Pentingnya Memahami Ragam Bahasa Bayi

Published date

Secara alami, bayi lahir dengan kemampuan belajar bahasa dan mampu menyerap informasi sejak dini.

Namun memang bayi membutuhkan waktu dan latihan untuk bisa mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Salah satu tantangan menjadi orangtua baru adalah memahami bahasa bayi dan apa yang mereka inginkan. Nah, dalam artikel ini akan dibahas cara memahami bahasa bayi dan hal-hal yang perlu diperhatikan.

Pentingnya Memahami Bahasa Bayi

Belajar berbicara merupakan bagian penting dalam tumbuh kembang anak. Mempelajari bahasa menggunakan kata-kata membutuhkan latihan dan pengulangan dalam waktu lama. Sebagai orangtua, memahami bahasa bayi dapat membantu mengembangkan keterampilan komunikasi Si Buah Hati.

Bayi belajar berkomunikasi dari orang-orang sekitar, terutama orangtua. Mereka mulai belajar bahasa dari mendengarkan orang tua berbicara dan memperhatikan ekspresi wajah.

Perkembangan Ragam Bahasa Bayi

Kecepatan bayi dalam belajar bahasa berbeda antara anak satu dan yang lainnya. Namun batasan yang dikenal sebagai milestone bisa menjadi panduan kemampuan anak dalam berbicara.

Usia 3 bulan

Di akhir usia 3 bulan, bayi Bunda akan melakukan:

  • Tersenyum saat Bunda atau Ayah muncul

  • Mulai mengoceh

  • Tenang atau tersenyum saat diajak berbicara

  • Suara tangisannya berbeda untuk kebutuhan yang berbeda

Usia 6 bulan

Di akhir usia 6 bulan, Si Buah Hati mungkin:

  • Membuat suara saat bermain

  • Mengoceh dan membuat berbagai suara

  • Mulai menggunakan suara untuk menunjukkan suka dan tidak suka

  • Menggerakkan mata ke arah suara

  • Menanggapi perubahan nada suara

  • Memperhatikan suara musik

  • Memperhatikan mainan yang mengeluarkan suara

Usia 12 bulan

Di akhir usia 12 bulan, bayi akan:

  • Mencoba menirukan suara ucapan

  • Mengucapkan kata sederhana seperti " dada", "mama", “papa”

  • Memahami perintah sederhana seperti "kemari"

  • Tahu kata sederhana seperti buku, sapi, sepatu, sandal, meja

  • Berbalik dan melihat arah suara

Usia 18 bulan

Di akhir usia 18 bulan, bayi akan:

  • Mengetahui nama orang, benda, bagian tubuh

  • Mengikuti perintah sederhana yang diberikan dengan isyarat

  • Bisa mengucapkan 10 ata atau lebih

Usia 24 bulan

Di akhir usia 24 bulan, bayi akan:

  • Menggunakan kalimat sederhana seperti minta susu

  • Mengajukan pertanyaan dengan dua atau tiga kata

  • Mengikuti perintah sederhana dan memahami pertanyaan sederhana

  • Bisa mengucapkan 50 kata atau lebih

  • Berbicara dengan cukup baik dan Bunda dapat memahaminya.

Baca Juga : Stimulasi Bicara Anak Usia 1 Tahun 

Bagaimana Bayi Belajar dan Memahami Bahasa Orang Dewasa?

1. Mengenal suara       
 

Saat bayi lahir, mereka sudah bisa mendengar dan membedakan suara dalam semua bahasa di dunia. Seiring bertambahnya usia si Buah Hati, mereka lebih peka terhadap bunyi atau suara dalam suatu bahasa atau fonem. Mereka bisa membedakan mana fonem yang bermakna dan tidak. Pada tahap ini, kemampuan mengenali dan menghasilkan suara tersebut disebut dengan kesadaran fonemik yang nantinya berkaitan erat dengan perkembangan bahasa pada bayi.

Cara terbaik untuk meningkatkan perkembangan bahasa bayi adalah dengan berbicara dengan anak. Bayi belajar bahasa, awalnya dari mendengarkan suara yang ada di sekitar mereka. Semakin banyak kata-kata yang mereka kenal semakin baik. Saat berbicara dengan bayi, Bunda bisa bercakap-cakap, kemudian tunggu sejenak agar bayi dapat merespons yang Bunda ucapkan.

2. Mengenal kata       
 

Pada tahap ini, bayi mulai mengenal kata dan maknanya. Misalnya kata "mama atau Ibu" mengacu pada sosok yang memeluk dan memberi ASI. Bunda bisa membantu memperkaya kata dan keterampilan bahasa Si Buah Hati dengan sering membacakan buku dan terus ajak berbicara. Sebab, penelitian menunjukkan bahwa cara belajar bahasa yang paling baik adalah dari berkomunikasi dengan orang lain.

3. Belajar menyusun kalimat       
 

Semakin besar usia anak, Si Buah Hati mulai belajar menyusun kata menjadi kalimat. Untuk mendorong perkembangan dalam tahap ini, Bunda perlu mencontohkan berbicara dengan kalimat yang benar dan berbicara dengan jelas, tatap mata anak, tidak menyela, dan beri kesempatan Si Buah Hati untuk berbicara. Bunda juga bisa mengajukan pertanyaan ke anak agar terjadi dialog.

Bahasa Bayi dan Maknanya

Ada ragam bahasa bayi yang disampaikan melalui tangisannya. Dalam metode Dunstan, disebutkan bahwa bahasa bayi memiliki bahasa universal. Ada lima suara dasar tangisan dalam bahasa bayi dan artinya dalam teori Dunstan:

  • Neh: Aku lapar

  • Eh: Sendawakan aku

  • Eairh atay earggghhh: Kentut atau ingin buang air besar

  • Heh: Tidak nyaman (panas, dingin, atau lengket)

  • Owh atau oah: Mengantuk.

Semoga informasinya membantu ya Bunda!

Image Article
Pentingnya Memahami Ragam Bahasa Bayi
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Simak Permainan Agar Anak Cepat Bicara Berikut Ini!

Published date

Ada banyak permainan agar anak cepat bicara yang bisa Bunda lakukan bersama Si Buah Hati. Seperti yang kita tahu, salah satu cara yang efektif untuk merangsang kemampuan bicara anak adalah melalui bermain. Bermain adalah cara utama anak-anak berkembang, belajar, dan menjelajahi dunia.

Bermain dengan anak juga memberi Bunda banyak kesempatan untuk berbicara. Dan semakin sering Bunda bermain dan berbicara bersama Si Buah Hati, semakin banyak kata yang didengar mereka. Ini juga memberi Si Buah Hati kesempatan untuk mempelajari cara kerja suara, kata-kata, dan percakapan, yang tentunya membantu meningkatkan keterampilan berbicara anak sekaligus membantu perkembangan otaknya.

Pentingnya Bicara dalam Perkembangan Anak

Kemampuan berbicara dengan lancar memungkinkan anak untuk berkomunikasi dan mengembangkan kemampuan sosial mereka. Keterampilan ini juga memainkan peran penting dalam prestasi akademik dan mendukung penguasaan membaca dan menulis.

Ketika anak memiliki kemampuan bicara yang baik, mereka dapat berteman, didengarkan, menanyakan apa yang mereka butuhkan dan mengembangkan hubungan yang kuat dengan orang lain.1 Bisa dibilang, kemampuan ini merupakan dasar bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain, baik dengan anak seusianya atau orang dewasa

Umumnya, kemampuan bicara anak sebagian besar diperoleh dengan mudah pada usia balita-prasekolah. Pada usia 5 tahun, mereka umumnya sudah memiliki kosakata ribuan kata, membuat kalimat dengan tata bahasa yang kompleks, membedakan makna literal dan non-literal, seperti humor atau metafora, dan mengamati konvensi sosial dalam percakapan. Pada usia 8 tahun, mereka sudah bisa berbicara dengan ucapan yang matang.

Baca Juga : Stimulasi Bicara Anak Usia 1 Tahun 

Manfaat Permainan untuk Menstimulasi Anak Bicara

Bunda bisa mengajak Si Buah Hati melakukan permainan agar anak cepat bicara karena cara ini sangat efektif untuk membantu meningkatkan kemampuan tersebut. Permainan atau game membantu mendorong interaksi anak dengan orang lain yang berarti mereka belajar berkomunikasi.

Berkat motivasi dan interaksi yang tercipta antara anak dan orang tua saat melakukan permainan untuk stimulasi anak bicara, si Buah Hati dapat mengembangkan kemampuan bahasa dan perkembangan kognitifnya.

4 Permainan agar Anak Cepat Bicara

1. Bermain peran        
 

Salah satu permainan atau game stimulasi bahasa anak yang bisa Bunda lakukan bersama Si Buah Hati adala bermain peran. Saat bermain peran, anak akan aktif terlibat dalam berbagai dialog. Hal ini akan melatih anak berbicara lancar. Bermain peran juga meningkatkan imajinasi mereka sehingga akan muncul percakapan atau dialog antar teman. Setelah bermain, Bunda bisa mengajak Si Buah Hati berdiskusi tentang epran yang telah dimainkan dan kesan-kesannya usai memperagakan peran tertentu.

2. Bermain tebak-tebakan        
 

Permainan untuk stimulasi anak bicara berikutnya yang bisa Bunda lakukan bersama Si Buah Hati adalah bermain tebak-tebakan. Bermain tebak-tebakan akan membantu menciptakan keinginan anak untuk belajar bahasa, yang otomatis meningkatkan keterampilan berbicara. Permainan ini terbukti mampu meningkatkan pengucapan, kosakata, dan kefasihan anak dalam berbicara secara signifikan.

3. Permainan pesan berantai       
 

Permainan pesan berantai bisa dilakukan dengan permainan mengajak Si Buah Hati membisikkan satu kata atau kalimat kepada pemain berikutnya. Dengan permainan ini, anak bisa berlatih menyimak dan mendengarkan, yang otomatis melatih kecerdasan verbal, kerjasama, dan kemampuan bicara anak. Tentunya, permainan ini akan efektif jika dilakukan lebih dari 3 orang. Jadi, Bunda juga bisa mengajak saudara yang lain atau teman sebaya Si Buah Hati.

4. Bermain balok       
 

Tahukah Bunda balok juga bisa menjadi media permainan atau game untuk stimulasi anak bicara, loh. Sata bermain balok, anak bisa melatih kemampuan bicara dengan cara menjelaskan bentuk bangunan yang mereka susun. Saat bermain balok, anak bisa mengekspresikan bangunan mereka melalui kata-kata. Permainan ini akan memberikan hasil yang efektif jika dilakukan secara berkelompok karena anak bisa berinteraksi dan mempresentasikan ide yang dimilikinya melalui aktivitas berbicara.

Selain mendorong perkembangan bahasa anak dengan permainan, Bunda juga bisa membantu meningkatkan potensi Si Buah Hati dengan memenuhi kebutuhan nutrisinya bersama DANCOW.

DANCOW membantu memenuhi kebutuhan nutrisi Si Buah Hati sesuai dengan perkembangan tahap usianya. Untuk usia 1-3 tahun, Bunda bisa memberikan Si Buah Hati DANCOW 1+ Imunutri yang mengandung tinggi kalsium, vitamin A, E, C, Zink, protein, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi. Kandungan nutrisi dalam DANCOW 1+ Imunutri mendukung Si Buah Hati Lebih Bebas Bereksplorasi dan Tumbuh Percaya Diri.

Jadi lengkapi nutrisi si Buah Hati sambil terus stimulasi dengan permainan agar anak cepat bicara ya Bunda!

Image Article
Bunda, Simak Permainan Agar Anak Cepat Bicara Berikut Ini!
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Inilah Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini

Published date

Seiring bertambahnya usia Si Buah Hati, selain pertumbuhan fisik, keterampilan sosial dan emosional Si Buah Hati turut berkembang. Untuk bekal informasi Bunda, simak perkembangan sosial emosional anak usia dini lewat artikel berikut ini. 

Pentingnya Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Untuk Bunda ketahui, perkembangan sosial dan emosional adalah tahap perkembangan ketika Si Buah Hati mulai memahami siapa dirinya, apa yang dirasakannya, dan harapannya saat berinteraksi dengan orang lain. 

Perkembangan ini mencakup dua konsep penting, yakni perkembangan diri atau temperamen dan hubungan dengan orang lain atau keterikatan.

Perkembangan diri ini menggambarkan gaya atau kepribadian dan cara pandang anak ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Contohnya tingkat aktivitas, tingkat perhatian, intensitas emosi, keteraturan, ambang sensorik, cenderung terbuka atau tertutup, kemampuan beradaptasi, ketekunan, dan kualitas suasana hati. Selain aspek perkembangan diri, tahap perkembangan ini juga dilihat dari sisi keterikatan dengan orang lain.

Dari beberapa hal di atas, karakteristik perkembangan sosial emosional anak usia dini ada Si Buah Hati yang tergolong mudah atau fleksibel, aktif dan penuh semangat, atau cenderung berhati-hati.

Nah, perkembangan sosial emosional anak usia dini ini penting agar Si Buah Hati ke depan mampu:

  • Mengalami, mengelola, dan mengekspresikan emosi

  • Memiliki rasa percaya diri dan empati

  • Membentuk dan mempertahankan hubungan yang positif dengan orang lain

  • Mengembangkan hubungan sampai persahabatan bermakna dan langgeng

  • Menjelajahi dan aktif terlibat dengan lingkungan sekitar sehingga anak punya nilai bagi orang sekitar

Perlu Bunda pertimbangkan juga, kegagalan Si Buah Hati mengikuti perkembangan sosial dan emosional bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental dan emosional ke depan. Gangguan kesehatan mental dan emosional pada anak usia dini bisa terlihat dari keterlambatan perkembangan secara keseluruhan, susah berhenti menangis, masalah tidur, perilaku agresif, impulsif, atau takut pada banyak hal.

Hal ini apabila tidak segera ditangani bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan mental di kemudian hari, seperti penarikan diri, susah tidur, gangguan makan, depresi, kecemasan, atau reaksi stres traumatis.

Tahap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Contoh perkembangan sosial emosional anak usia dini ini meliputi pengalaman, ekspresi dan pengelolaan emosi, serta kemampuan untuk membangun relasi atau hubungan yang baik dengan orang lain.

Secara ringkas, berikut tahap perkembangan sosial anak usia dini yang perlu Bunda cermati:

1. Usia 1 tahun       
 

  • Mulai punya kegemaran atau favorit, bisa orang atau mainan.

  • Dapat meniru suara atau gerak-gerik tertentu untuk menarik perhatian.

  • Senang bermain cilukba atau permainan yang melibatkan interaksi dengan orang lain.

  • Tidak sungkan mencoba mainan dengan orang dewasa di dekatnya.

  • Mulai bisa menunjukkan perasaan, misalkan marah, takut, malu, atau sayang dengan orang lain.

2. Usia 2 tahun       
 

  • Dapat atau menunjukkan minat bermain sebentar dengan anak lain.

  • Semakin mahir meniru orang lain, terutama orang dewasa atau anak yang lebih besar di sekitarnya.

  • Semakin ingin menunjukkan kemandiriannya, misalkan ingin makan sendiri.

  • Mulai bisa mengeyel atau membangkang, karena mempunyai pendapat berbeda.

  • Mulai bisa bermain dengan anak lain, seperti kejar-kejaran.

3. Usia 3 tahun       
 

  • Menunjukkan kepedulian dan kasih sayang dengan orang lain tanpa disuruh.

  • Meniru orang dewasa dan teman sekitarnya, misalkan ketika anak lain lari jadi ikut lari-larian.

  • Mulai bisa menikmati rutinitas dan terkadang jengkel kalau rutinitasnya terganggu.

  • Dapat mengenakan atau membuka pakaian sendiri.

  • Sudah bisa bilang ingin buang air ke toilet, terutama di siang hari.

4. Usia 4 tahun       
 

  • Bisa bermain secara berkelompok dengan anak lain.

  • Semakin terampil konsep negosiasi, dan bisa memahami konflik butuh solusi.

  • Lebih suka bermain dengan anak lain ketimbang mainan sendiri.

  • Lebih kreatif ketika bermain khayalan atau yang butuh imajinasi.

  • Mulai bisa mengekspresikan apa yang disukai dan tidak disukai.

5. Usia 5 tahun       
 

  • Ada minat menyenang-nyenangkan teman.

  • Sudah paham aturan dan bisa menurutinya.

  • Suka menyanyi, menari, atau mainan pura-pura.

  • Dapat membedakan antara realitas dan khayalan.

  • Terampil mengekspresikan apa yang disukai dan tidak disukai

  • Lebih menurut, kooperatif, dan mandiri.

Untuk mencapai tonggak di atas, anak usia dini butuh bantuan orang terdekat dan lingkungan sekitarnya, terutama orang tua.

Peran Orangtua dan Lingkungan dalam Mendukung Perkembangan Sosial Emosional

Orangtua dan lingkungan sekitar memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan sosial dan emosional anak usia dini.

Pengalaman yang konsisten dengan anggota keluarga, pengasuh, guru, atau orang dewasa lain membantu anak belajar berhubungan dan mengeksplorasi emosi dalam interaksi sehari-hari.

Berikut beberapa peran nyata orangtua dan lingkungan dalam mendukung salah satu aspek perkembangan penting anak ini:

  • Tunjukkan kasih sayang sekaligus asuh anak dengan cara mendekap, menghibur, bicara, bermain, atau bernyanyi bersama.

  • Bantu anak merasakan serunya memberi dan menerima saat berhubungan dengan orang lain, misalkan dengan main cilukba, tepuk tangan bersama, mengajarkan salam, serta melambaikan tangan saat berpisah.

  • Berikan kesempatan anak untuk mempraktikkan keterampilan baru, tapi upayakan responsif memberikan bantuan langsung saat anak butuh.

  • Ajarkan keterampilan sosial dan emosional, seperti bergantian, kerja sama, mendengarkan, sampai menyelesaikan konflik.

  • Ayah atau pengasuh dapat membantu membangun kedekatan emosional sejak dini dengan cara segera merespons saat anak menangis dan memberikan apa yang dibutuhkan, sehingga anak segera tenang.

  • Perkenalkan berbagai pengalaman baru, seperti warna, bunyi, tekstur, bentuk, rasa, atau tempat yang baru dengan bahasa yang mudah dipahami anak.

  • Latih kemandirian anak sesuai tahap tumbuh kembangnya, seperti belajar makan sendiri, pakai pakaian sendiri, sampai bisa ke toilet

  • Ajarkan anak untuk menunjuk benda yang diinginkannya, sehingga Si Buah Hati dapat menyatakan kehendak tanpa banyak menangis.

Untuk dukung perkembangan sosial emosional anak usia dini, Bunda bisa menerapkan langkah-angkah di atas. Selain itu, Bunda juga bisa mengimbangi gizi Si Buah Hati dengan susu pertumbuhan seperti DANCOW 1+ untuk usia 1-3 tahun. DANCOW 1+ Imunutri diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 1-3 tahun, tinggi akan Vitamin A, C, E, Selenium, Zink, Tembaga, tinggi Kalsium, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi.

Image Article
Bunda, Inilah Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Berkomunikasi dengan Anak Usia Dini yang Tepat

Published date

Komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak menjadi salah satu kunci dalam keberhasilan pengasuhan. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sangat penting untuk membangun hubungan positif. Selain itu, komunikasi yang baik juga membuat Bunda lebih mudah membicarakan topik-topik sulit dengan Si Buah Hati saat mereka tumbuh besar nanti.1 Bagaimana cara berkomunikasi dengan anak yang baik dan efektif? Simak ulasannya dalam artikel berikut ini.

Pentingnya Berkomunikasi dengan Anak Sejak Bayi

Bayi memang belum bisa bicara. Meski begitu, si Buah Hati tetap melakukan komunikasi dengan kita lho, Bunda. Mereka berkomunikasi dengan cara menangis untuk memberitahu Bunda dan Ayah bahwa mereka merasa lapar, tidak nyaman, atau sakit. Tapi, bayi tidak hanya menangis mereka juga memberi ekspresi seperti tertawa, tersenyum, mengeluarkan suara, dan menggerakkan tangannya sebagai bentuk komunikasi non-verbal.

Oleh karena itu, berkomunikasi dan memberi perhatian pada anak sejak bayi penting dilakukan. Bahkan penelitian membuktikan bahwa pengalaman pertama berkomunikasi dengan orang lain ini punya peran penting bagi kemampuan bahasa anak saat usia dini dan juga prasekolah.

Cara Berkomunikasi dengan Anak

Perlu Bunda ketahui, anak memerlukan komunikasi yang baik dengan orangtuanya, bahkan sejak mereka dilahirkan. Sebab, komunikasi yang baik sejak usia dini akan membantu memperkuat hubungan antara anak-anak dan orang tua. Cara berkomunikasi dengan anak kecil yang baik di antaranya adalah lewat tutur kata lembut, sikap hangat, dan responsif, supaya Si Buah Hati merasa aman dan tenteram di dunianya.

Berikut ini beberapa tips berkomunikasi dengan anak kecil:

  • Lakukan Kontak Mata

Kontak mata sangat penting dilakukan setiap kali Bunda berkomunikasi dengan Si Buah Hati. Sebab, kontak mata dapat menunjukkan bahwa Bunda aktif dan penuh perhatian dalam percakapan dengan Si Buah Hati. Kontak mata juga akan membuat komunikasi terasa terbuka dan transparan.

Kontak mata bahkan perlu dilakukan oleh orang tua saat berkomunikasi dengan anak sejak bayi. Penelitian menunjukkan bahwa meskipun penglihatan bayi masih terbatas, kontak mata tetap menjadi salah satu respons operan paling awal yang dapat diterima Si Buah Hati dan menjadi landasan penting dalam pembentukan keterampilan berkomunikasi di masa depan.

Baca Juga : Cara Optimalkan Kecerdasan  Bahasa Anak 

  • Aktif mendegarkan

Salah satu cara berkomunikasi dengan anak yang baik adalah Bunda harus lebih banyak mendengarkan saat Si Buah Hati berbicara atau bercerita. Dengan begitu, anak akan merasa bahwa orang tuanya tertarik dan peduli dengan apa yang sedang ia sampaikan. Saat Si Buah Hati berbicara, Bunda sebaiknya memberikan perhatian penuh, menghentikan aktivitas lain, menyamai level anak, serta merenungkan dan mengulang kembali apa yang ia katakan atau rasakan untuk benar-benar memahami kebutuhannya.

  • Sesuaikan cara komunikasi dengan usia anak

Agar dapat berkomunikasi secara efektif, Bunda juga perlu menyesuaikan gestur dan gaya bicara sesuai dengan usia anak. Orang tua perlu memahami cara berkomunikasi anak-anak dari berbagai usia agar tercipta interaksi yang efektif.

Cara berkomunikasi dengan anak usia sekolah, tentu berbeda dari bayi atau balita. Saat berkomunikasi dengan bayi berusia di bawah 1 tahun, Bunda harus cepat merespons bahasa non verbal mereka, misalnya dengan menenangkan saat menangis atau membalas senyuman Si Buah Hati. Pada anak berusia 1-3 tahun, Bunda juga perlu cermat dan tanggap merespons setiap ucapan dan gestur komunikasi yang mereka berikan.

Sementara itu, cara berkomunikasi dengan anak kecil usia prasekolah antara 3-6 tahun tentu berbeda lagi. Pada usia tersebut, anak mulai bisa berkomunikasi dengan kalimat lengkap, jadi sebaiknya Bunda mengajaknya berbicara dengan bahasa yang lengkap dan baik juga. Bunda bisa mengajak Si Buah Hati bercerita tentang kesehariannya atau hal-hal menarik lainnya.

  • Peka terhadap bahasa non verbal anak

Selain aktif mendengarkan celoteh anak, Bunda juga harus lebih peka terhadap bahasa non verbal mereka agar dapat menjalin komunikasi yang tepat dan efektif. Untuk itu, Bunda perlu membaca bahasa tubuh Si Buah Hati dan mencoba meresponsnya. Misalnya, ketika anak tampak lelah dan tidak bersemangat sepulang sekolah, Bunda bisa bertanya “Kamu tampak pendiam, apakah terjadi sesuatu di sekolah?”.

  • Beri nasihat yang rasional

Larangan dan kritik hanya akan membuat anak menarik diri dari komunikasi. Daripada memberikan larangan atau kritik semata, lebih baik Bunda memberikan penjelasan lengkap dan rasional kepada anak mengapa ada hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Dengan memberi penjelasan rasional, anak akan memahami dampak dari sebuah tindakan.

  • Gunakan kalimat positif

Saat berkomunikasi dengan anak, sebaiknya hindari frasa negatif, seperti “jangan”. Alih-alih kata jangan, lebih baik Bunda menggunakan kalimat positif saat memberi peringatan kepada anak. Misalnya, daripada kalimat “jangan memukul adikmu”, lebih baik ucapkan “bermainlah dengan baik bersama adik ya”.

Itulah beberapa tips dan cara berkomunikasi dengan anak yang dapat Bunda terapkan. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak akan membantu perkembangan kemampuan sosial dan emosional Si Buah Hati di masa depan.

Dukung pertumbuhan dan perkembangan Si Buah Hati dengan memberikan nutrisi yang dibutuhkannya, salah satunya susu pertumbuhan jika Si Buah Hati sudah berusia 1 tahun ke atas. DANCOW 1+ Imunutri adalah susu pertumbuhan yang diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 1-3 tahun, tinggi Vitamin A, C, E, Selenium, Zink, Tembaga, tinggi Kalsium, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi.

Image Article
Bagaimana Cara Berkomunikasi dengan Anak yang Tepat?
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Inilah Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini yang Perlu Diketahui

Published date

Bunda mungkin berpikir usia anak-anak adalah waktu bagi Si Buah Hati untuk bermain sepuasnya. Tapi, perlu Bunda ketahui bahwa usia dini adalah momen yang tepat untuk mempelajari hal baru  dan bermain merupakan salah satu cara bagi anak untuk belajar. 

Apa yang dipelajari Si Buah Hati di tahun-tahun awal kehidupannya, dan bagaimana hal itu dipelajari, dapat memberi efek jangka panjang terhadap kesehatan dan kesuksesannya saat anak-anak, remaja, bahkan hingga dewasa. 

Itulah mengapa, Bunda perlu memperhatikan pentingnya pendidikan anak usia dini bagi Si Buah Hati dan berusaha mengoptimalkannya.

Perkembangan Anak di Usia Dini

Perkembangan anak usia dini mengacu pada proses perkembangan kognitif, fisik, bahasa, sosial emosional, dan motorik di usia bawah 8 tahun. Tahun-tahun awal kehidupan tersebut sangat penting karena otak masih berkembang dengan pesat. 

Jika perkembangan di usia dini terganggu maka kemungkinan Si Buah Hati memiliki keterampilan yang lebih sedikit, serta kurang memperoleh manfaat dari sekolah. Dampaknya, kesempatan kerja dan peluang pendapatan anak lebih rendah ketika dewasa. 

Memberi anak pendidikan usia dini yang berkualitas dapat menjadi awal yang baik bagi kehidupannya dengan membuka peluang untuk Si Buah Hati belajar dan berkembang dengan lebih baik. 

Manfaat Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Untuk menegaskan pentingnya memberikan pendidikan bagi anak usia dini, Bunda perlu tahu manfaat apa saja yang bisa diperoleh Si Buah Hati dari pembelajaran di usia dini. Di Indonesia, Bunda dapat memberikan pendidikan usia dini kepada Si Buah Hati yang berusia di bawah 8 tahun dengan memasukkannya ke lembaga prasekolah, seperti PAUD dan Taman Kanak-kanak (TK).

Melalui PAUD dan TK, anak dapat memperoleh beberapa manfaat pendidikan usia dini bagi perkembangan kemampuan Si Buah Hati, di antaranya:

1. Mengembangkan kemampuan sosial

Manusia terlahir sebagai makhluk sosial. Karenanya, konsep sosialisasi sudah tertanam sejak anak berusia dini. Melalui PAUD, anak akan merasakan pengalaman jauh dari orang tua dan bertemu anak seusianya. Hal ini dapat membantu mengembangkan kemampuan sosial Si Buah Hati sejak dini. 

2. Mengembangkan kemampuan emosional

Selain kemampuan sosial, pada usia dini anak juga mulai belajar kemampuan emosional. Keterampilan ini menjadi dasar bagi Si Buah Hati untuk belajar kemampuan lain yang bermanfaat dalam kehidupannya.

Perkembangan kemampuan emosional anak yang sehat bisa didapat dari hubungan yang responsif dengan orang tua, anggota keluarga, pengasuh, maupun pengajar di TK dan PAUD sebagai lingkungan pembelajaran awal Si Buah Hati. 

3. Mengembangkan kemampuan motorik dan kognitif

Kemampuan motorik dan kognitif anak berkembang sejak usia dini. Perkembangan kedua kemampuan itu juga turut dipengaruhi aktivitas fisik anak. 

Pembelajaran di PAUD dan TK biasanya meliputi aktivitas fisik dan juga belajar. Dengan materi pembelajaran yang sesuai, pendidikan di usia dini dapat membantu perkembangan motorik dan kognitif Si Buah Hati.

4. Meningkatkan rasa percaya diri

Saat mengikuti pembelajaran di PAUD atau TK, anak akan dapat mengembangkan kemandirian dan memupuk rasa percaya dirinya. Si Buah Hati juga dapat belajar keterampilan pengaturan diri, seperti konsentrasi, berbagi, dan menunggu giliran.

Kemampuan pengaturan diri ini penting untuk membantu anak mengembangkan rasa percaya diri dan kemandiriannya, serta memungkinkan Si Buah Hati lebih memahami dirinya sendiri.  Hal ini turut menjadi pentingnya pendidikan karakter pada anak usia dini.

Baca Juga: Cara-cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak

Cara Mengoptimalkan Pendidikan Anak Usia Dini

Bunda sudah tahu pentingnya pendidikan anak usia dini, tapi bagaimana caranya agar Si Buah Hati mendapatkan manfaat perkembangan yang optimal? Ini beberapa hal yang bisa Bunda lakukan di rumah.

1. Membuka peluang interaksi anak

Fokus dalam pendidikan usia dini adalah anak. Meminimalkan risiko dan memaksimalkan peluang anak untuk berinteraksi dengan orang tua, pengasuh, pengajar, anak-anak sebayanya, dan lingkungan sekitar bisa menjadi strategi meningkatkan perkembangan sosial, emosional, fisik, dan kognitif Si Buah Hati.

2. Menjalin komunikasi orang tua dengan pengajar

Jika Bunda memasukkan Si Buah Hati ke PAUD atau TK, maka disarankan untuk menjalin komunikasi yang aktif dengan pengasuh atau pengajar. Secara rutin tanyakan perkembangan anak dan hal yang bisa dilakukan Bunda untuk membantu Si Buah Hati saat di rumah. 

3. Memastikan kesehatan dan kecukupan gizi anak

Tubuh yang sehat penting untuk pembelajaran anak di usia dini. Karenanya, Bunda perlu memastikan Si Buah Hati selalu sehat dan siap untuk belajar. Beri asupan makanan dan minuman bergizi kepada Si Buah Hati.

Untuk dukung proses belajar optimal, Bunda bisa berikan susu DANCOW 3+ Imunutri yang mengandung 0 gram sukrosa, tinggi kandungan zat besi dan zink, minyak ikan (DHA) serta Omega-3 dan Omega-6, juga tinggi Vitamin A, C dan E, atau DANCOW 5+, susu bubuk untuk anak dan keluarga yang mengandung 0 gram sukrosa serta nutrisi esensial vitamin B6, B12, Biotin, vitamin D, dan kalsium, minyak ikan (DHA) serta asam lemak omega-3 dan 6 , juga tinggi vitamin C, vitamin E, dan zink.

Itulah ulasan seputar pentingnya pendidikan anak usia dini yang perlu Bunda ketahui. Jangan lupa untuk selalu mendukung pendidikan Si Buah Hati agar ia tumbuh menjadi pribadi yang sukses di masa depan.

Image Article
Inilah Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini yang Perlu Diketahui
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Apa Saja Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak?

Published date

Tahukah Bunda, saat tumbuh, anak tidak hanya menunjukkan perkembangan fisik, mental, dan emosional, melainkan juga terjadi peningkatan kemampuan sosialnya. 

Kecerdasan sosial anak akan berkembang pesat saat memasuki usia prasekolah. Pada usia itu, anak mulai senang berinteraksi dengan orang lain dan tertarik untuk menjalin pertemanan. Perkembangan sosial anak usia 4-5 tahun ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak? Simak ulasannya dalam artikel berikut ini.

Apa Itu Perkembangan Sosial Anak?

Perkembangan sosial anak dapat diartikan sebagai proses Si Buah Hati untuk mencapai kematangan dalam berhubungan sosial. Selain itu, selama terjadinya perkembangan sosial, anak juga belajar tentang norma, etika, dan tradisi masyarakat. 

Perkembangan sosial juga membuat anak melalui proses perubahan perilaku, minat, dan ketertarikan menjalin pertemanan baru. Contoh perkembangan sosial anak usia dini adalah tumbuhnya kemampuan Si Buah Hati untuk beradaptasi di lingkungan baru.

Baca Juga: Manfaat Susu DANCOW untuk Anak 4 Tahun

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak

Perkembangan sosial anak pada umumnya dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni faktor biologis, faktor enviroment atau lingkungan, dan faktor relationship atau hubungan dengan orang lain. Berikut ini penjelasannya:

  • Faktor biologis

Kondisi biologis menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, tidak terkecuali pada perkembangan sosialnya. Adapun faktor biologis yang turut mempengaruhi perkembangan anak meliputi genetik, chemistry otak, level hormon, nutrisi, dan gender. 

Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dari kondisi biologisnya adalah temperamen yang diturunkan secara genetik. Beberapa riset menunjukkan bahwa 20 hingga 60 persen temperamen manusia ditentukan oleh genetika. 

Temperamen merupakan atribut bawaan yang mempengaruhi pendekatan anak terhadap dunia serta interaksi dengan lingkungan dalam 9 dimensi, yakni tingkat aktivitas, keteralihan perhatian, intensitas emosi, keteraturan, ambang sensorik, dan kecenderungan pendekatan versus penarikan diri, kemampuan beradaptasi, ketekunan, dan kualitas suasana hati. Sederhananya, temperanen dapat diartikan sebagai gaya atau kepribadian yang mempengaruhi perilaku anak dan interaksinya dengan orang lain. 

  • Faktor environment (lingkungan)

Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak adalah environment atau lingkungan, yaitu meliputi kondisi ekonomi, sosial, budaya, dan keluarga. Seorang anak dari keluarga dengan ikatan yang baik dengan anggota keluarganya biasanya dapat menyesuaikan diri secara sosial, dan tumbuh dengan kemampuan sosial yang baik pula. Sebab, reaksi sosial mudah dimunculkan secara emosional oleh anak-anak yang tumbuh dalam keluarga dengan ikatan erat. 

Selain itu, kondisi sosial ekonomi dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak. Misalnya, anak-anak yang tumbuh di lingkungan sosial ekonomi rendah berisiko mengalami sejumlah dampak negatif, termasuk masalah perilaku internalisasi dan eksternalisasi, masalah kesehatan mental, kenakalan, gangguan perilaku, dan keterlambatan perkembangan kognitif dan sosialnya.

  • Faktor relationship

Relationship atau hubungan dengan orang-orang sekitar, termasuk orang tua, keluarga, serta teman, juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak. Bagaimana anak-anak menjalin hubungan dengan orang-orang terdekatnya akan mempengaruhi perilaku dan perkembangan sosial mereka. Anak yang memiliki hubungan harmonis serta mendapatkan cinta dari orang tuanya akan tumbuh percaya diri, merasa aman, dan lebih mandiri. Faktor ini tentu akan mempengaruhi hubungan sosial mereka di luar rumah.

Selain itu, pergaulan dengan teman-teman sebaya juga akan memberikan pengaruh pada perkembangan sosial anak. Saat berelasi dengan teman-teman sebayanya, anak akan mendapatkan kemandirian sosial. Anak akan mampu membuat keputusan secara mandiri untuk menentukan perannya dalam kelompok. Rasa percaya diri anak-anak pun akan berkembang dari waktu ke waktu saat mereka bergaul dengan teman-teman sebayanya.

Agar proses perkembangan sosial anak optimal, imbangi juga gizi Si Buah Hati dengan asupan bergizi. Sebagai pelengkap makanan harian, Bunda bisa memberikan Si Buah Hati DANCOW 3+ Imunutri. DANCOW 3+ Imunutri tinggi vitamin A, C, E, dan zink, tinggi kalsium, protein, vitamin D, serta DHA, zat besi, dan Omega 3 & 6.   

Itu tadi beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak. Dengan mengetahui beberapa faktor tadi, semoga memudahkan Bunda untuk membantu mengembangkan karakter anak yang baik ya!

Image Article
Apa Saja Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Buah Hati Siap Belajar dengan Makanan Mengandung Omega 3 dan 6

Published date

Bunda, salah satu cara agar buah hati siap belajar adalah dengan menyediakan makanan yang bernutrisi untuk perkembangan otaknya. Di antaranya, makanan yang mengandung Omega 3 dan 6. Untuk Bunda ketahui, omega 3 dan 6 memiliki peran penting untuk fungsi otak dan juga tumbuh kembang normal Si Buah Hati. 

Namun, sebelum membahas lebih jauh mengenai pentingnya konsumsi makanan yang mengandung omega 3 dan omega 6, kita cari tahu dulu yuk apa itu omega 3 dan 6.

Apa Itu Omega 3 dan 6?

Asam lemak omega-3 atau asam lemak tak jenuh ganda adalah jenis lemak yang tidak bisa dihasilkan oleh tubuh manusia. Asam lemak ini disebut juga dengan “lemak esensial”, yang harus didapat dari makanan. 

Berdasarkan bentuk dan ukuran kimianya, ada banyak jenis lemak Omega-3, di antaranya:

  • Eicosapentaenoic acid (EPA): Fungsi utama asam lemak 20-karbon ini menghasilkan eicosanoids, yang membantu mengurangi peradangan dan membantu mengurangi gejala depresi.

  • Docosahexaenoic acid (DHA): Asam lemak 22-karbon, DHA membentuk sekitar 8 persen dari berat otak dan sangat penting untuk perkembangan dan fungsi otak normal.

  • Asam alfa-linolenat (ALA): Asam lemak 18-karbon ini dapat dikonversi menjadi EPA dan DHA. ALA digunakan oleh tubuh untuk energi. 

Sama seperti omega 3, omega 6 merupakan asam lemak tak jenuh ganda. Asam lemak ini juga merupakan lemak esensial yang dibutuhkan oleh tubuh agar berfungsi dengan baik. Fungsi utama dari omega 6 adalah menyediakan energi untuk tubuh. Salah satu jenis omega 6 yang paling umum adalah Arachidonic acid (AA), yang berguna menghasilkan bahan kimia eicosanoid, sama seperti EPA.

Namun, eicosanoid yang diproduksi AA lebih banyak berfungsi untuk membantu melawan peradangan tubuh. Ini membuat AA penting bagi sistem imun tubuh. 

Manfaat Konsumsi Makanan Mengandung Omega 3 dan 6

Konsumsi makanan yang mengandung omega 3 dan 6 berpengaruh pada tumbuh kembang anak, terutama pada perkembangan otaknya. 

Riset menunjukkan bahwa rendahnya asupan DHA pada ibu hamil dan menyusui menunjukkan peningkatan gangguan perkembangan saraf anak. Pada studi lain, suplementasi DHA menurunkan risiko gangguan perkembangan penglihatan dan saraf anak. Inilah mengapa suplementasi omega 3 sudah diberikan sejak masa kehamilan. 

Tapi, bukan hanya omega 3 saja yang penting bagi perkembangan otak anak. Suplementasi omega 3 dan 6 terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan kemampuan membaca pada anak sekolah.  Tapi, manfaat omega 3 dan 6 bukan hanya sebatas itu. Lebih jelasnya, berikut beberapa manfaat omega 3 dan 6 untuk tubuh.

Baca Juga: Nutrisi Otak Anak 1 Tahun agar Cerdas

Manfaat omega 3

Mendukung perkembangan membran sel pada otak anak, sehingga anak mudah menangkap berbagai hal di sekitarnya

Menunjang daya ingat

Melancarkan peredaran darah dalam tubuh, sehingga menunjang kesehatan jantung anak

Mempertajam penglihatan dan meningkatkan kesehatan mata

Melancarkan mekanisme pencernaan

Anti inflamasi atau anti peradangan

Meningkatkan stamina tubuh

Baik untuk kesehatan kulit. 

Manfaat omega 6

  • Menekan kadar kolesterol dalam darah yang bermanfaat terhadap perkembangan jantung anak

  • Dapat mencegah terjadinya penyempitan pembuluh darah yang dapat menunjang kesehatan sistem peredaran darah dan sirkulasi oksigen dalam sistem pernapasan anak

  • Mengatur kadar gula dalam darah

  • Menunjang perkembangan sistem saraf.

Makanan yang Mengandung Omega 3 dan 6

Seperti yang disebutkan di atas, sejak dalam kandungan Si Buah Hati telah membutuhkan asupan omga 3 dan 6. Namun, kebutuhan omega 3 dan 6 tidak hanya berhenti sampai 1000 hari pertama kehidupannya tapi terus hingga dewasa.

Tentunya, asupan omega 3 dan 6 tidak boleh bergantung pada suplementasi. Untuk itu, yuk ketahui beberapa makanan yang memiliki kandungan omega 3 dan 6 berikut ini.

Bunda, kandungan omega 3 pada makanan bisa didapatkan melalui konsumsi seafood dan ikan yang mengandung lemak seperti salmon, mackerel, anchovies, sarden, dan trout. Selain itu, makanan seperti telur dan daging juga mengandung omega 3.

Sementara itu, asam lemak omega 6 bisa didapatkan melalui konsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, daging, dan ayam. 

Kebutuhan Harian Omega 3 dan 6 Anak

Asupan omega-3 dan omega 6 yang perlu dicukupi dalam sehari berbeda-beda sesuai dengan usia.

  • Anak usia 1 tahun memiliki kebutuhan omega 3 sekitar 0,5 gram dan omega 6 4,4 gram setiap harinya.

  • Anak usia 1-3 tahun memiliki kebutuhan omega 3 sekitar 0,7 gram dan omega 6 7 gram setiap harinya.

  • Anak usia 4-9 tahun memiliki kebutuhan omega 3 sekitar 0,9 gram dan omega 6 10 gram setiap harinya.

  • Anak usia 10-12 tahun memiliki kebutuhan omega 3 sekitar 1,2 gram dan omega 6 12 gram setiap harinya. 

Bunda, untuk mendukung kemampuan belajarnya, bantu lengkapi nutrisi si buah hati dengan memberikan makanan yang bergizi, salah satunya dengan memberikan DANCOW 3+. DANCOW 3+ Imunutri tinggi vitamin A, C, E, dan zink, tinggi kalsium, protein, vitamin D, serta DHA, zat besi, dan Omega 3 & 6.   

Dengan asupan gizi yang tercukupi, Bunda dapat mendukung tumbuh kembang Si Buah Hati dengan optimal.

Image Article
Buah Hati Siap Belajar dengan Makanan Mengandung Omega 3 dan 6
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Meningkatkan Sistem Imun pada Bayi

Published date

Sistem imun adalah sistem kekebalan yang melindungi tubuh dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh benda asing atau pathogen diantaranya bakteri, virus, jamur, maupun racun. 

Bayi yang baru lahir memiliki sistem imun yang belum berkembang sempurna. Karena itu, bayi baru lahir mempunyai potensi risiko lebih besar untuk terkena infeksi berbagai penyakit. Namun, seiring bertambahnya usia Si Buah Hati, sistem imun mereka terus semakin kuat untuk melawan infeksi kuman yang menyebabkan penyakit. 

Sistem imun bayi mulai matang saat berusia 1 tahun. Karenanya, sebelum usia itu, Bunda bisa mencari cara meningkatkan sistem imun pada bayi agar Si Buah Hati tidak terinfeksi penyakit. Salah satu caranya dengan menyusui Si Buah Hati sejak hari pertama kelahirannya. 

6 Cara Meningkatkan Sistem Imun pada Bayi

Ada beberapa cara meningkatkan sistem imun pada bayi yang bisa Bunda lakukan di rumah. Berikut penjelasannya.

1 .Memberikan ASI eksklusif

Menyusui atau memberi air susu ibu (ASI) sejak hari pertama kelahiran Si Buah Hati adalah cara paling efektif untuk meningkatkan sistem imun pada bayi. Tapi, mengapa ASI sangat penting bagi sistem imun bayi? Ini dikarenakan ASI (Air Susu Ibu) mengandung antibodi dan faktor protektif misalnya IgA, IgG yang bisa memperkuat sistem imun bayi. 

Pada ASI Pertama misalnya, mengandung kolostrum yang terkonsentrasi dengan nutrisi dan antibodi untuk melawan dan melindungi Si Buah Hati dari infeksi penyakit. Kolostrum memberikan kekebalan yang unik dan kuat bagi tubuh bayi. 

ASI memiliki kandungan antibodi yang penting dalam pemusnahan kuman dan menjadi perlindungan pertama pada saluran cerna bayi. 

2. Memberikan waktu tidur yang cukup dan berkualitas

Sistem imun pada bayi dan anak juga bisa ditingkatkan dengan memberikan waktu tidur yang cukup dan berkualitas. Tidur dibutuhkan oleh tubuh untuk kembali segar dan mengisi ulang energi. Kebutuhan tidur bayi dan anak-anak berbeda-beda sesuai usianya. 

Secara umum, waktu tidur yang dibutuhkan oleh bayi sesuai usia sebagai berikut: 

  • Bayi usia 0 sampai 3 bulan membutuhkan 14 hingga 17 jam tidur

  • Bayi 4 sampai 12 bulan membutuhkan 12-16 jam tidur

  • Anak-anak usia 1 sampai 2 tahun membutuhkan 11-14 jam tidur

  • Anak-anak usia 3 sampai 5 tahun membutuhkan 10-13 jam tidur

  • Anak-anak usia 6 sampai 12 tahun membutuhkan 9-12 jam tidur.

Kurangnya waktu tidur membatasi kemampuan tubuh memproduksi protein yang disebut sitokin, yang membantu melawan infeksi dan mengurangi peradangan.

Baca Juga: Mengapa Harus Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Anak? Simak di Sini!

3. Menjaga kebersihan 

Cara terbaik menjaga sistem kekebalan tubuh bayi dilakukan dengan mengambil langkah-langkah untuk tetap sehat, seperti menjaga kebersihan.

Sistem imun pada bayi masih lemah, untuk itu sangat penting menjaga kebersihannya. Sebelum menyentuh bayi, Bunda harus memastikan tangan dalam kondisi bersih. Mencuci tangan dengan air hangat dan sabun minimal 20 detik bisa menghilangkan bakteri dan virus, serta mengurangi kemungkinan infeksi paru-paru hingga 45 persen. Bunda juga wajib menjaga bayi dari orang-orang sakit di lingkungan sekitar, menerapkan etika bersin dan batuk, serta mengenakan masker jika diperlukan.

4. Mencukupi kebutuhan vitamin D

Vitamin D bisa meningkatkan sistem kekebalan bawaan tubuh terhadap patogen, baik bakteri maupun virus. Vitamin D akan menekan respons imun inflamasi yang mendasari autoimunitas dan mengatur respons alergi.

Kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan peningkatan angka infeksi, autoimunitas, dan alergi.

Cara meningkatkan sistem imun pada bayi dengan memenuhi kebutuhan vitamin D secara alami bisa dilakukan dengan menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi. 

5. Memberikan imunisasi

Imunisasi menjadi salah satu cara meningkatkan sistem imun bayi, karena bertujuan untuk membentuk kekebalan tubuh agar tidak mudah terinfeksi virus penyebab penyakit. 

Bunda bisa memberikan imunisasi sesuai jadwal vaksinasi yang telah ditetapkan. Imunisasi yang diberikan untuk mencegah berbagai penyakit seperti campak, gondongan, cacar air, rotavirus, flu, dan infeksi lainnya. 

6. Hindari paparan asap rokok

Hal yang tidak kalah penting saat berusaha meningkatkan sistem imun Si Buah Hati adalah menghindari paparan asap rokok.

Paparan asap rokok bisa meningkatkan risiko anak terkena infeksi pneumonia, salah satu jenis gangguan pada sistem pernapasan.  Pneumonia membuat paru-paru mengalami peradangan dan infeksi, yang diawali dengan infeksi saluran pernapasan atas seperti hidung dan tenggorokan.

Infeksi tersebut akan terus berlanjut menuju paru-paru, menyebabkan penumpukan cairan yang membuat aliran udara dalam paru-paru tersumbat. Saat paru-paru tersumbat, nafas anak akan menjadi semakin berat hingga mengalami kesulitan bernapas.

Itulah tadi 6 cara meningkatkan sistem imun pada bayi yang bisa Bunda lakukan di rumah. Semoga informasi ini bisa membantu ya, Bunda!

Image Article
Cara Meningkatkan Sistem Imun pada Bayi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Simak Olahraga yang Aman untuk Ibu Hamil Trimester 2 di Sini!

Published date

Olahraga penting dilakukan semua orang, termasuk ibu hamil yang saat ini sudah masuk trimester 2. Selain menjaga berat badan, olahraga ibu hamil trimester 2 juga membantu mempersiapkan tubuh untuk persalinan nanti. 

Penelitian menunjukkan bahwa olahraga pada masa kehamilan punya berbagai manfaat penting seperti mengurangi risiko operasi caesar, menjaga berat badan Bunda dan janin tetap sehat, mencegah diabetes gestasional, mencegah preeklampsia, dan mencegah depresi perinatal. 

Dalam artikel ini, akan dibahas manfaat olahraga untuk ibu hamil dan jenis olahraga yang aman untuk ibu hamil trimester 2 dan apa yang harus dihindari. Berikut penjelasannya.

Manfaat Olahraga bagi Ibu Hamil Trimester 2

Ada banyak manfaat kesehatan bagi Bunda yang olahraga saat hamil. Mulai dari mengendalikan berat badan, memperbaiki suasana hati, dan menjaga kebugaran. Olahraga teratur saat hamil juga dapat menurunkan risiko komplikasi seperti hipertensi dan preekampsia. 

Saat bunda rutin berolahraga selama hamil, ini akan berdampak pada kemampuan pendengaran, penglihatan, serta motorik Si Buah Hati agar pertumbuhannya kelak menjadi maksimal. 

Meski punya banyak manfaat kesehatan, Bunda perlu berkonsultasi dengan dokter kandungan mengenai jenis dan intensitas olahraga yang bisa dilakukan saat hamil. Terutama jika Bunda memiliki sejumlah kondisi kesehatan tertentu. 

Olahraga Ibu Hamil Trimester 2 yang Aman Dilakukan

Tahukah Bunda, ada banyak olahraga untuk ibu hamil trimester 2 yang bisa dilakukan, selama Bunda dan janin dalam kondisi sehat. Salah satu hal yang penting diingat dalam berolahraga saat hamil adalah hindari aktivitas yang bisa membuat Bunda terjatuh.

Misalnya pada saat trimester 1 mungkin Bunda masih dapat bersepeda dengan aman. Namun dengan kondisi perut yang semakin besar saat trimester 2 ini, tentu bersepeda keliling lingkungan rumah bisa berisiko.

Berikut beberapa olahraga yang aman untuk ibu hamil trimester 2:

1. Berjalan kaki

Jalan kaki adalah jenis olahraga yang baik untuk ibu hamil trimester 2. Olahraga ini juga cocok dilakukan bagi ibu hamil yang belum pernah berolahraga sebelumnya.

2. Renang

Renang adalah olahraga yang sangat baik saat hamil karena air membantu menopang peningkatan berat badan Bunda.

3. Berlari

Berlari saat hamil boleh-boleh saja selama Bunda sudah sering melakukannya sebelumnya. Namun jika Bunda baru dalam olahraga lari, ini bukan ide bagus untuk memulainya.

4. Yoga prenatal

Yoga prenatal adalah olahraga ibu hamil trimester 2 yang dapat membantu Bunda rileks dan meredakan ketegangan tubuh dengan teknik peregangan dan pernapasan yang lembut.

5. Latihan dasar panggul dan perut

Jenis olahraga ini sangat penting selama kehamilan. Ada banyak manfaat dari olahraga ini, termasuk memperkuat otot dan persendian Anda. Namun, Bunda harus menghindari sit-up (terutama setelah 16 minggu). 

Bunda harus berhenti berolahraga jika merasa mual, merasa dehidrasi, atau mengalami keputihan, pendarahan, dan nyeri di area perut atau panggul.  Siapkan juga banyak air putih saat berolahraga ya, Bunda. 

Olahraga yang Harus Dihindari Ibu Hamil

Olahraga tertentu aman dilakukan untuk ibu hamil trimester dua. Namun, ada beberapa olahraga yang harus dihindari Bunda selama kehamilan, yakni:

  • Aktivitas yang lebih berisiko jatuh

  • Olahraga yang dapat menyebabkan trauma perut, termasuk aktivitas dengan gerakan perubahan arah yang cepat, olahraga yang melakukan kontak seperti judo

  • Aktivitas yang memerlukan lompatan

  • Melompat sambil melakukan peregangan

  • Gerakan memutar pinggang sambil berdiri

  • Berolahragalah cuaca panas dan lembap

  • Menahan napas untuk waktu yang lama

  • Berolahraga sampai kelelahan 

  • Berbaring dalam waktu lama terutama setelah 16 minggu, karena berat janin akan menekan pembuluh darah utama yang membawa darah kembali ke jantung. Ini bisa membuat Bunda pingsan.

Baca Juga: Apa Manfaat Minyak Ikan untuk Ibu Hamil? Simak di Sini!

Tips Olahraga Saat Hamil

Seiring perut yang semakin besar, pastikan untuk jangan sampai kelelahan. Salah satu tanda Bunda kelelahan saat berolahraga adalah tidak bisa lagi berbicara saat sedang olahraga, atau sesak napas saat berbicara. Selain itu, jika Bunda tidak aktif berolahraga sebelum hamil, jangan tiba-tiba berolahraga berat.

Berikut tips olahraga saat hamil:

  • Lakukan pemanasan sebelum olahraga dan pendinginan setelah selesai olahraga

  • Coba untuk tetap aktif saat hamil, seperti berjalan kaki selama 30 menit setiap hari

  • Hindari olahraga berat di cuaca panas

  • Minum banyak air

  • Jika Bunda mengikuti kelas olahraga, pastikan guru Anda memiliki kualifikasi yang tepat dan mengetahui bahwa Bunda hamil serta berapa usia kehamilan Bunda

  • Hindari olahraga yang bisa berisiko terjatuh seperti bersepeda atau menunggang kuda. Jika Bunda jatuh, itu akan berakibat buruk untuk janin. 

Itulah tadi beberapa tips olahraga ibu hamil trimester 2 yang aman dilakukan. Jadi, tetap aktif bergerak ya Bunda!

Image Article
Simak Olahraga yang Aman untuk Ibu Hamil Trimester 2 di Sini!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Arti Bahasa Tubuh Bayi dan Cara Memahaminya

Published date

Memahami arti bahasa tubuh bayi bisa membantu Bunda mengetahui perasaan mereka dan apa yang mereka butuhkan. Bahasa tubuh bayi memberi Bunda isyarat penting tentang apakah Si Buah Hati lelah, lapar, terjaga dan siap bermain, membutuhkan istirahat, atau sakit.

Bayi berkomunikasi dengan orangtua menggunakan bahasa tubuh, kontak mata, serta suara dan sentuhan vokal. Jika kita, sebagai orang tua, peka terhadap bayi kita, dan merespons berbagai isyarat yang diberikan bayi dengan penuh kasih sayang, hal ini akan membantu mereka untuk tumbuh menjadi anak percaya diri, berkembang dan memenuhi potensi mereka dengan baik.

Apa Itu Basa Tubuh Bayi?

Bayi belajar berbicara dalam dua tahun pertama kehidupannya, dan dalam jangka waktu ini berbagai macam tahapan perkembangan akan dilalui yang berkontribusi pada keterampilan yang dibutuhkan untuk berkomunikasi.1 Sebelum mereka mampu mengucapkan kata-kata pertama, mereka menggunakan suara dan gerakan tubuh mereka untuk berkomunikasi. Suara dan gerakan ini disebut isyarat bayi atau bahasa tubuh bayi.

Isyarat bayi ini ada untuk menarik perhatian, memberikan informasi dan memberikan pesan kepada orang lain. Fungsi bahasa tubuh bayi adalah memberitahu Bunda apa yang disukai bayi dan apa yang tidak disukai mereka.

Sebelum mereka bisa berbicara, bayi mengomunikasikan kebutuhannya tidak hanya dengan menangis. Mereka juga mengekspresikan kebutuhan dan keinginannya melalui berbagai isyarat sejak lahir, termasuk gerak tubuh, gerakan, ekspresi wajah, dan suara. Peka terhadap isyarat mereka dan merespons dengan cepat dan tepat membuat proses mengasuh anak menjadi lebih mudah. Hal ini juga membantu membangun bonding antara Bunda dan Si Buah Hati.

Arti Bahasa Tubuh Bayi

Bayi memiliki cara yang unik untuk berkomunikasi dengan Bunda menggunakan tanda atau perilaku berbeda yang mengungkapkan perasaan mereka. Berikut arti bahasa tubuh bayi yang bisa Bunda gunakan untuk mengetahui apa yang ingin mereka katakan:

 

1. Ekspresi Wajah       
 

Jauh sebelum suara terdengar dan senyuman dimulai, bayi mengubah ekspresi wajahnya untuk memberi tahu Bunda apa yang mereka pikirkan. Saat alis Si Buah Hati terangkat, hal itu menunjukan “saya tidak yakin”. Jika alis mereka didorong ke bawah, hal itu menunjukan bahwa mereka sedang marah.

Jika bayi Anda memalingkan muka dari Anda, mereka mungkin berkata: "Beri saya waktu istirahat", jadi beri mereka sedikit waktu dan sering kali mereka akan kembali siap untuk bermain lagi.

Terkadang bayi akan menghentikan aktivitasnya dan menatap Bunda atau mainan. Ini berarti mereka memikirkan apa yang Bunda lakukan atau apakah mereka menyukai mainan tersebut. Lakukan hal yang sama lagi atau tunjukkan mainan itu lagi, untuk memberi mereka kesempatan menentukan bagaimana perasaannya.1 Jika bayi menghindari kontak mata, itu berarti ia terlalu terstimulasi. Jika mata mereka sulit fokus, itu mungkin berarti sudah waktunya untuk tidur siang.

 

2. Pergerakan Tangan dan Kaki       
 

Makna bahasa tubuh pada bayi juga bisa dilihat melalui gerakan tangan dan kakinya. Bayi yang baru lahir mungkin juga menggerakkan lengan dan kakinya untuk memberitahu Anda, "Bagus sekali!", "Aku mendengarkanmu", atau "Lihat aku!". Bayi akan melakukan gerakan tangan melambai pelan ketika merasa gembira. Jika merasa kesal, bayi sering melakukan gerakan tersentak-sentak.    

Baca Juga : Cara Optimalkan Kecerdasan  Bahasa Anak 

 

3. Suara dan Tangisan       
 

Kebanyakan bayi menangis karena mereka merasa lapar dan mengantuk. Beberapa bayi menangis karena perutnya kembung akibat makan berlebihan.1 Terkadang mereka menangis karena membutuhkan perubahan pemandangan atau kenyamanan, atau karena mereka ingin tahu bahwa Bunda bersama mereka.

Bayi juga bisa menangis saat popok mereka kotor, merasa sakit atau tidak enak badan, dan ingin dipeluk agar merasa aman dan nyaman. Saat mengeluarkan suara cegukan, menguap, dan bersin, hal itu bisa menandakan bahwa Si Buah Hati sedang stres karena terlalu banyak mendapatkan stimulasi.

 

4. Kontak Mata

       
Ketika bayi melakukan kontak mata dengan bunda atau menunjukan tatapan yang lebar dan berbinar, hal itu bisa menunjukan jika mereka ingin bermain. Saat si Buah Hati justru melihat jauh dan tidak melakukan kontak mata dengan Bunda, hal itu bisa menunjukan jika mereka sedang lelah atau tanda bahwa mereka ingin tidur siang.

 

5. Postur Tubuh

Postur tubuh juga bisa menunjukan apa yang ingin bayi katakan. Saat merasa tidak nyaman, bayi biasanya menunjukan postur tubuh meringkuk. Meringkuk atau punggung yang melengkung juga bisa jadi tanda bahwa ia lapar, frustrasi, atau kesakitan. 

Nah, itu dia arti bahasa tubuh bayi. Memahami bahasa tubuh bayi akan membantu Bunda membangun interaksi yang kuat dengan Si Buah Hati.

Image Article
Arti Bahasa Tubuh Bayi dan Cara Memahaminya
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off