Gaya Orang Tua Milenial Mendidik Generasi Masa Depan
11-11-2020
Anak adalah milik masa depan, tetapi seperti apa kualitas seorang anak dalam menyongsong dan mengisi masa depannya sangatlah ditentukan oleh pola asuh yang menempanya.
Zaman boleh berganti, tetapi menurut Psikolog Anastasia Satryo, M.Psi pola asuh demokratis tetap yang terbaik di antara pola asuh serba membolehkan dan pola asuh ketat (serba tidak boleh). “Pola asuh itu ibarat pagar bagi anak. Pola asuh demokratis jika diibaratkan sebagai pagar adalah pagar kuat yang terbuat spons tebal. Dalam batasan pagar spons ini, anak bisa bebas bereksplorasi dengan aman dan nyaman, tetapi tetap terkendali dalam batasan tanpa harus merasa tersakiti karena yang dibenturnya adalah pagar spons empuk. Itulah pola asuh tegas tapi penuh kasih sayang. Pola asuh ini memberikan kebebasan kepada anak untuk bereksplorasi dan berkomunikasi hangat dalam batasan yang justru mendorongnya menjadi pribadi bertanggung jawab,” urai Anastasia.
Dengan kata lain, pola asuh terbaik adalah pola asuh yang pas atau sesuai situasi dan kondisi Si Buah Hati. Meskipun sama-sama berpola demokratis, bentuk pengasuhan pada masing-masing anak boleh jadi sangat berbeda. Itu karena faktor lingkungan, budaya, kebiasaan, karakter anak, dan karakter orangtua turut memberi pengaruh. “Boleh jadi anak yang satu menganggap dicintai itu kalau orangtua sering memeluk dan membelainya, tapi anak lain merasa dicintai karena ia selalu ditemani bermain oleh Bunda dan Ayahnya,” ungkap Anas. Jadi, pola asuh yang pas akan menyesuaikan dengan karakter dan kebutuhan Si Buah Hati.
Agar penerapannya pas, dalam mengasuh Si Buah Hati, perhatikan hal-hal berikut ini:
Temperamen anak
Inilah 3 temperamen utama yang muncul di setiap generasi sejak usia kanak-kanak:
- Easy Child
Inilah anak bertemperamen mudah. Ciri-cirinya, anak ini sangat kooperatif dan cenderung periang. Kemampuan adaptasinya pun sangat tinggi, gampang bergaul dengan orang yang baru dikenal baik sebaya ataupun tidak.
- Si Mesin Diesel
Anak seperti ini sebetulnya menyenangkan dan cukup kooperatif, tetapi untuk bisa seperti itu di lingkungan yang baru, ia butuh waktu alias lama panasnya seperti mesin diesel. Anak perlu melakukan pengamatan dulu siapa yang hadir dan bagaimana situasinya sebelum berbaur atau beraksi.
- Difficult Child
Anak ini berkarakter agak sulit dalam arti tidak mudah puas, tidak mudah ditenangkan, dan cenderung sensitif. Akibatnya, ia sulit beradaptasi dengan orang dan lingkungan baru.
Contoh penerapannya, “Misal, saat hendak berkunjung ke tempat baru, bagi si easy child orangtua hanya perlu mengatakan tempat yang akan dituju, seperti apa suasananya, dan apa yang akan dilakukan di sana. Bagi si mesin diesel, orangtua perlu menjelaskan lebih jauh di mana letak tempat yang akan dituju, seperti apa gambarannya, permainan apa yang dapat dimainkan di sana. Nah, bagi si difficult child, orangtua harus menjelaskannya ekstra detail lagi. Ia perlu tahu siapa saja yang akan ia temui di sana dan apakah ia akan senang atau tidak saat berada di sana,” ungkap Anas.
Tahapan perkembangan Si Buah Hati
Penerapan pola asuh harus memperhatikan tahapan perkembangan yang sudah dicapai Si Buah Hati. Jika misalnya saat belajar berjalan Si Buah Hati belum berani melangkah sendiri, Bunda bisa merangsangnya dengan melakukan aktivitas yang memancingnya untuk berjalan. Jika di usia 3 tahun Si Buah Hati masih bergantung pada popok sebagai teman tidur, Bunda dan Ayah harus mulai memberikan toilet training di malam hari meski dalam keadaan mengantuk. Jadi, penerapan pola asuh sangat terkait dengan tugas perkembangan Si Buah Hati di setiap tahapan usia agar ia bisa mencapai tonggak-tonggaknya (milestones).
Informasi terkini seputar dunia anak
Lain ladang, lain belalang, lain zaman, lain pula tantangannya. Zaman yang berubah cepat menuntut Bunda dan Ayah untuk juga cepat memperbaharui informasi dan teknologi yang digunakan. Satu hal yang tidak boleh dilupakan, jadilah Bunda dan Ayah yang cerdas dengan pandai-pandai menyaring informasi berguna dari sekian banyak informasi yang sebagian ternyata hanyalah sampah. Meski merasa kurang nyaman, mungkin, ikutlah menyelam di dunia Si Buah Hati. Dengan begitu, kita bisa memberikan proteksi yang tepat mengingat dunia digital dapat diakses tanpa batas oleh Si Buah Hati, sehingga membahayakannya. “Dengan berinternet sehat dan cerdas, kita dapat memaksimalkan manfaatnya bagi Si Buah Hati. Pembicaraan pun bisa dibuka karena kita tahu apa yang positif dan negatif dari sebuah game, misalnya, dan mencegah dampak yang mungkin mengancam,” kata Anas. Ya, menjadi orangtua bagi generasi masa depan memang tidak mudah. Orangtua, khususnya Bunda sebagai pendidik utama dan pertama bagi Si Buah Hati membutuhkan kesiapan mental dan intelektual yang selalu sejalan dengan perkembangan zaman.
Kehangatan berkomunikasi
Meski apa yang disampaikan Si Buah Hati terdengar sepele, berikan perhatian penuh pada apa yag diucapkannya. Si Buah Hati bicara untuk didengar dan dipahami, bukan dihakimi, atau disodori solusi yang belum tentu tepat mewakili kebutuhan dan perasaannya. Jika Si Buah Hati berkeluh kesah, tunjukkan empati kita pada perasaannya, lalu pancinglah ia untuk menemukan sendiri solusi bagi masalahnya. “Ya, Bunda mengerti, kamu kesal karena bonekamu hilang. Sekarang, sebaiknya bagaimana?” begitu contohnya.
Perasaan didengar dan dimengerti mendorong Si Buah Hati untuk juga belajar menjadi pendengar yang mau mengerti orang lain. Lakukan komunikasi hangat dan terbuka dengan Si Buah Hati agar ia tahu bahwa Bunda dan Ayah peduli dan menyayanginya.
Bunda, yuk baca juga artikel tentang masa depan Si Buah Hati di artikel "Kemampuan Memori Si Buah Hati Tentukan Masa Depannya"