalah alpukat, pisang, jambu biji, dan buah naga. Bunda juga dapat mendapatkan nutrisi lain dari buah-buahan, seperti mineral, serat, dan vitamin yang berguna mendukung aktivitas sehari-hari.

  1. Ikan

Ikan bisa menjadi salah satu sumber protein berkualitas tinggi yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Penting untuk memperhatikan asupan protein yang cukup selama kehamilan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin yang sehat.

Tak hanya protein, beberapa ikan, seperti salmon, sarden, dan makarel, mengandung asam lemak omega-3 yang penting untuk perkembangan sistem saraf janin, terutama otak dan mata. Sebagai catatan, Bunda disarankan memasak ikan sampai matang untuk menghindari kontaminasi bakteri. Selain itu, hindari pula konsumsi ikan yang terlalu berlemak, seperti ikan todak, pedang, dan pelagis. 

  1. Telur

Telur juga makanan yang baik dikonsumsi ibu hamil pada trimester pertama karena mengandung asam amino, vitamin, dan mineral, dan kolin yang baik untuk pertumbuhan anak. Sebagai contoh, kolin yang sebagian besar terkandung dalam kuning telur dapat membantu otak dan sumsum tulang belakang bayi berkembang dengan baik. Telur juga mengandung zat besi yang dapat membantu mencegah anemia atau penyebab kelelahan dan kurangnya energi. 

  1. Daging

Daging-dagingan, seperti sapi dan ayam,  sangat penting untuk mendukung kesehatan ibu hamil dan pertumbuhan janin karena mengandung zat besi, kolin, hingga vitamin B. Seperti ikan, daging juga sumber protein berkualitas yang diperlukan dalam pembangunan jaringan-jaringan janin.

Selain itu, zat besi adalah zat yang dibutuhkan dalam mendukung proses kehamilan dan menyusui. Oleh karenanya, ibu hamil berpotensi mengalami anemia defisiensi pada masa awal hingga tengah kehamilan.  Daging juga mengandung zink yang membantu menjaga kekebalan tubuh dan kolin yang membantu perkembangan otak.

Itulah beberapa makanan yang baik dikonsumsi pada trimester pertama. Namun, setiap kehamilan adalah unik sehingga Bunda disarankan berkonsultasi dengan dokter kandungan dan juga ahli gizi jika memiliki keluhan tertentu. Dengan pola makan yang seimbang dan gaya hidup yang sehat, Bunda dapat memberikan fondasi yang kuat untuk perkembangan dan masa depan Si Buah Hati.

Image Article
Makanan yang Baik Dikonsumsi Ketika Hamil Trimester Pertama
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Kenapa Ibu Hamil Susah Tidur? Ini Penjelasannya!

Published date

Masa kehamilan adalah salah satu masa yang membahagiakan bagi perempuan karena tak lama lagi Si Buah Hati yang ditunggu-tunggu akan segera hadir. Namun kadangkala masa kehamilan juga diikuti sejumlah gangguan, salah satunya adalah susah tidur.

Insomnia menjadi masalah tidur yang paling sering dialami ibu hamil. Keluhan susah tidur bahkan tak jarang semakin meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan. Jika tak ditangani, kondisi ini tentu bakal memengaruhi suasana hati hingga fisik Bunda. Lalu kenapa ibu hamil susah tidur? Apa saja penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya? 

Kenapa Ibu Hamil Susah Tidur? 

Menurut American Pregnancy Association, insomnia saat menjalani masa kehamilan adalah hal yang wajar dan umum dialami 78 persen ibu hamil.  Untuk mengatasinya, penting untuk mengetahui lebih dulu kenapa ibu hamil muda susah tidur dan gelisah. 

  1. Heartburn

Heartburn adalah salah satu keluhan yang lazim dialami ibu hamil yang akhirnya membuat susah tidur. Heartburn adalah sensasi terbakar di bagian tengah dada dan naik ke tenggorokan. Kondisi ini mungkin terjadi karena asam lambung. 

  1. Perubahan hormon

Kenapa ibu hamil muda susah tidur malam? Saat hamil trimester pertama, Bunda mungkin akan menghadapi perubahan fisik dan hormon. Perubahan ini dapat memicu ibu hamil menjadi susah tidur. Hal ini karena perubahan hormon cenderung memicu perubahan suasana hati, kecemasan hingga susah konsentrasi. 

  1. Sering buang air kecil

Lalu apa lagi penyebab kenapa ibu hamil susah tidur malam? Hal itu salah satunya adalah peningkatan frekuensi buang air kecil. Ini biasanya dirasakan saat hamil trimester tiga, ketika posisi janin mulai menekan kandung kemih. 

  1. Sindrom kaki gelisah

Kondisi ibu hamil terutama pada trimester ketiga kehamilan tak jarang mengalami sindrom kaki gelisah. Gangguan kesehatan ini memicu sensasi merinding, menggelitik atau sesuatu yang bikin Bunda tak tahan untuk terus menggerakkan kaki. Kondisi ini diperkirakan memengaruhi sepertiga ibu hamil hingga membuat mereka susah tidur. Riset US National Sleep Foundation mencatat 15 persen ibu hamil mengalami sindrom kaki gelisah yang mengganggu kualitas tidur mereka. 

  1. Cemas jelang persalinan

Penyebab kenapa ibu hamil sudah tidur yang lain adalah kecemasan. Mengutip Pakistan Journal of Medical Sciences, penyebab ibu hamil tua susah tidur tak lepas karena merasa cemas menjelang persalinan. Meski wajar terjadi, penting memperbaiki waktu tidur selama akhir kehamilan untuk mengurangi risiko depresi pascamelahirkan.

Baca Juga: Kenapa Anak Susah Disapih? Simak di Sini!

Tips Atasi Susah Tidur pada Ibu Hamil

Demi menanti Si Buah Hati, pada masa kehamilan Bunda kadang harus merasakan sakit punggung, kecemasan, nyeri bagian perut, ukuran perut membesar hingga ada perubahan hormon yang membuat gangguan tidur. Namun jangan khawatir. Ada sejumlah cara untuk mengatasi gangguan tidur atau insomnia yang Bunda alami. 

- Ciptakan kondisi yang nyaman

Ciptakan lingkungan tidur yang sejuk, gelap, dan tenang serta jauhkan perangkat elektronik dari kamar tidur. Pakai lampu malam sebagai ganti lampu di atas kepala untuk menghindari terlalu sering terbangun saat bepergian ke kamar mandi. 

- Perhatikan posisi tidur

Bunda dapat tidur berbaring miring ke kiri dengan lutut dan pinggul ditekuk serta bantal di antara lutut, di bawah perut, dan di belakang punggung. Hal ini untuk mengurangi tekanan pada punggung bagian bawah.

Selain itu bantalan pemanas di punggung dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kualitas tidur. Tidur menghadap ke sebelah kiri juga dapat meningkatkan jumlah darah dan nutrisi yang menuju plasenta. Posisi tersebut juga dapat membantu Bunda mengurangi sakit punggung.

- Tambahkan bantal

Bantal tambahan sangat berguna untuk membantu mendapatkan kenyamanan bagi ibu hami, terutama bagi yang sedang hamil tua. Bunda dapat menggunakan bantal untuk menopang bagian tengah tubuh, punggung bawah, serta sela-sela lutut untuk mengurangi nyeri punggung.

Beberapa ibu hamil mungkin lebih memilih bantal kehamilan yang dirancang khusus untuk mengakomodasi kebutuhan perubahan tubuhnya. Melansir American Pregnancy Association, kini banyak bentuk bantal hamil yang bisa digunakan sebagai penunjang untuk mendapatkan kualitas tidur.

- Relaksasi

Rutin relaksasi ketika masa kehamilan dapat membantu mengurangi rasa cemas, lho, Bunda. Jika tubuh rileks, otomatis kualitas tidur Bunda akan meningkat serta terhindar dari gangguan tidur. Studi pada tahun 2015 dalam jurnal Obstetric Medicine menyebutkan meditasi dan relaksasi dapat membantu menurunkan insomnia pada kehamilan.

Itu dia ulasan penyebab kenapa ibu hamil susah tidur serta solusi untuk mengatasinya. Ingat, waktu tidur berkualitas sangat penting untuk menjaga kesehatan ibu hamil beserta janin. Oleh karena itu, setiap gangguan tidur perlu segera diatasi, ya Bunda!

Image Article
Kenapa Ibu Hamil Susah Tidur? Ini Penjelasannya!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Keluar Flek Darah Saat Hamil, Berbahayakah?

Published date

Keluarnya flek darah selama masa kehamilan memang terkadang bisa membuat khawatir. Terlebih jika flek darah tersebut muncul saat usia kehamilan yang masih muda. Tapi benarkah flek darah saat hamil bisa berbahaya?

Sebenarnya, keluar flek darah saat hamil muda bukan sesuatu yang jarang terjadi. Bahkan, sekitar 1 dari 4 ibu hamil pernah mengalami flek darah selama trimester pertama namun tetap memiliki kehamilan yang sehat.

Meski demikian, munculnya flek darah selama kehamilan juga bisa mengindikasikan adanya komplikasi atau masalah medis tertentu. Karena itu, Bunda yang sedang mengandung disarankan untuk tetap berkonsultasi ke dokter ketika terjadi flek agar bisa mendeteksi lebih cepat penyebabnya.

Kira-kira apa saja penyebab keluarnya flek darah selama masa mengandung dan bagaimana mengatasinya? Kapan perlu memeriksakan ke dokter? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Bunda bisa simak bahasannya berikut ini.

Penyebab Keluar Flek Darah saat Hamil

Ada banyak hal yang bisa menyebabkan keluarnya flek darah saat hamil. Beberapa penyebab tersebut ada yang tak perlu kita khawatirkan, namun ada juga yang memerlukan penanganan medis segera.

Pada trimester pertama, berikut beberapa penyebab keluar flek darah saat hamil: 

1. Pendarahan implantasi

Pendarahan implantasi adalah penyebab umum keluar flek darah saat hamil muda. Pendarahan implantasi terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel pada lapisan rahim sehingga memicu pendarahan ringan atau flek selama beberapa hari.

2. Kehamilan ektopik dan keguguran

Kehamilan ektopik dan keguguran juga bisa menyebabkan flek darah saat hamil, khususnya pada trimester pertama. Kehamilan ektopik terjadi ketika janin terbentuk di luar rahim. Sementara keguguran di awal kehamilan sebagian besar terjadi karena kelainan genetik yang tidak diketahui. Meski demikian, penggunaan alkohol atau obat-obatan, infeksi, penyakit kronis, paparan lingkungan, dan kelainan struktur rahim disebut turut bisa memicu keguguran di awal kehamilan.

3. Perubahan serviks

Kehamilan dapat menyebabkan perubahan pada serviks atau leher rahim dan terkadang menyebabkan keluarnya warna darah flek saat hamil muda. Flek darah saat hamil karena hal ini bukan hal yang mengkhawatirkan.

Baca Juga: 3 Cara Menyapih ASI untuk Anak

4. Kehamilan molar

Kehamilan molar terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi dan tertanam di dalam rahim namun tidak membentuk janin, melainkan sel yang bersifat kanker dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain.

Penyebab munculnya flek darah saat hamil biasanya berbeda setelah usia kandungan mencapai trimester kedua dan ketiga. Berikut penyebab umum keluar flek darah saat hamil trimester kedua dan ketiga: 

Leher rahim tidak kompeten

Leher rahim yang tidak kompeten bisa mengalami pembukaan secara prematur, yang bisa memicu bayi lahir sebelum waktunya. Hal ini sering terjadi saat kehamilan trimester kedua dan ketiga.

Solusio plasenta 

Solusio plasenta terjadi ketika plasenta yang memasok nutrisi dan oksigen ke bayi  terpisah dari dinding rahim.

Ruptur rahim

Ruptur rahim termasuk kejadian langka namun mengancam nyawa dimana rahim robek di sepanjang garis bekas luka akibat operasi caesar sebelumnya

Plasenta previa 

Kondisi ini terjadi ketika plasenta menutupi leher rahim, mengakibatkan pendarahan hebat selama kehamilan.

Kapan Perlu Pemeriksaan Dokter?

Meski flek saat hamil muda adalah hal yang normal terjadi, Bunda disarankan untuk tetap memeriksakan diri ke dokter agar diketahui penyebab pastinya. Saat menemui dokter, Bunda harus menjelaskan seberapa banyak flek yang keluar dan seperti apa bentuknya.

Dokter biasanya akan melakukan USG transvaginal untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang menjadi pemicu flek saat hamil. Bunda juga perlu memeriksakan diri ke dokter jika flek saat hamil terjadi bersamaan dengan gejala berbahaya, seperti:

  • Pingsan, pusing, atau detak jantung cepat dan menunjukkan tekanan darah sangat rendah

  • Kehilangan darah dalam jumlah besar atau darah keluar bersama jaringan atau gumpalan besar

  • Sakit perut parah yang memburuk saat bergerak atau mengubah posisi

  • Demam, menggigil, dan keputihan yang bernanah bercampur darah.

Setiap flek darah yang keluar saat usia kandungan mencapai trimester kedua atau ketiga juga perlu penanganan dokter secepat mungkin. Bunda juga perlu segera mengunjungi dokter ketika flek darah saat hamil menjadi pendarahan hebat yang mirip menstruasi untuk tidak ada komplikasi kehamilan.

Cara Mengatasi Keluar Flek Darah saat Hamil

Mengatasi keluarnya flek darah saat hamil bisa tergantung pada penyebabnya. Karena itu, Bunda perlu memeriksakan diri ke dokter untuk menemukan penyebab pasti dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Dokter bisa menemukan penyebab keluar flek saat hamil dengan melakukan berbagai jenis pemeriksaan, seperti pemeriksaan panggul, tes darah, tes pencitraan, dan lainnya.

Selain memeriksakan diri ke dokter, hal yang harus Bunda lakukan untuk mengatasi flek darah saat hamil adalah beristirahat, batasi aktivitas fisik, dan minum air yang cukup.

Image Article
Keluar Flek Darah Saat Hamil, Berbahaya Kah?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Menstimulasi Agar Anak Cepat Bicara. Yuk, Simak!

Published date

Pada tiga tahun pertama kehidupan merupakan periode penting dan paling intensif bagi anak untuk belajar berbicara. Sebab, di periode usia tersebut, otak bayi berkembang lebih pesat dan semakin matang.

Tentunya, periode usia tersebut akan semakin efektif apabila Bunda dapat memberikan stimulasi agar anak cepat bicara. Lalu, apa saja cara menstimulasi anak agar cepat bicara. Simak artikel berikut ini untuk mengetahuinya, Bunda!

Apa Saja Tanda Anak Mulai Bicara?

Tahukah Bunda, tanda awal kemampuan bicara pada bayi sebenarnya sudah dapat terlihat sejak baru dilahirkan, yakni melalui komunikasi nonverbal, seperti menangis ketika lapar atau merasa tidak nyaman.

Memasuki usia 3 bulan, bayi mulai bisa mengenali suara orang atau benda di sekitarnya. Si Buah Hati juga mulai dapat membaca ekspresi wajah saat Bunda berbicara, dan mulai cooing atau mengeluarkan suara yang gembira, lembut, dan berulang-ulang.

Di usia 6 bulan, kemampuan bicara bayi akan meningkat menjadi babbling, yaitu mengoceh kata sederhana atau tanpa makna, seperti “ma-ma” atau “da-da”. Meski tanpa makna, ocehan bayi pada fase babbling merupakan salah satu pertanda bayi mulai berbicara.

Saat berusia 9 bulan, bayi mulai dapat memahami kata-kata sederhana, seperti dadah, ya, dan tidak. Setelah berusia 12 bulan, kebanyakan anak baru dapat mengucapkan kata sederhana yang memiliki makna. Artinya, ketika anak 1 tahun mengucapkan kata “mama” atau “papa”, ia memang sedang memanggil Ayah dan Bunda, bukan sekadar mengoceh.

Setelah dapat mengucapkan kata pertamanya di usia 12 bulan, kemampuan berbicara Si Buah Hati akan terus berkembang hingga mampu menyusun kalimat lengkap pada usia 2-3 tahun.

Tapi Bunda, perlu diingat bahwa kecepatan perkembangan anak bisa berbeda satu dengan lainnya. Di sinilah, peran Bunda diperlukan untuk memberi stimulasi anak agar cepat bicara sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya.

Tips Cara Menstimulasi Anak Agar Cepat Bicara

Upaya mendorong kemampuan berbicara Si Buah Hati, dapat Bunda lakukan sedini mungkin, bahkan sejak bayi baru lahir. Bunda dapat memberikan stimulasi agar bayi cepat bicara, seperti sering mengajaknya bicara atau menyanyikan lagu.

Berikut ini beberapa tips cara menstimulasi anak agar cepat bicara yang bisa Bunda praktikkan kepada Si Buah Hati di rumah:

Ajak anak berbicara

Sering mengajak Si Buah Hati mengobrol merupakan cara stimulasi anak agar cepat bicara yang paling mudah. Bunda sebaiknya lebih sering berbicara kepada anak dengan kalimat-kalimat sederhana, tetapi penuh intonasi dan ekspresi untuk membantu perkembangan kemampuan bahasanya. Bunda juga bisa menggunakan kalimat lengkap untuk menjelaskan apa yang dilakukan Si Buah Hati atau memperluas penjelasan terhadap kata-kata yang diucapkan.

Hindari merespons dengan bahasa bayi

Bunda juga sebaiknya selalu merespons setiap ocehan atau isyarat dari Si Buah Hati. Namun, hindari menggunakan bahasa bayi atau kata-kata yang dicadel-cadelkan saat memberikan respons kepada anak ya Bunda. Sebab, orang tua semestinya menjadi role model untuk anak belajar berbicara, yakni dengan suara jelas dan tata bahasa yang benar.

Baca Juga: Stimulasi Bicara 1 Tahun yang Ampuh

Membaca buku cerita bersama

Bunda bisa mengajak Si Buah Hati membaca buku cerita bersama. Aktivitas membaca bersama dengan suara yang keras lebih merangsang perkembangan kognitif anak. Membaca bersama juga melatih fokus dan mengundang interaksi orang tua dengan anak yang dapat mendorong kemampuan bahasa, perkembangan kosakata, dan pemahaman lisan anak.

Ajak anak bernyanyi

Menstimulasi anak agar cepat bicara juga dapat dilakukan melalui nyanyian. Mengajak Si Buah Hati bernyanyi bersama dapat meningkatkan perhatian bayi melalui nada, struktur musik dan linguistik yang konsisten.

Nyanyian seringkali menggunakan kata yang berima. Bagi bayi, kata yang berima dan beritme lebih mudah diingat daripada sekadar berbicara. Bunda bisa menyanyikan lagu nina bobo sebagai pengantar tidur Si Buah Hati untuk mendorong perkembangan bahasanya sejak dini.

Bermain permainan kata-kata

Untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan bahasa anak, Bunda juga dapat mengajak Si Buah Hati bermain dengan kata-kata. Misalnya, di sela aktivitas makan Bunda bisa bertanya tentang kata-kata yang berima atau berakhiran sama, seperti ayam dan bayam. Permainan kata akan membantu meningkatkan kosakata, ejaan, dan tata bahasa anak.

Selain memberi stimulasi agar anak cepat bicara, Bunda juga perlu mengurangi hal-hal yang dapat menghambat perkembangan kemampuan bahasa Si Buah Hati, seperti terlalu sering membiarkan anak menonton televisi atau menatap layar gadget.

Peningkatan waktu menonton televisi dan gadget di usia dini dapat berdampak negatif terhadap perkembangan bahasanya, terutama pada anak di bawah usia 2 tahun.

Itulah Bunda, beberapa tips cara menstimulasi anak agar cepat bicara. Semoga bermanfaat, ya!

Image Article
Cara Menstimulasi Agar Anak Cepat Bicara. Yuk, Simak!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Apa Manfaat Minyak Ikan untuk Ibu Hamil yang Bagus? Cek di Sini!

Published date

Selama masa kehamilan dan persiapan menyambut calon Si Buah Hati, Bunda mungkin pernah mendengar saran untuk mengonsumsi berbagai suplemen kesehatan. Salah satu yang sering direkomendasikan adalah minyak ikan.

Minyak ikan atau fish oil memang baik untuk kesehatan ibu hamil. Bahkan, WHO juga menganjurkan konsumsi minyak ikan untuk ibu hamil.

Diketahui bahwa selama masa kehamilan, cadangan Omega-3 dalam tubuh ibu hamil cenderung menurun lantaran digunakan untuk menunjang perkembangan janin. Nah, minyak ikan direkomendasikan bagi para ibu hamil untuk membantu mencukupi kebutuhan Omega-3.

Untuk lebih memahami pentingnya asupan ini, kenali manfaat minyak ikan bagi ibu hamil beserta makanan sumber alami omega 3 dan 6 yang penting untuk persiapan menyambut kelahiran Si Buah Hati.

Apa Saja Manfaat Minyak Ikan untuk Ibu Hamil?

Manfaat minyak ikan tak hanya penting untuk ibu hamil lho, Bunda. Si Buah Hati juga dapat merasakan khasiatnya. Berikut manfaat minyak ikan untuk ibu hamil dan janin di dalam kandungan:

Menunjang perkembangan saraf janin

Manfaat minyak ikan untuk ibu hamil trimester 1 salah satunya adalah kandungan Omega-3 yang penting dalam menunjang perkembangan saraf janin. Pasalnya, kekurangan Omega-3 selama awal kehamilan dapat mengganggu tumbuh kembang sistem saraf atau neurologis janin.

Menjaga kesehatan mata dan otak janin

Kandungan EPA dan DHA dalam omega 3 minyak ikan juga telah terbukti dapat menunjang tumbuh kembang indera penglihatan dan fungsi kognitif atau kemampuan berpikir Si Buah Hati.

Mencegah komplikasi kehamilan

Faedah minyak ikan untuk ibu hamil trimester 2 yang bakal memasuki periode akhir kehamilan juga krusial dalam mencegah komplikasi kehamilan, seperti persalinan prematur, menurunkan risiko preeklampsia, dan berat badan bayi lahir rendah.

Mempersiapkan ASI

Minyak ikan untuk ibu hamil trimester 3 penting dalam persiapan memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif setelah melahirkan. Kandungan gizi pada minyak ikan juga penting untuk menunjang produksi ASI.

Menurunkan risiko depresi pasca-persalinan

Postpartum depression atau depresi pasca-persalinan rawan dialami ibu hamil yang kekurangan omega 3 selama hamil. Untuk mencegah gangguan suasana hati setelah melahirkan, pastikan ibu hamil terpenuhi kebutuhan zat gizi ini.

Mengingat pentingnya manfaat minyak ikan bagi kehamilan, tentu tidak ada salahnya Bunda mempertimbangkan suplemen ini. Selain itu, Bunda juga perlu tahu jenis makanan yang menjadi sumber alaminya.

Baca Juga: Berapa Berat Badan Ideal Anak Usia 1-3 Tahun? Simak di Sini!

Jenis Makanan Sumber Omega 3 dan 6

Kandungan utama minyak ikan berupa asam lemak omega 3, terutama jenis DHA dan EPA. Bersama omega 6, keduanya termasuk asam lemak esensial. Asam lemak esensial adalah lemak yang tidak dapat dihasilkan sendiri oleh tubuh dan perlu didapat dari sumber alami berupa makanan atau suplemen.

Perlu Bunda ketahui, manusia sebenarnya dapat menghasilkan beragam asam lemak lewat proses sintesis, contohnya asam lemak jenuh dan tak jenuh tunggal. Sayangnya, tubuh manusia tidak mampu mensintesis asam lemak tak jenuh rantai ganda seperti omega 3 dan omega 6 yang penting untuk kesehatan.

Nah, untuk mencukupi gizi penting ini, selain mengonsumsi minyak ikan, terdapat beberapa sumber makanan yang tinggi kandungan omega 3 dan 6 yang bisa Bunda temukan, di antaranya:

  • Ikan salmon

  • Ikan makarel

  • Tiram

  • Udang

  • Ikan tuna

  • Kerang

  • Telur

  • Ayam

  • Minyak nabati seperti safflower, bunga matahari, jagung, atau kedelai

  • Kacang kenari

Pilih Suplemen Minyak Ikan atau Alami?

Dari daftar sumber makanan tinggi kandungan Omega 3 dan 6 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar merupakan ikan atau makanan laut.

Namun, selama kehamilan, salah satu makanan yang perlu dikonsumsi ibu hamil dengan hati-hati adalah makanan laut dan ikan laut. Alasannya, ikan atau makanan laut berisiko terkontaminasi zat merkuri atau poliklorinasi bifenil.

Apabila terjadi penumpukan zat tersebut dalam tubuh ibu hamil, tumbuh kembang janin dapat terganggu. Terlebih lagi, kadar zat kontaminan berbahaya itu lebih banyak dibanding minyak ikan dalam ikan dan makanan laut. Selain itu, kandungan DHA dan EPA dalam Omega-3 yang penting untuk ibu hamil dan janin dari sumber alami sangat bervariasi, serta butuh porsi yang sangat besar agar tercukupi.

Sebagai gambaran, untuk memenuhi kebutuhan Omega-3 harian, ibu hamil perlu mengonsumsi hingga 300 gram salmon per hari. Dengan porsi yang begitu besar, risiko kontaminasi zat berbahaya bagi janin juga meningkat. Karenanya, demi meminimalkan risiko kesehatan, suplemen minyak ikan dapat dipertimbangkan.

Itulah ulasan seputar minyak ikan untuk ibu hamil. Selalu perhatikan asupan gizi selama masa kehamilan, ya Bunda.

Image Article
Apa Manfaat Minyak Ikan untuk Ibu Hamil? Simak di Sini!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off