Bunda, Kenali Gerakan Bayi Menjelang Persalinan Ini, Yuk!

Published date

Menjelang momen spesial persalinan, Bunda pasti ingin mengetahui bagaimana kondisi calon Si Buah Hati di dalam perut. Salah satu cara untuk merasakan kehadirannya adalah dengan memperhatikan gerakan bayi.

Gerakan bayi menjelang persalinan bukan hanya tanda kehidupan, tapi juga indikator penting tentang kesehatan dan kesiapan bayi untuk dilahirkan. Bayi akan terus bergerak hingga persalinan dimulai dan gerakan ini akan terus berlanjut hingga awal persalinan.

Jika gerakan bayi saat menjelang persalinan berkurang, Bunda dapat mengecek ke tenaga kesehatan .

Tanda dan Gerakan Bayi Menjelang Persalinan

Ada beberapa tanda yang bisa menjadi petunjuk bahwa Si Buah Hati segera lahir. Hal ini bisa berupa nyeri pinggang, penurunan berat badan, diare – dan tentu saja, air ketuban pecah.

Namun proses persalinan setiap ibu hamil akan berbeda-beda. Apa yang Bunda alami di jam-jam terakhir kehamilan mungkin berbeda dengan yang dialami oleh ibu hamil lainnya.

Meski demikian, ada beberapa tanda umum yang bisa menjadi patokan bahwa bayi dalam perut akan segera lahir. Berikut beberapa tanda yang mungkin menandakan persalinan akan segera dimulai:

  • Keluarnya lendir bercampur darah (bloody show): Lendir kental berwarna merah muda atau kecoklatan yang keluar dari vagina.

  • Pecahnya ketuban: Keluarnya cairan bening atau sedikit keruh dalam jumlah banyak dari vagina.

  • Mulai merasakan kontraksi: Kontraksi rahim yang terasa kencang dan mengencang secara bertahap.

Selain tanda di atas, gerakan bayi menjelang persalinan dalam perut juga bisa menjadi tanda bahwa Bunda akan segera bertemu Si Buah Hati.

Gerakan janin menjelang persalinan menjadi semakin aktif. Seiring bertambahnya usia kehamilan, gerakan janin akan semakin jelas dan kuat. Bunda akan merasakan tendangan, pukulan, dan bahkan putaran yang semakin jelas, kuat, dan bersemangat.

Karena itu, cobalah untuk menghitung gerakan janin secara rutin, buat catatan, dan laporkan kepada tenaga kesehatan jika terjadi penurunan gerakan pada janin kurang dari biasanya. Hal ini akan membantu mengurangi risiko kejadian kematian prenatal.

Baca Juga: Kenapa Ibu Hamil Susah Tidur? Simak Penjelasannya di Sini!

Bunda bisa mencatat jumlah tendangan bayi dalam perut sejak sekitar enam bulan kehamilan sebagai cara untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja. Setiap hari, catat berapa lama waktu yang dibutuhkan bayi Anda untuk melakukan 10 tendangan, desir, atau berguling. 

Bunda akan merasakan setidaknya 10 gerakan dalam waktu dua jam, tetapi Bunda mungkin akan merasakan banyak gerakan dalam waktu yang jauh lebih singkat. Sebagai alternatif, hitung berapa lama bayi Anda melakukan tiga gerakan. Bunda akan merasakan setidaknya tiga gerakan dalam setengah jam.

Bagaimana jika gerakan bayi justru berkurang menjelang persalinan? Apakah menjelang persalinan gerakan bayi berkurang perlu diwaspadai?

Apabila menjelang persalinan gerakan bayi berkurang, hal ini perlu diwaspadai. Perubahan pola pergerakan bisa menjadi tanda bayi sedang dalam masalah. Saat bayi bergerak ke posisi yang benar menjelang persalinan, maka biasanya Bunda akan mengalami nyeri punggung bagian bawah.

Lalu, apakah gerakan bayi masih aktif menjelang persalinan merupakan pertanda bagus? Sebelum persalinan dimulai, bayi biasanya akan bergerak mencari posisi yang nyaman untuk bisa  keluar melalui jalan lahir dengan kepala terlebih dahulu. Posisi ini disebut presentasi cephalic (kepala). Namun, ada beberapa posisi lain yang mungkin dipilih bayi sebelum persalinan dimulai.

Terkadang, bayi tidak berada di posisi ideal sebelum dilahirkan. Ada beberapa posisi janin yang bisa saja terjadi dan beberapa posisi ini dapat menimbulkan komplikasi selama persalinan.

Berikut beberapa kemungkinan posisi janin:

1. Occiput Anterior (Cephalic)

Ini adalah posisi terbaik untuk persalinan normal. Kepala janin berada di bawah, menghadap tulang belakang ibu (ke belakang), dagu janin terlipat ke arah dada, dan janin sedikit miring, dengan bagian belakang kepalanya menghadap kanan atau kiri.

2. Occiput Posterior (Cephalic)

Kepala janin di bawah tetapi menghadap ke atas (posisi "sunny side up"). Janin mungkin sedikit ke kiri (occiput posterior kiri) atau kanan (occiput posterior kanan). Dalam posisi ini, persalinan pervaginam masih mungkin dilakukan.

3. Posisi Sungsang (Breech Presentations)

Posisi sungsang terjadi ketika bokong atau kaki bayi berada dalam posisi lahir terlebih dahulu. Posisi sungsang memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk dilakukan persalinan Caesar (C-section) untuk melindungi Bunda dan si kecil saat proses persalinan.

Perbedaan Gerakan Bayi dan Kontraksi

Kontraksi juga menjadi tanda utama bahwa bayi segera lahir. Mendekati persalinan, kontraksi akan semakin kuat. Kontraksi akan terjadi secara konsisten setiap beberapa menit, menjadi lebih menyakitkan dan dengan interval yang lebih pendek.

Hal ini mirip gerakan bayi menjelang persalinan. Umumnya, gerakan bayi jelang persalinan akan meningkat frekuensi dan intensitasnya. Gerakan janin akan sangat kuat dan bertenaga hingga melibatkan seluruh tubuh janin karena terbatasnya ruang di dalam rahim. Gerakan bisa seperti  peregangan atau terasa seperti ada yang berputar di perut Bunda.

Sementara itu, rahim akan mengencang dan kemudian mengendur saat Bunda mengalami kontraksi. Beberapa kehamilan diikuti kontraksi seperti nyeri haid yang ekstrem. Kontraksi juga cenderung lebih lama, lebih kuat, dan lebih sering seiring mendekati waktu persalinan. Kontraksi tersebut mendorong bayi ke bawah dan membuka pintu masuk ke rahim (leher rahim) agar siap untuk dilewati oleh bayi.

Gerakan janin menjelang persalinan juga bisa meniru kontraksi. Bunda bisa membedakannya dengan meletakkan tangan di bagian atas dan samping rahim. Jika kontraksi, seluruh bagian rahim akan terasa keras dan menempel pada ujung jari yang ditekan. Jika rahim terasa keras di beberapa tempat dan lunak di tempat lain, kemungkinan besar gerakan bayi yang menyebabkan sensasi tersebut.

Nah, itulah tanda dan gerakan janin menjelang persalinan yang harus Bunda kenali. Memahami tanda-tanda ini akan sangat membantu mengurangi risiko komplikasi persalinan. Jadi, Si Buah Hati dapat lahir sehat dan selamat.

Image Article
Bunda, Kenali Gerakan Bayi Menjelang Persalinan Ini, Yuk!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Ini 7 Nutrisi untuk Ibu Hamil yang Utama Dipenuhi

Published date

Bunda, selain mempersiapkan diri secara mental dan emosional untuk hamil, menjaga asupan nutrisi juga penting untuk kesehatan kehamilan serta pertumbuhan dan perkembangan bayi. 

Nutrisi untuk ibu hamil yang tepat dan seimbang dapat mendukung pertumbuhan janin, termasuk fungsi kognitif dan sistem kekebalan tubuh Si Buah Hati.

Selain itu, asupan nutrisi yang sehat dan seimbang dapat menurunkan risiko kehamilan dan mendukung kesehatan Buah Hati dalam jangka panjang. Ibu hamil harus mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan dari beraneka ragam makanan secara seimbang dan diantaranya ada beberapa nutrisi yang sangat penting untuk terpenuhi.

7 Nutrisi untuk Ibu Hamil yang Utama  Dipenuhi Setiap Hari

Secara umum, nutrisi seimbang merupakan susunan makanan bernutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk kegiatan sehari-hari. Lantas, apa saja nutrisi yang baik untuk ibu hamil? Simak penjelasan berikut!

1. Folat dan Asam Folat

Folat adalah vitamin B yang berguna mencegah cacat tabung saraf pada bayi, yaitu kelainan serius yang terjadi pada otak, tulang belakang, dan/atau sumsum tulang belakang. 

Sementara itu, asam folat merupakan bentuk sintetis dari folat yang biasanya ditemukan dalam suplemen dan makanan bergizi.

Rekomendasi jumlah asupan folat untuk ibu hamil menurut American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG) yaitu sekitar 600-800 mikrogram selama kehamilan. 

Contoh makanan yang kaya akan folat, yakni sayuran berdaun (misalnya bayam), lobak cina, kacang kering, kacang polong, sereal, biji bunga matahari, kentang, tomat, dan jeruk.

Mengingat susahnya mendapatkan asupan folat hanya dari makanan saja, untuk itu direkomendasikan mengkonsumsi vitamin suplemen. Ibu hamil yang memiliki risiko cacat tabung saraf juga direkomendasikan mengonsumsi folat dengan dosis lebih tinggi  tentunya melalui pengawasan  dokter .

2. Protein

Protein adalah blok pembangun sel dan jaringan dalam tubuh. Oleh karenanya, kebutuhan protein meningkat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi selama kehamilan. 

Penelitian menunjukkan, asupan protein dapat mempengaruhi berat badan Si Buah Hati ketika lahir. Suplementasi energi/protein seimbang juga menunjukkan efek positif pada berat badan bayi saat lahir dan mengurangi risiko bayi bayi kecil masa kehamilan (KMK).

Makanan yang mengandung nutrisi untuk ibu hamil dengan protein yang baik, seperti daging tanpa lemak, ikan, unggas, telur, susu, yogurt, kacang-kacangan, dan produk kedelai. Khusus untuk ibu hamil, telur dan ikan dianjurkan untuk dimasak hingga matang.

3. Zat Besi

Zat besi adalah mineral penting yang memproduksi sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh sehingga kebutuhan untuk ibu hamil dan bayi meningkat.

Zat besi juga membawa oksigen ke otot, membantu otot berfungsi, hingga membantu meningkatkan ketahanan Bunda terhadap stres dan penyakit.

Manfaat zat besi lainnya adalah membantu Anda menghindari gejala kelelahan, kelemahan, suasana hati yang buruk, dan depresi.

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, termasuk memengaruhi kesehatan ibu dan perkembangan bayi. Selama kehamilan, tubuh juga lebih baik dalam menyerap zat besi sehingga kebutuhannya menjadi lebih banyak.

Asupan nutrisi untuk ibu hamil dengan sumber zat besi yang baik, seperti daging merah, ikan, ayam, telur, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun hijau. Selain itu, selama hamil ibu diwajibkan mengkonsumsi minimal 90 tablet tambah darah. 

Baca Juga: Kandungan Susu untuk Kecerdasan Otak Anak

4. Kalsium

Bunda dan Si Buah Hati membutuhkan kalsium untuk mendukung kekuatan tulang dan gigi. Kalsium juga mendukung sistem sirkulasi darah, otot, dan saraf berjalan normal.

Konsumsi kalsium yang cukup juga dapat membantu mencegah penurunan kepadatan tulang pada ibu hamil. Kekurangan kalsium pada ibu hamil juga dapat menyebabkan hipertensi dan kram.

Setiap hari, ibu hamil membutuhkan 1.000 miligram (mg) kalsium, sedangkan ibu hamil pada usia remaja membutuhkan 1,300 miligram. 

Susu dan produk susu, seperti yogurt dan keju, adalah sumber kalsium yang baik, bersama dengan sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, dan sereal yang diperkaya mineral.

5. Lemak

Nutrisi untuk ibu hamil  berikutnya adalah lemak berkualitas atau lemak tak jenuh untuk perkembangan janin dan pertumbuhan bayi.

Dalam hal ini, ketimbang meningkatkan asupan lemak total, Bunda dianjurkan meningkatkan proporsi lemak tak jenuh ganda, seperti asupan asam docosahexaenoic (DHA, dari seri n-3) yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak dan retina.

Bunda disarankan untuk mengonsumsi lemak berkualitas dari berbagai sumber, seperti ikan berlemak (salmon, sarden, atau tuna), biji-bijian, dan minyak ikan.

6. Vitamin D

Vitamin D berguna mendorong penyerapan kalsium dari usus dan dengan sehingga memungkinkan mineralisasi tulang yang baik untuk pertumbuhan. 

Kekurangan vitamin D sering terjadi pada kehamilan. Defisiensi vitamin D yang parah dikaitkan dengan rakitis dan patah tulang bawaan. Selain itu, vitamin D juga berperan dalam perkembangan sistem kekebalan tubuh bayi.

Paparan sinar matahari adalah sumber alami vitamin D. Namun, nutrisi untuk ibu hamil ini juga dapat ditemukan dalam susu, jus jeruk yang diperkaya, sereal, hingga ikan.

7. Serat

Asupan serat yang lebih tinggi selama kehamilan dapat bermanfaat dalam meningkatkan peningkatan keragaman mikrobiota usus, menurunkan risiko intoleransi glukosa dan pre-eklampsia, hingga mencapai penambahan berat badan kehamilan yang sesuai.

Selain itu, makanan tinggi serat juga dapat membantu mengatasi sembelit yang umum terjadi selama kehamilan. 

Sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan adalah sumber serat yang baik yang dapat membantu menjaga pencernaan ibu hamil tetap sehat.

Itulah tujuh nutrisi untuk ibu hamil yang perlu Bunda ketahui. Jangan lupa selalu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan individu. Selamat menjadi calon ibu dan terima kasih telah memberikan yang terbaik bagi tubuh Bunda sendiri dan Si Buah Hati yang sedang tumbuh.

Image Article
Ini 7 Nutrisi untuk Ibu Hamil yang Wajib Dipenuhi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bantu Optimalkan Nutrisi untuk Otak Si Buah Hati dengan Makanan

Published date

Tahun-tahun awal kehidupan adalah masa penting untuk kesehatan dan perkembangan Si Buah Hati di masa depan. Sebab, otak berkembang sangat cepat sejak sebelum lahir dan berlanjut hingga awal masa kanak-kanak.

Meski otak terus berkembang dan berubah hingga dewasa, 8 tahun pertama merupakan pondasi untuk membangun kemampuan berpikir, kesehatan, dan kehidupannya kelak. Nah Bunda, selain gen ada banyak faktor yang memengaruhi seberapa baik perkembangan otak, seperti:

  • Nutrisi untuk otak yang tepat dimulai sejak kehamilan

  • Paparan asap rokok, alkohol atau infeksi virus

  • Pengalaman anak dengan orang lain.

Nutrisi untuk otak yang optimal sangat diperlukan untuk mendukung proses ini dan membantu Si Buah Hati mencapai potensinya.

Lantas, makanan bernutrisi seperti apa yang bisa mengoptimalkan perkembangan otak? Mari kita ulas dalam artikel ini, Bunda. 

Kebutuhan Nutrisi yang Harus Dipenuhi untuk Optimalkan Perkembangan Otak Anak

Perkembangan otak dimulai jauh sebelum seorang anak dapat berjalan dan berbicara. Sel-sel otak berkembang dengan cepat seiring perkembangan Si Buah Hati sejak dalam kandungan.

Otak berkembang selama bayi dan terus berkembang dengan cepat di usia 1-3 tahun untuk meningkatkan kemampuan kognitif, menafsirkan dan menyampaikan informasi, serta melakukan sesuatu yang kompleks.

Selama periode puncak pertumbuhan ini, nutrisi memegang peran penting untuk perkembangan otak Si Buah Hati. Pada dasarnya, semua nutrisi mempunyai peranan untuk perkembangan dan fungsi otak. Namun, ahli mencatat ada beberapa nutrisi untuk otak yang memiliki peran lebih besar dalam perkembangan awal otak, yakni:

  • Kolin

  • Asam Folat

  • Yodium

  • Zat besi

  • Asam lemak tak jenuh seperti omega 3

  • Protein

  • Vitamin A, D, B6, dan B12

  • Zink

Baca Juga: Kandungan Susu untuk Kecerdasan Otak Anak

Jenis Makanan yang Kaya Nutrisi untuk Otak

Makanan seperti ikan berlemak, blueberry, dan brokoli mengandung nutrisi yang dapat mendukung kesehatan dan fungsi otak, termasuk daya ingat. 

Catat Bunda, berikut ini adalah beberapa jenis makanan untuk kecerdasan otak yang dapat menjadi pilihan Bunda untuk diberikan kepada si Buah Hati:

1. Ikan berlemak

Tahukah Bunda, sekitar 50-60 persen otak terbuat dari lemak. Lebih dari separuh lemak pada otak terdiri dari asam lemak Omega 3.

Ikan berlemak bisa dimasukkan ke dalam menu resep makanan untuk mendukung otak cerdas. Sebab, ikan berlemak kaya akan asam lemak omega 3. Omega-3  berfungsi untuk membangun sel-sel otak dan saraf. Selain itu, Omega-3 penting untuk daya ingat dan kemampuan belajar.

Apa saja jenis ikan berlemak?

  • Ikan salmon

  • Ikan trout

  • Ikan herring

  • Ikan sarden

  • Ikan tuna albacore.

2. Blueberry

Blueberry memberikan banyak manfaat kesehatan, termasuk nutrisi untuk otak Si Buah Hati.

Blueberry dan buah beri lain yang berwarna gelap mengandung antosianin, yaitu senyawa tanaman yang punya efek anti-inflamasi dan antioksidan.

Kabar baiknya, riset membuktikan beberapa antioksidan dalam blueberry ditemukan terakumulasi di otak dan membantu meningkatkan komunikasi antar sel otak.

Buat Bunda yang mencari resep MPASI untuk nutrisi otak, bisa tambahkan blueberry untuk camilan Si Buah Hati atau tambahkan ke smoothie.

3. Brokoli

Brokoli kaya akan antioksidan juga vitamin K. Vitamin K adalah vitamin larut lemak yang esensial untuk membentuk sphingolipid pada sel otak. Selain itu, brokoli juga memiliki kandungan sulforaphane yang bermanfaat sebagai antiinflamasi dan antioksidan yang dapat membantu melindungi otak dari kerusakan. Hal-hal tersebut menjadikan brokoli sebagai salah satu bahan makanan yang baik dalam resep makanan si Buah Hati untuk kecerdasan  otak.

Baca Juga: Cara Mengajarkan Motorik Kasar dan Halus Anak

4. Kacang-kacangan, terutama kenari

Kacang-kacangan seperti kenari merupakan sumber nutrisi yang baik untuk otak si Kecil karena tinggi protein dan lemak sehat, terutama asam lemak Omega 3. Protein berkontribusi untuk pertumbuhan otak Si Buah Hati dan perkembangan memori jangka panjangnya, lho Bunda.

Kacang kenari, dibandingkan jenis kacang lain mengandung lebih banyak polifenol. Baik asam lemak Omega 3 dan polifenol merupakan nutrisi untuk otak, zat gizi tersebut dapat menghambat penurunan kognitif.  Hal ini menjadikan kacang kenari sebagai salah satu makanan untuk kecerdasan otak si Buah Hati.

5. Telur

Salah satu bahan makanan yang paling sering ada di rumah Bunda mungkin telur. Selain bergizi, telur juga gampang diolah dan disukai anak-anak. Nah, tahukah Bunda, telur juga bisa menjadi bahan untuk resep MPASI untuk kecerdasan otak lho!

Telur mengandung kolin, vitamin B12, dan protein yang penting untuk otak. Kolin punya peran penting untuk perkembangan otak normal dan dapat meningkatkan fungsi kognitif. 

Dua butir telur utuh sehari menyediakan kolin yang dibutuhkan anak-anak berusia 8 tahun ke bawah.

Saat Si Buah Hati menginjak usia 1 tahun ke atas, Bunda juga bisa memberikan asupan nutrisi tambahan dengan susu pertumbuhan DANCOW 1+ yang diformulasi untuk anak Indonesia usia 1-3 tahun. DANCOW 1+ dengan 0 gram sukrosa, tinggi protein, minyak ikan, omega 3 & 6, dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus. Jadi, si Buah Hati mendapat nutrisi untuk otak baik dari makanan juga minumannya.

Image Article
Bantu Optimalkan Nutrisi untuk Otak Si Buah Hati dengan Makanan
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Simak 7 Manfaat Zat Besi untuk Bayi dan Anak!

Published date

Bunda, memenuhi kebutuhan gizi Si Buah Hati sangat penting agar ia dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal. Salah satu gizi yang penting bagi anak sejak usia bayi adalah zat besi.

Zat besi dibutuhkan tubuh untuk memproduksi hemoglobin, yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh serta memberi warna merah pada sel darah. Selain fungsi zat besi tersebut, ada manfaat zat besi untuk bayi, yakni mendorong perkembangan otak dan sistem saraf.

Lalu, bagaimana jika kebutuhan zat besi pada bayi tidak tercukupi? Dan apa manfaat zat besi untuk bayi lainnya?

Dampak Kekurangan Zat Besi pada Bayi dan Anak

Saat anak mengalami kekurangan zat besi atau kadar zat besi dalam darah terlalu rendah, maka bisa menyebabkan anemia defisiensi besi, yang membuat ukuran sel darah merah mengecil dan mengandung lebih sedikit hemoglobin.

Anemia defisiensi zat besi dapat dialami terutama anak usia bayi dan anak karena kebutuhan zat besi yang tinggi untuk mengimbangi pertumbuhan tubuh yang sedang pesat.

Kekurangan zat besi menjadi penyebab utama anemia defisiensi besi, termasuk pada bayi.

Data dari WHO, prevalensi atau angka kejadian anemia pada anak-anak usia 6-59 bulan mencapai 39,8 persen atau sekitar 269 juta anak pada tahun 2019.

Sementara, hasil Riset Kesehatan Dasar Kemenkes tahun 2018 menyebutkan, 1 dari 3 anak berusia di bawah 5 tahun di Indonesia mengalami anemia.

Memenuhi Kebutuhan Zat Besi pada Bayi dan Anak 

Anemia dapat terjadi karena beberapa hal dan kekurangan zat besi menjadi penyebab anemia yang paling sering terjadi, sehingga penting bagi Bunda untuk memastikan pemenuhan zat besi Si Buah Hati.

Setiap bayi lahir dengan cadangan zat besi di dalam tubuhnya. Selain itu, hingga usia 6 bulan, kebutuhan zat besi Si Buah Hati juga dapat tercukupi melalui ASI. Namun memasuki usia 7 bulan, kebutuhan zat besi bayi semakin bertambah sehingga tidak lagi bisa terpenuhi dari ASI dan membutuhkan asupan tambahan dari MPASI.

Kebutuhan zat besi untuk anak bayi usia 7-12 bulan adalah 11 mg per hari. Anak batita (1-3 tahun) membutuhkan zat besi 7 mg per hari, kemudian anak usia 4-8 tahun membutuhkan asupan zat besi 10 mg per hari.

Bunda dapat memenuhi kebutuhan zat besi Si Buah Hati dengan memberinya makanan sumber zat besi, seperti daging merah, ayam, ikan, bayam, dan brokoli. Berikan juga makanan kaya vitamin C yang dapat membantu tubuh menyerap zat besi lebih baik, seperti tomat, jeruk, dan stroberi.

Untuk anak usia 1-5 tahun, batasi pemberian susu tidak lebih dari 700 ml per hari. Selain itu, beri jeda waktu antara susu dengan pemberian makanan kaya zat besi, karena kalsium dan kasein dalam susu dapat menghambat proses penyerapan zat besi oleh tubuh.

Baca Juga: Jadwal dan Takaran Tepat Memberikan DANCOW 1+

Apa Saja Manfaat Zat Besi untuk Bayi dan Anak?

Demi lebih meyakinkan Bunda perlunya memenuhi kebutuhan zat besi Si Buah Hati, berikut ini 7 manfaat zat besi untuk bayi:

1. Mendukung perkembangan otak dan kemampuan kognitif

Seperti telah dijelaskan di atas, zat besi membantu perkembangan otak sekaligus mendorong kemampuan kognitif Si Buah Hati. Zat besi penting untuk berfungsinya semua sel dan organ di dalam tubuh, termasuk perkembangan otak. Sebaliknya, kekurangan zat besi, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan anak, dapat meningkatkan risiko penurunan kemampuan kognitif hingga gangguan perilaku anak secara permanen.

2. Membangun sistem kekebalan tubuh

Salah satu manfaat vitamin zat besi untuk bayi adalah membantu pertumbuhan dan fungsi sel imun sehingga tubuh memiliki sistem kekebalan yang baik. Dengan sistem imunitas yang bekerja optimal, Si Buah Hati akan lebih kuat menghadapi serangan bakteri dan kuman penyebab penyakit.

3. Membantu produksi sel darah merah dan mencegah anemia defisiensi zat besi

Salah satu peran utama zat besi bagi tubuh adalah membantu pembentukan hemoglobin yang berfungsi memberi warna pada sel darah merah. Saat tubuh mengalami kekurangan zat besi, produksi hemoglobin akan menurun dan berdampak pada sel darah merah yang lebih kecil dan berwarna pucat.

4. Membantu mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh

Zat besi bermanfaat dalam membantu peredaran oksigen ke seluruh tubuh melalui proses pembentukan hemoglobin, yang berfungsi mengikat oksigen dan mengedarkannya ke seluruh tubuh melalui darah.

5. Membantu perkembangan motorik

Tubuh membutuhkan oksigen untuk menghasilkan energi. Melalui oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah, tubuh akan memiliki cukup energi untuk bergerak dan beraktivitas. Hal ini tentu tidak lepas dari peran zat besi yang membantu pembentukan hemoglobin dalam tubuh. Dengan aktif bergerak, kemampuan motorik Si Buah Hati juga akan berkembang.

6. Mendorong pertumbuhan fisik anak

Pembentukan otot dan jaringan tubuh lainnya juga terpengaruh asupan zat besi dalam tubuh. Dengan energi yang dihasilkan dari oksigen, sel tubuh dapat berfungsi dengan baik, termasuk dalam membentuk jaringan tubuh baru yang membangun fisik anak.

Kebutuhan zat besi Si Buah Hati tidak berhenti saat masih bayi. Menginjak usia 1 tahun, anak tetap memerlukan asupan zat besi. Bunda bisa memenuhi kebutuhan zat besi Si Buah Hati yang telah mendapatkan makanan padat dari makanan sehari-harinya, seperti daging merah, ikan, bayam, brokoli, dan susu. 

Penuhi kebutuhan gizi anak, terutama zat besi sejak dini dan dapatkan manfaat zat besi untuk bayi agar Si Buah Hati tumbuh sehat dan optimal.

Image Article
Bunda, Simak 7 Manfaat Zat Besi untuk Bayi Ini!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Jangan Panik, Inilah Cara Mengetahui Arti Bayi Menangis

Published date

Bayi menangis sejak lahir dan akan terus menangis karena ini adalah satu-satunya cara dia berkomunikasi. Meski seringkali menyulitkan, terutama ketika Si Buah Hati menangis tanpa henti, Bunda tidak perlu panik karena ada beberapa jenis tangisan, penyebab kenapa bayi menangis, dan cara mengatasinya. Dengan begitu, Bunda bisa menarik napas panjang dan siap memecahkan masalah yang dihadapi Si Buah Hati. 

Cara Mengenali Penyebab Kenapa Bayi Menangis

Tangisan bayi berbeda-beda tergantung penyebabnya, tetapi dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yakni kelaparan, ketidaknyamanan, penyakit, nyeri, atau kolik.

Bunda bisa mengenali jenis-jenis tangisan tersebut dengan memperhatikan suara tangisan dan gerak-gerik Si Buah Hati.

Sebagai contoh, suara tangisan bayi yang sakit tidak akan terdengar seperti tangisan normal. Si  Buah Hati mungkin terdengar lelah dan lemah. Bayi biasanya tidak berhenti menangis meski Bunda telah mencoba menenangkannya. 

Intensitas dan Lama Tangisan

Bunda dapat menentukan jawaban kenapa bayi menangis dari kualitasnya, yaitu mendengarkan intensitas dan lama tangisan. 

Lama tangisan bayi yang terlalu sering bisa mengindikasikan dia mengalami gangguan pencernaan atau sedang sakit atau mengalami kolik.

Kemudian, Si Buah Hati yang sering menangis dalam pola berulang, seperti pada waktu tertentu setiap hari, mungkin ada penyebab tertentu yang perlu diidentifikasi.

Tanda-tanda Menangis karena Lapar

Salah satu alasan utama bayi menangis adalah karena alasan lapar. Tangisan ini lebih mudah dikenali karena disertai dengan berbagai perilaku, seperti membuka mulut, mencari atau mendongak ke payudara, hingga menjilat bibirnya.

Lantas, kenapa bayi menangis saat menyusu? Umumnya, bayi menangis karena masih merasa lapar atau tidak nyaman.

Bayi yang telah kenyang akan menutup mulut, memalingkan muka dari payudara, hingga merelakskan tangan.

Tanda-tanda Menangis karena Lelah

Kelelahan juga dapat membuat bayi menangis dengan lembut dan monoton. Mereka bisa terlihat lesu dan kurang responsif terhadap rangsangan eksternal. 

Kelelahan itu bisa diakibatkan oleh posisi yang tidak nyaman atau faktor lingkungan. Bunda dapat mengecek popoknya, apakah tempat tidurnya terlalu dingin atau panas, hingga dia merasa terlalu terstimulasi atau kurang distimulasi. 

Sebelum menangis karena kelelahan, bayi umumnya memberikan tanda-tanda, seperti menguap, menjadi lekat dengan Bunda, menyentuh mukanya, merengek, hingga menyentuh mukanya.

Ketidaknyamanan saat Tummy Time

Tummy time atau latihan tengkurap pada bayi sangat penting untuk mendorong perkembangan otot leher dan bagian tubuh lainnya. 

Lalu, kenapa bayi menangis saat tummy time? Penyebabnya adalah bayi merasa kesulitan melihat sekitar atau kesulitan ketika mengangkat kepala melawan gravitasi. 

Dalam hal ini, Bunda dapat mengubah-ubah posisi Si Buah Hati agar tidak gampang lelah atau mencukupkan latihan karena tummy time membutuhkan proses.

Selain itu, Bunda dapat mencoba posisi lain sebelum melakukan tummy time, misalnya menggendong di dada sehingga Si Buah Hati berlatih menopang kepalanya sendiri.

Tanda-tanda Menangis karena Ketidaknyamanan

Tangisan bayi bisa menjadi cara untuk mengungkapkan ketidaknyamanan fisik, seperti popok yang kotor, pakaian yang terlalu ketat, atau mungkin ada rambut yang terjepit di antara jari-jari kaki mereka.

Tanda-tandanya adalah menangis rewel dengan suara pelan terus menerus. Bahkan, bayi juga dapat menangis saat proses menyusui. 

Kenapa bayi menangis saat makan? Umumnya, bayi tengah mengalami masa pertumbuhan gigi sehingga menyebabkan rasa sakit di gusi. Tanda menangis untuk gigi tumbuh adalah merengek minta digendong atau dinyamankan, menggigit-gigit sesuatu, hingga tidak tertarik makanan padat. 

Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak

Cara Mengatasi dan Menenangkan Bayi yang Menangis

Meskipun Bunda telah berusaha keras menjaga kenyamanan Si Buah Hati, terkadang tantrum terjadi dan tidak bisa dihindari.  

Pertama, bedong bayi dengan selimut yang besar dan tipis untuk membantu Si Buah Hati merasa aman. Kedua, gendong bayi dan letakkan tubuhnya miring ke kiri untuk membantu pencernaan atau perutnya sebagai penyangga. Ketiga, tenangkan bayi dengan gosok punggungnya dengan lembut. Jika Si Buah Hati tertidur, baringkan dengan posisi telentang.

Keempat, ajak bayi berjalan-jalan dengan gendongan atau goyangan yang menenangkan sehingga bayi ingat pada gerakan yang dirasakannya di dalam kandungan. 

Meskipun mungkin sulit di awal, seiring waktu, Bunda akan belajar mengenali berbagai tanda kenapa bayi menangis. Perhatikan pola dan karakteristik tangisan, dan ingatlah bahwa setiap bayi adalah individu yang unik sehingga membutuhkan perlakuan tersendiri.

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas!

Image Article
Jangan Panik, Inilah Cara Mengetahui Kenapa Bayi Menangis
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Membedakan Tanda-tanda Bayi Lapar atau Mengantuk

Published date

Pernahkah Bunda merasa baru saja memberi Si Buah Hati makanan, tetapi tidak berselang lama dia sudah menangis membuka mulutnya, seakan-akan dia kelaparan setiap saat?

Bunda pasti selalu ingin memberikan yang terbaik untuk Si Buah Hati, termasuk dalam memahami isyarat dan kebutuhan Si Buah Hati. 

Pada artikel ini, kita akan membahas tanda-tanda bayi lapar atau hanya mengantuk sehingga Bunda dapat merespons kebutuhan bayi secara optimal dan menciptakan ikatan emosional yang lebih kuat.

Tanda-tanda Bayi Lapar

Bunda, khususnya ibu baru, mungkin kesulitan memahami isyarat Si Buah Hati. Untungnya, Si Buah Hati pasti akan memberikan tanda-tanda lapar atau kenyang sehingga Bunda tinggal membiasakan diri. Berikut beberapa tanda bayi lapar dan kenyang secara umum yang perlu diketahui.

1. Mencari Puting atau Meraba-raba Area Mulut

Isyarat bayi merasa lapar bisa berbeda tergantung usianya, seperti bayi baru lahir hingga lima bulan berbeda dengan enam bulan sampai 24 bulan. 

Dalam hal ini, kita akan membahas tanda bayi 5 bulan lapar. Mereka akan tampak lebih aktif, salah satunya dengan mencari sesuatu untuk disentuhkan di sekitar mulut dan pipinya.

Apakah bayi memasukkan tangan ke mulut tanda lapar? Biasanya, mereka akan menggigit jari, meraba area mulut, mencari puting.   

Tindakan tersebut menunjukkan hasrat Si Buah Hati untuk menyusu atau menerima makanan.

Sementara itu, tanda bayi bawah lima bulan yang kenyang adalah menutup mulut, berpaling dari payudara, serta tangannya tidak tegang.

2. Membuka Mulut dan Mengeluarkan Suara

Tanda bayi lapar selanjutnya adalah membuka mulutnya lebar-lebar, terkadang dengan lidah yang terjulur keluar. Mereka juga akan mendesah, merintih, atau mengeluarkan suara-suara kecil lainnya.Si Buah Hati juga akan mengeluarkan suara menghisap serta menepuk dan menjilat bibir mereka. Sikap tersebut mencerminkan kesiapan alami Si Buah Hati untuk menyusu atau menerima makanan.Si Buah Hati juga akan mengeluarkan suara menghisap serta menepuk dan menjilat bibir mereka.Sikap tersebut mencerminkan kesiapan alami Si Buah Hati untuk menyusu atau menerima makanan.

3. Suara Tangisan Khusus

Setiap bayi akan menangis ketika lapar. Namun, tanda-tanda bayi lapar ini berbeda karena tangisan bayi ketika lapar memiliki karakteristik berbeda dengan kondisi lain. 

Tangisan lapar bayi berubah menjadi lebih tajam dengan kemarahan. Seiring bertambahnya usia, tangisan bayi akan menjadi lebih kuat, lebih keras, dan lebih mendesak. Tangisan mereka juga akan lebih bervariasi, seolah-olah ingin menyampaikan kebutuhan berbeda.

Bunda akan mengenalinya karena tangisan Si Buah Hati terdengar lebih tajam, terputus-putus, dan intensif. Terkadang, tangisan juga disertai dengan gerakan gelisah dan geliatan yang lebih aktif.

4. Mengepalkan Tangan dan Tampak Frustasi

Tanda-tanda bayi lapar berikutnya adalah meregangkan tangan dan kaki lalu menggerakkannya ke segala arah.

Bayi juga akan mengepalkan tangannya dan menggerakkannya ke sekitar dada atau perut. Ini menandakan Si Buah Hati tengah frustasi dan tidak sabar. 

Bayi yang lapar juga menggoyang-goyangkan kepala ke segala arah, serta tampak menggeliatkan badan dan gelisah.

Berapa Sering Seharusnya Menyusui Bayi

Bayi baru lahir umumnya membutuhkan pemberian ASI sekitar 8–12 kali sehari. Meski begitu, bayi adalah individu yang unik sehingga Bunda perlu memperhatikan isyarat lapar yang ditunjukkan Si Buah Hati lebih awal.

Sebagai panduan, bayi baru lahir hingga umur dua bulan rata-rata mengonsumsi susu sekitar 45–90 milliliter setiap 2–3 jam. Kebutuhan minum akan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada usia sekitar 2 bulan, Si Buah Hati minum sekitar 120–150 mililiter setiap 3–4 jam. Pada usia 4 bulan, bayi minum sekitar 120-180 mililiter setiap kali menyusu, tergantung seberapa sering mereka makan. Pada usia 6 bulan, bayi Anda minum sekitar 180–230 mililiter sekitar 4–5 kali sehari.

Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak

Perbedaan Tangisan Bayi Lapar dengan Tangisan karena Kondisi Lain

Seperti disebutkan di atas, tangisan bayi yang lapar berbeda dengan kondisi lain. Berikut penjelasannya.

1. Beda Bayi Lapar dan Mengantuk

Salah satu tanda-tanda bayi lapar adalah cenderung menangis lebih sering dan intensif jika dibandingkan dengan tangisan karena kantuk. 

Sementara itu, tangisan karena mengantuk terjadi ketika Si Buah Hati merasa terpisah dari orangtua. Bayi membutuhkan sentuhan dan perhatian. Ketika mereka tidak merasakannya, mereka akan menangis untuk memberi tahu.

2. Isyarat Sebelum Tangisan

Bayi bisa menangis karena mengantuk atau bahkan tanpa sebab. Namun, bayi yang lapar biasanya memberikan isyarat sebelum tangisan mencapai puncaknya. 

Bunda dapat melihatnya dari gerakan mencari puting atau memberikan isyarat dengan membuka mulut. Sebaliknya, bayi yang mengantuk mungkin terlihat mengantuk sejak awal tanpa memberikan isyarat aktif.

Mengenal Tanda-tanda Bayi Puas Setelah Makan atau Minum ASI

Bayi yang telah puas minum ASI akan menampilkan ekspresi wajah bahagia dan menghentikan aktivitas menghisap. Mereka mungkin tersenyum atau terlihat lebih tenang dan relaks. Mereka juga akan merelakskan tangan, berpaling dari payudara, hingga mendorong makanan ke arah Bunda.  

Bunda, membedakan tanda-tanda bayi lapar dan mengantuk memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap isyarat dan perilaku Si Buah Hati. Dengan memahami hal tersebut, Bunda dapat merespons kebutuhan Si Buah Hati secara lebih efektif. 

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.

Bunda juga perlu mengetahui memberikan ASI secara ekslusif penting bagi bayi sampai usia 6 bulan karena ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dengan tepat, mudah digunakan secara efisien oleh tubuh bayi dan melindungi bayi terhadap infeksi.

Image Article
Cara Membedakan Tanda-tanda Bayi Lapar atau Mengantuk
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Pentingnya Memahami Ciri Anak Kekurangan Zat Besi

Published date

Defisiensi zat besi adalah defisiensi nutrisi yang paling umum terjadi di dunia. Data epidemiologi menunjukkan bahwa kekurangan zat besi lebih banyak terjadi pada bayi, anak prasekolah, dan remaja.

Defisiensi zat besi bisa menyebabkan gejala yang berhubungan dengan anemia, yang dapat mengganggu perkembangan saraf, perkembangan kognitif, hingga menyebabkan masalah kulit, rambut, kuku, dan pencernaan.

Dikarenakan dampaknya yang besar, orangtua perlu memahami ciri anak kekurangan zat besi agar bisa segera tertangani dengan baik dan tidak menyebabkan masalah kesehatan di kemudian hari.

Sebagian besar gejala kekurangan zat besi pada anak tidak muncul hingga terjadinya anemia defisiensi besi. Lantas, apa ciri-ciri anak kekurangan zat besi?

Pentingnya Zat Besi untuk Tumbuh Kembang Anak

Zat besi memiliki peran vital dalam tubuh, yakni membantu membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, serta membantu otot menyimpan dan menggunakan oksigen. 

Lebih jelasnya, tubuh membutuhkan zat besi untuk memproduksi hemoglobin. Hemoglobin inilah yang mengikat oksigen dalam darah dan mengedarkannya ke seluruh sel tubuh. Oksigen sendiri dibutuhkan seluruh sel tubuh agar bisa bekerja secara optimal.

Selain itu, tubuh juga membutuhkan zat besi untuk memproduksi hormon. Nutrisi ini juga berperan penting dalam fungsi metabolisme tubuh.

Itulah mengapa memenuhi kebutuhan zat besi sangat penting bagi anak. Zat besi sendiri membantu proses mielinisasi syaraf di otak  sejak awal kehidupan anak .  dna berperan untuk pertumbuhan dan fungsi kekebalan tubuh.

Seperti yang dijelaskan di atas, anak-anak yang mengalami kekurangan zat besi dapat mengalami gangguan tumbuh kembang.

Ciri Anak Kekurangan Zat Besi

Jika Bunda bertanya apa ciri dari anak kekurangan zat besi, maka jawabannya adalah kekurangan zat besi biasanya tidak langsung menunjukkan gejala tertentu. Kekurangan zat besi pada anak biasanya berkembang secara perlahan dan tidak banyak menimbulkan gejala. Baru setelah kadar zat besi sangat rendah muncul beberapa gejala.

Ciri-ciri anak kekurangan zat besi  yang sudah sampai mengalami anemia defisiensi besi paling umum meliputi kulit pucat, mudah lelah, sakit kepala, detak jantung cepat, lidah sakit, menurunnya nafsu makan, hingga limpa membesar.

Selain itu, ciri-ciri kekurangan zat besi pada anak juga bisa berupa munculnya keinginan memakan benda yang bukan makanan seperti tanah, es batu, rambut, dan lain sebagainya. Gangguan makan ini disebut dengan istilah pica.

Anak-anak dengan anemia berat mungkin memiliki  gejala tambahan berupa sesak napas, tangan dan kaki bengkak, sakit kepala, hingga bisa pingsan.

Baca Juga: 4 Stimulasi Perkembangan Bahasa Anak

Bahaya Anemia Defisiensi Besi pada Anak

Anemia defisiensi zat besi biasanya didiagnosis melalui tes darah. Bunda yang menemukan ciri anak kekurangan zat besi, sebaiknya segera mencari pertolongan medis agar kondisinya tidak menjadi parah.

Anemia defisiensi zat besi berbahaya karena bisa menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak. Hal yang paling mengkhawatirkan dari anemia defisiensi besi adalah gangguan perilaku, kognitif, dan kemampuan psikomotor.

Anemia defisiensi zat besi yang tidak diobati bisa meningkatkan risiko terkena penyakit dan infeksi. Sebab kekurangan zat besi mempengaruhi fungsi sistem kekebalan tubuh.

Selain itu, anemia defisiensi zat besi bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi yang mempengaruhi jantung atau paru-paru, seperti gagal jantung.

Perawatan anemia defisiensi tergantung pada gejala, usia, kondisi kesehatan, dan tingkat keparahannya.

Seseorang yang mengalami anemia parah kemungkinan membutuhkan zat besi melalui jalur intravena atau bahkan transfusi darah.

Cara Mengatasi Anemia Defisiensi Zat Besi pada Anak

Setidaknya ada dua cara mengatasi anemia defisiensi besi pada anak yang bisa dilakukan sebagai berikut:  

1. Suplementasi zat besi

Sirup atau pil zat besi yang dikonsumsi selama beberapa bulan bisa membantu meningkatkan kadar zat besi dalam darah. Meski begitu, suplemen zat besi bisa mengiritasi lambung dan mengubah warna feses menjadi kehitaman. Sebaiknya, suplemen zat besi diminum saat perut kosong untuk memaksimalkan penyerapannya. 

2. Pola makan

Mengonsumsi makanan sehat yang  kaya zat besi bisa membantu mengatasi anemia defisiensi zat besi.

Ada beberapa makanan yang menjadi sumber utama zat besi seperti  daging, unggas, ikan, susu fortifikasi, sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, tahu, dan kuning telur. Selain itu, makanan dan minuman yang mengandung vitamin C juga baik untuk membantu proses penyerapan zat besi. 

Sementara itu, Bunda harus membatasi pemberian teh  karena mengandung anti-nutrisi yang dapat menghambat penyerapan zat besi. Bunda bisa memberikan minuman tersebut pada waktu di luar jam makan utama.

Selain memberikan asupan sumber zat besi, Bunda juga bisa bantu lengkapi kebutuhan gizi harian anak dengan memberikannya susu yang difortifikasi dengan zat besi, seperti DANCOW 1+ Imunutri. 

DANCOW 1+ Imunutri tinggi kalsium, vitamin A, E, C, Zink, protein, Vitamin D, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi. Kombinasi unik DHA dan Zat Besi dukung pertumbuhan Si Buah Hati.

Cukupi asupan zat besi melalui makanan untuk Si Buah Hati agar Bunda tidak menemukan ciri anak kekurangan zat besi, ya.

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.

Image Article
Pentingnya Memahami Ciri Anak Kekurangan Zat Besi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Mengenal Tahapan dan Stimulasi Anak Belajar Bicara

Published date

Stimulasi anak belajar bicara penting dilakukan oleh para orangtua karena perkembangan awal bahasa dan bicara pada anak menjadi salah satu indikator dasar fungsi psikisnya di masa mendatang.

Lingkungan alami perkembangan bicara anak pada tahun pertama kehidupannya berupa komunikasi emosional antara anak dan orang dewasa.

Bentuk stimulasi anak belajar bicara dihubungkan dengan gaya emosional dalam pertukaran informasi antara orang dewasa dan anak, dengan bantuan intonasi, mimik, gerak tubuh, dan vokalisasi. 

Cara stimulasi anak belajar bicara tersebut berperan terpisah dalam pembentukan perhatian anak, stimulasi pemahaman bicara, dan upaya pengucapan anak secara mandiri.

Tahapan Anak Belajar Bicara

Perlu diketahui, meskipun anak akan mengembangkan keterampilan berbahasa secara bertahap, sebenarnya mereka sudah bisa berkomunikasi sejak lahir.

Namun anak mulai mengucapkan kata pertamanya setelah berusia 1 tahun, dimana pada usia tersebut mereka sudah memiliki satu hingga tiga kosakata. 

Pada usia tersebut Si Buah Hati bisa mengucapkan kata seperti “Mama” dan “Papa”. Selanjutnya saat usia 18 – 24 bulan, anak mulai bisa mengucapkan hingga 6 kata. Ketika usia menginjak 24 – 36 bulan, Si Buah Hati bisa menyebut 2 atau lebih nama saat ditunjukkan gambar. 

Tips Stimulasi Anak Belajar Bicara

Tak perlu melakukan aktivitas berat, tips stimulasi anak bicara paling mudah bisa dilakukan dengan meluangkan waktu untuk memberikannya perhatian dan mengajaknya berbicara. Penelitian menemukan bahwa stimulasi anak belajar bicara yang paling efektif dengan memperbanyak kuantitas pembicaraan dan juga meningkatkan kualitas interaksi bahasa Si Buah Hati.

Bunda bisa melakukan stimulasi ini dengan sering-sering mengajak Si Buah Hati mengobrol setiap aktivitas saat bersama seperti saat mandi, mengganti pakaian, maupun menyuapinya. Untuk kualitas interaksi bahasa Bunda perlu menatap mata Si Buah Hati saat berbicara dan memperhatikan respons mereka. Lebih lengkapnya, berikut cara stimulasi anak belajar bicara yang efektif menurut penelitian.

1. Menyediakan alat peraga di rumah

Bunda bisa menyediakan beberapa materi yang dicetak lalu ditempel di dinding untuk menciptakan lingkungan yang mendukung Si Buah Hati mengembangkan kemampuan bicaranya. Selain itu, Bunda juga bisa menggunakan mainan atau benda-benda personal lainnya untuk mengajarkan bicara pada anak.

Jika memungkinkan, Bunda bisa menyediakan ruangan khusus untuk anak mengeksplorasi berbagai benda. Ini akan membuat anak terpicu mengatakan nama benda tersebut. Duduk bersama dengan anak sambil mengamati gambar yang ada di buku juga bisa menjadi cara mengasah kemampuan bicara si Buah Hati.

2. Sering mengajak anak bicara

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, makin sering mengajak anak bicara adalah tips stimulasi yang paling ampuh. Percakapan secara langsung adalah proses yang mengandung pengalaman berbahasa yang kaya bagi anak. Dengan Bunda kerap mengajak Si Buah Hati berbicara, anak bukan hanya mengerti tentang kosa kata tapi juga konteks pembicaraan yang membuat percapakan lebih bermakna.

Tips dalam mengajak anak memulai percakapan di antaranya menanyakan apa yang dilakukan Si Buah Hati hari itu. Bunda juga bisa menggunakan pertanyaan yang membuka percakapan dibanding pertanyaan yang jawabannya singkat.

Jika anak sudah mau berbicara, Bunda perlu meminimalisir interupsi. Tunggulah sampai si Buah Hati selesai berbicara dengan sabar. Jika Si Buah Hati menggunakan kata yang salah atau keliru mengucapkan sesuatu, Bunda tidak perlu buru-buru mengoreksinya.

Jangan lupa respons kata yang diberikan anak untuk menunjukkan bahwa Bunda mendengarkan dan mengerti apa yang mereka ucapkan. Untuk memperkaya pengalaman berbahasanya, Bunda juga bisa menggunakan gestur dan ekspresi wajah.

3. Bercerita atau mendongeng

Tahukah Bunda, bercerita atau mendongeng punya efek signifikan dalam perkembangan bahasa anak. Ini karena cara ini mengajarkan Si Buah Hati mendapatkan berbagai jenis informasi yang akan memperkaya kosa katanya.

Dongeng membuat Si Buah Hati mulai mengembangkan kesadaran bahwa bahasa adalah sistem simbolik. Selain itu, ketika mendengarkan sebuah cerita, anak akan belajar memperhatikan isi cerita tersebut. Ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan narasi dan mendengarnya.

Agar menjadi pengalaman dua arah, Bunda bisa meminta Si Buah Hati untuk mengulang sedikit cerita yang sudah didengar. Ketika Bunda merasa ada kata baru yang mungkin belum dimengerti anak, jelaskan artinya secara perlahan.

Bunda juga bisa mengajak Si Buah Hati untuk membuat cerita versinya sendiri. Agar lebih seru, ajak anak belajar bermain peran dari ceritanya.

4. Membaca buku bersama

Membaca buku bersama juga bisa jadi cara efektif untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Bukan hanya kemampuan berbahasa, membaca buku bersama dengan orangtua juga jadi pengalaman literasi yang tak terlupakan buat anak.

Untuk melakukan stimulasi ini, Bunda perlu memperhatikan beberapa hal seperti menggunakan narasi yang sederhana, tunjuk objek sesuai kosa kata yang sedang dibaca, pastikan artikulasi saat membaca jelas dan terdengar cukup keras, gunakan ekspresi wajah agar kegiatan ini lebih menarik, beri kesempatan anak bertanya, dan ulangi beberapa bagian agar anak lebih terbiasa dengan kosa kata baru.

Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bicara Anak

Setiap anak punya perkembangan bahasa yang berbeda. Selain dengan stimulasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan bicara anak sebagai berikut:  

1. Riwayat persalinan

Persalinan prematur punya efek sendiri pada kemampuan bicara anak. Ini karena perkembangan otak janin di trimester ketiga kehamilan berpengaruh besar pada perkembangan bahasa mereka. 

2. Lingkungan

Penelitian menunjukkan lingkungan yang mendukung terjadinya interaksi bahasa antara anak dengan orang dewasa di sekitarnya berkorelasi positif pada kemampuan bahasa anak.  

3. Perkembangan kognitif dan intelektual

Riset menunjukkan anak-anak memerlukan beberapa fungsi kognitif untuk memperoleh aspek bahasa. Nantinya, aspek bahasa inilah yang membuat Si Buah Hati bisa fasih berbicara.  

4. Asupan nutrisi

Pola makan juga mempengaruhi perkembangan bahasa anak lho, Bunda. Untuk itu pastikan Bunda selalu memberikan asupan makanan dan minuman dengan gizi seimbang pada Si Buah Hati. 

Di usia 1-3 tahun, selain asupan gizi dari makanan, Bunda bisa memberikan Si Buah Hati DANCOW 1+ Imunutri yang tinggi kalsium, vitamin A, E, C, Zink, protein, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi. Kombinasi unik DHA dan zat besi mendukung pertumbuhan Si Buah Hati.  

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas!

Image Article
Mengenal Tahapan dan Stimulasi Anak Belajar Bicara
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

5 Aktivitas Kreatif untuk Memperkaya Bahasa Bayi

Published date

Bayi berkomunikasi dengan tangisan. Tapi seiring bertambah usia, bayi mulai mengoceh sebelum bisa mengeluarkan kata pertamanya. Tapi, apa sih fungsi mengoceh pada bayi dan usia berapa bayi mulai mengoceh?

Faktanya, berbagai ahli, mulai dari ahli patologi wicara hingga dokter anak, mengetahui bahwa mengoceh memainkan peran yang cukup penting dalam perkembangan bahasa bayi. 

Perkembangan Bahasa Bayi saat Mengoceh

Bunda mungkin bertanya-tanya, umur berapa bayi mulai mengoceh? Jawaban pertanyaan ini tidak pasti karena perkembangan bicara tiap anak berbeda-beda. Meski begitu, ada tahapan perkembangan bicara yang bisa dijadikan patokan, seperti di bawah ini:

1. Usia 0-6 bulan

Bayi hanya dapat menangis untuk menyatakan keinginannya. Namun, di usia 2-3 bulan, bayi mulai membuat suara seperti “aah” atau “uuh”, yang dikenal dengan cooing. Setelah memasuki usia 3 bulan, bayi biasanya akan mencari sumber suara yang didengarnya dan menyukai mainan yang mengeluarkan suara.

Mendekati 6 bulan, bayi dapat merespons namanya sendiri serta mengenali emosi dalam nada bicara. Cooing lalu berubah menjadi babbling atau mengoceh dengan suku kata tunggal, seperti mama, papa.

2. Usia 6-9 bulan

Di umur 6-9 bulan, bayi mulai mengenal nama orang dan benda. Saat mengoceh, bayi menggunakan intonasi atau nada bicara seperti dalam bahasa Bundanya. 

3. Usia 9-12 bulan

Pada usia 9-12 bulan, bayi sudah dapat mengucapkan mama dan papa atau istilah lain yang digunakan pengasuhnya. Bayi sudah menengok saat dipanggil dan mengerti beberapa perintah sederhana. Bayi menggunakan isyarat untuk menyatakan keinginannya. Di usia 12 bulan bayi sudah mengerti sekitar 70 kata.

Pentingnya Merespons saat Bayi Mulai Mengoceh

Sebuah studi menunjukkan bahwa percakapan antara bayi dan Bunda atau orang yang mengasuh bayi itu membentuk perkembangan bahasa. Ketika Bunda merespons saat bayi mulai mengoceh, bahasa bayi pun berkembang.

Menirukan atau membalas celoteh bayi dengan cara yang menyenangkan membuat bayi mengetahui bahwa ia dapat berkomunikasi. Pengetahuan ini membantunya mempelajari suara-suara kompleks yang membentuk ucapan.

Selain itu, orang tua yang aktif merespons saat bayi mulai mengoceh membuat bayi menghasilkan lebih banyak suara. Hal ini menunjukkan bahwa bayi juga senang memiliki interaksi sosial dengan orang tua atau pengasuh.

Merespons saat bayi mengoceh juga memberi tahu bayi bahwa produksi vokal mereka efektif dan mendapatkan respons. Bagi bayi, hal ini seperti percakapan dan ia tahu bahwa ini cara untuk berkomunikasi.

Baca Juga: 4 Tips Stimulasi Bahasa Anak

Aktivitas Kreatif untuk Dorong Perkembangan Bahasa Bayi

Tak hanya membaca dan mendengarkan musik, beberapa aktivitas di bawah ini bisa Bunda coba di rumah untuk mendorong perkembangan bahasa bayi.

1. Asah kemampuan mendengar bayi

Bunda, buah hati perlu memahami suara-suara yang dia dengar setiap hari. Saat bayi semakin besar, ia bukan hanya memahami suara tapi mencari suara yang ia dengar.

Bunda bisa bersuara di depan bayi, jadi buah hati bisa melihat Bunda. Lalu, Bunda bisa membuat suara di kiri atau kanan bayi. Kegiatan ini mendorong kemampuan mendengar yang sangat penting dalam perkembangan bicara.

2. Sering ajak bicara bayi

Meskipun bayi belum paham apa yang dikatakan Bunda, dia akan merasa aman saat mendengar suara Bunda yang menenangkan. Bunda bisa bicara dengan kata-kata dan volume suara yang berbeda.

Bayi akan senang melihat mulut dan wajah dan mendengar suara yang Bunda buat. 

3. Tirukan perkataan atau suara yang dihasilkan bayi

Kalau bayi membuat suara, tirukan suara yang ia buat dan tunggu sampai bayi membuat suara lainnya. Dengan cara ini, Bunda mengajarkan konsep percakapan dengan buah hati, bagaimana berkomunikasi secara bergantian.

4. Segera respons tangisan bayi

Bunda bisa merespon tangisan bayi dengan menyentuh dan memeluk buah hati atau dengan bernyanyi dan berbicara pada mereka.

5. Mengajarkan bayi kata-kata baru

Saat Bunda bersama buah hati, beri tahu nama benda atau mainan yang biasa dicari atau dimainkan bayi.

Bunda bisa bercerita sambil melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, atau ganti popok.

Bunda juga bisa melakukan hal ini sambil bermain dengan Si Buah Hati. Misalnya saja, saat memberikan mainan pada anak Bunda bisa menyebutkan namanya berulang. Bunda juga bisa bermain ciluk ba atau lainnya.

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.

Mendampingi saat bayi mulai mengoceh menjadi awal yang penting dalam meningkatkan kemampuan literasinya kelak. Lakukan dengan berbagai aktivitas yang bisa mendorong perkembangan bahasanya ya, Bunda!

Image Article
5 Aktivitas Kreatif untuk Memperkaya Bahasa Bayi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Mengenal Babbling: Apa yang Dikomunikasikan oleh Bayi Bunda?

Published date

Bunda, jauh sebelum buah hati bisa bicara, bayi akan mulai dengan babbling, berdecak, bermain, dan menirukan suara yang didengarnya serta gerakan yang dilihatnya.

Dari mulai buah hati berusia 4 bulan, bunda akan mulai menyadari bahwa tangisannya akan mulai terdengar berbeda saat ia belajar mengkomunikasikan rasa lapar, frustrasi, ketidaknyamanan, dan rasa kantuk. Sejak saat itulah bayi akan mulai mengeluarkan suara hingga akhirnya melakukan babbling lalu mengucapkan kata pertamanya. Tapi, apa itu babbling?

Apa Itu Babbling?

Mungkin Bunda masih kurang akrab dengan istilah babbling. Bahkan mungkin Bunda bertanya apa itu babbling pada bayi?Babbling atau mengoceh adalah salah satu tahapan perkembangan bicara pralinguistik bayi yang terdiri dari pengucapan konsonan-vokal berulang-ulang. Contoh babbling misalnya saat bayi mengucapkan ‘mamamam’, ‘dadada’, ‘gogogo’ atau ‘papapapa’.

Meskipun tampaknya hanya mengoceh tanpa arti, fase babbling pada bayi sebenarnya tidak sesederhana kelihatannya. Studi juga menunjukkan bahwa babbling punya peran penting dalam tahap perkembangan bahasa anak. 

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa konsonan yang keluar saat bayi babbling cocok dengan objek di lingkungannya. Ini menunjukkan bahwa babbling merupakan satu fase penting dalam produksi suara bayi yang nantinya akan menjadi patokan untuk mengucapkan satu kata.

Faktanya, berbagai ahli, mulai dari ahli patologi wicara hingga dokter anak, mengetahui bahwa mengoceh memainkan peran yang cukup penting dalam perkembangan bahasa bayi. Mengoceh membantu bayi mendapatkan kontrol atas artikulasi dan mengekspresikan diri mereka.

Tahapan Babbling pada Bayi

Kita sudah mengetahui apa itu babbling dan apa pentingnya bagi perkembangan bicara Si Buah Hati. Kini kita akan membahas mengenai tahapan babbling.

Tahapan babbling pada bayi mulanya diawali dengan cooing atau saat bayi mengeluarkan suara. Bayi biasanya sudah mulai babbling saat berusia 4 bulan atau lebih menuju usia 6 bulan. Namun, dari tahapan cara komunikasi bayi, fase babbling pada anak  biasanya terjadi pada bayi usia 6-9 bulan sudah punya intonasi.

Saat babbling, bayi   akan menggabungkan bunyi-bunyi menjadi urutan yang lebih panjang. Buah hati Bunda  mungkin menggabungkan vokal seperti 'ah' dengan jenis konsonan atau suara keras seperti 'd'. 

Bayi mungkin membuat suara tunggal pada awalnya atau mengulangi beberapa suara seperti 'dada, gaga'. Bunyi-bunyi tersebut dapat dibuat di bagian depan mulut dengan menggunakan bibir ('mama, baba') atau dapat juga dihasilkan di bagian belakang mulut di mana lidah menyentuh tenggorokan ('kaka, gaga').

Pada tahap ini, bayi senang mengulang-ulang suara tertentu berulang kali. 

Baca Juga: Tips Efektif Melakukan Komunikasi pada Bayi

Sebenarya, ada 3 tahapan perkembangan babbling yang berkorelasi dengan usia bayi yang berbeda:

1. Babbling marginal

Antara usia 4-6 bulan bayi mungkin mulai meningkatkan pengucapan vokal mereka dan memasangkan bunyi vokal dengan bunyi konsonan. Sebagian besar adalah suku kata tunggal seperti “daa” dan “baa”.

2. Babbling kanonik

Bayi berusia 6 hingga 10 bulan akan mulai mengeluarkan suara suku kata yang dapat dikenali  dan merangkai beberapa suku kata menjadi satu. Ada 2 jenis babbling kanonik, yakni reduplikasi, di mana bayi mengulang bunyi suku kata yang sama berulang-ulang, misalnya dadadada dan non-reduplikasi, di mana bunyi suku kata yang dirangkai berbeda .

3. Babbling percakapan

Tahap ini adalah tahap di mana bayi belum bisa merangkai kata-kata menjadi kalimat tetapi memahami bahwa dialog yang biasa terjadi pada orang melibatkan ekspresi, jeda, perubahan volume, dan bahkan gerakan tangan. Hal ini sering dimulai sekitar usia 10 bulan dan merupakan tahap akhir sebelum bayi mengucapkan kata pertama yang sebenarnya. 

Tips Mendorong Perkembangan Bahasa pada bayi

Kemampuan komunikasi pada bayi berkembang lebih cepat jika Bunda atau orang yang sehari-hari mengasuhnya bereaksi saat bayi babbling dengan bahasa yang suportif.

Karena itu, beberapa cara di bawah bisa Bunda lakukan untuk mendorong babbling pada bayi:

1. Jadilah peniru

Ulangi kata yang diucapkan bayi, misalnya, buah hati berkata “da-da-da”, Bunda juga mengucapkan kata yang sama  kepadanya. Pengulangan kata mendorong vokalisasinya dan juga mengajari bayi bahwa suara adalah cara berkomunikasi.

2. Kontak mata

Ketika bayi babbling, tatap matanya, senyum, dan beri respons.

3. Bercerita sambil bermain

Meskipun bayi belum paham apa yang dikatakan Bunda, dia akan merasa aman saat mendengar suara Bunda yang menenangkan. Bunda bisa bicara dengan  kata-kata dan volume suara yang berbeda. Bayi akan senang melihat mulut dan wajah dan mendengar suara yang Bunda buat.

4. Banyak bertanya

Bunda bisa bertanya apa saja, lalu Bunda siapkan jawabannya. Tampaknya seperti bicara sendiri, tetapi sebenarnya Bunda sedang mencontohkan sebuah percakapan.

5. Nyanyikan lagu

Bayi tidak keberatan meski Bunda tidak bernyanyi dengan nada sempurna. 

6. Beri tahu nama benda

Tunjuk benda tertentu dan beri tahu namanya, misalnya bola, apel, sepatu.

7. Fokuskan pada suara

Bunda bisa menyebutkan suara kucing atau mobil.

8. Merespons tangisan bayi

Sentuh dan peluk bayi Bunda dengan bernyanyi atau ngobrol dengannya

9. Mengajarkan bayi kata-kata baru

Bunda bisa mengajarkan kata-kata baru selama melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya mandi, makan, ganti popok, dan lain-lain. 

10. Membacakan buku

Baca dan tunjukkan  buku  bayi dengan gambar yang besar, berwarna, dan sederhana.

Dengan banyak berlatih dan dorongan dari Bunda, babbling yang dilakukan buah hati lama-lama membentuk kata-kata pertamanya. Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas. 

Semoga informasi apa itu babbling dan beberapa tips di atas bisa bantu bunda mendorong perkembangan bahasa Si Buah Hati ya, Bunda!

Image Article
Mengenal Babbling: Apa yang Dikomunikasikan oleh Bayi Bunda?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off