Stimulasi Dukung Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Published date

Proses tumbuh kembang anak yang berjalan optimal adalah dambaan setiap orangtua. Tak hanya perkembangan kognitif dan motorik, perkembangan sosial emosional pun perlu diperhatikan sejak dini. Hal ini karena proses tersebut bakal menjadi bekal penting bagi kehidupan Si Buah Hati nanti.

Perkembangan sosial emosional anak usia dini tak hanya soal mengatur emosi dalam diri anak, melainkan juga melatih karakter yang baik. Sejumlah riset menyebutkan anak dengan bekal sosial emosional lebih sukses dalam bidang akademik. Oleh karena itu, pola asuh yang tepat perlu Bunda terapkan sejak awal. Berikut pentingnya memahami perkembangan sosial emosional anak usia dini serta cara menstimulasinya.

Definisi Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Perkembangan sosial emosional merupakan perkembangan tingkah laku, yang mana seseorang diminta  mengikuti atau menyesuaikan diri dengan aturan yang ada di lingkungan masyarakat. Perkembangan sosial emosional pada anak usia dini dapat diartikan bagaimana anak mampu berinteraksi dengan teman sebaya,orang dewasa atau orang tua, dan masyarakat yang ada di sekitarnya.

Dalam hal ini, perkembangan sosial emosional anak usia dini merupakan kemampuan anak untuk mengelola dan mengekspresikan emosi baik positif maupun negatif. Perkembangan sosial emosional adalah proses di mana anak belajar beradaptasi untuk memahami situasi dan emosi dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya, mendengarkan, mengamati serta meniru apa yang mereka lihat.

Mengapa Memahami Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Penting?

Sebagai orangtua, penting halnya memahami aspek perkembangan sosial emosional anak usia dini. Hal ini agar anak dapat belajar mengenali diri hingga kemudian berinteraksi dengan orang lain. Proses belajar ini akan memengaruhi empati, kepercayaan diri dan kemampuan anak untuk menjalin relasi pertemanan maupun persahabatan serta hubungan positif dengan lingkungan sekitar. 

Bunda juga perlu memahami bahwa proses perkembangan aspek ini juga akan memengaruhi perkembangan lain seperti kognitif, motorik hingga bahasa. Oleh karena itu, bimbingan dan motivasi orangtua penting agar anak memiliki keyakinan mampu melakukan kegiatan yang berhubungan dengan sosial emosionalnya. 

Pada usia dini yakni rentang 0-6 tahun, pendampingan sangat penting mengingat masa tersebut merupakan masa keemasan dalam pertumbuhan. Dengan demikian, Bunda perlu menanamkan hal-hal positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. 

Baca Juga: Stimulasi Baca Anak Usia 3 Tahun

Cara Stimulasi Sosial Emosional Anak Usia Dini

Usia  0 sampai 3 tahun merupakan usia emas bagi tumbuh kembang anak. Di usia itu, anak bak kertas putih yang akan menyerap segala informasi yang mereka lihat maupun dengar. Selain periode emas, rentang usia itu juga menjadi periode kritis bagi otak anak. Oleh karena itu, butuh stimulasi optimal untuk tumbuh kembang anak. Berikut cara menstimulasi perkembangan sosial emosional anak usia dini.

1. Ciptakan Kedekatan Emosional

Kedekatan emosional antara ibu dan anak harus dijalin sejak Si Buah Hati berusia bayi. Kesempatan awal untuk menciptakan bonding-attachment yang kuat antara ibu dan bayi adalah melalui inisiasi menyusu dini ketika bayi baru lahir. Proses ini secara tidak langsung akan memacu aspek sosial emosional anak dalam tahap awal kehidupan.

2. Belajar Atur Diri Sendiri

Mengajari anak-anak cara mengatur diri sendiri di tahun-tahun awal membantu mereka memahami dan mengendalikan emosi, fokus belajar, dan mengelola stres. Mengajari anak berkesadaran diri juga akan membantu mereka mengembangkan kemampuan sosial emosional yang kuat.

3. Beri Contoh Positif

Anak merupakan peniru yang paling mahir. Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk memberikan contoh yang baik. Untuk mengembangkan aspek sosial emosional, Bunda bisa mencontohkan kebiasaan berbagi, interaksi ramah dengan orang lain hingga tak segan mengucapkan “terima kasih” dan “maaf”.

4. Bangun Iklim Demokratis di Rumah

Alih-alih mendikte, trangtua perlu mempraktikkan pola asuh yang demokratis sehingga anak tak segan untuk mengutarakan pendapat maupun sisi emosional mereka. Membangun iklim demokratis juga penting bagi anak agar merasa nyaman saat mengenali diri.

5. Belajar Berempati

Bunda dapat membiasakan anak untuk saling memikirkan perasaan orang lain di sekitarnya. Perbincangan dari hati ke hati dapat mengasah sisi sosial emosional anak. Selain belajar berempati, Bunda juga perlu memvalidasi atau mengakui perasaan anak.

6. Latihan Mengelola Konflik

Situasi konflik dapat melahirkan stres, demikian juga sebaliknya. Meski demikian, konflik bukanlah suatu hal yang harus selalu dihindari. Hadirnya konflik justru akan mengasah kemampuan anak untuk menyelesaikannya.

Proses berkompromi, negosiasi hingga pengambilan keputusan bakal dipelajari Si Buah Hati saat mengelola konflik. Proses ini dapat menstimulasi perkembangan sosial emosional anak sejak dini.

Itu dia cara mengenal stimulasi untuk mendukung perkembangan sosial emosional anak usia dini.  Bunda juga bisa mendukung pertumbuhan dan perkembangan Si Buah Hati dengan memberikan nutrisi yang dibutuhkannya, salah satunya susu pertumbuhan. DANCOW 1+ Imunutri adalah susu pertumbuhan yang diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 1-3 tahun, tinggi akan Vitamin A, C, E, Selenium, Zink, Tembaga, tinggi Kalsium, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi.

Mengingat pentingnya aspek sosial emosional dalam perkembangan anak, selalu dampingi mereka untuk masa depan lebih baik ya Bunda! 

Image Article
Stimulasi Dukung Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Simak Tips Stimulasi Anak Speech Delay Berikut Ini

Published date

Tahukah Bunda bahwa Si Buah Hati dapat berkomunikasi dengan orang dewasa tanpa mengucapkan sepatah kata? Yap, bayi bisa tersenyum, menangis, dan merespons sesuatu untuk menyampaikan kebutuhannya.

Meski dapat berkomunikasi tanpa kata, tidak jarang ada anak yang memerlukan sedikit bantuan ekstra untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya. Biasanya anak-anak yang sedang berkembang mungkin mengalami kesulitan dengan beberapa suara, kata, dan kalimat saat mereka belajar.Mari kita simak apa itu speech delay, gejala yang harus diwaspadai, hingga tips stimulasi anak speech delay.

Apa Itu Speech Delay?

Speech delay adalah kondisi ketika anak mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan berbicara sesuai dengan perkembangan usianya.  Penyebutan speech delay disematkan pada anak-anak berusia 2 hingga 3 tahun dengan kosakata kurang dari 30 kata pada usia 24 bulan dan kurang dari 3/5 ekspresi struktural pada usia 30 bulan.

Speech delay perlu ditanggulangi karena dapat membuat Si Buah Hati tertinggal dari teman-temannya yang normal.  Tak hanya dalam hal perkembangan kosa kata, panjang kalimat, perubahan nada, dan kemampuan membaca, anak dengan speech delay dapat mengalami masalah komunikasi verbal dan interpersonal serta kesulitan kognitif, literasi, berhitung, dan perilaku.

Gejala Keterlambatan Bicara pada Anak

Bunda, speech delay pada anak memiliki beberapa gejala yang perlu diperhatikan sehingga bisa diintervensi sejak dini. Sebab, speech delay dapat menimbulkan perilaku negatif, misalnya anak jadi tidak bisa mengekspresikan diri. 

Sebelum mencari tahu tips stimulasi anak speech delay, berikut gejala keterlambatan bicara yang perlu Bunda ketahui dan waspadai berdasarkan usia.

Usia 12 bulan

  • Tidak mengatakan "mama" atau "papa".

  • Tidak menggunakan isyarat, seperti melambai, menggelengkan kepala, atau menunjuk.

  • Tidak mengerti dan merespons kata-kata, seperti “tidak” dan namanya

  • Tidak menunjukkan ketertarikan pada hal-hal menarik, seperti burung atau pesawat

  • Tidak mengatakan setidaknya satu kata dan tidak mengoceh seperti sedang berbicara.

Usia 18 bulan

  • Tidak menunjuk pada bagian tubuh ketika ditanya

  • Tidak berkomunikasi dengan orangtua ketika membutuhkan bantuan 

  • Tidak menolong saat diminta.

Usia 24 bulan

  • Tidak dapat mengikuti petunjuk sederhana dan satu langkah

  • Tidak tahu setidaknya 50 kata

  • Tidak bermain peran dengan mainannya, seperti membuat suara mobil dengan mobil mainannya

  • Tidak dapat mengucapkan kalimat dengan dua kata

  • Hanya bisa meniru tindakan atau perkataan orang lain, bukan menghasilkan ucapannya sendiri.

Usia 30 bulan

  • Tidak menggunakan kalimat sederhana yang terdiri dari dua hingga empat kata

  • Tidak dapat menggunakan kata ganti apa pun

  • Tidak mengajukan pertanyaan sederhana

  • Tidak dapat dipahami siapa pun di keluarga.

Usia 3 tahun

  • Tidak bisa menyusun frasa pendek

  • Tidak bisa menceritakan kisah sederhana

  • Memiliki sedikit minat untuk dibacakan atau melihat buku

  • Tidak mengetahui fungsi benda-benda rumah tangga pada umumnya, seperti sikat gigi.

Usia 4 tahun

  • Belum menguasai sebagian besar konsonan tunggal

  • Tidak dapat menjawab pertanyaan "mengapa"

  • Tidak memahami konsep "sama" dan "berbeda"

  • Tidak memahami istilah spasial, “di bawah” atau “di samping”.

Baca Juga: Cara Stimulasi agar Anak Cepat Bicara

Tips Stimulasi Anak Speech Delay 

Jika Si Buah Hati menunjukkan gejala speech delay, Bunda tidak perlu khawatir. Berikut berbagai cara stimulasi anak speech delay untuk membantu merangsang kemampuan berbicara anak. 

1. Berkomunikasi Aktif dengan Anak

Bunda dapat mengajak Si Buah Hati berbicara setiap hari. Gunakan kalimat yang sederhana dan jelas, kemudian beri dia waktu untuk merespons. Berbicara dengan sederhana dapat membantu anak-anak memahami perkataan orangtua dan memudahkan mereka untuk menyalin ketika mereka sudah siap. Cara ini juga dapat membuat Si Buah Hati merasa didengar dan lebih termotivasi untuk berbicara.

2. Baca Cerita Bersama

Bacalah cerita bersama-sama, tunjukkan gambar-gambarnya, dan ajak Si Buah Hati berbicara tentang cerita tersebut. Ini tidak hanya merangsang imajinasi, tetapi juga membantu meningkatkan kosakata anak dan memahami cara membentuk suara untuk menghasilkan kata dan maknanya. Hal tersebut dapat membangun keterampilan bahasa dan keterampilan literasi anak.

3. Permainan Kata dan Suara

Stimulasi untuk anak speech delay berikutnya adalah mengajak Si Buah Hati bermain dengan melibatkan kata dan suara, seperti tebak kata atau menyanyikan lagu-lagu anak. Selain membantu meningkatkan kemampuan berbicara anak, kegiatan ini juga bisa menjadi momen menyenangkan bagi Bunda dan Si Buah Hati.

4. Terapi Bicara Profesional

Bunda dapat mencari bantuan dari terapis profesional jika merasa perlu. Terapi bertujuan mengajarkan strategi kepada anak-anak untuk memahami bahasa lisan dan menghasilkan perilaku komunikatif yang sesuai.

Terapi bicara juga dapat membantu orangtua mempelajari cara-cara untuk mendorong keterampilan komunikasi anak-anak. Bunda, setiap anak unik dan berkembang dengan cara dan waktunya masing-masing sendiri. Tidak perlu membandingkan-bandingkan perkembangan Si Buah Hati dengan anak lain. 

Dengan memberikan cinta, dukungan, dan stimulasi yang tepat, Bunda dapat membantu Si Buah Hati mengatasi speech delay dan mengoptimalkan potensinya. Bunda juga bisa lengkapi gizi hariannya dengan memberikan DANCOW 1+ Imunutri, susu pertumbuhan untuk anak usia 1 – 3 tahun, dengan 0 gram sukrosa, mengandung vitamin A, C, E, zink, tembaga, selenium, DHA, Omega-3, Omega-6, zat besi, kalsium, vitamin D, dan protein untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.  Kandungan DHA dan zat besi pada Dancow dapat membantu asupan nutrisi untuk perkembangan otak anak selama proses belajar nya

Semoga tips dan stimulasi anak speech delay di atas dapat membantu Bunda mendukung perkembangan berbicara Si Buah Hati. 

Image Article
Bunda, Simak Tips Stimulasi Anak Speech Delay Berikut Ini
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Seberapa Penting Kalsium untuk Ibu Hamil? Ini Penjelasannya!

Published date

Kalsium adalah salah satu zat gizi penting untuk menjaga kesehatan ibu hamil dan janin dalam kandungan. Inilah mengapa dokter kandungan selalu meresepkan kalsium untuk ibu hamil sebagai suplemen wajib untuk dikonsumsi.

Tapi, apakah Bunda sudah tahu, apa saja manfaat kalsium untuk ibu hamil, sehingga zat gizi ini sampai diwanti-wanti agar dicukupi sepanjang kehamilan?

Manfaat Kalisum untuk Ibu Hamil

Perlu Bunda ketahui, manfaat dari kalsium untuk ibu hamil utamanya untuk mencegah komplikasi kehamilan, khususnya menurunkan risiko hipertensi yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin. Berikut penjelasannya:

Mencegah preeklampsia

Kalsium sangat terkait dengan hipertensi saat hamil, faktor penyebab preeklampsia atau kondisi ketika tekanan darah tinggi ibu hamil tidak terkontrol.  Pasalnya, kekurangan kalsium saat hamil dapat merangsang pengeluaran hormon paratiroid, yang membuat kalsium di sel-sel otot berlebihan dan otot menjadi lebih tegang.

Selain itu, kondisi di atas juga dapat membuat ginjal lebih aktif mengeluarkan renin. Hal itu bisa membuat cairan susah dikeluarkan dari tubuh, tekanan darah naik, dan bumil mengalami preeklampsia. Nah, komplikasi kehamilan preeklampsia bisa meningkatkan risiko kerusakan organ sampai kematian pada bumil. 

Menurunkan risiko bayi lahir prematur

Kekurangan kalsium saat hamil juga dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur pada bayi dalam kandungan. Kalsium dapat mengontrol pelepasan hormon paratiroid dan kalsium intraseluler, sehingga kontraksi otot polos rahim dapat dikendalikan. Dengan begitu, kelahiran prematur dapat dicegah.

Untuk Bunda ketahui, bayi lahir prematur berisiko meninggal atau hidup tapi mengalami disabilitas seperti gangguan belajar, punya kelainan penglihatan, atau pendengaran. Mengingat pentingnya manfaat dari kalsium untuk ibu hamil, Bunda sebaiknya mencukupi kebutuhan zat gizi ini setiap hari sepanjang mengandung buah hatinya. 

Kebutuhan Harian Kalsium untuk Ibu Hamil

Bunda, kalsium adalah mineral paling banyak di tubuh dan penting untuk berbagai proses tubuh, termasuk pembentukan tulang, kontraksi otot, sampai menunjang fungsi enzim dan hormon. 6Nah, kekurangan kalsium saat hamil dapat menyebabkan berbagai risiko kesehatan bumil, seperti tulang jadi rapuh, tangan dan kaki gemetaran, sensasi kesemutan di tubuh, kram otot, atau kejang.

Selain itu, Si Buah Hati di dalam kandungan bisa mengalami keterlambatan tumbuh kembang, bayi lahir dengan berat badan rendah, atau perkembangan mineral di dalam tubuhnya kurang baik. 6Di sisi lain, kelebihan kalsium saat hamil juga bisa berdampak buruk untuk kesehatan, seperti meningkatkan risiko kencing batu, infeksi saluran kencing, serta menghambat penyerapan mikronutrien penting lainnya.

Jadi, pastikan ibu hamil mencukupi kebutuhan zat gizi ini. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyebutkan, kebutuhan kalsium harian untuk ibu hamil sebanyak 1.200 miligram.

Senada dengan WHO, Kementerian Kesehatan di Indonesia juga menyarankan, ibu hamil perlu menambah asupan kalsiumnya menjadi 1.200 miligram per hari atau 200 miligram lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil. 

Baca Juga: Kenapa Anak Susah Disapih? Yuk, Simak di Sini!

Jenis Makanan yang Mengandung Kalsium dan Baik untuk Ibu Hamil

Ada banyak cara memenuhi kebutuhan kalsium untuk ibu hamil yang bisa dilakukan sehari-hari. Salah satunya dengan mengonsumsi makanan kalsium untuk ibu hamil. Berikut ini beberapa makanan sumber kalsium untuk ibu hamil yang baik dikonsumsi:

  • Sawi

  • Brokoli

  • Kubis

  • Kedelai hijau

  • Bok choy

  • Jeruk

  • Susu

  • Keju

  • Yogurt

  • Es krim

  • Ikan sarden

  • Ikan salmon

  • Udang

  • Kacang polong

  • Kacang buncis

  • Kacang merah

  • Buncis

  • Wakame

Selain beberapa makanan di atas, sumber kalsium yang bagus untuk ibu hamil juga bisa berasal dari makanan yang difortifikasi kalsium, contohnya susu, jus, oatmeal, atau sereal. 

Setelah Bunda menyimak beragam manfaat dari kalsium untuk ibu hamil, jangan lupa untuk memasukkan beberapa daftar makanan di atas ke dalam menu sehari-hari.

Image Article
Seberapa Penting Kalsium untuk Ibu Hamil? Ini Penjelasannya!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Umur Berapa Bayi Mulai Bicara? Simak Penjelasan Berikut!

Published date

Tahapan perkembangan bicara pada bayi adalah salah satu aspek penting dalam pertumbuhan mereka. Umumnya, bayi mulai menunjukkan kemampuan bicara pada usia sekitar 12 hingga 18 bulan. Di usia tersebut bayi mulai mengucapkan kata pertamanya. Namun, penting untuk diingat bahwa perkembangan bahasa pada setiap anak bisa berbeda.

Nah, kira-kira umur berapa bayi laki-laki mulai bicara? Apakah berbeda dengan bayi perempuan?

 

Umur Berapa Bayi Laki-laki Mulai Bicara dan Apakah Lebih Lambat dari Bayi Perempuan?

Bunda mungkin pernah mendengar tentang mitos bahwa bayi perempuan lebih cepat bicara, sedangkan bayi laki-laki lebih cepat berjalan. Ternyata mitos tersebut tidak sepenuhnya salah. Penelitian membuktikan bahwa anak laki-laki lebih lambat bicara jika dibandingkan dengan anak perempuan.

Meski begitu, rata-rata, bayi mulai bisa mengeluarkan kata pertamanya di ulang tahun pertamanya. Kemampuan ini juga dibarengi dengan keterampilan berjalan dan menunjukkan benda lho, Bunda.

 

Pentingnya Bicara dalam Perkembangan Anak

Kemampuan bicara sangat penting untuk perkembangan anak. Sebab, hal ini terkait dengan keberhasilan dalam mengembangkan keterampilan membaca, menulis, dan interpersonal, baik di masa kanak-kanak maupun di kemudian hari.1 Kurangnya kemampuan bicara bisa mengganggu fungsi sehari-hari, termasuk pembelajaran, komunikasi, dan interaksi sosial.

Jika Bunda mempertanyakan apakah wajar anak laki-laki lambat bicara, tentu saja jawabannya “tidak”. Sebab, hal ini bisa berdampak signifikan pada kehidupan anak. Keterlambatan berbicara yang anak alami bisa menyebabkan hambatan pada perkembangan bahasa, sosial, motorik, dan tingkat kecerdasan anak.

Di sisi lain, perkembangan bahasa pada anak laki-laki cenderung lebih lambat dibandingkan anak perempuan. Namun, perbedaanya tidak begitu besar. Hal ini terjadi karena tingginya lever testosteron pada masa prenatal memperlambat pertumbuhan neuron di hemisfer kiri. Inilah yang membuat perkembangan anak laki-laki dalam penguasaan kosa kata dan bahasa cenderung lebih lambat. Karena itu, usia berapa anak laki-laki bisa bicara mungkin lebih lambat dibandingkan anak perempuan.

 

Perkembangan Bahasa pada Bayi

Sebenarnya, bayi mulai mengucapkan kata pertamanya sejak ia dilahirkan, namun menggunakan bahasa non-verbal, seperti menangis, meringin, atau menggeliat. Hal ini dilakukan untuk mengekspresikan berbagai emosi dan kebutuhan fisik.

Pemahaman bahasa bayi awalnya hanya terbatas pada emosi universal dalam ucapan, seperti nada bicara yang Bunda gunakan untuk menenangkan mereka.1 Lalu di akhir usia enam bulan, bayi mulai mengoceh dan membuat berbagai suara dan menggunakan suara untuk menunjukkan suka dan tidak suka. Mereka juga mulai mampu mendeteksi sumber suara.

Menginjak usia lima hingga tujuh bulan, Si Buah Hati mulai mampu menirukan beberapa suara yang Bunda buat dan mengeluarkan suara yang berbeda, seperti 'aaieee', 'booo' dan 'ahh' pada nada dan volume yang berbeda.

Sekitar usia 12 hingga 14 bulan, bayi biasanya mulai mengucapkan beberapa kata dan mengetahui artinya, seperti 'mama' atau 'dada' untuk menyebut ibu atau ayah. Pada tahap ini, Bunda bisa meningkatkan kosakata Si Buah Hati dengan memberinya pertanyaan pilihan, seperti, “Mau apel atau pisang?”.

Baca Juga : Cara Optimalkan Kecerdasan  Bahasa Si Buah Hati 

 

Tanda-tanda Awal Bayi Segera Bicara

Tak hanya memahami umur berapa bayi perempuan mulai bicara. Bunda juga perlu tahu tanda awal bayi mulai bicara. Berikut tanda-tanda bayi mulai bicara:

  • Bayi mengeluarkan suara menderu atau samar, biasanya terjadi pada usia 3 bulan.

  • Bayi bisa tertawa, terkikik, dan mengeluarkan suara lucu. Hal ini umumnya terjadi pada usia 4 hingga enam bulan.

  • Di usia 12 bulan, bayi mulai mengeluarkan rangkaian suara yang lebih panjang seperti ba-ba-ba-ba-ba atau da-da-da-da-da atau mi-mi-mi.

  • Pada usia 12 hingga 18 bulan banyak bayi mulai menggunakan satu kata, menyebutkan nama orang-orang dan benda-benda yang mereka kenal seperti ma-ma, da-da, bola, dan kucing.

     

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Umur Bayi Mulai Bicara

Untuk mengetahui umur berapa bayi laki-laki mulai bicara, Bunda perlu memahami faktor yang mempengaruhinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan bayi bicara, berikut di antaranya:

 

1. Riwayat persalinan 

Anak yang lahir prematur biasanya memiliki kemampuan bicara yang lebih rendah dibandingkan anak yang lahir cukup bulan.1 Sebab, trimester ketiga kehamilan adalah periode sangat penting untuk perkembangan otak janin, yang nantinya akan berpengaruh besar pada perkembangan bahasa mereka.

 

2. Lingkungan sosial 

Kemampuan bicara anak juga dipengaruhi oleh stimulus lingkungan. Beberapa penelitian menunjukkan lingkungan sosial yang mendukung terjadinya interaksi sosial antara bayi dan orang dewasa berkorelasi positif pada kemampuan bahasa Si Buah Hati yang lebih maju.

 

3. Perkembangan kognitif dan intelektual 

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak memerlukan beberapa fungsi kognitif untuk menguasai kemampuan aspek bahasa. Aspek bahasa inilah yang nantinya mendukung mereka berbicara dan menjadi pengguna bahasa yang kompeten.

 

4. Asupan Nutrisi 

Selain lingkungan, penelitian membuktikan bahwa pola makan juga mempengaruhi perkembangan bahasa anak.1 Nutrisi yang baik adalah kunci penting dalam perkembangan anak usia dini untuk mendukung kemampuan berbahasa. Nutrisi pada tahun-tahun awal kehidupan sangat penting bagi perkembangan kognitif yang mencakupkemampuan anak bicara.

 

Itu tadi beberapa informasi mengenai perkembangan bahasa bayi. Pada umumnya, setiap anak, apapun jenis kelaminnya, memiliki kecepatan perkembangan bahasa masing-masing.

Image Article
umur berapa bayi laki-laki mulai bicara
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tahap Perkembangan Bayi 12 Bulan dan Stimulasi yang Tepat

Published date

Di tahun pertama kehidupannya, Si Buah Hati akan bertumbuh dan berkembang dengan luar biasa cepat. Sehingga, terkadang Bunda tidak menyadarinya.

Tidak hanya pertumbuhan secara fisik, seperti tinggi dan berat badan anak yang bisa bertambah hingga tiga kali lipat di usia satu tahun. Perkembangan motorik, kognitif, sosial emosional, dan bahasa Si Buah Hati juga penting untuk Bunda perhatikan di tahun pertama kehidupannya.

Karenanya, Bunda perlu tahu bagaimana tahap perkembangan bayi 12 bulan yang dimulai sejak hari kelahirannya. Simak juga stimulasi yang tepat untuk Si Buah Hati.

Pentingnya Memantau Tahap Perkembangan Bayi

Pertumbuhan bayi dapat dilihat dari bertambahnya ukuran fisik dan bentuk tubuh yang dapat dinilai dan diukur, seperti tinggi dan berat badan.

Perkembangan bayi dapat didefinisikan sebagai  berjalannya  fungsi tubuh dan kemampuan anak yang merupakan hasil kematangan berbagai sistem di dalam tubuh Si Buah Hati.

Perkembangan bayi dimulai dari yang awalnya sederhana meningkat hingga menjadi semakin kompleks. Sebagai contoh, bayi awalnya hanya akan mengoceh seperti tanpa arti, kemudian berkembang mengucapkan beberapa kata, dan bisa berbicara.

Tahap perkembangan bayi juga penting untuk diperhatikan, seperti halnya pertumbuhan anak. Beberapa perkembangan bayi seperti mulai tengkurap atau berdiri.

Dengan mengetahui tahap tumbuh kembang bayi memungkinkan orang tua untuk memantau bila terjadi keterlambatan tumbuh kembang anak. Karena jika terlambat dideteksi, gangguan tumbuh kembang anak bisa semakin sulit ditangani.

Lalu, apa saja tahap perkembangan bayi 0-12 bulan yang perlu diperhatikan?

Perkembangan Motorik

Kemampuan motorik dapat dibedakan menjadi dua, yakni motorik halus yang memerlukan pengendalian dan ketelitian dalam menggerakkan otot-otot kecil, seperti otot jari dan pergelangan tangan; serta kemampuan motorik kasar, yakni menggunakan otot-otot besar di tubuh untuk bergerak seperti merangkak dan berjalan.

Tahap perkembangan motorik bayi berdasarkan usia hingga 12 bulan, yaitu:

●    Bayi 2 bulan
Di usia ini, bayi sudah lebih leluasa menggerakkan kedua tangan dan kakinya. Si Buah Hati juga bisa mengangkat dan menahan kepalanya saat tengkurap.

●    Bayi 4 bulan
Usia 4 bulan, bayi dapat memasukkan tangan ke mulut, mengangkat dada dan kepala saat tengkurap, hingga berguling.

●    Bayi 6 bulan
Bayi mulai bisa duduk sendiri tanpa bantuan, bisa berguling dari kedua arah, serta menggoyangkan badan maju mundur.

●    Bayi 9 bulan
Di usia ini, bayi mulai merangkak, dapat bangkit dan duduk tanpa berpegangan, serta mulai berlatih berdiri sambil berpegangan.

●    Bayi 12 bulan
Bayi mulai dapat melangkah tanpa bantuan, duduk, dan mengangkat tubuh dengan berpegangan. Bunda dapat menempatkan Si Buah Hati pada permukaan lantai yang rata agar ia lebih banyak bergerak.

Baca Juga: Milestones Perkembangan Bayi

Perkembangan Kognitif dan Sensorik

Perkembangan kognitif penting untuk melihat bagaimana bayi berpikir, belajar, mengeksplorasi, mengingat, dan memecahkan masalah. Sedangkan, perkembangan sensorik berkaitan dengan pematangan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan sentuhannya.

Perkembangan kognitif sensorik bayi berdasarkan usia hingga 12 bulan, yaitu:

●    Bayi 2 bulan
Saat usia 2 bulan, bayi mulai bisa mengikuti pergerakan orang maupun benda menggunakan matanya, rewel saat merasa bosan, dan memperhatikan wajah orang yang dilihatnya.

●    Bayi 4 bulan
Bayi mulai mengenali objek atau seseorang yang dikenalnya dari jarak jauh. Juga semakin responsif terhadap kasih sayang yang diterimanya, dapat memperlihatkan apakah dia senang atau sedih.

●    Bayi 6 bulan
Rasa penasaran bayi semakin besar. Si Buah Hati akan mulai memperhatikan setiap objek di dekatnya dan mencoba meraihnya. Bayi juga mulai lancar memindahkan benda di kedua tangan.

●    Bayi 9 bulan
Di usia ini, bayi mulai suka memasukkan objek ke mulut, belajar memegang dengan jempol dan telunjuk, mencari benda tersembunyi atau terjatuh.

●    Bayi 12 bulan
Bayi 12 bulan dapat menirukan gerak tubuh, mengenali fungsi benda seperti cangkir untuk minum, menemukan objek tersembunyi, hingga mengikuti petunjuk sederhana.

Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

Kemampuan bahasa dan komunikasi pada bayi penting untuk menunjang perkembangannya. Si Buah Hati mempelajari bahasa dan berkomunikasi dari mendengarkan orang-orang di sekitarnya, terutama Bunda.

Awalnya, bayi hanya berkomunikasi dengan tangisan. Namun, seiring usia, kemampuan bahasanya juga terus berkembang.

●    Bayi 2 bulan
Di usia ini, bayi dapat mencari arah datangnya suara yang didengar. Si Buah Hati juga mulai aktif membuat suara-suara seperti "cooing".

●    Bayi 4 bulan
Bayi usia 4 bulan dapat menangis secara berbeda saat lapar, lelah, atau sakit. Si Buah Hati juga mulai menirukan dan mengulang suara yang didengarnya.

●    Bayi 6 bulan
Bayi mulai mengenali dan merespon saat namanya disebut. Si Buah Hati juga lancar membuat suara konsonan, dan menggunakan suara untuk menunjukkan emosi positif atau negatif.

●    Bayi 9 bulan
Bayi dapat mengenali dan menunjuk benda, memahami arti kata sederhana seperti "tidak", juga menirukan gerakan yang dilihat atau suara yang didengarnya.

●    Bayi 12 bulan
Bayi bisa menyebutkan kata sederhana, suara celotehannya lebih menyerupai kata, dan senang mengulang kata yang orang lain katakan.

Perkembangan Sosial dan Emosional

Di tahun pertama, bayi menjalin ikatan dengan orang tua yang memperhatikannya. Si Buah Hati juga dapat belajar tentang emosi dengan memperhatikan Bunda, memberi senyuman, dan menenangkan diri dengan bantuan Bunda.

Tahap perkembangan sosial emosional bayi usia 0-12 bulan yaitu:

●    Bayi 2 bulan
Si Buah Hati mungkin akan memulai kebiasaan menghisap tangan atau jarinya untuk menenangkan diri. Ia mulai sering mencoba melihat ke arah orang tuanya, dan tersenyum saat melihat orang lain.

●    Bayi 4 bulan
Si Buah Hati terlihat tersenyum dengan spontan dan mencoba meniru gerakan ekspresi wajah Bunda. Bayi menunjukkan perasaan bahagia saat diajak bermain dan kesal saat berhenti bermain.

●    Bayi 6 bulan
Bayi mulai dapat merespon emosi orang lain, senang diajak bermain, dan mulai bisa membedakan wajah orang yang dikenal dengan orang asing.

●    Bayi 9 bulan
Di usia ini, Si Buah Hati mulai menempel pada orang dewasa yang dikenalnya, dan malu atau takut pada orang tak dikenal.

●    Bayi 12 bulan
Si Buah Hati sudah dapat merasa sedih jika ditinggal pergi orang tua, memiliki mainan favorit, dan lebih sering menarik perhatian.

Pentingnya Stimulasi untuk Perkembangan Bayi

Stimulasi merupakan bentuk partisipasi pengasuh, baik orang tua maupun orang dewasa lainnya, dalam kegiatan yang bertujuan mendorong perkembangan bayi.1

Melalui pemberian stimulasi sejak dini, Bunda dapat merangsang tumbuh kembang Si Buah Hati, mengurangi risiko keterlambatan perkembangan, mendeteksi adanya gangguan, serta mencegah kelainan jangka panjang.2

Contoh Stimulasi Perkembangan Bayi 12 Bulan

Stimulasi untuk bayi bisa Bunda berikan sejak Si Buah Hati baru lahir. Berikut contoh stimulasi untuk setiap tahapan perkembangan bayi 12 bulan:

1. Stimulasi Perkembangan Motorik

●    Bayi 2 bulan 
Dekatkan objek, misalnya mainan, ke tangan bayi dan bantu Si Buah Hati agar meraih dan menggenggamnya untuk melatih kemampuan motoriknya.3

●    Bayi 4 bulan
Melatih motorik Si Buah Hati dengan menyediakan berbagai macam benda atau mainan di dekatnya agar dapat diraih. Pastikan objek dan mainan tersebut aman untuk bayi.4

●    Bayi 6 bulan
Posisikan tubuh bayi terlentang atau telungkup lalu letakkan mainan favoritnya di samping untuk mendorongnya berguling.5

●    Bayi 9 bulan
Bantu Si Buah Hati untuk belajar berdiri dengan menempatkannya di dekat meja atau kursi sebagai pegangan.6

●    Bayi 12 bulan
Berikan stimulasi motorik bayi 12 bulan dengan menempatkan Si Buah Hati di permukaan datar dan biarkan bermain dengan merangkak atau berguling untuk melatih gerakan tangan dan kakinya.7

2. Stimulasi Perkembangan Kognitif dan Sensorik

●    Bayi 2 bulan
Di usia ini, mata bayi sudah dapat mengikuti pergerakan objek atau orang. Bunda bisa memberikan stimulasi dengan menyebutkan nama benda atau orang yang menarik perhatian Si Buah Hati.8

●    Bayi 4 bulan
Berbicara kepada Si Buah Hati setiap hari dan ceritakan hal-hal di sekitarnya untuk menstimulasi perkembangan otaknya.9

●    Bayi 6 bulan
Di usia ini bayi mulai sering memasukkan benda ke mulut. Jadikan momen tersebut untuk mengenalkan berbagai macam nama benda kepada Si Buah Hati.10

●    Bayi 9 bulan
Berikan makanan berukuran segenggaman tangan Si Buah Hati untuk melatih motorik halusnya. Tetap awasi dan pastikan ukuran makanan tidak akan membuatnya tersedak.11

●    Bayi 12 bulan
Lakukan permainan mencari benda yang disembunyikan sebelumnya. Cara ini dapat menjadi stimulasi bayi 12 bulan melatih kemampuan kognitif dan menyadari bahwa benda yang tidak terlihat belum tentu hilang.12

3. Stimulasi Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

●    Bayi 2 bulan
Komunikasi bayi 2 bulan masih berupa suara-suara. Meski demikian, Bunda bisa memberikan respons dan mengajak bicara Si Buah Hati sebagai bentuk stimulasi keterampilan bahasa dan komunikasi.13

●    Bayi 4 bulan
Membacakan buku untuk Si Buah Hati dengan suara yang keras dan jelas. Bunda juga bisa menjelaskan setiap tokoh, binatang, atau objek di dalam cerita.14

●    Bayi 6 bulan
Berikan respon pada suara yang dibuat bayi seperti sedang berbincang. Mulai biasanya memanggil nama Si Buah Hati agar ia mengingatnya.15

●    Bayi 9 bulan
Sebutkan nama objek yang menarik perhatian Si Buah Hati untuk mendorong perkembangan bahasa dan komunikasinya.16

●    Bayi 12 bulan
Ajak Si Buah Hati saat berbincang dengan orang lain dan tanggapi ketika ia berupaya menirukan atau ikut berbicara.17

4.    Stimulasi Perkembangan Sosial dan Emosional

●    Bayi 2 bulan
Di usia 2 bulan, interaksi bayi lebih banyak dengan orang tua atau pengasuh. Bunda bisa memberikan stimulasi berupa kontak fisik atau skin-to-skin dengan Si Buah Hati. Selain menghangatkan, stimulasi ini dapat memberikan rasa nyaman kepada bayi.18

●    Bayi 4 bulan
Berikan stimulasi dengan tersenyum dan mengajak Si Buah Hati berbicara menggunakan suara yang lembut.19

●    Bayi 6 bulan
Sesekali ajak Si Buah Hati bermain di luar ruangan agar dapat berinteraksi dengan orang lain maupun teman seusianya.20

●    Bayi 9 bulan
Lakukan permainan meniru dengan Si Buah Hati menjadi yang memimpin dan Bunda yang menirukan gerakan. Tunjukkan ketertarikan pada setiap yang dilakukannya untuk mendorong perkembangan sosial emosionalnya.21

●    Bayi 12 bulan
Saat memakaikan baju anak, minta Si Buah Hati membantu dengan memintanya memasukkan tangan atau kaki ke baju atau celana.22

Untuk memudahkan dalam memantau perkembangan Si Buah Hati, Bunda bisa membuat tabel tumbuh kembang bayi sendiri dan memberi tanda ketika Si Buah Hati berhasil mencapainya.

Namun perlu diingat, perkembangan setiap bayi dapat berbeda satu dengan lainnya. Sehingga jangan terburu khawatir apabila Si Buah Hati sedikit terlambat dalam perkembangannya dibandingkan anak seusianya.

Tahap perkembangan bayi 12 bulan di atas hanya sebagai panduan. Apabila Si Buah Hati memperlihatkan tanda keterlambatan perkembangan, Bunda dapat berkonsultasi dengan dokter anak.

 

 

Sumber:

  1. Lissette Briones, Dante Contreras, Gabriel Otero, and Gustavo Soto (2021). Determinants of early childhood stimulation: Evidence using panel data from Chile. Early Childhood Research Quarterly. Volume 57. Pages 202-214. ISSN 0885-2006. https://doi.org/10.1016/j.ecresq.2021.06.006
  2. Importance of Early Stimulation - Unacademy. Retrieved May 27 2024 from https://unacademy.com/content/kerala-psc/study-material/child-development-and-welfare/importance-of-early-stimulation/
  3. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  4. Your baby's developmental milestones at 4 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-4-months
  5. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  6. Your baby's developmental milestones at 9 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-9-months
  7. Your toddler's developmental milestones at 1 year - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-toddlers-developmental-milestones-1-year
  8. Your baby's developmental milestones at 2 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-2-months
  9. Your baby's developmental milestones at 4 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-4-months
  10. Your baby's developmental milestones at 6 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-6-months
  11. Your baby's developmental milestones at 9 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-9-months
  12. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  13. Your baby's developmental milestones at 2 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-2-months
  14. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  15. Your baby's developmental milestones at 6 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-6-months
  16. Your baby's developmental milestones at 9 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-9-months
  17. Your toddler's developmental milestones at 1 year - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-toddlers-developmental-milestones-1-year
  18. Your baby's developmental milestones at 2 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-2-months
  19. Your baby's developmental milestones at 4 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-4-months
  20. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  21. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  22. Your toddler's developmental milestones at 1 year - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-toddlers-developmental-milestones-1-year
Image Article
perkembangan bayi 12 bulan
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Stimulasi Agar Anak Cepat Bicara yang Perlu Bunda Ketahui

Published date

Kemampuan berbicara sangat penting karena menjadi kunci dalam mengungkapkan perasaan, ide, dan pikiran anak. Namun, tak jarang ada anak yang membutuhkan waktu lebih lama dari anak lain atau biasa dikenal speech delay.

Jika Si Buah Hati tampak tidak ingin banyak bicara atau bersuara, Bunda bisa mempelajari pentingnya kemampuan bicara hingga cara stimulasi agar anak cepat bicara berikut ini.

Pentingnya Kemampuan Bicara dalam Tumbuh Kembang Anak

Kemampuan berkomunikasi sangat penting karena mendukung anak dalam mengungkapkan dan memahami perasaan, berpikir dan belajar, menyelesaikan masalah, serta mengembangkan dan memelihara hubungan.

Kemampuan berbicara juga merupakan langkah pertama dalam literasi yang menjadi dasar untuk belajar membaca dan menulis. Dengan kemampuan berbicara yang baik, Si Buah Hati dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, mengungkapkan kebutuhan dan keinginan, serta belajar dari pengalaman sehari-hari. Tak kalah penting, tahap perkembangan kemampuan bahasa juga mendukung banyak aspek perkembangan lainnya, seperti perkembangan kognitif, sosial, dan literasi. 

 

Mengenal Tahapan Perkembangan Bicara pada Anak

Tahap perkembangan bahasa bermula dari suara, gestur, kata, dan kalimat. Mengingat penguasaan perkembangan setiap anak berbeda-beda, Bunda dapat menggunakan tahapan perkembangan berikut untuk melihat perkembangan Si Buah Hati normal atau memerlukan stimulasi anak agar cepat bisa bicara. 

 

1. Usia 0-6 Bulan 

Saat dilahirkan, bayi hanya mampu mengungkapkan keinginannya dengan menangis. Pada usia 2-3 bulan, bayi mulai menghasilkan suara seperti "aah" atau "uuh," yang disebut cooing. Mendekati usia 6 bulan, bayi mulai merespons panggilan namanya. Perilaku cooing pun berkembang menjadi mengoceh.

 

2. Usia 6-12 Bulan 

Pada usia 6-9 bulan, bayi mulai memahami nama-nama orang dan objek, serta konsep dasar seperti ya, tidak, atau habis. Ketika berusia 9-12 bulan, bayi mampu mengucapkan kata-kata "mama" dan "papa" dengan pemahaman makna.

 

3. Usia 12-18 Bulan 

Pada usia ini, anak mampu menggunakan 3-6 kata yang memiliki makna, dapat merespons pertanyaan dengan mengangguk atau menggelengkan kepala, hingga menunjuk bagian tubuh atau gambar. Saat berusia 15 bulan, Si Buah Hati kemungkinan hanya bisa mengucapkan 3-6 kata bermakna. 

Baca Juga : Cara Optimalkan Kecerdasan  Bahasa Si Buah Hati

 

4. Usia 18-24 Bulan 

Pada fase ini, Si Buah Hati minimal sudah memiliki 50 kosa kata atau lebih.1 Mereka mampu membentuk kalimat yang terdiri dari dua kata, seperti "mama makan" atau "naik sepeda," dan dapat mengikuti perintah. Ketika mencapai usia dua tahun, orang lain dapat mengerti sekitar setengah dari apa yang mereka ucapkan.

 

5. Usia 2-3 Tahun 

Anak-anak pada usia ini biasanya sudah mampu menggunakan kalimat 2-3 kata. Mendekati usia 3 tahun, mereka bisa menggunakan kalimat dengan lebih dari tiga kata, termasuk bertanya kegunaan benda-benda.

 

6. Usia 3-5 Tahun 

Pada periode ini, Si Buah Hati menunjukkan minat dalam mendengarkan cerita dan obrolan. Mereka dapat menyebutkan nama, usia, dan jenis kelaminnya sendiri, serta menggunakan kalimat-kalimat yang lebih panjang. Pada usia 4 tahun, anak sudah mampu berbicara dengan jelas dan dapat menceritakan pengalamanya dengan lancar dan cukup rinci.

 

Tips Stimulasi agar Anak Cepat Bicara

1. Rajin Mengajak 

Bunda dapat mengajak Si Buah Hati berbicara setiap hari, bahkan jika mereka belum bisa merespons dengan kata-kata. Ajukan pertanyaan sederhana dan beri waktu bagi mereka untuk merespons. 

Kuncinya adalah menggunakan kosakata sebanyak mungkin dengan konteks yang berbeda-beda. Contohnya adalah membicarakan minuman atau makanan cokelat dengan barang berwarna coklat. Tak kalah penting, jadilah pendengar yang aktif dengan menyimak dengan sesekali bertanya. Cara ini dapat membuat anak termotivasi untuk belajar berkomunikasi. 

Penelitian menunjukkan bayi yang diajak berinteraksi secara langsung lebih efisien dalam memproses kata-kata yang familiar. Bahkan, anak yang kerap diajak bicara diketahui memiliki kosa kata ekspresif yang lebih banyak pada usia 24 bulan. Ini menunjukkan rutin diajak bicara dengan banyak menjadikan anak pusat pembicaraan menjadi pengalaman berbahasa yang berharga untuk Si Buah Hati di masa depan.

 

2. Bacakan Buku 

Membacakan cerita berulang-ulang dapat membantu anak mengenali kata-kata serta memahami bagaimana membentuk suara untuk mengucapkan kata dan artinya. Melalui kegiatan ini, anak dapat mengembangkan keterampilan berbahasa dan literasi mereka, yang akan bermanfaat saat mereka dewasa.ang berharga untuk Si Buah Hati di masa depan.

 

3. Gunakan Mainan 

Dunia anak adalah dunia bermain. Bunda bisa memanfaatkan mainan atau membuat permainan untuk si Buah Hati yang dapat mendorongnya berinteraksi dengan orang lain. Dengan begitu, Si Buah Hati akan belajar berkomunikasi.1 Sebagai contoh, saat bermain mobil atau kereta mainan, Bunda dapat mengajaknya mengatakan “tuut tuut tuut”.

 

4. Pujian dan Dorongan 

Stimulasi agar anak cepat bicara berikutnya adalah memberikan pujian saat anak mencoba berbicara, meskipun kata-kata mereka belum sempurna. Dengan memuji, Bunda mengajari anak berpikir dan berbicara dengan positif tentang diri mereka. Pujian juga membantu Si Buah Hati mengenali yang dilakukan sudah benar sekaligus membuatnya bangga dengan itu.1Sebagai contoh, Bunda dapat mengatakan,”Wah, anak pintar!”, ketika berhasil mengucapkan kata tertentu.

 

5. Batasi Penggunaan Gawai 

Bunda dapat membatasi waktu Si Buah Hati menggunakan gawai untuk stimulasi agar anak cepat bicara. Sebab, interaksi langsung dengan Bunda dan lingkungan sekitarnya sangat penting dalam pengembangan kemampuan bicara anak. Anak-anak yang penggunaan gawainya dibatasi juga akan memiliki lebih banyak waktu untuk mengembangkan kemampuan komunikasi, menggerakkan tubuhnya, dan istirahat lebih baik.1 Dengan stimulasi dan kasih sayang, anak akan memiliki dasar yang kuat dalam mengembangkan kemampuan bicaranya. 

Image Article
stimulasi agar anak cepat bicara
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Karakteristik Komunikasi Anak Usia Dini: Dari Meniru Hingga Berbicara

Published date

Tahukah, Bunda? Si Buah Hati sudah berkomunikasi dengan Bunda sejak masih bayi, bahkan sejak baru dilahirkan. Tentunya cara komunikasi bayi tidak sama dengan orang dewasa.

Bayi berkomunikasi lewat tangisan saat lapar atau merasa tidak nyaman.1 Saat bayi usia 3 bulan akan mulai membuat suara menderu atau cooing, kemudian mulai mengoceh dengan kata sederhana sekitar usia 6 bulan.2 Berbagai karakteristik komunikasi anak usia dini inilah yang membuat cara berkomunikasi dengan bayi dan anak kecil berbeda dengan orang dewasa.

 

Definisi Komunikasi Anak Usia Dini

Pernahkah Bunda mendengar istilah bahasa bayi untuk menyebut suara atau ocehan yang dibuat Si Buah Hati? Atau Bunda pernah merasa bingung ketika mendengar perkataan anak kecil dengan bahasa yang belum terlalu jelas sehingga sulit dimengerti?

Cara komunikasi anak usia dini yang terdengar belum jelas merupakan hal yang wajar, karena kemampuan bahasanya masih berkembang. Umumnya, anak baru akan bisa mengucapkan 1-2 kata pertamanya setelah berusia 1 tahun dan membuat kalimat pendek dua kata setelah menginjak usia 2 tahun. Meskipun belum lancar berbicara, namun Si Buah Hati sudah dapat memahami apa yang Bunda katakan dan memberikan respons melalui gestur tubuh, seperti mengangguk dan menggeleng.

Kemampuan bahasa Si Buah Hati akan terus berkembang seiring waktu dengan bertambahnya kosa kata yang diingat, panjang kalimat, kompleksitas struktur, dan tata bahasa kalimat yang diucapkan, serta kemampuannya menyampaikan isi pikirannya melalui kata-kata.

 

Karakteristik Komunikasi Anak Usia Dini

Komunikasi pada anak usia dini memang memiliki karakteristik tersendiri. Memahami karakteristik komunikasi anak usia dini dapat membantu Bunda untuk lebih mengerti bagaimana Si Buah Hati belajar berkomunikasi.

Beberapa karakteristik komunikasi pada anak usia dini, yaitu:

 

1. Meniru

Salah satu kemampuan yang dimiliki anak usia dini adalah meniru. Si Buah Hati dapat meniru suara, kata-kata, tindakan, hingga ekspresi wajah yang berguna untuk perkembangan bahasanya. Anak sudah dapat mulai menirukan gerakan sederhana seperti tepuk tangan sejak usia 8 bulan. Kemampuan meniru anak juga akan berkembang seiring bertambah usianya.

 

2. Menggunakan gestur tubuh

Selain meniru, karakteristik komunikasi anak usia dini lainnya adalah melakukan gerakan atau gestur tubuh. Gestur tubuh yang digunakan anak seringkali mengungkapkan pengetahuan yang tidak terungkapkan dalam kata-kata. Selain itu juga dapat mengungkapkan pikiran yang tidak terucapkan saat anak mempelajari hal baru.

 

3. Menyusun kalimat pendek

Anak usia dini umumnya sudah dapat memahami dan menggunakan beberapa kata dalam berkomunikasi. Bedanya, Si Buah Hati baru dapat menyusun kata-kata tersebut dalam kalimat pendek yang terdiri dari dua atau tiga kata seperti "mama lapar" atau "minum susu".

 

4. Berbica

Seiring usia, anak akan semakin lancar berbicara. Di usia 3 tahun, umumnya Si Buah Hati sudah bisa menyebutkan hampir seluruh benda di sekitarnya. Selanjutnya, anak akan semakin lancar berbicara dan dapat menyusun kalimat yang lebih kompleks sehingga mampu mendeskripsikan aktivitas yang sedang dilakukan.

Di usia 5 tahun, anak sudah dapat bercerita secara lebih detail dan lancar berkomunikasi dengan teman sebaya ataupun orang lain.

 

Tahap Perkembangan Bahasa dan Komunikasi Anak Usia Dini

Setiap anak berkembang dalam waktunya sendiri. Ada yang lebih cepat dan ada yang lebih lambat, termasuk dalam perkembangan bahasa.

Tetapi, secara umum ada tahap perkembangan bahasa dan komunikasi anak usia dini yang setidaknya bisa menjadi acuan Bunda dalam memantau Si Buah Hati. Berikut ini tahap perkembangan bahasa anak usia dini usia 0-5 tahun:

1. Usia 0-1 tahun

  • Membuat suara cooing dan mengoceh

  • Mengeluarkan suara yang berbeda ketika bahagia dan tidak nyaman

  • Merespons saat diajak bicara

  • Menirukan suara

  • Berkomunikasi dengan gestur tubuh

2. Usia 1-2 tahun

  • Mengucapkan kata pertama

  • Menirukan kata-kata sederhana

  • Perbendaharaan kata bertambah pesat

  • Menyusun beberapa kata dalam kalimat pendek

3. Usia 2-3 tahun

  • Memahami konsep ruang, seperti di dalam dan di atas

  • Menggunakan kata ganti

  • Memahami kata deskriptif, seperti besar atau luas

  • Menyusun kalimat dengan 3 kata

  • Pengucapan lebih baik meski masih ada bagian yang salah

4. Usia 3-4 tahun

  • Mengenal dan mengidentifikasi warna

  • Mampu menjelaskan fungsi benda

  • Dapat mengungkapkan isi pikiran dan perasaan

  • Mampu mengulang kalimat yang diucapkan

  • Dapat menceritakan aktivitas yang dilakukan

5. Usia 4-5 tahun

  • Lebih memahami konsep ruang yang kompleks, seperti "di antara"

  • Pelafalan semakin jelas dan lebih mudah dipahami

  • Mampu menjelaskan cara melakukan sesuatu

  • Mampu mengelompokkan kata, seperti binatang dan kendaraan

  • Mampu memberi jawaban penjelasan

6. Usia 5 tahun ke atas

  • Mampu menjelaskan urutan kejadian

  • Mampu terlibat dalam percakapan

  • Menjelaskan sebuah objek

  • Bercerita menggunakan imajinasi

Baca Juga : Cara Optimalkan Kecerdasan  Bahasa Anak 

 

Mengoptimalkan Kemampuan Komunikasi Anak Usia Dini

Kemampuan komunikasi dapat mendorong Si Buah Hati untuk mengekspresikan dan memahami perasaan, belajar dan berpikir, memecahkan masalah, serta menjalin hubungan sosial.1 Untuk itu Bunda perlu tips komunikasi dengan anak usia dini agar dapat membantu mengoptimalkan kemampuan komunikasi Si Buah Hati.

 

1. Sering berbicara kepada anak

Cara terbaik untuk mendorong kemampuan komunikasi Si Buah Hati yakni dengan banyak berbicara kepada anak. Gunakan sebanyak mungkin kata-kata yang berbeda. Cara berkomunikasi dengan anak kecil ini akan mendorong Si Buah Hati belajar mengenal lebih banyak kata dan maknanya.

 

2. Membaca buku bersama anak

Selain berbicara, Bunda bisa mengajak Si Buah Hati untuk membaca buku bersama. Saat membaca buku dengan suara jelas, Bunda bisa menekankan beberapa kata untuk menjelaskan penulisan dan pengucapannya. Cara ini juga baik untuk membangun literasi anak.

 

3. Bertanya kepada anak

Bunda bisa bertanya kepada anak untuk mendorongnya berani memberi jawaban. Cara ini baik untuk membangun komunikasi. Misalnya dengan bertanya "mau sarapan dengan lauk apa pagi ini?". Bunda juga bisa mendorong anak untuk menjelaskan alasan jawabannya.

 

3. Bertanya kepada anak

Bunda bisa bertanya kepada anak untuk mendorongnya berani memberi jawaban. Cara ini baik untuk membangun komunikasi. Misalnya dengan bertanya "mau sarapan dengan lauk apa pagi ini?". Bunda juga bisa mendorong anak untuk menjelaskan alasan jawabannya.

 

4. Bermain bersama anak

Bermain juga bisa menjadi media pembelajaran yang baik untuk anak. Bunda bisa mengajak bermain permainan kata, pura-pura bertelepon, atau permainan lain yang mendorong anak berkomunikasi dengan Bunda.

 

Demikian Bunda, penjelasan seputar karakteristik komunikasi anak usia dini hingga cara mengoptimalkan komunikasi anak usia dini. Semoga informasinya bisa bermanfaat!

Image Article
karakteristik komunikasi anak usia dini​
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tips Efektif Melakukan Komunikasi dengan Bayi

Published date

Meskipun belum dapat berbicara, bayi sebenarnya telah mampu berkomunikasi sejak ia dilahirkan lewat tangisan pertamanya loh, Bunda. Menangis adalah salah satu bentuk komunikasi pada bayi. Saat menangis, bayi memberi tahu Bunda bahwa ada sesuatu yang salah atau membuatnya tidak nyaman, seperti merasa lapar, popoknya basah, kakinya kedinginan, lelah, atau ingin dipeluk dan digendong.

Selain tangisan, masih ada banyak bentuk komunikasi bayi yang perlu Bunda ketahui. Yuk, simak teknik komunikasi pada bayi dalam artikel berikut ini.

 

Pentingnya Berkomunikasi dengan Bayi

Meski belum dapat berbicara, bayi menggunakan cara komunikasi non-verbal atau karakteristik penyerta seperti gerak tubuh dan intonasi suara yang dikeluarkan. Ini menunjukkan bahwa sejak dini, bayi juga memiliki niat komunikatif untuk menyampaikan sesuatu. Keterampilan ini bukan hanya asal dari perkembangan bahasa saja lho, Bunda. Kemampuan ini juga menjadi tonggak penting perkembangan sosial-kognitif dan pengalaman sosial Si Buah Hati.

Ini menunjukkan berkomunikasi dan berinteaksi dengan bayi merupakan salah satu bagian penting dalam pertumbuhan mereka. Oleh karena itu, Bunda perlu memberikan respons untuk menjawab setiap sinyal komunikasi Si Buah Hati, seperti dengan tersenyum, berbicara, bernyanyi, atau membacakan cerita untuk memberi pengalaman sosial sejak dini.

Selain itu, Bunda perlu selalu melakukan kontak mata dengan Si Buah Hati saat berinteraksi. Penelitian menunjukkan bahwa kontak mata dengan Bunda memiliki banyak manfaat untuk bayi. Bayi mulai mempelajari perilaku yang lebih kompleks seperti berbagi perhatian, melakukan respons relasional, dan pembelajaran stimulus-respons dengan cara ini. Hal ini menjadi bentuk dasar komunikasi yang dilakukan oleh bayi.

Mengapa penting mengajak bayi berkomunikasi sejak dini? Berkomunikasi sejak dini dengan bayi akan membantu Si Buah Hati mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan keterampilan interpersonal di masa depan. Berbicara dengan bayi akan mengaktifkan sinapsis penting di bagian otaknya yang menangani bahasa. Oleh sebab itu, semakin banyak kata yang didengar Si Buah Hati, akan semakin kuat pula hubungan mentalnya.

Bukan hanya itu, kerap berkomunikasi dan berinteraksi dengan bayi juga akan memperkuat hubungan Bunda dengan Si Buah Hati, sehingga baik untuk seluruh pembelajaran, perkembangan, dan kepercayaan dirinya.

 

Jenis Komunikasi Bayi

Bayi terlahir dengan kemampuan komunikasi pertamanya, yakni menangis. Dengan menangis, bayi berusaha memberi tahu Bunda bahwa ia sedang lapar, merasa tidak nyaman, atau kesakitan. Namun, perlu Bunda ketahui, terkadang, bayi juga menangis tanpa alasan.

Selain menangis, jenis komunikasi bayi juga beragam pada usia 3 bulan pertama. Si Buah Hati akan menggunakan suara dan tubuhnya untuk berkomunikasi, seperti tersenyum, tertawa, membuat suara cooing (ahh atau ohh), serta menggerakkan tangan dan kaki saat merasa tertarik atau bersemangat.

Setelah berusia di atas 3 bulan, kemampuan komunikasi pada bayi akan meningkat. Contoh komunikasi pada bayi berusia di atas 3 bulan adalah mulai bisa berkontak mata, berinteraksi, dan menyaut dengan ocehan seolah sedang bercakap-cakap saat Bunda mengajaknya berbicara.

Saat menginjak usia 9 bulan, cara komunikasi pada bayi berkembang. Ia akan mampu menatap, menunjuk, menyentuh, dan meraih benda-benda yang menarik baginya. Adapun setelah berusia 12 bulan, bayi akan mulai bica mengucapkan kata-kata tertentu atau menyebut nama benda-benda di sekelilingnya.

Baca Juga : Stimulasi Bicara Anak Usia 1 Tahun 

 

Cara Memperkuat Kemampuan Komunikasi pada Bayi

Kemampuan komunikasi pada bayi akan terus meningkat seiring dengan bertambah usianya. Meski begitu, Bunda tetap perlu melakukan beberapa stimulasi untuk memperkuat kemampuan komunikasi Si Buah Hati. Berikut 2 cara mengembangkan kemampuan komunikasi bayi.

  • Sering berinteraksi dengan bayi

Interaksi yang intens antara Bunda dan bayi akan meningkatkan kemampuan komunikasi Si Buah Hati. Pada dasarnya, bayi menyukai suara Bunda. Oleh karena itu, sering-seringlah mengajak bayi berinteraksi, misalnya dengan berbicara, menyanyi, atau membaca. Bunda juga perlu merespons dengan antusias ketika bayi mengeluarkan suara ocehan atau tersenyum. Bunda juga bisa memberi tahu nama-nama benda yang dilihat bayi atau aktivitas yang dilakukannya.

  • Ajak bayi mengobrol

Mengobrol adalah salah satu cara efektif untuk memperkuat kemampuan komunikasi Si Buah Hati. Saat mendengar bayi bersuara, Bunda dapat mengulangi ocehannya dan menunggu Si Buah Hati menjawab ocehan. Lewat obrolan ini, Bunda dapat mengajari bayi tentang nada, tempo, dan bergantian saat berbicara dengan orang lain. Cara ini juga akan memberi pesan kepada bayi tentang pentingnya mendengarkan. Perlu Bunda ingat, jangan menginterupsi saat Si Buah Hati mengoceh. Sebaliknya, Bunda harus selalu menunjukkan ketertarikan pada ocehan bayi.

 

Tips Komunikasi Efektif dengan Bayi

Bunda dapat mengikuti beberapa tips berikut ini agar dapat berkomunikasi efektif dengan bayi:

  • Seringlah ajak bayi berbicara sembari melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, ajak juga bayi untuk bertanya jawab ya Bunda.

  • Dengarkan dan beri respons terhadap suara dan ocehan bayi.

  • Ajak bayi membaca buku setiap hari, mulai dari saat ia dilahirkan.

  • Nyanyikan lagu anak-anak dengan nada dan suara bervariasi.

  • Jadilah role model dengan berbicara menggunakan bahasa yang baik dan benar.

  • Buatlah kontak mata dengan bayi saat Bunda berbicara dengannya.

  • Batasi waktu menonton televisi atau ponsel untuk bayi. Sebab, terlalu banyak menonton televisi dapat mengganggu perkembangan kemampuan komunikasi Si Buah Hati.

Itulah tips yang dapat Bunda terapkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi pada bayi. Terus bersamai perkembang bayi agar ia tumbuh optimal dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, ya Bunda.

Image Article
komunikasi pada bayi
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Gizi Makanan untuk Kecerdasan Otak Bayi: Apa yang Harus Diberikan?

Published date

Si Buah Hati sudah memasuki usia enam bulan? Wah, Bunda harus mulai menyiapkan sejumlah makanan pendamping ASI (MPASI) agar bayi mendapatkan asupan gizi sesuai kebutuhannya. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memilih makanan untuk kecerdasan otak bayi.

Asupan makanan yang tepat memang tak hanya menunjang tumbuh kembang fisik, melainkan juga perkembangan kognitif bayi. Apa saja makanan bayi untuk kecerdasan otak yang direkomendasikan?

 

Pentingnya MPASI untuk Perkembangan Otak Bayi

Keunggulan ASI sebagai nutrisi untuk bayi sudah tak perlu diragukan lagi. ASI mengandung nutrisi lengkap dengan komponen mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin,mineral hingga komponen bioactive. Laktosa yang merupakan karbohidrat utama dalam ASI juga berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak.

Namun ketika Si Buah Hati sudah memasuki enam bulan, perlu pemberian makanan yang mengandung nutrisi tepat untuk kecerdasan otak bayi agar perkembangan mereka semakin optimal. Tak hanya nutrisi, MPASI yang tepat dapat sekaligus mencukupi kebutuhan gizi harian bayi.

Menyediakan semua zat gizi makro dan mikro dalam jumlah yang cukup atau adekuat pada 1.000 hari pertama kehidupan si Buah Hati penting untuk perkembangan otak dan neurokognitif yang normal. Ini artinya, tidak ada satu jenis zat gizi "ajaib" yang menjadi solusi tunggal terhadap perkembangan saraf anak.

Penelitian Landshears (2004) menyebutkan perkembangan kognitif pada remaja 17 tahun merupakan akumulasi perkembangan anak dari usia 0-4 tahun (50%), 4-8 tahun (30%) dan 9-17 tahun (20%). Oleh karena itu, perlu makanan yang cukup untuk mendukung perkembangan kecerdasan otak sejak dari usia bayi.

Para ahli saraf dan psikolog juga menyebut hari-hari pertama kehidupan anak merupakan periode kritis dan sensitif dalam perkembangan otak. Karenanya, ketika terjadi perubahan struktur atau fungsi otak karena faktor nutrisi dapat mengakibatkan konsekuensi jangka panjang yang tidak dapat diubah.

Faktor yang Memengaruhi Kecerdasan Otak Bayi

Faktor genetik atau keturunan menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan kecerdasan Si Buah Hati. Hal ini karena sebagian besar perkembangan otak pada awal kehidupan sangat terprogram.

Namun, keturunan bukanlah satu-satunya faktor penentu kecerdasan otak anak. Selain faktor internal yakni bakat atau kecerdasan yang diturunkan langsung dari orangtua, perkembangan otak dapat didorong oleh stimulasi, aktivitas di lingkungan sekitar, pola asuh, pendidikan, kesehatan hingga asupan nutrisi. Faktor lingkungan dan nutrisi bahkan menjadi faktor paling besar yang mempengaruhi perkembangan otak anak.

 

Jenis Makanan untuk Kecerdasan Otak Bayi

Pertumbuhan otak bayi sudah dimulai ketika dia masih berada di dalam kandungan. Perkembangan itu bakal berlanjut, terutama selama fase 1.000 hari pertama kehidupannya. Kekurangan zat besi pada fase tersebut akan mengganggu proses perkembangan struktur otak, sistem neurotransmitter dan pembentukan membran saraf untuk menyempurnakan kerja otak.

Agar perkembangan otak lebih optimal, perlu makanan tinggi zat besi untuk bayi dan sejumlah nutrisi lain. Berikut makanan yang meningkatkan kecerdasan otak bayi.

 

1. Telur 

Telur adalah salah satu pilihan MPASI yang ideal. Selain bergizi dan murah, telur biasanya disukai oleh anak. Telur memiliki kandungan zat besi, kolin, vitamin B12 hingga protein. Kolin sendiri sangat penting untuk perkembangan otak dan meningkatkan fungsi kognitif.

 

2. Makanan Laut        

Makanan laut merupakan sumber zat besi dan protein hewani yang baik seperti tuna, salmon, udang, lobster hingga rumput laut punya kandungan nutrisi yang beragam mulai yodium hingga Omega-3. Asam lemak omega-3, khususnya DHA, diketahui sangat besar peranannya dalam perkembangan otak. Keberadaannya diperlukan sejak masa janin hingga usia dua tahun. Zat besi menunjang produksi sel darah merah yang membawa nutrisi dan oksigen ke seluruh sel dan jaringan tubuh, tak terkecuali otak.

Baca Juga : Stimulasi Bicara Anak Usia 1 Tahun

 

3. Sayuran 

Salah satu makanan yang mengandung zat besi untuk bayi adalah sayuran. Sayuran seperti bayam, wortel, kentang dan brokoli mengandung dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak. walaupun mengandung zat besi, namun perlu diingat bahwa, penyerapan zat besi dari sayuran lebih sedikit dibandingkan dari protein hewani.

 

4. Kacang-kacangan

Kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, dan kacang kedelai adalah sumber nutrisi yang bermanfaat untuk Si Buah Hati. Makanan ini mengandung sumber protein yang penting dalam pembentukan neurotransmitter. Selain itu kacang-kacangan mengandung zat besi, kalium, magnesium, Omega-3 dan asam folat untuk mendukung perkembangan kognitif anak.

Asupan yang tepat dan sesuai kebutuhan akan mendukung kecerdasan anak di masa depan. Yuk penuhi asupan nutrisi mereka sejak dini Bunda!

Image Article
Gizi Makanan untuk Kecerdasan Otak Bayi: Apa yang Harus Diberikan?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Umur Berapa Anak Bisa Bicara? Simak Penjelasan Berikut Ini!

Published date

Bunda, memiliki buah hati adalah kebahagiaan bagi orangtua. Namun, dalam fase tumbuh kembang buah hati, orangtua biasanya memiliki banyak pertanyaan, apakah tumbuh kembang ananda tergolong normal atau di bawah anak-anak seusianya. Salah satu pertanyaan terbesar adalah anak bisa bicara umur berapa? Bunda, sebelum usia satu tahun, kebanyakan bayi sudah memahami arti dari selusin lebih kata, dan di usai dua tahun, kebanyakan anak bisa berbicara 200 atau lebih kata.

 

Umur Berapa Anak Bisa Bicara?

“Bayi bicara” pertama kali bersifat nonverbal dan terjadi segera setelah lahir. Meringis, menangis, dan menggeliat adalah cara bayi untuk mengekspresikan berbagai emosi dan kebutuhan fisik, mulai dari rasa takut dan lapar hingga frustrasi dan kelebihan sensorik.

Bunda bisa belajar untuk mendengarkan dan menafsirkan tangisan buah hati yang berbeda-beda.

Nah, kapan buah hati mengeluarkan kata-kata pertama, bervariasi antara satu anak dengan anak lainnya.

Namun, umumnya jawaban dari anak umur berapa bisa bicara adalah sekitar usia satu tahun. Di usia ini, anak-anak sudah bisa mengucapkan satu dua kata berarti seperti mama, papa, atau dadah.1 Lebih lengkapnya, simak mengenai tahap perkembangan bicara anak di bawah ini.

 

Tahapan Perkembangan Bicara Bayi

Bunda bisa mengetahui perkembangan buah hati dengan mengetahui tahapan perkembangan bicara di bawah ini. Sehingga, bunda juga tidak akan penasaran lagi tentang umur berapa anak bisa bicara.

Usia 3 bulan

Di akhir usia 3 bulan, Si Buah Hati umumnya sudah bisa:

  • Senyum saat Bunda muncul

  • Mengeluarkan suara mendengkur

  • Diam atau tersenyum ketika diajak bicara

  • Sepertinya mengenal suara Bunda

  • Setiap tangisan yang berbeda untuk mengekspresikan kebutuhan yang berbeda

Usia 6 bulan

Di akhir usia 6 bulan, Si Buah Hati umumnya sudah bisa:

  • Mengeluarkan suara berdeguk saat bermain

  • Mengoceh dan membuat berbagai suara

  • Gunakan suara untuk menunjukkan rasa suka dan tidak suka

  • Menggerakkan mata ke arah suara

  • Merespons perubahan nada suara Bunda

  • Memperhatikan bahwa beberapa mainan mengeluarkan suara

  • Memperhatikan musik

Usia 12 bulan

Di akhir usia 12 bulan, Si Buah Hati sudah dapat:

  • Mencoba menirukan suara ucapan

  • Ucapkan beberapa kata, seperti "dada", "mama", dan "uh-oh"

  • Memahami perintah sederhana, seperti "Kemarilah"

  • Mengetahui kata-kata untuk benda-benda yang umum, seperti "sepatu"

  • Berbalik dan melihat ke arah suara

Usia 18 bulan

Di akhir usia 18 bulan, Si Buah Hati umumnya sudah dapat:

  • Mengetahui nama orang, objek, dan bagian tubuh

  • Mengikuti perintah sederhana yang diikuti dengan gesture tubuh

  • Berbicara 10 kata

Usia 24 bulan

Di akhir usia 24 bulan, Si Buah Hati sudah bisa:

  • Menggunakan frasa sederhana, misalnya “tambah susu”

  • Bertanya satu atau dua kata seperti “Mau pergi?”

  • Mengikuti perintah sederhana dan memahami pertanyaan sederhana

  • Berbicara 50 kata atau lebih

  • Berbicara dengan baik jadi Bunda dan orang lain bisa paham.

Tanda Gangguan Bicara pada Anak

Untuk mengetahui apakah buah hati mengalami gangguan perkembangan bicara atau tidak Bunda harus mengenali tanda-tandanya, di antaranya:

  • tidak mengeluarkan suara sama sekali sampai bayi berusia 6 bulan,

  • tidak mengoceh sampai usia 12 bulan,

  • tidak mengeluarkan 1 kata yang bukan mengoceh atau meniru ucapan orang lain di usia 16 bulan.

  • tidak menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap benda pada usia bayi 20 bulan,

  • kurang mampu berbagi perhatian atau ketertarikan dengan orang lain di usia 20 bulan, dan

  • orangtua masih tidak mengerti perkataan anak di usia 30 bulan.

Jika mendapati tanda-tanda seperti di atas, sebaiknya Bunda konsultasikan dengan dokter anak.

 

Baca Juga : Stimulasi Bicara Anak Usia 1 Tahun 

Secara umum, ada beberapa faktor yang menyebabkan keterlambatan bicara pada buah hati. Jadi, sebelum bertanya anak bisa bicara lancar umur berapa, Bunda perlu mengecek apakah beberapa faktor berikut ada pada anak.

  1. Faktor genetik

  2. Gangguan perkembangan dan/atau pendengaran karena gangguan pada saraf

  3. Kurangnya pengalaman secara langsung, dalam hal ini seperti kurangnya stimulasi dan interaksi sosial.

Berdasarkan beberapa penelitian, pengalaman awal yang didapatkan oleh bayi (dalam hal ini stimulasi dan interaksi sosial) terlibat pada perkembangan otak. Meski tampak sepele, ternyata pengalaman yang diterima bayi di hari-hari pertama kehidupannya berkaitan erat dengan perkembangan saraf sehingga mempengaruhi pemrosesan bahasanya.

Cara Stimulasi agar Perkembangan Bicara Anak Sesuai Usia

 

Bunda, orangtua dan lingkungan terdekat berperan penting dalam perkembangan bicara dan bahasa anak. Untuk itu, ini yang bisa Bunda lakukan untuk menstimulasi kemampuan bicara buah hati:

1. Sering ajak anak komunikasi       
 

Kapan pun dan di mana pun Bunda, saat berada bersama buah hati, usahakan menceritakan apa pun kepadanya. Misalnya, Bunda bisa mengenalkan berbagai benda yang ditemui, apa yang Bunda lakukan, dan sebagainya. Meskipun buah hati belum bisa bicara, kata-kata yang didengarnya akan menjadi bekal dalam perkembangan bicaranya.

 

2. Bacakan buku atau cerita       
 

Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kosakata buah hati sejak dini adalah dengan membacakannya buku atau cerita bergambar. Sambil membacakannya cerita, Bunda bisa mengajak buah hati menunjuk gambar dan menyebut nama benda yang ditunjuk.

Bunda, pertanyaan umur berapa anak bisa bicara yang banyak ditanyakan dan dikhawatirkan oleh orangtua akhirnya tergantung pada stimulasi yang diberikan pada Si Buah Hati. Jadi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Bunda merasa buah hati “berbeda” dengan anak seusianya.

Untuk Si Buah Hati yang sudah berusia 1 tahun ke atas, jangan lupa untuk memberikan nutrisi yang dibutuhkannya, salah satunya susu pertumbuhan. DANCOW 1+ Imunutri adalah susu pertumbuhan yang diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 1-3 tahun, tinggi akan Vitamin A, C, E, Selenium, Zink, Tembaga, tinggi Kalsium, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi.

Image Article
Umur Berapa Anak Bisa Bicara? Simak Penjelasan Berikut Ini!
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off