Tumbuhkan Kepercayaan Diri pada Anak Pemalu

Published date

Suatu hari Bunda mendapat kesempatan mengajak anak playdate bersama teman-teman Bunda di kafe. Bunda sengaja memilihkan tempat berkumpul yang dilengkapi dengan playground untuk eksplorasi balita. 

Namun, ternyata Si Buah Hati tidak mau melebur bersama teman sebaya. Dia tidak mau lepas dari gendongan Bunda dan menolak untuk ikut bermain.

Dalam beberapa acara pertemuan lainnya, Bunda terus mengamati perilaku Si Buah Hati. Dia selalu menunjukkan sikap yang sama. Lalu, Bunda menyimpulkan bahwa ada sifat pemalu di dalam dirinya. Sehingga Bunda jadi khawatir dia akan mengalami kesulitan dalam pergaulannya kelak.

Bunda, setiap anak adalah unik dan mempunyai karakter yang berbeda satu sama lain. Mungkin Si Buah Hati kesayangan Bunda memang anak yang pemalu. Ia perlu waktu beradaptasi dengan lingkungan baru. 

Dia selalu berhati-hati dengan orang yang belum dikenal, enggan bertemu orang baru serta lebih nyaman berada dekat Ayah Bunda. Selain itu, dia lebih suka mengamati terlebih dulu daripada langsung mengeksplorasi tempat baru.

Bila Si Buah Hati memang pemalu, Bunda tidak perlu memaksanya berubah menjadi seperti anak-anak lain. Cobalah melihat dari sisi yang positif. Biasanya anak dengan karakter seperti ini merupakan pengamat yang baik. Dia belajar dengan melihat orang lain terlebih dahulu alih-alih langsung terjun melakukan tugasnya.

Bunda dan Ayah harus mengarahkan agar dia untuk mendukung perkembangan sosial anak sehingga bisa menumbuhkan kepercayaan diri. Bunda bisa mencoba memberi bimbingan agar dia bisa lebih mudah bergaul dengan orang lain. Berikut tips untuk meningkatkan kepercayaan diri untuk anak pemalu.

1. Ajak Eksplorasi di Tempat Baru

Ajak Si Buah Hati pergi bereksplorasi berbagai tempat dan situasi baru. Biarkan ia mengasah bakat observasinya, ajak anak mengobrol tentang apa saja yang ia amati di tempat baru tersebut. 

Bunda bisa meminta Si Buah Hati mendeskripsikan hasil pengamatan. Dengan demikian ia tidak sekadar sebagai penonton, tetapi observer aktif.

2. Bertemu dengan Orang Baru

Ajak Si Buah Hati bertemu orang baru sesering mungkin. Beri ia contoh bagaimana mengobrol dan bersosialisasi dengan orang baru dari berbagai kalangan. Dengan kemampuan observasinya, dia akan belajar dan akan meniru bagaimana cara bergaul.

3. Jangan Melabeli Si Buah Hati

Jangan menyematkan label seperti “pemalu” atau “penakut” pada anak. Memanggil Si Buah Hati dengan label seperti menutup potensinya. Lebih baik Bunda memberinya apresiasi dengan mengatakan, “Bunda tahu Dio belum ingin bermain dengan teman barumu. Tidak apa-apa, lihat dulu bagaimana Anya bermain ya. Nanti kalau Anya butuh bantuan, Dio bantu Anya ya.”

4. Ada Waktu Adaptasi

Beri Si Buah Hati waktu beradaptasi, jangan diburu-buru. Jika Si Buah Hati sampai tertekan bisa membuatnya stress dan tidak bahagia. hal itu justru akan membuatnya semakin menutup diri terhadap situasi baru.

Untuk mendukung kepercayaan diri Si Buah Hati, Bunda bisa memberikan penyemangat sekaligus pelengkap nutrisi, seperti Susu DANCOW 3+ Nutritods. Ini adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Tumbuhkan Kepercayaan Diri pada Anak Pemalu
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Supaya Si Buah Hati Bersikap Manis Ketika Bertamu

Published date

Setelah memiliki anak, Bunda pasti sangat senang ketika mendapat kesempatan mengajak sang buah hati berkunjung ke rumah saudara atau kerabat. Bunda dan Ayah dengan bangga memperkenalkan Si Buah Hati pada tuan rumah. Tingkah lakunya yang lucu tapi cerdas membuat suasana silaturahmi menjadi lebih menyenangkan.

Orang tua selalu berharap Si Buah Hati dapat bersikap manis dan anteng saat berkunjung ke rumah saudara atau kerabat. Namun, bagaimana bila tiba-tiba ia rewel, minta segera pulang, atau bahkan mengacak-acak rumah yang sedang dikunjungi? 

Psikolog anak Nabilah Shahab dari Layanan Psikologi Bileva Jakarta, mengungkapkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku anak ketika bertamu, yaitu:

  • Pembiasaan yang diberikan oleh orang tua.
  • Pengaruh lingkungan yang membentuk watak Si Buah Hati.
  • Kepribadian Si Buah Hati. Ada anak yang memang memiliki sifat dasar ramah, penurut dan pendiam. Bila anak Bunda memiliki sifat pemalu, maka ia tidak bisa untuk langsung berinteraksi dengan manis pada orang yang baru dikenalnya. Namun ada pula anak yang memiliki sikap aktif, tidak bisa tenang, memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga ingin memegang berbagai hal di tempat yang baru baginya.
  • Kondisi fisik atau perasaan Si Buah Hati. Sebagai orang tua, sebaiknya Bunda memahami perasaan anak. Apakah ia mengantuk, lapar, atau ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman? Karena kondisi inilah yang akan mempengaruhi perilakunya ketika diajak bertamu.
  • Situasi tempat yang dikunjungi. Jika tempat yang dikunjungi membuat tidak nyaman, maka Si Buah Hati cenderung akan bersikap yang tidak baik, misalnya temper tantrum atau menjadi sulit diatur.

Lalu, bagaimana cara mendidik anak agar bersikap manis ketika bertamu? Nabilah menganjurkan untuk mengajarkan sopan santun pada Si Buah Hati sejak dini. Hal itu bisa dilakukan bahkan sejak ia masih di dalam kandungan. 

“Janin sudah bisa menangkap suara-suara di luar. Orang tua dapat membiasakan cara berbicara yang baik dan sopan," ujar Nabilah. Setelah anak lahir, Ayah dan Bunda tetap perlu menjaga cara berbahasa. Anak akan merekam stimulus-stimulus yang diperoleh dari lingkungan meskipun belum bisa merespon secara aktif. Maka, hindari berbicara keras, kasar, atau berdebat di depan anak.

Pada usia 3 tahun, Si Buah Hati sudah dapat diajak berbicara dan merespon dengan baik, walaupun kemampuan mengendalikan emosinya masih kurang. Oleh karena itu, ketika akan mengajak anak bertamu, Bunda dan Ayah perlu menyampaikan batasan yang jelas mengenai perilaku yang diharapkan dari anak. 

Jangan hanya memintanya untuk berlaku sopan dan tidak nakal, karena itu adalah sesuatu yang abstrak sehingga sulit dipahami oleh anak. Bunda dan Ayah dapat menjelaskannya dengan lebih konkret, misalnya:

  • Ucapkanlah salam sebelum memasuki rumah.
  • Melepaskan alas kaki sebelum masuk ke dalam rumah.
  • Mengucapkan kata-kata etika seperti terima kasih, maaf, tolong, permisi.
  • Berbicara dengan tutur kata yang baik yang disesuaikan dengan lawan bicara.
  • Tidak boleh berlari-larian di dalam rumah.
  • Meminta izin ketika ingin meminjam barang.
  • Membereskan kembali mainan yang dipinjam saat akan pulang.

Selain memberikan contoh, Bunda juga bisa menanamkan nilai-nilai positif tentang kesopanan pada anak dengan mengajaknya bermain peran tentang keterampilan bersosialisasi. Sementara Ayah dapat menceritakan kisah-kisah mengenai anak yang berperilaku baik. 

"Apabila sikap sopan santun diterapkan pada anak sejak dini, maka ia akan lebih mudah untuk menjalin relasi dan akan lebih mudah diterima oleh lingkungannya," tutup Nabilah.

Dukung perkembangan emosional Si Buah Hati dengan memberikan pelengkap nutrisi, seperti Susu DANCOW 1+ Nutritods. Ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Agar si Kecil Bersikap Manis Ketika Bertamu
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bak Pasir untuk Tempat Main Si Buah Hati di Rumah

Published date

Apa yang terbayang di benak Bunda ketika berbicara tentang pasir? Apakah hanya sekadar benda kotor dan berdebu? Apakah Bunda melarang Si Buah Hati untuk bermain pasir karena khawatir bahaya penyakit yang bisa ditimbulkan?

Jangan salah sangka dulu Bunda. Sebenarnya pasir bisa menjadi alat main yang hebat untuk anak lho. Para peneliti berpendapat bahwa kegiatan bermain pasir berguna untuk tumbuh kembang anak. Berikut manfaat main pasir seperti yang dijabarkan Suwartini dan Zainul Aminin dalam karya ilmiah berjudul Penerapan Kegiatan Bermain Pasir serta penulis buku Sumber Belajar dan Alat Permainan (untuk Pendidikan Anak Usia Dini).

  • Bermain pasir membantu anak melatih otot-otot kecil pada tangan. Gerakan motorik halus saat bermain pasir akan membantu melatih kecermatan dan ketelitian.
  • Bermain pasir bisa membantu mengembangkan keterampilan serta koordinasi mata-tangan. Saat bermain pasir, Si Buah Hati akan melakukan gerakan memegang, menggenggam, menuang, mencetak, menempatkan pasir, membuat terowongan, mengangkat, dan mendorong.
  • Anak dapat mengeksplorasi berbagai pemikiran, menggerakkan jari jemarinya, memainkan idenya, mencoba alternatif dengan memodifikasi pemikirannya untuk memperoleh hasil yang kreatif.
  • Bermain pasir bisa melatih pengembangan konsep matematika dan sains: keterampilan estimasi, bentuk bangunan, ukuran, klasifikasi atas dasar bentuk geometri, warna, tekstur, fungsi, berat, kuantitas, dan istilah ruang atau posisi.
  • Bermain pasir bersama teman, akan melatih keterampilan bersosialisasi, pemahaman pertemanan, kosakata baru, juga melatih mengungkapkan pikiran dan perasaannya.

Nah Bunda, tunggu apa lagi? Yuk, ajak Si Buah Hati bermain sambil belajar dengan pasir. Bunda tidak perlu repot mengajaknya ke pantai atau mencari taman bermain yang dilengkapi fasilitas bak pasir. Ayah dan Bunda bisa membuat sendiri wahana bermain pasir untuk anak. Berikut tips menyiapkan arena bermain pasir di rumah:

  • Tetapkan jumlah pasir yang Bunda dan Ayah perbolehkan. Apakah cukup untuk bermain dengan tangan saja atau ingin menyediakan bak pasir yang bisa dimasuki dan diinjak Si Buah Hati.
  • Bila area main di rumah tidak cukup besar, Bunda bisa gunakan kontainer plastik beroda yang tembus pandang. Masukkan pasir secukupnya di dalam kontainer tersebut.
  • Bila area bermain cukup besar, Bunda bisa siapkan bak pasir, bisa berupa bak renang dari bahan plastik, atau buat sendiri bak dari bahan kayu dan ada roda di bawahnya. Roda dibutuhkan untuk memudahkan penyimpanan. Sebab, pasir basah akan sulit dikeringkan, apalagi bila ada binatang yang membuang kotoran di dalamnya. Pastikan ada penutup untuk melindungi pasir saat tidak digunakan.
  • Tempatkan bak pasir di lokasi yang memudahkan pengawasan orang tua. Sebab, anak-anak kadang senang mengeksplorasi benda dengan cara dimakan atau dimasukkan ke hidung, telinga, atau mata.
  • Pasir untuk bermain saat ini sudah dijual bebas di toko-toko permainan anak maupun toko online.Sesuaikan kemampuan dan usia anak untuk bermain dengan pasir.
  • Sediakan alat bantu permainan yang cocok untuk pasir. Misalnya, alat keruk, centong, corong air, cetakan kue, sendok atau gelas plastik
  • Siapkan mainan tambahan untuk memicu imajinasi, seperti figur hewan, tumbuhan, orang atau mobil-mobilan.
  • Sediakan alat untuk menjaga kebersihan serta kerapihan, seperti sapu, celemek saat main, serbet lap tangan, pengki, atau ember berisi air.

Bunda, bermain dengan pasir bisa juga menjadi wahana menjalin kedekatan antara orang tua dan anak. Bunda bisa pula mengenali pola pikir anak. Jadi, cobalah untuk terlibat saat anak bermain pasir. Yang perlu Bunda ingat, janganlah membatasi aktivitas anak ketika bermain di pasir, selama kegiatan itu aman untuk dia dan orang di sekitarnya. Sehingga ia bisa mengembangkan imajinasi, bereksplorasi, dan berpikir kreatif. Selamat bermain, Bunda!

Image Article
Bak Pasir untuk Tempat Main Si Kecil di Rumah
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

4 Cara Ajarkan Si Buah Hati Berbagi Saat Bulan Puasa

Published date

Bulan Ramadan telah tiba. Tahun ini adalah kali pertama Si Buah Hati untuk belajar menunaikan ibadah puasa. Saat memasuki usia sekolah, Bunda tidak hanya bisa mengajarkannya untuk menahan lapar dan haus saja. Si Buah Hati juga sudah bisa diajarkan cara berbagi dengan orang lain.

Menurut situs Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Anak yang memasuki usia sekolah sudah mulai mengalami perkembangan kemampuan emosional dan sosial. Misalnya, sudah mempunyai keinginan bergaul dan berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, juga dapat diajak melakukan aktivitas sosial bersama orang dewasa. Si Buah Hati pun sudah memiliki rasa empati dan ingin menolong orang lain.

Selama bulan puasa, Bunda bisa menstimulasi kemampuan emosional anak dengan mengajaknya belajar berbagi. Berikut ini beberapa idenya yang bisa diikuti Bunda dan Buah Hati.

1. Merencanakan Menu Berbuka Puasa

Agar kegiatan berbagi menjadi pengalaman seru untuk dia, Bunda bisa melibatkan Si Buah Hati sejak tahap merencanakan menu berbuka puasa. Mulai dari berbelanja bahan-bahan untuk makanan pembuka puasa, hingga proses memasak. 

Kegiatan yang dilakukan ini, apalagi jika menyenangkan, bisa menjadi pengisi waktu agar tidak merasakan jam berjalan lambat selama menjalankan puasa. Selain itu, bisa pula menjadi cara untuk mengajarkannya menahan rasa lapar dan haus. 

2. Memberikan Makanan Berbuka ke Masjid

Bunda bisa mengajak Si Buah Hati memberikan makanan berbuka puasa ke masjid atau mushola dekat lingkungan tempat tinggal atau rumah. Ini bisa menjadi hal yang menyenangkan karena dia dapat bertemu dengan anak-anak seusianya. Tentunya, mereka juga menjalankan ibadah puasa dan akan berbuka puasa bersama di masjid. 

Baca Juga: Ini Cara Mengajarkan Anak Sopan Santun dengan Tepat

3. Buka Puasa Bersama

Bersama-sama menikmati hidangan berbuka puasa dengan teman-teman di masjid juga bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan untuk Si Buah Hati. Berbagi makanan dan bertenggang rasa saat mengambil makanan berbuka, merupakan pembelajaran untuk anak. Pada momen ini, secara tidak langsung, Bunda telah mengajarkan Si Buah Hati mengenai rasa peduli terhadap sesama.

4. Membayar Zakat Fitrah

Peduli terhadap sesama bisa juga dilakukan dengan cara pembayaran zakat fitrah. Bunda bisa mengajarkan Si Buah Hati bahwa zakat fitrah wajib dilaksanakan umat Muslim dan merupakan salah satu cara berbagi untuk kalangan tidak mampu. Bunda bisa mengajak ia mengantarkan dan melihat proses pemberian zakat di masjid.

Dengan berbagi makanan dan zakat, Bunda dapat menjelaskan kepada anak jika memberi lebih baik dari menerima. Hal ini supaya Si Buah Hati bisa tumbuh menjadi anak yang peka terhadap orang di sekitarnya. Selain itu, tidak segan untuk menolong orang lain.

Untung mendukung aktivitas Si Buah Hati selama bulan puasa, Bunda harus melengkapi nutrisinya. Salah satunya dengan memberikan DANCOW 5+ Nutritods. Susu pertumbuhan ini kaya nutrisi dan mengandung 0 gram sukrosa. Apa saja yang terkandung di dalamnya? 

Produk DANCOW ini kaya akan zink, vitamin C, vitamin B6, B12, biotin, minyak ikan, omega 3, omega 6, serat pangan, Lactobacillus rhamnosus, serta mikronutrien lainnya. Tentunya, semua kandungan gizi ini dapat membantu tumbuh kembang dan meningkatkan daya tahan tubuh Si Buah Hati selama bulan puasa.

Jangan lupa untuk tetap memberikan nutrisi dukung tumbuh kembang Si Buah Hati di bulan puasa dengan susu DANCOW. Bunda juga bisa tukarkan poin di program Parenting Rewards DANCOW. Yuk, tunggu apa lagi? Tukar poin sekarang!

Image Article
Bulan Puasa, Saat Tepat Ajarkan Si Kecil Berbagi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Mengajarkan Si Buah Hati Nilai Silaturahmi

Published date

Wah, sebentar lagi hari raya akan segera tiba, kini saatnya Bunda mengajak Si Buah Hati bersilaturahmi! Berada di rumah orang lain atau menerima kehadiran orang lain di rumah, menciptakan situasi yang baru untuk Si Buah Hati. Si Buah Hati yang berusia 1 – 6 tahun sedang berada pada masa pengembangan kemandirian, ia ingin melakukan semuanya sendiri, sulit diatur dan sulit menuruti perintah/larangan. Selain itu, Si Buah Hati juga sedang mengembangkan inisiatif, ia selalu ingin melakukan apapun sendiri, termasuk mengeksplorasi lingkungan baru dan banyak bertanya. 

Dengan kondisi seperti ini, biasanya membuat Bunda enggan membawa Si Buah Hati bersilaturahmi ke rumah saudara, “Nanti takut rewel” atau “Repot ah.” Padahal, banyak manfaat yang akan didapat Si Buah Hati dari silaturahmi lho, Bunda! Si Buah Hati bisa belajar beradaptasi dengan aturan baru dan mengembangkan keterampilan sosialisasi melalui pengalaman langsung.

Agar momen silaturahmi bersama keluarga berjalan lancar, Bunda harus membuat persiapan yang matang. Yuk simak beberapa tips yang bisa Bunda lakukan ya!

  • Mulailah dengan memberitahu rencana silaturahmi pada Si Buah Hati dari malam sebelumnya. Dengan mengetahui apa yang akan terjadi besok, Si Buah Hati bisa mempersiapkan dirinya menghadapi situasi tersebut.
  • Bahas situasinya sedetail mungkin. Sebutkan siapa saja yang akan ditemui, di ruangan mana sampai apakah ada anak lain atau tidak. Berikan contoh gambaran situasi yang mungkin terjadi.
  • Buatlah aturan. Jangan hanya bahas yang tidak boleh-nya saja, namun bahas juga apa yang boleh ia lakukan.
  • Sebagian anak memerlukan dorongan ekstra agar memahami aturan, yaitu dengan menetapkan konsekuensi. Nah, usahakan untuk tegas dan konsisten ya, Bunda! Misalnya, “Kalau nanti kamu lari-lari, kita langsung pulang ya..”
  • Bertemu dengan orang baru atau dengan orang yang sudah lama tidak bertemu, membuat Si Buah Hati merasakan jarak sehingga ia menarik diri. Yang sering terjadi, Si Buah Hati menolak untuk salim/salam. Sebenarnya tidak mau salaman bukan artinya dia tidak menghormati, itu terjadi karena ia belum nyaman dengan orang yang ditemui. Bunda dapat berikan pilihan pada Si Buah Hati “Ya udah, tos/hi-five aja deh kalau tidak mau salaman”. Atau katakan “Ya udah, belum mau salaman sekarang ya...tapi nanti pulangnya mau ya...”
  • Siapkan amunisi, berupa mainan/makanan kesukaan Si Buah Hati (yang mudah dibawa), terutama ketika Bunda berkunjung ke rumah orang lain. Amunisi ini dapat dikeluarkan ketika Si Buah Hati mulai terlihat bosan.  
  • Masalah mainan juga penting untuk dibahas dalam persiapan, khususnya jika Bunda kedatangan tamu yang membawa anak. Bahas tentang bagaimana nanti main bersama, saling bergantian, dan sebagainya. Untuk meminimalkan ‘keributan’, Bunda juga bisa ajak Si Buah Hati untuk memilah mana mainan yang nanti boleh dimainkan bersama dan mana yang tidak boleh. Si Buah Hati juga punya hak untuk melindungi mainan/barang kesayangannya lho, Bunda!

Oke Bunda, enjoy your motherhood!

Image Article
Mengajarkan Si Kecil Nilai Silaturahmi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tips Dampingi Eksplorasi Si Buah Hati untuk Bunda dan Ayah

Published date

Di usia emas, Si Buah Hati mulai memiliki rasa ingin tahu yang besar. Seperti menunjukkan antusiasmenya terhadap berbagai hal. Ini tentu hal yang baik untuk perkembangan otak dan karakternya.

Nah, dalam tahap ini Bunda dan Ayah memiliki peran penting untuk mendampingi Si Buah Hati. Sebab untuk mencapai kesuksesan hidup, Si Buah Hati tidak hanya memerlukan kecerdasan kognitif yang bisa diukur dengan angka, seperti membaca atau berhitung, saja. Tetapi juga kecerdasan kognitif, seperti rasa kepercayaan diri, mudah bergaul, kreatif, dan berjiwa pemimpin.

Kecerdasan kognitif ini sendiri bisa diperoleh Si Buah Hati ketika bereksplorasi di alam bebas. Sementara keberadaan Ayah dan Bunda dalam masa eksplorasi tersebut dapat membantunya mengembangkan kecerdasan kognitif, serta menambah kelekatan (attachment) antara Ayah, Bunda, dan Si Buah Hati.

”Tapi saya tak punya banyak waktu untuk mendampingi, karena kesibukan saya.” Mungkin, hal inilah yang terlintas di pikiran Bunda.

Menurut psikolog anak Ratih Ibrahim dalam wawancara 7 Agustus 2015, sebenarnya, Bunda tidak harus menyediakan waktu 24 jam dalam sehari untuk mendampingi Si Buah Hati. 

"Cukup sediakan waktu dua atau tiga jam sehari, sebelum berangkat atau sesudah pulang dari kesibukan Bunda,” ujar Ratih.
Agar tidak kehilangan momen attachment dengan Si Buah Hati, Bunda bisa mengisi waktu untuk bercengkerama dengan Si Buah Hati, usia pulang bekerja. Di momen itu, Bunda bisa memberikan afeksi atau perilaku kasih sayang pada Si Buah Hati, seperti memeluk, mencium, menggelitik, mengelus, mengobrol,kelonan, main bersama, dan bersenda gurau.

Pada malam harinya, Bunda dapat mengantarkan Si Buah Hati tidur sambil membacakan cerita dongeng. Akhiri dengan kecup kening dan katakan bahwa Bunda sangat mencintainya.

Nah berikut beberapa tips dari Ratih untuk Ayah dan Bunda dalam mendampingi Si Buah Hati bereksplorasi:

a) Bunda dan Ayah harus perhatikan apakah eksplorasi yang dilakukan Si Buah Hati sudah sesuai dengan tahapan usia tumbuh kembangnya.

b) Agar Si Buah Hati termotivasi untuk aktif bereksplorasi, Bunda dan Ayah harus bisa menunjukkan kesenangan atau antusiasme yang tinggi saat berada di luar, mendampingi Si Buah Hati bereksplorasi.

c) Bunda dan Ayah tidak harus berbagi peran secara saklek. Namun jika Bunda dan Ayah bisa bersama-sama mendampingi Si Buah Hati, maka akan lebih baik. Bila sulit menghabiskan waktu bersama-sama, barulah berbagi peran.

Pembagian peran ini berdasarkan kemampuan Bunda atau Ayah dalam melakukan eksplorasi seperti yang dibutuhkan Si Buah Hati. Misalnya, Ayah pandai memancing, maka saat Si Buah Hati memancing Ayah yang mendampingi. Bunda pandai berenang, maka saat Si Buah Hati berenang Bunda yang mendampingi.

Kehadiran orang tua sangatlah bermakna dalam proses pertumbuhan Si Buah Hati. Mendampingi saat Si Buah Hati bereksplorasi, menjadi teman bermain, memastikan ia memiliki waktu untuk bermain yang cukup di sela jadwal aktivitasnya sehari-hari, dan sebagainya merupakan contoh yang dapat dilakukan Ayah dan Bunda dalam mendukung Si Buah Hati mengembangkan kreativitas dan kecerdasan kognitifnya.

Untuk mendukung fungsi kognitifnya, Bunda bisa memberikan pelengkap nutrisi, seperti Susu DANCOW 1+ Nutritods. Ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Tips Dampingi Eksplorasi Si Kecil untuk Bunda dan Ayah
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Latih Kesabaran Si Buah Hati dengan Berkebun

Published date

Sejak setahun terakhir, Nayra Arifa (9 tahun) dan Muhammad Zaydan Kusuma (4 tahun) punya hobi baru yaitu berkebun. Kegiatan bercocok tanam dilakukan di lantai atas rumah mereka di Depok. Rina Kusuma, sang Bunda, menyulap pojok loteng menjadi 'Kebun Mini NayZay', sesuai nama panggilan kedua buah hatinya.

Ukuran Kebun Mini NayZay terbilang mungil, hanya 2x2 meter. Namun Bunda yang satu ini cerdik mengakali ruang sempit dengan menggunakan pot sebagai media tanam. Di kebun inilah NayZay menanam tomat, pakcoy, kangkung, cabai rawit, dan lemon cui. Selain aneka tanaman hortikultura, ada pula tanaman bunga telang ungu yang bunganya bisa dipetik lalu diseduh jadi sajian minuman.

Anak-anak tempo dulu akrab dengan aktivitas bertanam hortikultura—seperti yang tergambar dalam lagu “Menanam Jagung” ciptaan Ibu Sud—. Kini keterbatasan lahan di perkotaan cenderung menjauhkan Si Buah Hati dari aktivitas bercocok tanam. Namun, sejak tahun 2000-an muncul gerakan berkebun di wilayah perkotaan (urban farming). Kampanye semacam ini bertujuan untuk melibatkan setiap anggota masyarakat, termasuk anak-anak, untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan berkebun.

Menurut Clara Jessica dalam penelitian berjudul Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Seni di Sewon, Yogyakarta, Bunda dapat melibatkan Si Buah Hati dalam aktivitas berkebun sejak dini. Kegiatan tersebut merupakan salah satu cara untuk mendukung tumbuh kembang anak usia 5 tahun. Selain itu, dia juga bisa memetik banyak manfaat saat menanam tanaman dan menuai hasil berupa sayur, buah, bunga yang telah dirawat sendiri.

Muninggar Herdianing dalam penelitian berjudul Desain Sarana Berkebun dan Bermain untuk Anak Usia 4-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak, mengatakan para pakar sepakat bahwa berkebun bermanfaat bagi perkembangan otak anak. Aktivitas ini baik untuk mengasah kecerdasan naturalis Si Buah Hati. Kegiatan ini juga membuat anak memiliki kecakapan dalam mengenali, mengelompokkan, dan menghargai berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan pengalaman Bunda Rina, Si Buah Hati bisa melatih kesabaran saat berkebun. Dia lalu menceritakan sebuah pengalaman menarik yaitu ketika Nay dan Zay menemukan kepompong ulat saat menyiangi kebun mereka. Awalnya, keduanya panik dan jijik melihat hama tanaman yang satu itu. Namun kemudian Rina terpikir untuk mengajak NayZay untuk merawat kepompong tersebut dalam toples kaca sampai berubah jadi kupu-kupu.

Ternyata NayZay sangat menikmati proses menunggu ulat mereka bermetamorfosis dan merawatnya dengan sabar. Mereka girang bukan kepalang waktu akhirnya ada sayap yang menyembul keluar dari kepompong. “Sampai sekarang mereka sudah empat kali melepas kupu-kupu,” ucap Rina ketika dihubungi, Sabtu 28 November 2015.

Bunda Rina menambahkan, kegiatan berkebun memupuk rasa tanggung jawab dan membangun empati dalam diri Nay dan Zay. Anak-anak pun bisa belajar tentang fenomena alam dan cuaca. Mereka juga memahami siklus makhluk hidup dari kejadian metamorfosis dan proses tumbuh kembang tanaman.

Walau demikian, Rina memahami aktivitas di luar ruangan seperti berkebun juga punya risiko terhadap kesehatan Si Buah Hati. Kondisi cuaca yang bisa berubah mendadak dan media tanam yang berpotensi menyimpan kuman jadi perhatiannya. Namun itu tidak membuatnya berhenti mendorong Si Buah Hati untuk bereksplorasi.

Karena itu Rina selalu pasang mata ketika kedua buah hatinya sedang berkebun. “Kalau sudah terlalu panas, saya ajak mereka berhenti. Selesai berkebun juga mereka langsung mandi sampai bersih,” begitu katanya membagikan tips ala Kebun Mini NayZay.

Image Article
Latih Kesabaran Si Kecil dengan Berkebun
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

4 Cara Ajarkan Si Buah Hati Bersosialisasi

Published date

Memasuki usia toddler, Si Buah Hati semakin menunjukkan kemampuannya bersosialisasi. Misalnya, caranya beradaptasi dengan lingkungan baru, berbagi mainan atau makanan dengan teman, kemampuan berkomunikasi kala menginginkan atau tidak menyukai sesuatu hal, maupun menghargai orang lain. 

 

Perkembangannya dalam bersosialisasi ini sangat ditentukan oleh pola asuh Bunda dan Ayah di rumah. Kemampuan ini pula yang akan menentukan perkembangan kepribadiannya pada masa depan. Agar ia tak tumbuh menjadi egois, berikut yang bisa Bunda ajarkan padanya:

 

1. Mengenalkan Konsep Berbagi

Bunda, sikap egois bisa bermula dari keengganan Si Buah Hati untuk berbagi. Karena itu, penting mengenalkan konsep berbagi kepadanya, sejak dini. Misalnya, dengan mengajaknya makan bersama. Lalu, berikanlah ia sebagian makanan dari piring Bunda, atau sebaliknya, meminta sebagian makanannya. 

 

Ketika melakukan itu, Bunda bisa sambil berkata, "Kita berbagi makanan ya, Dek. Biar kamu bisa merasakan makanan, Bunda juga bisa cicip makanan kamu." Sehingga ia akan mengerti bila maksud berbagi adalah memberikan kesempatan orang lain untuk merasakan apa yang dimilikinya.

 

2. Beri Pengertian dan Jangan Memaksa

Ketika Si Buah Hati tengah asyik bermain dan tidak ingin berbagi, Bunda jangan memaksanya. Sebab situasi itu hanya akan membuat ia marah dan semakin mempertahankan apa yang dimilikinya. Lebih baik, Bunda mengajaknya berbicara setelah ia selesai bermain. 

 

Tanyakanlah mengapa ia enggan berbagi mainan dengan temannya. Kemudian, jelaskanlah padanya bila bermain akan lebih seru dan mengasyikkan bila dilakukan bersama-sama. Hingga ia tertarik untuk mencoba belajar berbagi dengan temannya saat bermain.

 

3. Memberi Contoh

Children see, children do. Si Buah Hati akan mencontoh apa yang dilihat, baik dari Ayah, Bunda, dan orang sekitarnya. Termasuk contoh berbagi dengan orang lain. Seperti ketika datang ke tempat beribadah dan ada kotak amal, Bunda atau Ayah bisa menunjukkan padanya menyisihkan sebagian uang ke dalamnya. 

 

Ketika melakukan itu, ada baiknya Bunda juga memberikannya pengertian tentang arti berbagi dan manfaatnya bagi orang lain.

 

4. Bercerita dan Bermain Peran

Satu cara mengajarkan Si Buah Hati belajar berbagi bisa dilakukan dengan bercerita dan bermain peran. Misalnya, waktu bermain masak-masakan, Bunda mengatakan ingin meminjam telur untuk membuat nasi goreng. 

 

Lalu setelahnya, berpura-puralah berbagi nasi goreng itu dengannya. Sehingga ia merasa bila berbagi akan membawa kebahagiaan, baik untuknya atau orang lain.


Jangan lupa penuhi kebutuhan tumbuh kembang anak dengan minuman pelengkap nutrisi, seperti DANCOW 1+ Nutritods. Produk DANCOW yang satu ini adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Ajarkan Si Kecil Belajar Berbagi dengan Bermain Peran
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

4 Permainan Bola Anak untuk Asah Fokus Si Buah Hati

Published date

Pada umur satu tahun, Si Buah Hati sudah mulai berjalan, berlari, dan melompat. Oleh karena itu, ia membutuhkan olahraga yang dapat menstimulasi perkembangan motorik. Salah satu aktivitas yang memerlukan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh anak adalah permainan bola anak.

Saat bermain bola bersama, Bunda dan Si Buah Hati akan terlibat interaksi. Minta ia untuk menggelindingkan bola dan Bunda menangkapnya. Aktivitas ini akan melatih konsentrasi anak. 

Selain itu, Bunda juga dapat mengajaknya memasukkan bola ke dalam ring agar bisa fokus. Kegiatan melambungkan dan menangkap bola memicu sensitivitas dan kesigapan.

Menurut Dokter Spesialis Anak Bernie Endyarni Medise pada artikel Aktivitas Fisik pada Anak di situs Ikatan Dokter Anak Indonesia, bermain interaktif dengan arahan tertentu baik untuk Si Buah Hati. Aktivitas ini dapat menstimulasi pertumbuhan fisik sekaligus perkembangan otak agar anak dapat berpikir strategis. 

Berikut ini beberapa tips agar permainan bola anak berlangsung aman, nyaman dan tetap menyenangkan.

  • Sediakanlah bola dalam berbagai macam ukuran. Mulai dari yang seukuran bola tenis hingga bola dengan diameter 15-20 cm.
  • Gunakan bola dengan bahan yang empuk seperti plastik atau kain dengan tekstur yang kasar agar bisa merangsang indera perabanya.
  • Pastikan area bermain aman dan memiliki permukaan yang rata. Gunakan matras warna warni berbahan karet. Alas tersebut digunakan untuk mencegah Si Buah Hati terluka saat terbentur atau jatuh.
  • Mulailah permainan dengan gerakan menggelindingkan bola atau lempar tangkap dengan posisi duduk. Bila Si Buah Hati sudah tampak lihai bisa dilakukan sambil berdiri.
  • Jangan lupa berikan pujian atau acungi jempol ketika Si Buah Hati berhasil melakukan gerakan yang Bunda minta.

Nah, setelah semua persiapan alat dan arena permainan lengkap, Bunda bisa mulai mengajak Si Buah Hati bermain bola. Kalau Bunda masih bingung mengenai bentuk permainan bola, mari kita simak ragam permainan bola yang cocok buat anak toddler.

1. Lempar Tangkap Bola

Caranya, Bunda duduk bersama batita dengan posisi saling berhadapan, kemudian melempar bola ke arahnya.

2. Bermain Mengejar Bola 

Caranya, Bunda cukup menggelindingkan bola dan pancing Si Buah Hati untuk mengejarnya. Bisa sambil merangkak, atau bahkan berjalan pelan.

Baca Juga: Tips Bantu Si Kecil Jadi Anak Unggul di Indonesia

3. Menggenggam Bola

Bunda bisa mengajak Si Buah Hati ke kolam renang dan mengajarinya menggenggam bola plastik yang mengambang. Kegiatan bermain bola dalam kolam renang akan melatih syaraf motoriknya.

4. Bermain di Kolam Bola

Biarkan Si Buah Hati masuk ke dalam keranjang bola berwarna-warni, lalu berikan kebebasan agar dia melakukan yang disukai. Warna-warni bola dapat memancing dan melatih mata anak mengidentifikasi warna. Bunda tidak perlu mengajak anak ke mall untuk "mandi bola". Sebab, sekarang sudah banyak kolam bola portabel yang bisa di gelar di kamar atau di ruang tamu.

Jangan lupa untuk tetap memberikan nutrisi dukung tumbuh kembang Si Buah Hati dengan susu DANCOW. Bunda juga bisa tukarkan poin di program Parenting Rewards DANCOW. Yuk, tunggu apa lagi? Tukar poin sekarang!

Dukung aktivitas Si Buah Hati dengan memberikan pelengkap nutrisi, seperti Susu DANCOW 1+ Nutritods. Ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Bermacam Permainan Bola Anak untuk Asah Fokus Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

"1001" Tips Parenting agar Si Kecil Mau Terbuka dan Bercerita

Published date

"

Astri tiba-tiba "mogok" sekolah. Beberapa hari terakhir, gadis kecil itu selalu menangis saat bangun pagi dan menyampaikan kepada Bundanya, Dini, bahwa ia tak mau sekolah lagi."Kakak pokoknya enggak mau sekolah," kata Astri tanpa memberikan alasan.

Bunda Dini bingung. Ia mencoba menanyakan mengapa Astri tiba-tiba tak mau sekolah. Padahal, selama ini, putrinya yang berumur 5 tahun itu selalu terlihat bersemangat bangun pagi dan berangkat ke sekolah. "Kakak cerita dong, kenapa enggak mau sekolah," pinta Bunda."Pokoknya kakak enggak mau sekolah di situ," jawabnya singkat. Usaha Bunda Dini untuk menyakan ke sekolah pun tidak mebuahkan hasil. Para guru menilai, semua berjalan baik-baik saja.

Tiga hari sudah Astri "mogok" ke sekolah. Akhirnya, Bunda mengajak ia bermain peran dengan menggunakan empat boneka Barbie kesukaannya. Astri menamakan ketiga boneka itu dengan nama temannya, dan satu menggunakan namanya sendiri. "Ayo, Bunda pengen jadi penonton. Kakak bikin cerita dong tentang kakak dengan teman-teman," kata Bunda.

Astri menuruti permintaan Bunda, karena selama ini ia memang selalu bermain peran dengan boneka-bonekanya tersebut. Pada cerita yang dimainkannya hari itu, Astri mengisahkan bahwa sang teman mengejeknya karena tas Barbie baru yang dibelinya jelek. Mendengar cerita itu, Bunda Dini teringat bahwa sehari sebelum "mogok" sekolah, Astri meminta memakai tas lain dan tak mau menggunakan tas Barbie barunya. Bunda pun mendapatkan alasan mengapa Astri tak mau sekolah dan menemui para guru untuk melakukan konseling akan masalah anaknya.

****

Kisah serupa mungkin pernah Bunda alami. Meski kisah tak persis sama, ternyata memang tak mudah meminta si Kecil untuk menceritakan masalah yang dihadapi dalam keseharian dan di sekolahnya. Karakter anak yang cerewet atau suka bercerita, memang tak serta merta membuatnya mau terbuka dengan masalah yang dihadapinya. Untuk merangsangnya agar mau terbuka, Bunda pun harus berpikir berbagai cara. Salah satunya yang dilakukan Bunda Dini dengan menggunakan media boneka dan ternyata efektif membuat Astri menceritakan masalahnya.

Ada tips parenting lain yang bisa Bunda lakukan agar si Kecil selalu terbuka dengan apa yang dialaminya. Dikutip dari buku Barbara Sher “Kiat Melatih Konsentrasi Pikiran Anak”, salah satunya melalui permainan “Buku Kejadian”. Permainan ini akan membantu Bunda untuk mengetahui kejadian yang dialami anak dalam kesehariannya. Pertama, siapkan buku tulis atau buku binder bergambar yang menarik perhatiannya, pena, crayon, selotip atau lem, benda-benda yang berhubungan dengan kejadian.

Kedua, cara menggunakannya:

1. Jika si Kecil sudah bisa menulis, minta dia menuliskan kejadian yang dialaminya setiap hari. Atau, jika dia belum bisa menulis, mintatalah dia bercerita dan Bunda menuliskan atau menggambarkan ceritanya dalam bentuk karikatur yang menarik. Beri judul buku itu, misalnya, “Buku Kejadian Astri”.

2. Ada berbagai metode yang dapat digunakan selain menuliskan cerita atau menggambarkannya. Misalnya, dengan cara mempersiapkan potongan gambar berkaitan dengan kegiatan yang dijalani setiap hari, dan ajak ia menempelkannya hingga membentuk alur cerita sesuai kejadian.

Buku ini akan mendorong si Kecil untuk memerhatikan apa yang terjadi dan mereka alami, juga belajar fokus pada pengalamannya. Selain itu, ia akan mudah terbuka menceritakan segala sesuatu yang dialaminya. Nah, agar ia mau terbuka terhadap Bunda, ada beberapa tips parenting yang harus diperhatikan:

1. Selalu luangkan waktu bersama si Kecil. Manfaatkan waktu untuk saling bertukar cerita tentang kejadian yang Bunda jalani setiap hari, dan minta ia melakukan hal yang sama

2. Menjadi pendengar yang baik. Ketika ia tengah bercerita, sebaiknya Bunda menghentikan semua kesibukan atau pekerjaan. Duduklah di sampingnya, dan jangan memotong ketika ia sedang berbicara. Dengan begitu, ia akan merasa mendapatkan perhatian dari Bunda.

3. Bersikap tepat saat si Kecil melakukan kesalahan. Jangan berteriak atau memarahinya karena akan memberikan jarak antara Bunda dengannya. Ia pun akan enggan bercerita tentang berbagai hal karena khawatir akan dimarahi.

Dancow bantu lindungi eksplorasi si Kecil #DANCOWLindungi

Image Article
"1001" Tips Parenting agar Si Kecil Mau Terbuka dan Bercerita
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off