Simak cara Berikut Untuk Atasi Si Buah Hati Yang Sering Tidur Malam

Published date

Bunda, dalam masa pertumbuhan, Si Buah Hati membutuhkan waktu tidur sekitar 10 jam di malam hari. Meskipun begitu, ada pula anak yang mengalami kesulitan tidur. Sehingga jam tidurnya menjadi terlalu malam dan tidak wajar baginya.

Bila ini terjadi, Si Buah Hati pun menjadi kurang tidur. Akibatnya, ia akan rewel, sulit diatur, lesu, bahkan malas beraktivitas. Padahal tidur malam sangat penting bagi Si Buah Hati. Selain beristirahat, sel-sel tubuh juga berkembang dan memperbaiki diri ketika Si Buah Hati tidur pada malam hari. Proses ini tidak terjadi ketika ia tidur siang.

Biasanya, Si Buah Hati mengalami kesulitan tidur malam karena beberapa hal. Seperti:

1. Kelebihan energi

Pada usia 5 tahun, Si Buah Hati memang memiliki energi yang sedang banyak-banyaknya. Fisiknya kuat dan keinginan kuat untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar terkadang memaksanya menahan rasa kantuk. Dan tanpa disadari, ia berusaha selalu terjaga agar tidak kehilangan kesempatan untuk bereksplorasi. Ia pun merasa belum mengantuk meskipun sudah larut.

2. Merasa takut

Beberapa anak mengalami ketakutan akan ditinggal sang ibu ketika tidur. Perasaan cemas ini akan membuatnya sulit tidur. Biasanya, Si Buah Hati mengalami kekhawatiran seperti ini karena kekurangan waktu bersama Bunda atau sering ditinggal pergi tanpa Bunda pamit terlebih dahulu padanya.

3. Terlalu lama tidur siang

Jam tidur siang yang terlalu lama juga bisa menyebabkan Si Buah Hati tidur terlalu malam, karena belum mengantuk dan masih menyimpan banyak energi. Terkadang ia juga sulit tidur karena menonton televisi. Film seru yang ditonton akan membuatnya senang dan teringat terus, apalagi jika menontonnya menjelang waktu tidur. Begitu juga dengan film yang menakutkan. Si Buah Hati akan takut sehingga otaknya akan terus waspada.

Bunda, untuk mencegah Si Buah Hati tidur terlalu malam, Bunda harus memperhatikan penyebabnya. Untuk menonton televisi, sebaiknya Bunda membatasi waktu kegiatan ini. Misalnya mematikan TV minimal 2 jam sebelum waktu tidur malam Si Buah Hati.

Lalu, batasi pula jam tidur siang Si Buah Hati, sekitar 1-2 jam saja. Jika Si Buah Hati sudah tidur selama 3 jam, Bunda bisa membangunkan perlahan-lahan. Agar ia mudah tidur malam dan suasana hatinya tetap terjaga.

Bunda pun disarankan memperbanyak waktu bersama Si Buah Hati, agar dia tidak merasa takut ditinggal ketika tidur. Kebersamaan Bunda dengan Si Buah Hati akan membuatnya lebih percaya dan tetap tenang saat tidur. Sehingga, ia akan relaks dan tidur tepat waktu.

Menjelang tidur, buatlah kegiatan yang nyaman. Ajak Si Buah Hati mencuci kaki, sikat gigi, dan mengganti baju. Bacakan pula buku yang membuatnya senang atau memperdengarkan lagu berirama lembut. Kegiatan ini akan membuat Si Buah Hati menenangkan diri, sebagai jeda setelah melakukan aktivitas yang melelahkan. Dengan tubuh yang nyaman dan pikiran tenang, ia akan mudah mengantuk dan akhirnya tertidur.

Image Article
Simak cara Berikut Untuk Atasi si Kecil Yang Sering Tidur Malam
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Mengatasi Anak Tantrum yang Perlu Bunda Ketahui

Published date

Tantrum adalah hal yang umum terjadi pada anak usia 1 hingga 3 tahun. Pada usia tersebut. kemampuan Si Buah Hati mengkomunikasikan keinginan dan perasaan masih terbatas. Jadi, tantrum adalah cara anak kecil untuk mengekspresikan emosinya, sekaligus berupaya memahami dan mengendalikan situasi di sekitarnya.1 Nah, Bunda butuh cara mengatasi anak tantrum? Yuk, kita bahas di artikel ini:

Apa Penyebab Anak tantrum?

Sebelum membahas cara mengatasi anak tantrum, Bunda harus mengetahui lebih penyebab anak tantrum dan jenis tantrum pada anak. Ada tiga jenis tantrum yang bisa ditunjukkan oleh anak, yaitu:

1. Tantrum manipulatif yang ditunjukkan saat anak tidak mendapatkan apa yang diinginkan.
2. Tantrum frustrasti verbal yang disebabkan anak tahu apa yang diinginkan tapi tidak tahu cara mengkomunikasikannya pada orang lain. 
3. Tantrum tempramental atau juga dikenal dengan temper tantrum, ketika rasa frustrasi anak sangat tinggi dan sulit mengendalikannya.2

Menurut Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., tantrum atau temper tantrum adalah luapan atau ledakan emosi anak yang sulit dikendalikan, biasanya berkaitan dengan keinginan yang tidak terpenuhi dan terjadi dalam situasi atau kondisi tertentu yang membuat anak tidak nyaman misalnya sedang mengantuk, lelah atau frustrasi.

Penyebab anak tantrum bisa dipicu oleh berbagai hal, seperti berikut:

● Frustrasi
● Menginginkan perhatian
● Menginginkan sesuatu (seperti hadiah atau mainan)
● Menghindari melakukan sesuatu (seperti membereskan mainan atau meninggalkan ruangan)
● Kelaparan
● Kelelahan

Salah satu penyebab utama anak tantrum adalah konflik dalam diri mereka sendiri. Di satu sisi, mereka ingin mandiri, namun di sisi lain masih sangat membutuhkan perhatian orang tua. Ditambah lagi, mereka belum memiliki kemampuan untuk mengatasi emosi yang kuat atau kekecewaan dengan baik. Karena keterbatasan kemampuan berbahasa, mereka akhirnya meluapkan emosi tersebut melalui amukan. Hal ini bisa berupa frustasi, keinginan untuk mendapatkan perhatian, atau barang tertentu, menghindari kewajiban, rasa lapar, atau lelah.3

Meski tampak mengkhawatirkan, temper tantrum sesungguhnya masih tergolong normal karena merupakan bagian dari proses perkembangan. Anak-anak usia toddler biasanya rawan mengalami tantrum. Sebagai periode dari perkembangan, tantrum diharapkan berakhir ketika memasuki usia sekolah di mana kemampuan bahasanya sudah lebih mahir sehingga dapat digunakan untuk mengekspresikan emosi lebih baik.

Cara Mengatasi Anak Tantrum

Bagi orang tua, menghadapi anak tantrum bisa menjadi situasi yang menegangkan dan membingungkan. Namun, jangan khawatir ada beberapa cara mengendalikan anak tantrum yang bisa Bunda coba. Berikut cara mengatasi anak tantrum secara efektif:

1. Tetaplah Berkepala Dingin

Ketika Si Buah Hati tantrum, dia tidak akan bisa mendengarkan alasan. Ia akan memberikan respons, secara negatif, terhadap teriakan ataupun ancaman Bunda. Semakin Bunda berteriak untuk memintanya berhenti, ia akan semakin berperilaku “liar”.

Karenanya, berhentilah berteriak dan cobalah untuk hanya duduk dan tetap berada di sampingnya sembari menunggu Si Buah Hati selesai menumpahkan kemurkaannya. Peluk  anak jika dia mulai menyakiti dirinya atau orang lain misalnya memukul atau membenturkan kepala. Jangan berpikir untuk meninggalkannya karena malah akan membuat Si Buah Hati tambah frustasi karena merasa ketakutan.

Jika Bunda mulai terpancing emosi, disarankan untuk secara tenang meninggalkan ruangan selama beberapa menit. Namun, Si Buah Hati masih dapat melihat Bunda atau ada orang lain (ayah atau pengasuh) yang menjaganya dan kembali setelah Si Buah Hati berhenti menangis. Dengan tetap tenang, Bunda juga sebenarnya tengah membantunya untuk tenang kembali.

2. Jangan Lupa Posisi Sebagai Ibu

Bunda mungkin sangat tergoda untuk menyerah demi menghentikan tantrumnya, tapi cobalah untuk tidak merasa khawatir dengan apa yang dipikirkan orang lain. Percayalah, semua orang tua pernah mengalaminya.

Apabila Bunda menyerah mengikuti yang ia mau karena khawatir apa yang orang lain pikirkan, itu hanya akan mengajari toddler bahwa tantrum adalah cara yang baik untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Nantinya akan menjadi pondasi timbulnya konflik di masa mendatang. Daya tawar Bunda yang lemah, inilah yang ia butuhkan dari Bunda yang tidak bisa menguasai keadaan.

Jika Bunda tengah berada di tempat umum, tempat yang biasanya disukai anak untuk bersikap tantrum, bersiaplah untuk membawa pergi Si Buah Hati ke tempat yang lebih tenang atau sepi sampai ia tenang kembali.

3. Bicarakan Kemarahan Anak

Setelah “badai” menghilang, duduklah di samping Si Buah Hati dan ajak ia bicara soal apa yang tadi terjadi. Diskusikan tantrum dalam istilah yang sangat sederhana dan cobalah untuk memahami rasa frustrasi Si Buah Hati.

Bantu ia mengungkapkan perasaannya dalam kata-kata, seperti, “Kamu sangat marah karena Bunda tadi tidak membelikan mainan yang Adek minta”. Biarkan ia melihat bahwa setelah mengekspresikan dirinya lewat kata-kata, dia akan mendapatkan hasil yang lebih baik.

Setelah itu katakan sambil tersenyum, “Bunda minta maaf karena tadi Bunda tidak mengerti apa yang kamu rasakan. Nah sekarang setelah kamu tidak menjerit lagi, Bunda bisa mengerti dengan baik apa yang kamu inginkan.” Jelaskan juga mengapa dia tidak bisa dapatkan apa yang ia mau dan kapan dia bisa mendapatkannya.

4. Biarkan Si Buah Hati Tahu Bunda Menyayanginya

Setelah Si Buah Hati tenang dan Bunda punya kesempatan untuk berbicara dengannya soal tantrumnya, berikan ia pelukan singkat dan katakan kepadanya bahwa Bunda menyayanginya.

Penting bagi toddler untuk tahu, meski Bunda menolak membeli mainan, namun Bunda tetap sayang padanya. Pelukan adalah hadiah Bunda untuk Si Buah Hati yang berhasil menenangkan diri dan berbicara soal apa yang ia rasakan kepada Bunda.

Baca Juga: Berapa Takaran Susu Dancow yang Tepat? Cek di Sini!

5. Alihkan Perhatiannya

Karena anak memiliki rentang fokus yang pendek, mengalihkan perhatian mereka adalah cara mengatasi anak tantrum yang jitu. Bunda bisa menawarkan pengganti barang yang tidak bisa mereka dapatkan, atau memulai aktivitas baru untuk menggantikan aktivitas yang membuat mereka frustrasi atau dilarang.

Membawa mereka masuk atau keluar ruangan juga bisa menjadi cara efektif untuk mengubah suasana. Selain itu, alihkan perhatian mereka dengan mengajak mereka melihat sesuatu yang menarik di luar jendela, misalnya kucing. Gunakan nada bicara yang terkejut dan penuh semangat untuk menarik fokus anak Bunda.

Namun penting diingat, jangan menyerah pada keinginan mereka saat tantrum. Hal itu hanya membuat Si Buah Hati berpikir itulah cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.4

6. Cobalah Prediksi Pemicu Tantrum Si Buah Hati

Menemukan penyebab anak tantrum adalah langkah penting. Si Buah Hati mungkin saja kelelahan atau lapar, sehingga solusinya bisa jadi sederhana seperti mengajak makan atau istirahat. Namun, tantrum juga bisa dipicu oleh rasa frustrasi atau cemburu, misalnya terhadap anak lain. Pada saat-saat seperti ini, meskipun perilaku mereka mungkin tidak menyenangkan, sebenarnya mereka justru membutuhkan waktu, perhatian, dan kasih sayang Bunda.5

Ingat-ingatlah situasi mana yang membuat toddler kerap tantrum dan buatlah rencana untuk menghindarinya. Jika ia merasa marah saat lapar, bawalah camilan untuknya. Bila dia jadi jengkel di petang hari, selesaikan pekerjaan Bunda pada pagi hari.

Semakin hari, toddler akan semakin mandiri, jadi tawarkan ia pilihan kapan pun hal tersebut memungkinkan. Tak ada yang suka disuruh-suruh untuk melakukan sesuatu sepanjang waktu. Mengatakan, “Adek mau sup jagung atau wortel?” daripada “Makan dong sup jagungnya!” akan membuat toddler merasa memiliki kontrol dan mengurangi frustasinya.

Monitor seberapa sering orang tua mengatakan “tidak”. Jika orang tua melakukan hal itu secara rutin, orang tua mungkin sudah menanamkan sumber stres yang tidak perlu untuk orang tua dan anak. Cobalah untuk lebih santai dan belajar bernegosiasi dengan anak untuk hal-hal yang memang boleh dan pantas dilakukan.

7.  Waspadalah Terhadap Gejala Stres

Meski tantrum adalah hal yang sangat wajar dalam kehidupan batita, Bunda sebaiknya tetap waspada dan mencari sumber masalah yang mungkin menjadi penyebabnya. Apakah telah terjadi pergolakan di tengah keluarga?

Apakah Bunda atau Ayah tengah menjalani masa yang super sibuk dan penuh gangguan? Apakah orang tua tengah tertekan, baik oleh pekerjaan atau hal lain? Semua hal tadi dapat mendorong terjadinya tantrum pada anak.

Jika tantrum Si Buah Hati terjadi terlalu sering atau terlalu intens (atau dia menyakiti dirinya sendiri atau orang lain), carilah bantuan. Di pemeriksaan rutin anak, dokter/psikolog biasanya akan mendiskusikan tumbuh kembang Si Buah Hati.

Selain itu, konsultasikan ke dokter  jika Si Buah Hati mengalami breath-holding spell (keadaan menahan napas dan tidak bersuara dalam hitungan 5-10 detik, kemudian menangis keras lagi) saat ia marah yang membuat Bunda merasa takut. Seiring perkembangan kemampuan mengendalikan diri, seharusnya tantrum pada anak berangsur berkurang. Umumnya, frekuensi tantrum pada anak akan menurun di usia 3 setengah tahun.

Namun, jika tantrum anak disertai dengan tindakan melukai diri sendiri atau orang lain, menahan napas hingga pingsan, atau justru semakin parah setelah usia 4 tahun, sebaiknya konsultasikan hal ini dengan dokter anak Bunda. Dokter mungkin perlu menyelidiki kemungkinan adanya masalah fisik atau psikologis yang memicu tantrum tersebut.6

Itulah cara mengatasi anak tantrum yang bisa Bunda terapkan. Semoga Bunda berhasil mengatasinya, dan ingat, penanganan yang tepat akan membuat temper tantrum menghilang pada waktunya. Good luck!

 

 

Sumber:

  1. Tantrums: why they happen & how to respond - Raising Children Network. Retrieved May 27 2024, from https://raisingchildren.net.au/toddlers/behaviour/crying-tantrums/tantrums
  2. Tri Nola Mulfiani, & Rakimahwati Rakimahwati. (2023). Case Study of Tantrum Behavior in Early Childhood. Al-Ishlah, 15(3), 3327–3333. https://doi.org/10.35445/alishlah.v15i3.4173
  3. Temper Tantrums: What They Are, How To Handle & Possibly Prevent Them - Cleveland Clinic. Retrieved May 27 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/articles/14406-temper-tantrums
  4. Toddler tantrums: the facts and how to cope | Baby & toddler articles & support - NCT. Retrieved May 27 2024, from https://www.nct.org.uk/baby-toddler/toddler-tantrums-and-tricky-behaviour/toddler-tantrums-facts-and-how-cope
  5. Temper tantrums - NHS. Retrieved May 27 2024, from https://www.nhs.uk/conditions/baby/babys-development/behaviour/temper-tantrums/
  6. Temper tantrums in toddlers: How to keep the peace - Mayo Clinic. Retrieved May 27 2024, from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/tantrum/art-20047845
Image Article
Tips  Mengatasi Anak Tantrum
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Mendidik Anak dalam Membatasi Penggunaan Gadget

Published date

Perkembangan teknologi membuat Si Buah Hati ikut merasakan dampaknya. Itu karena anak-anak kelahiran 2011 dan setelahnya yang disebut Generasi Alfa (Gen A) merupakan digital native murni atau anak-anak yang sudah kenal perangkat digital bahkan sejak baru lahir.

Perhatikan saja, tanpa kita ajari dengan susah payah, Si Buah Hati sekarang sudah pandai menggeser layar sentuh pada ponsel Bunda. Alhasil, teknologi digital melekat pada anak Gen A bagaikan sesuatu yang alami meskipun orangtua berusaha memberi batasan.  Tidak heran,  pembatasan penggunaan gadget pada Si Buah Hati menjadi perkara yang tidak mudah. Ditambah, Bunda dan Ayah sendiri adalah para pengguna gadget yang cukup intens.

Satu hal yang perlu diketahui, para pakar perkembangan anak telah bersepakat, tontonan di layar (termasuk gadget dan televisi) sebaiknya tidak diberikan kepada Si Buah Hati sebelum usianya dua tahun. Anjuran ini disepakati oleh lembaga yang menjadi acuan para pakar kesehatan anak di Amerika Serikat yaitu American Academy of Pediatrics yang juga diakui dunia.  

Alasan di Balik Pembatasan

Adisti F. Soegoto, MPsi, Psikolog menjelaskan alasannya, “Terlalu banyak menyaksikan tontonan di layar dan main  gadget di usia dini akan membuat rentang atensi atau perhatian Si Buah Hati menjadi rendah. Saat melihat film di layar, gambar akan berubah sangat cepat. Sebelum fokus Si Buah Hati pada satu objek tercapai, objek tersebut akan berganti dengan objek lain, begitu seterusnya. Akibatnya, anak jadi tidak terlatih memperhatikan sesuatu dalam jangka waktu lama.”

Dua tahun tidak berakrab-akrab dengan gadget dan televisi, menurut Adisti, tujuannya untuk mengajak Si Buah Hati bereksplorasi langsung dan mendapatkan stimulasi yang tepat.  Hal ini akan sulit dilakukan jika Si Buah Hati terlanjur akrab dengan gadget dan televisi.

Bayangkan saja, mengenalkan cerita dari buku yang gambarnya statis pasti akan lebih sulit daripada mengenalkan tayangan video yang bergerak cepat. Padahal, rentang perhatian Si Buah Hati harus terus dilatih agar di masa belajar nanti ia harus mampu berkonsentrasi.  Selain latihan berkonsentrasi, melalui eksplorasi dan stimulasi langsung, Si Buah Hati juga berkesempatan mengembangkan kemampuan motorik, emosi-sosial,  bahasa, dan logika-matematika. Berbagai kemampuan ini bahkan harus terus dilatih meski usia Si Buah Hati telah melewati 2 tahun.

Baca jugaPanduan dan Manfaat Main Gadget untuk Anak Cerdas

Penerapan Aturan

Meski sulit menjauhkan Si Buah Hati dari gadget sama sekali, Bunda dan Ayah tetap perlu menerapkan aturan yang jelas. Setelah Si Buah Hati memasuki usia dua tahun, Academy of Pediatrics mengatakan perlunya membatasi aktivitas anak dengan gadget dan televisi dalam sehari, yaitu maksimal 2 jam saja.

Adisti merekomendasikan, waktu 1 atau 2 jam itu sebaiknya dipakai dalam beberapa pembagian waktu, tidak langsung dalam waktu lama. Waspadai segera jika Si Buah Hati mulai menunjukkan tanda-tanda kecanduan gadget. Yang paling jelas adalah anak rewel dan marah ketika tidak ada gadget di dekatnya.

Selain untuk mencegah anak kecanduan gadget, pembatasan waktu ini juga bertujuan memberikan waktu kepada Si Buah Hati untuk melakukan kegiatan lain yang bermanfaat misalnya bersosialisasi. Kuncinya, dalam pembatasan pemakaian gadget, Bunda dan Ayah juga perlu memberlakukan pada diri sendiri dengan konsisten. Menurut Adisti, “Untuk mencegah kecanduan gadget, orangtua harus menjadi  contoh. Jangan melarang anak untuk main gadget, tapi orangtua sendiri matanya tidak pernah lepas dari gadget.”

Tidak hanya memberi contoh, Bunda dan Ayah juga perlu memberikan alternatif kegiatan lainnya yang dapat menggantikan waktu bermain dengan gadget. Bermain permainan sederhana dengan Si Buah Hati dapat menjadi hal yang membuat anak lupa dengan asyiknya bermain gadget.

Jangan lupa untuk tetap memberikan nutrisi dukung tumbuh kembang Si Buah Hati dengan susu DANCOW. Bunda juga bisa tukarkan poin di program Parenting Rewards DANCOW. Yuk, tunggu apa lagi? Tukar poin sekarang!

Image Article
Cara Mendidik Anak dalam Membatasi Penggunaan Gadget
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Gaya Orang Tua Milenial Mendidik Generasi Masa Depan

Published date

Anak adalah milik masa depan, tetapi seperti apa kualitas seorang anak dalam menyongsong dan mengisi  masa depannya sangatlah ditentukan oleh pola asuh yang menempanya.

Zaman boleh berganti, tetapi menurut Psikolog Anastasia Satryo, M.Psi pola asuh demokratis tetap yang terbaik di antara pola asuh serba membolehkan dan pola asuh ketat (serba tidak boleh). “Pola asuh itu ibarat pagar bagi anak. Pola asuh demokratis jika diibaratkan sebagai pagar adalah pagar kuat yang terbuat spons tebal. Dalam batasan pagar spons ini, anak bisa bebas bereksplorasi dengan aman dan nyaman, tetapi tetap  terkendali  dalam batasan tanpa harus merasa tersakiti karena yang dibenturnya adalah pagar spons empuk. Itulah pola asuh tegas tapi penuh kasih sayang. Pola asuh ini memberikan kebebasan kepada anak untuk bereksplorasi dan berkomunikasi hangat dalam batasan yang justru mendorongnya menjadi pribadi bertanggung jawab,” urai Anastasia.

Dengan kata lain, pola asuh terbaik adalah pola asuh yang pas atau sesuai situasi dan kondisi Si Buah Hati. Meskipun sama-sama berpola demokratis,  bentuk pengasuhan pada masing-masing anak boleh jadi sangat berbeda. Itu karena faktor lingkungan, budaya, kebiasaan, karakter anak, dan karakter orangtua turut memberi pengaruh. “Boleh jadi anak yang satu menganggap dicintai itu kalau orangtua sering memeluk dan membelainya, tapi anak lain merasa dicintai karena ia selalu ditemani bermain oleh Bunda dan Ayahnya,” ungkap Anas. Jadi, pola asuh yang pas akan menyesuaikan dengan karakter dan kebutuhan Si Buah Hati.

Agar penerapannya pas, dalam mengasuh Si Buah Hati, perhatikan hal-hal berikut ini:

Temperamen anak

Inilah 3 temperamen utama yang muncul di setiap generasi sejak usia kanak-kanak:

  1. Easy Child

Inilah anak bertemperamen mudah. Ciri-cirinya, anak ini sangat kooperatif dan cenderung periang. Kemampuan adaptasinya pun sangat tinggi, gampang bergaul dengan orang yang baru dikenal baik sebaya ataupun tidak.

  1. Si Mesin Diesel

Anak seperti ini sebetulnya menyenangkan dan cukup kooperatif, tetapi untuk bisa seperti itu di lingkungan yang baru, ia butuh waktu alias lama panasnya seperti mesin diesel. Anak perlu melakukan pengamatan dulu siapa yang hadir dan bagaimana situasinya sebelum berbaur atau beraksi.

  1. Difficult Child

Anak ini berkarakter agak sulit dalam arti tidak mudah puas, tidak mudah ditenangkan, dan cenderung sensitif. Akibatnya, ia sulit beradaptasi dengan orang dan lingkungan baru.

Contoh penerapannya, “Misal, saat hendak berkunjung ke tempat baru, bagi si easy child orangtua hanya perlu mengatakan tempat yang akan dituju, seperti apa suasananya, dan apa yang akan dilakukan di sana. Bagi si mesin diesel, orangtua perlu menjelaskan lebih jauh di mana letak tempat yang akan dituju, seperti apa gambarannya, permainan apa yang dapat dimainkan di sana. Nah, bagi si difficult child, orangtua harus menjelaskannya ekstra detail lagi. Ia perlu tahu siapa saja yang akan ia temui di sana dan apakah ia akan senang atau tidak saat berada di sana,” ungkap Anas.

Tahapan perkembangan Si Buah Hati

Penerapan pola asuh harus memperhatikan tahapan perkembangan yang sudah dicapai Si Buah Hati. Jika misalnya saat belajar berjalan Si Buah Hati belum berani melangkah sendiri, Bunda bisa merangsangnya dengan melakukan aktivitas yang memancingnya untuk berjalan. Jika di usia 3 tahun Si Buah Hati masih bergantung pada popok sebagai teman tidur, Bunda dan Ayah harus mulai memberikan toilet training di malam hari meski dalam keadaan mengantuk. Jadi, penerapan pola asuh sangat terkait dengan tugas perkembangan Si Buah Hati di setiap tahapan usia agar ia bisa mencapai tonggak-tonggaknya (milestones).

Informasi terkini seputar dunia anak

Lain ladang, lain belalang, lain zaman, lain pula tantangannya. Zaman yang berubah cepat menuntut Bunda dan Ayah untuk juga cepat memperbaharui informasi dan teknologi yang digunakan. Satu hal yang tidak boleh dilupakan, jadilah Bunda dan Ayah yang cerdas dengan pandai-pandai menyaring informasi berguna dari sekian banyak informasi yang sebagian ternyata hanyalah sampah. Meski merasa kurang nyaman, mungkin, ikutlah menyelam di dunia Si Buah Hati. Dengan begitu, kita bisa memberikan proteksi yang tepat mengingat dunia digital dapat diakses tanpa batas oleh Si Buah Hati, sehingga membahayakannya. “Dengan berinternet sehat dan cerdas, kita dapat memaksimalkan manfaatnya bagi Si Buah Hati. Pembicaraan pun bisa dibuka karena kita tahu apa yang positif dan negatif dari sebuah game, misalnya, dan mencegah dampak yang mungkin mengancam,” kata Anas.  Ya, menjadi orangtua bagi generasi masa depan memang tidak mudah. Orangtua, khususnya Bunda sebagai pendidik utama dan pertama bagi Si Buah Hati membutuhkan kesiapan mental dan intelektual yang selalu sejalan dengan perkembangan zaman.  

Kehangatan berkomunikasi

Meski apa yang disampaikan Si Buah Hati terdengar sepele, berikan perhatian penuh pada apa yag diucapkannya. Si Buah Hati bicara untuk  didengar dan dipahami, bukan dihakimi, atau disodori solusi yang belum tentu tepat mewakili kebutuhan dan perasaannya. Jika Si Buah Hati berkeluh kesah, tunjukkan empati kita pada perasaannya, lalu pancinglah ia untuk menemukan sendiri solusi bagi masalahnya. “Ya, Bunda mengerti, kamu kesal karena bonekamu hilang. Sekarang, sebaiknya bagaimana?” begitu contohnya.

Perasaan didengar dan dimengerti mendorong Si Buah Hati untuk juga belajar menjadi pendengar  yang mau mengerti orang lain. Lakukan komunikasi hangat dan terbuka dengan Si Buah Hati agar ia tahu bahwa Bunda dan Ayah peduli dan menyayanginya.

 

Bunda, yuk baca juga artikel tentang masa depan Si Buah Hati di artikel "Kemampuan Memori Si Buah Hati Tentukan Masa Depannya"

 

Image Article
Gaya Orangtua Millenial Mendidik Generasi Masa Depan
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

4 Cara Menjauhkan Si Buah Hati dari Cedera

Published date

Mencapai tahapan usia toddler, biasanya Si Buah Hati sedang senang-senangnya berjalan, berlari, dan bereksplorasi untuk mengasah tumbuh kembang, proses belajar, dan membangun kemampuan kognitifnya. 

Bunda dan Ayah tentunya berusaha sebaik mungkin untuk menjaganya dari risiko cedera dan bahaya tersembunyi yang ada di rumah. Pengawasan adalah cara terbaik untuk memberi perlindungan pada Si Buah Hati, tapi bahkan orang tua yang paling waspada pun bisa kecolongan. 

Berikut ini beberapa cara sederhana untuk membantu mencegah cedera di rumah sendiri.

1. Amankan Perabotan

Tahukah Anda? Menurut Mary Mondozzi, MSN, PNP-BC, ahli kesehatan sekaligus fisiologi anak dari Akron Children’s Hospital, setiap 45 menit ada anak-anak yang harus dilarikan ke rumah sakit karena tertimpa TV atau perabotan rumah tangga lainnya di Amerika Serikat. 

Rasa ingin tahu Si Buah Hati yang sangat tinggi membuatnya melakukan hal-hal seperti memanjat furnitur atau berlari tanpa melihat ke depan sehingga menabrak tembok atau perabotan. Tunjukkan cinta Bunda dengan mengamankan perabotan agar tidak dapat dipanjat oleh Si Buah Hati.

Jangan lupa untuk mengunci lemari dan laci agar tidak ditarik yang dapat menyebabkan pergeseran berat lemari sehingga memudahkan lemari jatuh, dan atur kembali tata letak perabotan agar tidak mengganggu pergerakannya.

2. Keracunan Bahan Kimia atau Obat

Dari pupuk, obat-obatan, make up, hingga pembersih kimia menyimpan sejuta bahaya bagi Si Buah Hati. Dokter Mary L. Gavin, yang juga menjabat Senior Medical Editor di Kids Health Organization, menyarankan untuk melakukan aksi cerdas dengan mengamankan bahan-bahan kimia berbahaya dengan menguncinya di dalam lemari, menjauhkan obat-obatan dan make up dari jangkauannya, serta ingatkan agar tidak mendekati tanaman-tanaman yang diberikan pupuk atau obat anti hama.

3. Benda Tajam dan Alat Listrik

Anak-anak yang asyik bermain dan selalu bergerak aktif cenderung mengalami luka dan goresan. Berikan perlindungan dari benda tajam dan berbahaya di dalam rumah seperti menyimpan pisau, garpu, dan gunting di laci yang bisa dikunci, serta simpan benda-benda yang terbuat dari kaca di lemari tinggi jauh dari jangkauan tangan mungilnya.

Selain benda tajam, jauhkan stop kontak atau kabel peralatan elektronik agar tidak memicu kejadian tersetrum, gunakan penutup stop kontak agar tidak dimain-mainkan, dan pastikan tidak ada kabel listrik yang terkelupas.

Bantu proses eksplorasi Si Buah Hati dengan memberikan pelengkap nutrisi, seperti Susu DANCOW 1+ Nutritods. Ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Amankan rumah dari ancaman yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan Si Buah Hati ya.

Image Article
Jauhkan Benda Berbahaya Saat Si Kecil Belajar Mengeksplorasi Lingkungannya
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Kapan Si Buah Hati Siap Masuk Sekolah?

Published date

Banyak para Bunda bingung, kapan sebaiknya mendaftarkan Si Buah Hati ke sekolah. Lalu bagaimana memilih sekolah yang tepat untuk Si Buah Hati? Tentunya ada banyak pertanyaan lain yang ingin dilontarkan para Bunda.

Nah, mempersiapkan Si Buah Hati bersekolah, tentunya tidak hanya mempersiapkan kebutuhan sehari- sehari seperti buku, tas, bekal, seragam dan lainnya. Akan tetapi, menurut dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, hal yang lebih penting diperhatikan juga ada kesiapan Si Buah Hati. Berikut penjelasannya;

Anak masuk Playgroup

  • Perhatikan rentang usia. Usia masuk playgroup idealnya 3–4 tahun. Playgroup menekankan pada prinsip bermain sambil belajar yang merangsang tumbuh kembang Si Buah Hati, bukan pada kemampuan akademiknya. Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan potensi-potensinya semenjak dini agar anak dapat berkembang secara wajar sesuai dengan tingkat usianya.
  • Bantu anak beradaptasi. Dapat dilakukan dengan cara mengajak Si Buah Hati untuk observasi atau mengunjungi langsung sekolah agar mengenal sekolahnya sebelum ia menjalani hari pertama sekolah. Misalnya, mengajaknya berkeliling sekolah sambil berkenalan dengan para guru, menunjukkan fasilitas sekolah seperti ruang kelas, taman bermain, lapangan, dan sebagainya untuk membantu Si Buah Hati beradaptasi. Disini Bunda dan Ayah dapat melihat respons Si Buah Hati dan mendengarkan pendapatnya tentang sekolah tersebut. Dalam kesempatan ini, Bunda dan Ayah juga dapat mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai playgroup yang akan dipilih dan mengetahui apakah playgroup tersebut cocok untuk Si Buah Hati terutama dalam membentuk kepribadiannya.
  • Latih Si Buah Hati bersopan-santun/bertatakrama yang baik. Hal ini perlu dilakukan karena pembelajaran nilai-nilai kesopanan sangat penting dalam membentuk kepribadian. Selain itu, ajari Si Buah Hati untuk belajar berbagi, bekerja sama dengan teman, mengendalikan emosi dan sebagainya.

Anak masuk TK

  • Perhatikan rentang usia. Usia tepat anak masuk TK antara 4 - 5 tahun karena pada usia ini kemampuan emosi dan kognitifnya sudah berkembang dengan baik.
  • Latih kemampuan social help. Hal ini perlu dilakukan agar Si Buah Hati mengerti kebutuhan orang lain, misalnya tidak bersikap egois, mau mendengarkan orang lain, mau berbagi dengan teman,  mengendalikan emosi, dan sebagainya.
  • Latih kemampuan memahami instruksi, menyimak, mau mengikuti perintah guru, mengenal aturan serta belajar bersama teman-temannya sehingga saat ia melanjutkan ke sekolah selanjutnya, ia dapat memiliki tanggung jawab, bisa mengikuti peraturan, tata tertib dan disiplin, serta bisa memahami keberadaan di lingkungannya.
  • Latih kemandirian dan percaya diri anak. Hal ini perlu dilakukan agar Si Buah Hati tidak perlu ditemani masuk kelas oleh Bunda dan Ayah atau pengasuhnya saat di sekolah. Selain itu, ajari juga Si Buah Hati untuk mengeluarkan tempat makan dari dalam tas, membuka sendiri tempat makan dan botol minumnya, memasang kancing baju, kaos kaki, tali sepatu, membuka celana, dan sebagainya.

Bila ada kesempatan free trial class, tidak ada salahnya dicoba. Hal ini dapat membantu orangtua dan anak untuk mengevaluasi apakah kurikulum dan program yang tersedia sesuai dengan minat dan kemampuan Si Buah Hati.

Kelas percobaan juga bertujuan memberi waktu  pada Si Buah Hati untuk mengenal lingkungan dan mendapatkan pengalaman di sekolah tersebut. Hal ini bermanfaat bagi Bunda dan Ayah dalam mengamati dan mengevaluasi apakah Si Buah Hati merasa nyaman dengan lingkungan di lembaga pendidikan itu, termasuk dengan guru/karyawan dan sarana prasarana yang tersedia di sana.

Bagi pihak lembaga pendidikan, masa trial ini membantu mereka untuk memberi evaluasi apakah Si Buah Hati cukup sesuai dan mampu untuk mengikuti kurikulum sekolah tersebut.

Kesimpulannya, dengan mengikuti kelas trial, Bunda dan Ayah jadi tahu potensi dan kemampuan Si Buah Hati, apakah bisa atau tidak ia mengikuti kurikulum atau program di sekolah itu. Dengan demikian, mengurangi kemungkinan Si Buah Hati mengalami stres, kurang percaya diri, rendah diri, kurang bersemangat bahkan frustasi bila memang kemampuan/potensinya tidak memadai untuk mengikuti kurikulum di sekolah tersebut.

Untuk mendukung kesiapan Si Buah Hati masuk sekolah, pastikan Bunda memberikan nutrisi, lengkap dan seimbang sesuai dengan usianya, stimulasi serta cinta Bunda dan Ayah agar Si Buah Hati tumbuh dan berkembang secara optimal.

Bunda yuk baca juga artikel tentang sekolah Si Buah Hati di artikel "Tips Memilih Sekolah Untuk Si Buah Hati.”

Image Article
Kapan Si Kecil Siap Masuk Sekolah?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

6 Fakta Penggunaan Antibiotik untuk Si Buah Hati

Published date

Bunda, ketika Si Buah Hati sakit dan pergi ke klinik, biasanya dokter akan memberikan obat serta antibiotik. Pada tubuh, keberadaan antibiotika akan menekan atau memutus metabolisme bakteri. 

Agar berfungsi optimal, biasanya dokter menganjurkan Bunda agar antibiotik diminum hingga habis. Meski antibiotik dapat membantu penyembuhan penyakit, Bunda tidak bisa membelinya tanpa resep dari dokter. 

Jenis antibiotik yang Bunda berikan pada anak haruslah sesuai dengan petunjuk dokter. Berikut enam fakta tentang penggunaan antibiotik untuk Si Buah Hati:

1. Antibiotik vs Sistem Imun Si Buah Hati

Sejak lahir, Si Buah Hati telah memperoleh sistem imun tubuh. Keberadaan sistem imun ini secara alami akan melindungi tubuh anak dari penyakit. Karena itu, sebaiknya Bunda tidak langsung panik bila ia sakit. 

Selama tiga hari pertama, Bunda cukup memberikannya asupan makan bernutrisi dan bergizi, juga memperhatikan waktu istirahatnya. Bila dalam tiga hari kondisinya belum membaik, periksalah ia ke dokter.

2. Antibiotik Bisa Memberi Efek Samping pada Si Buah Hati

HIngga berusia satu tahun, sistem pencernaan Si Buah Hati masih dalam proses perkembangan hingga berfungsi sempurna. Terkadang, penggunaan antibiotik bisa menimbulkan efek samping seperti terjadinya diare, alergi ruam kulit, gangguan pernafasan, atau pembengkakan bibir dan kelopak mata. Bila ia menunjukkan gejala di atas, Bunda harus segera berkonsultasi ke dokter. Mungkin ia tidak cocok dengan jenis antibiotik yang diresepkan dokter.

3. Antibiotik Membunuh Bakteri Penyebab Infeksi

Benar Bunda, antibiotik hanya bisa membunuh bakteri penyebab infeksi. Jadi bila infeksi bukan disebabkan bakteri, maka akan sulit dilumpuhkan dengan antibiotik. Biasanya dokter akan meresepkan antibiotik bila menemukan tanda atau gejala infeksi bakteri pada Si Buah Hati. 

Biasanya berupa demam, nyeri tenggorokan, telinga nyeri, sesak nafas, nyeri saat buang air kecil, dan lain-lain.

4. Penting Mengetahui Penyakit yang Tidak Perlu Antibiotik

Tidak semua penyakit atau infeksi disebabkan oleh bakteri. Karena itu, tidak semua penyakit membutuhkan bantuan pengobatan antibiotik. Misalnya saja pilek, radang tenggorokan, batuk, diare dan demam. 

Rata-rata penyakit yang disebutkan tadi berhubungan dengan virus, jadi ada kemungkinan tidak mempan dengan antibiotik.

5. Konsultasikan ke Dokter untuk Mendapatkan Antibiotik

Beberapa penyakit memang bukan disebabkan oleh bakteri yang dapat disembuhkan oleh antibiotik. Namun bukan berarti Bunda harus menolak resep antibiotik dari dokter kala Si Buah Hati mengalami pilek. Sebab bisa saja, dokter memiliki pertimbangan atau mendeteksi penyakit lain. Karena itu, sangat dianjurkan Bunda aktif berkonsultasi dengan dokter kala memeriksakan kondisi kesehatan anak.

6. Gunakan Antibiotik Secara Tepat

Ketika memperoleh resep antibiotik, ada baiknya Bunda mengikuti anjuran dokter. Bila Si Buah Hati disarankan menghabiskannya, maka jangan sisakan satu antibiotik pun. Sebab biasanya, pertumbuhan bakteri baru benar-benar terputus dan hilang dari tubuh bila antibiotik yang diresepkan habis diminum. Namun jangan pula berlebihan memberikan antibiotik pada anak. 

Sebab penggunaan antibiotik yang tidak tepat justru akan membuat bakteri di tubuh menjadi resisten. Sehingga penyakit akan mudah kembali menjangkit anak dan sulit disembuhkan. Artinya, Bunda harus mematuhi resep yang diberikan oleh dokter.

Untuk menjaga daya tahan tubuh Si Buah Hati, bisa pula memberikannya susu pertumbuhan yang mengandung probiotik, seperti Susu DANCOW 1+ Nutritods. Ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Serba-serbi tentang Antibiotik untuk Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Kotor dan Berantakan Bukan Halangan bagi Si Buah Hati

Published date

Bunda, kini Si Buah Hati sudah menginjak usia setahun, usia aktif di mana rasa penasaran mereka yang semakin besar. Di masa ini, tidak sedikit Bunda yang khawatir bisa melepaskan pandangan, sedikit saja, dari Si Buah Hati. Apalagi saat mereka memasukkan benda asing ke mulut, bermain pasir di pantai, bermain bola di tanah basah usai hujan, atau hal kotor lainnya.

Tapi ingatkah Bunda dengan slogan “Kotor itu Belajar”? Ya, sebetulnya Si Buah Hati belajar mengenal sesuatu dalam aktivitasnya yang lekat dengan hal kotor. Mereka pun akan mulai mengenal alam dan benda lain yang ada di luar ruangan, selain perkakas di rumah.

Seperti ketika Si Buah Hati bermain ayunan dan perosotan di taman rekreasi. Mungkin saja alat permainan itu tidak higienis, tapi lihatlah sisi lainnya, Si Buah Hati bisa bermain dengan teman sebaya dan mulai bersosialisasi. Mereka akan belajar berbagi dengan yang teman, juga bermain bergantian. Dan ketika bisa bermain bola sepak dan berlari di lapangan yang basah karena terkena hujan, sesungguhnya Si Buah Hati sedang melatih imun tubuhnya untuk menjadi lebih kuat.

Jadi, Bunda tidak perlu khawatir bila Si Buah Hati bermain kotor-kotoran. Karena kotor tidak melulu salah dan membawa penyakit. Menurut Rini Utami Aziz, penulis buku Jangan Biarkan Anak Kita Bereaksi Menarik Diri, orangtua yang terlalu melindungi anak dari hal kotor, merepotkan, gelap, dan sebagainya akan menyebabkan Si Buah Hati tumbuh menjadi pribadi dengan perilaku tidak wajar.

Sementara dalam buku Biarkan Anakmu Bermain, Dwi Sunar Prasetyo menyatakan jika asosiasi sebagian besar masyarakat yang menunjukkan bahwa anak-anak harus dijauhkan dari tempat bermain nan kotor dan jorok adalah salah besar. "Melarang anak bermain sesungguhnya orangtua telah melakukan perampasan hak-hak yang dimilikinya," tulis Dwi.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan Journal of Allergy and Clinical Immunology pun menyatakan, lingkungan yang terlalu bersih bisa menyebabkan alergi pada Si Buah Hati. Alergi ini termasuk alergi makanan dan saluran pernapasan seperti asma. Karena Si Buah Hati kekurangan paparan dari pelbagai bakteri dan alergen pada awal kehidupannya.

"Orangtua harus membiarkan anak-anak untuk bereksplorasi di luar ruangan, misalnya bermain lumpur. Karena lumpur adalah bagian dari lingkungan dan sebenarnya lumpur baik untuk kesehatan," kata Dr Keya Lahiri, Chief Pediatrician dari Dr. D.Y. Patil Hospital, India, seperti yang dikutip okezone.com.

Bila Bunda masih merasa khawatir, yuk simak tips berikut untuk mengurangi rasa khawatir Bunda saat Si Buah Hati bermain kotor-kotoran.

1. Berikan Si Buah Hati Perlindungan dari Dalam

Perlindungan terbaik saat Si Buah Hati aktif bereksplorasi adalah perlindungan dari dalam. Asupan nutrisi DANCOW 1+ Nutritods dapat Bunda pilih, karena susu pertumbuhan anak usia toddler 1-3 tahun ini mengandung 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Kandungan zat gizi di dalam susu DANCOW 1+ Nutritods dapat membantu melindungi daya tahan tubuh Si Buah Hati, sehingga ia tetap sehat terlindungi dari serangan berbagai bakteri jahat penyebab penyakit.

2. Awasi Si Buah Hati dari Jauh Secara Wajar

Biarkan Si Buah Hati berekplorasi dengan rasa penasaran walaupun itu membuatnya kotor. Karena ada proses belajar di dalam kotor tersebut. Asal, Bunda tetap mengawasi Si Buah Hati ketika mereka bermain.

3. Jangan Selalu Membersihkan Tangan Si Buah Hati

Bukan berarti tidak boleh, namun tidak setiap menit juga Bunda membersihkan tangan Si Buah Hati. Bunda cukup ingatkan kepada Si Buah Hati, bila tangan mereka kotor sebaiknya dibersihkan. Yakinlah Bunda, bahwa Si Buah Hati akan paham hal ini.

4. Hindari Sabun Antimikroba dan Semprotan Pembersih

Tahukah Bunda, kebanyakan luka dan goresan dapat dibersihkan hanya dengan kertas alkohol saja. Dan sebenarnya tubuh Si Buah Hati hanya perlu sekadar sabun dan air. Jadi Bunda tidak perlu berlebihan membersihkan luka dan atau tangan Si Buah Hati ketika sedang bermain kotor-kotoran dengan sabun antimikroba atau semprotan pembersih tangan. Bunda memiliki banyak waktu untuk mengajarkan kebersihan pada Si Buah Hati, misalnya saat aktivitas mandi.

Image Article
Kotor dan Berantakan Bukan Halangan bagi si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Benarkah Anak Aktif Itu Berarti Hiperaktif?

Published date

Secara alami, masa kanak-kanak adalah tahap di mana Si Buah Hati aktif bergerak untuk menjawab rasa ingin tahunya. Namun, bagaimana bila Si Buah Hati kelewat aktif dan malah merepotkan orang di sekitarnya? Apakah ini berarti ia mengalami hiperaktif atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)? Lalu, bagaimana? Jangan terlalu khawatir, Bunda dapat menyimak infonya di artikel ini.

Apa Itu ADHD?

Lembaga kesehatan psikologis American Psychiatric Association, menjelaskan bahwa ADHD adalah gangguan perkembangan yang menyebabkan anak kesulitan untuk memperhatikan satu hal (tidak fokus) dan mengendalikan gerakan tubuh. Terkadang hal ini juga dapat menyebabkan anak beraksi secara berlebihan.

Meski demikian, anak yang aktif belum tentu menderita ADHD. Bisa jadi, Si Buah Hati yang terlalu aktif merupakan tahapan yang normal dari perkembangan atau kepribadiannya. Sisi positifnya, kegiatan aktif Si Buah Hati dapat mendukung proses belajarnya. Sally Fitzgerald, konsultan dari Goodstart Early Learning, mengungkapkan bahwa Si Buah Hati yang aktif berarti menggunakan indera mereka untuk bereksplorasi. Tipe anak seperti ini akan lebih mudah menyelesaikan tugas belajar yang lebih kompleks. Seringnya ia berinteraksi dengan lingkungan, juga membantunya mengingat kosakata lebih banyak dibanding anak yang pendiam. 

Salah satu perbedaan utama antara anak yang memiliki gangguan ADHD adalah gangguan yang diciptakan benar-benar mengganggu kemampuan Si Buah Hati untuk berinteraksi dengan baik di lingkungannya.

Menurut dr. James Perrin, profesor pediatri di Harvard Medical School, dibandingkan dengan anak seusianya, anak dengan ADHD lebih sulit untuk duduk diam, bahkan selama beberapa menit dan mungkin bicara secara berlebihan. “Kebanyakan anak usia empat tahun memang aktif. Tapi ketika saatnya istirahat, mereka akan duduk untuk makan. Berbeda untuk anak dengan ADHD yang tidak bisa diam sepanjang waktu,” jelasnya.

Tanda Si Buah Hati Menderita Hiperaktif

Untuk mengetahui Si Buah Hati mengidap ADHD atau tidak, biasanya dokter akan memeriksa daftar panjang perilaku yang sering dilakukan. Bila ditemukan perilaku berulang yang tidak sesuai pada tahap perkembangan Si Buah Hati, dokter akan mengevaluasinya. Berdasarkan informasi dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), beberapa tanda Si Buah Hati memiliki gangguan ADHD di antaranya: sulit fokus, impulsif, dan bergerak secara hiperaktif.

Baca Juga: Perkembangan Motorik Kasar dan Halus 

Cara Mengatasi Anak Hiperaktif

Bila Si Buah Hati memang terbukti memiliki gangguan ADHD, Bunda dapat mengikuti saran dari Dr. Laura Batstra, Ph.D., ahli terkemuka tentang perilaku hiperaktif dari University of Groningen, Belanda :

1. Gali Informasi

Cari info seputar ADHD agar Bunda paham kondisi Si Buah Hati dan tahu apa yang harus dilakukan. Jangan ragu untuk erkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran penanganan yang lebih matang.

2. Perhatian Lebih

Berikan Si Buah Hati perhatian serta waktu untuk menentukan pilihannya dan ajak ia melakukan apa yang diinginkannya. Puji ide-idenya dan ikuti apa yang ingin dilakukan Si Buah Hati. Dengan cara ini, kepercayaan Si Buah Hati akan terbangun, dan di lain waktu Si Buah Hati akan lebih mungkin untuk mendengarkan pesan Bunda.

3. Berikan Arahan

Jika bunda khawatir Si Buah Hati akan membuat kegaduhan di pesta ulang tahun temannya, maka berikan arahan dari awal tentang apa yang harus dilakukannya, misalnya membuat perjanjian kecil untuk duduk saat makan, atau pergi ke halaman jika sudah tak mampu menahan diri untuk berlarian.

4. Tunjukkan Kekompakan dengan Ayah

Tetap jaga keharmonisan dengan Ayah, agar Si Buah Hati merasa nyaman dan tidak berperilaku yang berlebihan secara tiba-tiba. Karena Si Buah Hati membutuhkan Ayah dan Bunda untuk dapat mendampinginya di masa pertumbuhan.

Menerima kenyataan bahwa Si Buah Hati memiliki gangguan ADHD memang tak mudah. Meski demikian, Si Buah Hati yang terlampau aktif juga bisa disebabkan oleh semangat bermain atau energi yang tak tersalurkan. Oleh sebab itu, Bunda perlu mendukung Si Buah Hati melakukan kegiatan untuk anak hiperaktif. Jadi, jangan ragu mengatakan “iya boleh”, bila Si Buah Hati ingin aktif bereksplorasi.

Semoga, beberapa cara mengatasi anak hiperaktif tadi bisa membantu Bunda untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya. Pastikan Bunda selalu mendukung Si Buah Hati yang aktif untuk bereksplorasi.

Image Article
Benarkah Anak Aktif Itu Berarti Hiperaktif?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
On
Quiz Answer 1 A
Mampu menyelesaikan tugas belajar yang lebih kompleks
Quiz Answer 1 B
Memiliki kosakata lebih banyak
Quiz Answer 1 C
Lebih mudah bersosialisasi
Quiz Answer 1 D
Semua benar
Quiz Answer 2 A
Fokus
Quiz Answer 2 B
Bergerak secara hiperaktif
Quiz Answer 2 C
Tenang
Quiz Answer 2 D
Pendiam
Quiz Answer 3 A
Memberi perhatian lebih
Quiz Answer 3 B
Melarang bereksplorasi
Quiz Answer 3 C
Menyuruh anak diam
Quiz Answer 3 D
Memarahi si kecil
Quiz 1
Kelebihan anak yang aktif
Quiz 3
Cara mengatasi Si Kecil dengan ADHD
Quiz 2
Tanda Si Kecil memiliki gangguan ADHD
Kunci Quiz 1
D
Kunci Quiz 2
B
Kunci Quiz 3
A

5 Stimulasi yang Tepat Mendidik Si Buah Hati Membaca

Published date

Sebagai orang tua, Bunda pasti ingin Si Buah Hati tumbuh cerdas dan memiliki kemampuan lebih baik ketimbang anak seusianya. Hingga akhirnya Bunda memberikan banyak stimulasi untuk mendorong perkembangannya. 

Apalagi beberapa tahun terakhir, beragam lembaga pendidikan anak usia dini begitu menjamur di kota besar. Hingga Bunda terdorong untuk mempercepat fase pengenalan pembelajaran formal kepada anak. Seperti belajar membaca. Namun sesungguhnya, kapankah waktu yang tepat bagi Si Buah Hati untuk mulai belajar membaca? 

Cara Stimulasi Si Buah Hati Membaca

Menurut artikel Perkembangan Literasi Anak, pada situs Ikatan Dokter Anak Indonesia, Bunda bisa memperkenalkan pelajaran membaca ketika anak berusia 4 tahun. Di fase prasekolah ini, Si Buah Hati bisa belajar membaca dengan mengenal huruf dan angka, mendengarkan sajak berima, mencocokkan kata-kata dengan bunyi awal atau akhir yang sama. 

Bila sudah dapat mengeja suku kata - seperti b-a, ba - tidak lama kemudian ia akan dapat membaca kata-kata sederhana. Misalnya, ibu, sapi, bibi. Untuk mendukung proses belajar membacanya, Bunda bisa memberikan stimulasi berupa:

1. Balok atau Magnet Huruf

Menggunakan balok atau magnet yang berbentuk beragam huruf, Bunda bisa merangkai banyak kata. Bisa pula, minta Si Buah Hati membentuk barisan balok atau magnet berdasarkan kombinasi huruf yang disukainya. Lalu, ajarkan dia untuk mengeja atau membaca deretan huruf itu. 

2. Flash Card

Dalam permainan kartu ini, Bunda bisa menunjukkan gambar pada Si Buah Hati. Kemudian, sebutkanlah nama benda, hewan, bentuk, atau warna pada kartu sesuai kata yang tertera di bawah gambar itu. Ajarkan Si Buah Hati cara mengejanya. Bila sudah beberapa kali, mintalah dia untuk membaca sendiri tulisan tersebut. 

3. Bacakan Buku

Jika Bunda punya banyak koleksi buku di rumah, membacakanlah salah satunya untuk Si Buah Hati. Lebih baik lagi bila buku tersebut berisi gambar menarik dan cerita singkat dengan ukuran huruf yang lumayan besar. Sehingga Bunda bisa memintanya untuk mencoba mengeja kalimat dalam buku itu. 

4. Mulai Memperkenalkan Bagian Buku

Untuk menumbuhkan kedekatan Si Buah Hati dengan kegiatan membaca, Bunda bisa mengenalkannya pada buku. Seperti menjelaskan bagian-bagian buku. Mulai dari sampul, judul, nama pengarang, daftar isi, dan sebagainya. 

Seperti kata pepatah, tak kenal maka tidak sayang. Begitu pula dengan membaca. Ketika mengenal dan terbiasa dengan buku, ia pun akan terdorong untuk membacanya. 

5. Main Tebak Gambar

Permainan tebak gambar bisa Bunda lakukan dengan menggunakan papan tulis kecil, kapur atau spidol. Cara permainannya pun cukup mudah. Awalnya, Bunda membuat gambar hewan, buah, atau benda apapun. 

Lalu, berikanlah garis-garis di bawah gambar yang jumlahnya sesuai abjad nama gambar itu. Mintalah Si Buah Hati untuk menebak nama gambar. Setelah tertebak, ajak ia untuk menuliskan nama gambar dan mengejanya. Biar permainan lebih seru, ajak pula anggota keluarga lainnya.

Supaya bisa lancar membaca, Bunda bisa mendukung nutrisi kecerdasan anak dengan memberikan pelengkap, seperti Susu DANCOW 3+ Nutritods. Ini adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Saat yang Tepat Mendidik Si Kecil Membaca
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off