0-12 Bulan

Mengenal Babbling: Apa yang Dikomunikasikan oleh Bayi Bunda?

Published date

Bunda, jauh sebelum buah hati bisa bicara, bayi akan mulai dengan babbling, berdecak, bermain, dan menirukan suara yang didengarnya serta gerakan yang dilihatnya.

Dari mulai buah hati berusia 4 bulan, bunda akan mulai menyadari bahwa tangisannya akan mulai terdengar berbeda saat ia belajar mengkomunikasikan rasa lapar, frustrasi, ketidaknyamanan, dan rasa kantuk. Sejak saat itulah bayi akan mulai mengeluarkan suara hingga akhirnya melakukan babbling lalu mengucapkan kata pertamanya. Tapi, apa itu babbling?

Apa Itu Babbling?

Mungkin Bunda masih kurang akrab dengan istilah babbling. Bahkan mungkin Bunda bertanya apa itu babbling pada bayi?Babbling atau mengoceh adalah salah satu tahapan perkembangan bicara pralinguistik bayi yang terdiri dari pengucapan konsonan-vokal berulang-ulang. Contoh babbling misalnya saat bayi mengucapkan ‘mamamam’, ‘dadada’, ‘gogogo’ atau ‘papapapa’.

Meskipun tampaknya hanya mengoceh tanpa arti, fase babbling pada bayi sebenarnya tidak sesederhana kelihatannya. Studi juga menunjukkan bahwa babbling punya peran penting dalam tahap perkembangan bahasa anak. 

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa konsonan yang keluar saat bayi babbling cocok dengan objek di lingkungannya. Ini menunjukkan bahwa babbling merupakan satu fase penting dalam produksi suara bayi yang nantinya akan menjadi patokan untuk mengucapkan satu kata.

Faktanya, berbagai ahli, mulai dari ahli patologi wicara hingga dokter anak, mengetahui bahwa mengoceh memainkan peran yang cukup penting dalam perkembangan bahasa bayi. Mengoceh membantu bayi mendapatkan kontrol atas artikulasi dan mengekspresikan diri mereka.

Tahapan Babbling pada Bayi

Kita sudah mengetahui apa itu babbling dan apa pentingnya bagi perkembangan bicara Si Buah Hati. Kini kita akan membahas mengenai tahapan babbling.

Tahapan babbling pada bayi mulanya diawali dengan cooing atau saat bayi mengeluarkan suara. Bayi biasanya sudah mulai babbling saat berusia 4 bulan atau lebih menuju usia 6 bulan. Namun, dari tahapan cara komunikasi bayi, fase babbling pada anak  biasanya terjadi pada bayi usia 6-9 bulan sudah punya intonasi.

Saat babbling, bayi   akan menggabungkan bunyi-bunyi menjadi urutan yang lebih panjang. Buah hati Bunda  mungkin menggabungkan vokal seperti 'ah' dengan jenis konsonan atau suara keras seperti 'd'. 

Bayi mungkin membuat suara tunggal pada awalnya atau mengulangi beberapa suara seperti 'dada, gaga'. Bunyi-bunyi tersebut dapat dibuat di bagian depan mulut dengan menggunakan bibir ('mama, baba') atau dapat juga dihasilkan di bagian belakang mulut di mana lidah menyentuh tenggorokan ('kaka, gaga').

Pada tahap ini, bayi senang mengulang-ulang suara tertentu berulang kali. 

Baca Juga: Tips Efektif Melakukan Komunikasi pada Bayi

Sebenarya, ada 3 tahapan perkembangan babbling yang berkorelasi dengan usia bayi yang berbeda:

1. Babbling marginal

Antara usia 4-6 bulan bayi mungkin mulai meningkatkan pengucapan vokal mereka dan memasangkan bunyi vokal dengan bunyi konsonan. Sebagian besar adalah suku kata tunggal seperti “daa” dan “baa”.

2. Babbling kanonik

Bayi berusia 6 hingga 10 bulan akan mulai mengeluarkan suara suku kata yang dapat dikenali  dan merangkai beberapa suku kata menjadi satu. Ada 2 jenis babbling kanonik, yakni reduplikasi, di mana bayi mengulang bunyi suku kata yang sama berulang-ulang, misalnya dadadada dan non-reduplikasi, di mana bunyi suku kata yang dirangkai berbeda .

3. Babbling percakapan

Tahap ini adalah tahap di mana bayi belum bisa merangkai kata-kata menjadi kalimat tetapi memahami bahwa dialog yang biasa terjadi pada orang melibatkan ekspresi, jeda, perubahan volume, dan bahkan gerakan tangan. Hal ini sering dimulai sekitar usia 10 bulan dan merupakan tahap akhir sebelum bayi mengucapkan kata pertama yang sebenarnya. 

Tips Mendorong Perkembangan Bahasa pada bayi

Kemampuan komunikasi pada bayi berkembang lebih cepat jika Bunda atau orang yang sehari-hari mengasuhnya bereaksi saat bayi babbling dengan bahasa yang suportif.

Karena itu, beberapa cara di bawah bisa Bunda lakukan untuk mendorong babbling pada bayi:

1. Jadilah peniru

Ulangi kata yang diucapkan bayi, misalnya, buah hati berkata “da-da-da”, Bunda juga mengucapkan kata yang sama  kepadanya. Pengulangan kata mendorong vokalisasinya dan juga mengajari bayi bahwa suara adalah cara berkomunikasi.

2. Kontak mata

Ketika bayi babbling, tatap matanya, senyum, dan beri respons.

3. Bercerita sambil bermain

Meskipun bayi belum paham apa yang dikatakan Bunda, dia akan merasa aman saat mendengar suara Bunda yang menenangkan. Bunda bisa bicara dengan  kata-kata dan volume suara yang berbeda. Bayi akan senang melihat mulut dan wajah dan mendengar suara yang Bunda buat.

4. Banyak bertanya

Bunda bisa bertanya apa saja, lalu Bunda siapkan jawabannya. Tampaknya seperti bicara sendiri, tetapi sebenarnya Bunda sedang mencontohkan sebuah percakapan.

5. Nyanyikan lagu

Bayi tidak keberatan meski Bunda tidak bernyanyi dengan nada sempurna. 

6. Beri tahu nama benda

Tunjuk benda tertentu dan beri tahu namanya, misalnya bola, apel, sepatu.

7. Fokuskan pada suara

Bunda bisa menyebutkan suara kucing atau mobil.

8. Merespons tangisan bayi

Sentuh dan peluk bayi Bunda dengan bernyanyi atau ngobrol dengannya

9. Mengajarkan bayi kata-kata baru

Bunda bisa mengajarkan kata-kata baru selama melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya mandi, makan, ganti popok, dan lain-lain. 

10. Membacakan buku

Baca dan tunjukkan  buku  bayi dengan gambar yang besar, berwarna, dan sederhana.

Dengan banyak berlatih dan dorongan dari Bunda, babbling yang dilakukan buah hati lama-lama membentuk kata-kata pertamanya. Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas. 

Semoga informasi apa itu babbling dan beberapa tips di atas bisa bantu bunda mendorong perkembangan bahasa Si Buah Hati ya, Bunda!

Image Article
Mengenal Babbling: Apa yang Dikomunikasikan oleh Bayi Bunda?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Langkah untuk Membangun Keterampilan Komunikasi dengan Bayi

Published date

Meski belum dapat berbicara, bayi sebenarnya telah dapat berhubungan lewat tangisannya. Saat menangis, bayi memberi tahu Bunda bahwa ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman seperti lapar, kedinginan atau sekadar ingin digendong. Oleh karena itu, Bunda didorong sering berkomunikasi dengan Si Buah Hati untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya.

Seberapa Penting Komunikasi dengan Bayi?

Bayi memakai komunikasi non-verbal atau karakteristik penyerta seperti intonasi suara maupun gerak tubuh meski belum dapat berbicara. Hal ini menunjukkan pentingnya komunikasi dengan bayi sejak dini mengingat mereka juga ingin berkomunikasi untuk menyampaikan sesuatu.

Komunikasi dan interaksi dengan bayi merupakan salah satu bagian penting dalam pertumbuhan. Oleh karena itu, Bunda wajib memberikan respons untuk setiap isyarat komunikasi dari Si Buah Hati. Hal itu bisa dengan berbicara, tersenyum, bernyanyi atau membacakan sebuah cerita. Bunda perlu memahami Si Buah Hati untuk membangun keterikatan. 

Memahami Isyarat Bayi dalam Berkomunikasi

Meski bayi belum dapat berbicara dengan jelas, mereka dapat memberi isyarat maupun gestur tubuh untuk menyampaikan sesuatu. Si Buah Hati juga dapat melihat respons wajah Bunda, khususnya mata, untuk mengetahui bagaimana mereka diperlakukan.

Semua bayi memberikan isyarat tentang apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka butuhkan dari Bunda. Namun setiap bayi mengembangkan berbagai tandanya sendiri untuk memberi tahu Bunda bagaimana perasaannya dan apa yang diinginkannya.

Saat Bunda dan Si Buah Hati saling mengenal, Bunda akan mulai mengenali isyarat mereka dan mencari cara terbaik untuk komunikasi dengan bayi. Bukan hanya dengan tangis, bayi juga bisa berkomunikasi dengan sentuhan. Contohnya saat ia menarik baju dan menyentuh payudara Bunda. Itu tandanya ia mungkin lapar dan ingin segera menyusu.

Baca Juga: Tips Efektif Melakukan Komunikasi pada Bayi

Selain itu, bayi dapat menunjukan cara berkomunikasinya dengan gerakan tubuh lain. Hal itu seperti menggerakkan kaki saat sedang senang atau mengepalkan tangan saat tidak nyaman. Itu adalah cara bayi mengatakan pada orangtua dan orang dewasa tentang apa yang ia rasakan.

Ekspresi wajah juga menjadi cara lain bayi memberi isyarat pada orangtuanya. Hal itu seperti kontak mata, membalas senyum Bunda, hingga tertawa kecil. Bayi mungkin belum dapat menyelaraskan antara kemampuan melihat dan mendengar. Namun, saat ia melihat ke arah lain, Si Buah Hati dapat mendengar dengan seksama suara Bunda ketika berbicara.

Bayi juga dapat menyesuaikan posisi tubuh, ekspresi wajah, atau menggerakkan lengan dan kaki ketika Bunda berbicara. Kadang di bulan pertama kelahiran bayi, Bunda bakal melihat senyum pertamanya. Itu menjadi sebuah cara bayi untuk berkomunikasi.

Mengenali dan Merespons Tangisan Bayi

Bayi dilahirkan dengan kemampuan menangis. Itulah cara mereka berkomunikasi selama awal kehidupannya. Tangisan bayi umumnya memberi tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres seperti lapar, merasa lelah, kedinginan atau ingin digendong.

Kebanyakan bayi mengalami masa rewel pada waktu yang hampir sama setiap hari, biasanya dimulai pada sore hari Namun jika bayi yang sehat menangis lebih dari 3 jam per hari, lebih dari 3 hari sepekan selama minimal 3 pekan, Bunda perlu lebih sabar. Hal itu karena Si Buah Hati tengah mengalami kondisi kolik.

Hal ini mungkin menjengkelkan. Namun kabar baiknya, sebagian besar bayi dapat mengatasi penyakit ini pada usia sekitar 3 atau 4 bulan. Bunda dapat menghubungi dokter apabila bayi menangis dalam waktu lama dengan tangisan terdengar aneh. Hal ini perlu segera diantisipasi karena dapat memicu penurunan aktivitas, mengganggu pola makan, demam, nyeri, hingga kesulitan bernapas.

Membangun Interaksi Verbal dengan Bayi

Meski belum dapat berkomunikasi dengan ucapan, Bunda dapat melatih komunikasi Si Buah Hati dengan sejumlah stimulasi. Karena pada dasarnya, kemampuan komunikasi bayi dimulai dari menatap atau kontak mata, memberi perhatian bersama, referensi sosial, hingga akhirnya ia biasa memberi nama benda atau situasi yang terjadi di sekitarnya.

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.

Semuanya mudah Bunda terapkan di rumah. Jika ada gangguan tertentu dalam komunikasi Si Buah Hati, segera konsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan ya Bunda!

Image Article
Langkah untuk Membangun Keterampilan Komunikasi dengan Bayi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Yuk, Pahami Arti Bahasa Tubuh Bayi Bunda Berikut Ini!

Published date

Memahami bahasa tubuh bayi adalah keterampilan yang penting bagi orangtua. Dengan mengetahui arti bahasa tubuh bayi, Bunda dapat merasakan perasaan mereka dan yang mereka butuhkan. Hal ini karena bayi berkomunikasi dengan bahasa tubuh sebelum mereka dapat berbicara.

Selain bahasa tubuh, Si Buah Hati dapat berkomunikasi dengan kontak mata hingga suara. Kevin Nugent, penulis buku Your Baby is Speaking to You mengatakan bahwa gerakan tubuh bayi mengandung pesan tentang apa yang mereka butuhkan. Sehingga, anak bakal gembira apabila Bunda dapat menangkap dan merespons pesan mereka. 

Lalu, apa sebenarnya arti bahasa tubuh pada bayi? Bagaimana ciri-ciri bahasa tubuh bayi? Yuk simak ulasannya berikut ini. 

Mengenali Bahasa Tubuh Bayi

Sebelum bayi bisa berbicara, bayi menyampaikan kebutuhannya dengan menangis. Tak hanya itu, mereka juga memiliki sejumlah bahasa isyarat untuk mengekspresikan diri seperti mulai dari gerak tubuh, ekspresi wajah hingga suara.

Hal itu biasanya muncul di usia tiga bulan awal Si Buah Hati. Kemampuan anak untuk berkomunikasi akan terus berkembang seiring bertambahnya usia. Dengan demikian, kepekaan terhadap berbagai isyarat penting bagi Bunda untuk mengetahui keinginan anak. Hal ini juga akan membantu membangun hubungan personal antara Bunda dengan Si Buah Hati. 

Meski belum bisa berkata-kata, bayi secara sengaja sudah mengajak Bunda berkomunikasi lho. Hanya saja, tujuan dari komunikasi Si Buah Hati berbeda dengan orang dewasa seperti saling memahami. Penelitian menemukan bahwa tujuan komunikasi bayi adalah untuk dimengerti. 

Strategi seperti ikatan, keterikatan, daya tanggap terhadap isyarat dan kepekaan sentuhan merupakan keterampilan awal yang penting untuk pengembangan hubungan ibu dan bayi.

Arti Bahasa Tubuh Bayi

Bayi punya cara yang unik untuk berkomunikasi dengan orang tuanya. Mereka akan memberikan isyarat atau perilaku berbeda untuk menyampaikan perasaan atau kebutuhannya. Berikut arti bahasa tubuh bayi yang perlu Bunda ketahui lebih lanjut. 

1. Ekspresi Wajah

Jauh sebelum mengeluarkan suara maupun senyuman, bayi mengubah ekspresi wajahnya untuk memberi tahu Bunda apa yang mereka pikirkan. Alis yang sangat terangkat berarti menunjukkan bahwa Si Buah Hati merasa “tidak yakin”. Adapun alis yang didorong ke bawah menunjukkan mereka sedang marah.

Jika Si Buah Hati memalingkan muka dari Bunda, mereka mungkin perlu beristirahat sebentar untuk kemudian bermain bersama lagi. Kadangkala bayi akan menghentikan aktivitasnya dan menatap Bunda secara intens. Itu berarti mereka memikirkan apa yang Bunda lakukan. Respons hal itu sehingga mereka dapat lebih mengungkapkan perasaannya.

Apabila bayi menghindari kontak mata, itu berarti ia terlalu terstimulasi. Selain itu, jika mata mereka sulit fokus, itu mungkin berarti sudah waktunya tidur siang. 

2. Gerakan Tangan dan Kaki

Arti bahasa tubuh bayi juga dapat dilihat lewat gerakan tangan dan kakinya. Bayi yang baru lahir mungkin akan menggerakkan lengan dan kakinya untuk memberitahu Bunda kekagumannya akan sesuatu. Bisa juga berarti bahwa Si Buah Hati ingin perhatian lebih.

Sementara itu, gerakan tangan melambai pelan bisa diartikan mereka merasa gembira. Jika sedang kesal, Si Buah Hati biasanya bakal melakukan gerakan tersentak-sentak.  

3. Tangisan dan Suara

Ketika lahir, bayi hanya dapat menangis untuk menyampaikan keinginannya. Bayi mulai dapat membuat suara-suara seperti aah atau uuh yang dikenal dengan istilah cooing saat berusia 2-3 bulan. Si Buah Hati juga akan suka bereksperimen dengan berbagai bunyi yang dapat dihasilkannya, seperti suara menyerupai berkumur. 

Mendekati usia 6 bulan, bayi dapat merespons namanya sendiri dan mengenali emosi dalam nada bicara. Cooing berangsur menjadi babbling, yaitu mengoceh dengan suku kata tunggal seperti papapapapa, dadadadada, bababababa, mamamamama. Si Buah Hati juga mulai dapat mengatur nada bicara sesuai emosi yang dirasakannya. 

Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak 

4. Postur Tubuh

Bayi juga bisa memberikan isyarat melalui tubuhnya, salah satunya memalingkan muka. Jika itu terjadi, kemungkinan Si Buah Hati tidak suka dengan apa yang Bunda lakukan. Mereka ingin Bunda segera menghentikan aktivitas itu atau melakukan hal lain. 

Bayi yang merasa tidak nyaman juga akan menunjukkan postur tubuh meringkuk. Postur meringkuk juga dapat berarti Si Buah Hati sedang lapar, kesakitan atau sebal terhadap sesuatu.  

Itu dia arti bahasa tubuh bayi berikut cara untuk memahaminya. Mengenali bahasa tubuh bayi akan membantu Bunda dalam membangun relasi yang kuat dengan Si Buah Hati. Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas. Selamat mencoba!

Image Article
Yuk, Pahami Arti Bahasa Tubuh Bayi Bunda Berikut Ini!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bahasa Tubuh Bayi: Cara Membaca Isyarat dan Ekspresi

Published date

Meskipun belum dapat berbicara, bayi sebenarnya sudah dapat berkomunikasi dengan kita, Bunda. Salah satu bentuk komunikasi bayi adalah melalui bahasa tubuh untuk memberi isyarat pada Bunda apa yang dirasakan dan diinginkan Si Buah Hati. 

Oleh karena itu, Bunda perlu mengerti bahasa tubuh bayi agar dapat berkomunikasi dengan Si Buah Hati dan memahami keinginannya. Dalam artikel ini, kita akan membahas bahasa tubuh bayi dan bagaimana cara memahaminya. 

Mengapa Bahasa Tubuh Penting dalam Komunikasi dengan Bayi?

Bahkan jauh sebelum dapat mengucapkan kata pertamanya, bayi sudah belajar bekomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya. Bunda barangkali sering melihat Si Buah Hati membuat beragam ekspresi di wajahnya, seperti tersenyum gembira, sedih, marah, atau terkejut. Terkadang, bayi juga akan memberikan gestur, seperti mengangkat tangannya untuk menunjukkan ia ingin digendong. 

Kemampuan Si Buah Hati mengekspresikan perasaan dan keinginan melalui beragam gestur serta bahasa tubuh bayi ini telah berkembang bahkan sejak ia lahir. Inilah mengapa sangat penting bagi Bunda untuk dapat membaca bahasa tubuh bayi. Dengan mengamati bahasa tubuh bayi, Bunda dapat belajar mengenali tanda-tanda kapan Si Buah Hati merasa senang dan kenyang atau saat ia merasa lelah serta lapar. 

Memahami bahasa tubuh bayi juga akan memperkuat komunikasi serta hubungan antara Bunda dan Si Buah Hati. Penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang baik antara orang tua dan bayi akan membantu Si Buah Hati tumbuh percaya diri di masa depan. 

Bahasa Tubuh Bayi yang Umum Dilakukan

Ada berbagai bentuk bahasa tubuh bayi yang biasa ditunjukkan Si Buah Hati. Gestur dan berbagai bahasa tubuh bayi ini merupakan cara Si Buah Hati menyampaikan perasaan, keinginan, atau apa yang ia butuhkan. Berikut ini beberapa bahasa tubuh bayi yang perlu Bunda kenali: 

1. Melengkungkan punggung

Melengkungkan punggung dapat menjadi sinyal penolakan atau pemberontakan jika dilakukan oleh anak balita. Namun, melengkungkan punggung bisa menjadi bahasa tubuh bayi baru lahir untuk menunjukkan reaksi terhadap rasa sakit, seperti karena kembung, refluks, sakit perut, atau merasa frustrasi. Terkadang, bayi juga bisa melengkungkan punggung karena merasa kejang atau menderita cerebral palsy, tetapi kondisi ini jarang terjadi.  

2. Tendangan konstan

Bayi juga terkadang melakukan tendangan konstan sebagai bentuk bahasa tubuhnya. Namun, arti dari bahasa tubuh bayi ini bisa berbeda-beda tergantung bagaimana ekspresinya. Jika Si Buah Hati menendang-nendang sembari tersenyum dan tampak bahagia, Bunda tidak perlu khawatir karena ia mungkin menunjukkan tanda ingin bermain. Akan tetapi, Bunda perlu segera mengecek kondisi bayi jika ia menendang secara konstan sembari menangis dan rewel. Sebab, itu merupakan indikasi ada sesuatu yang membuat bayi tidak nyaman, seperti popoknya penuh atau kursi yang terlalu sempit. 

Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak  

3. Mengepalkan tangan

Bayi baru lahir memang biasa mengepalkan tangan karena keterampilan motorik halusnya, seperti gerakan jari dan tangan, belum berkembang pesat. Setelah berusia 8 bulan, bayi mulai bisa membuka tangannya. Namun, terkadang Si Buah Hati juga mengepalkan tangan sebagai bentuk bahasa tubuh bayi 2 bulan untuk memberi isyarat bahwa ia sedang stres atau kelaparan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyatakan, kepalan tangan merupakan salah satu tanda utama lapar pada bayi di bawah usia 3 bulan. 

Selain tiga hal di atas, ada beberapa gestur dan bahasa tubuh lainnya yang biasa dilakukan Si Buah Hati, seperti memukul-mukul atau membuat gerakan tersentak, terkejut, menutup mata atau telinga dengan tangan, mengerutkan kening, menguap, cegukan, bersin berulang kali, atau mungkin menunjukkan tatapan panik. 

Cara Mengenali Bahasa Tubuh Bayi

Bahasa tubuh bayi tidak jarang membuat orang tua bingung. Terkadang, orang tua juga tidak mengerti bagaimana membaca bahasa tubuh bayi dan cara meresponsnya dengan tepat. Oleh sebab itu, sangat penting bagi Bunda untuk mengenali bahasa tubuh bayi. 

Hal utama untuk mengenali bahasa tubuh bayi adalah dengan menjaga kontak mata dan menjalin kedekatan dengan Si Buah Hati. Jika kedekatan dengan Si Buah Hati telah terjalin, Bunda pun akan mulai mengenali isyarat dan bahasa tubuh bayi. Kedekatan itu juga akan membantu Bunda mengetahui cara merespons setiap bahasa tubuh yang ditunjukkan Si Buah Hati. Misalnya, bayi yang sedang rewel akan merasa tenang saat Bunda tersenyum, menyanyi, atau berbicara. 

Itulah penjelasan tentang bahasa tubuh bayi dan bagaimana cara meresponsnya. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.

Image Article
Cara Membaca Isyarat dan Ekspresi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Quiz Artikel
Off

Cara Berkomunikasi dengan Bayi yang Efektif

Published date

Setiap interaksi antara Bunda dengan Si Buah Hati adalah bentuk komunikasi. Yuk simak cara berkomunikasi dengan bayi yang efektif dalam artikel berikut ini.

Pentingnya Komunikasi dengan Bayi

Kemampuan komunikasi bayi terus berkembang sesuai dengan bertambahnya usia Si Buah Hati. Sebelum masa sekolah, terdapat masa-masa kritis ketika otak bayi berada dalam kondisi terbaik untuk memperoleh kemampuan berbicara dan bahasa. 

Seiring pertumbuhannya, bayi akan belajar memahami dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan pikiran serta perasaan dalam berhubungan dengan orang lain. Di sinilah, peran orang tua, anggota keluarga, serta pengasuh sangat penting sebagai guru dan model komunikasi utama bagi anak. Interaksi Bunda dengan Si Buah Hati dalam kegiatan sehari-hari akan membantu membangun otak dan mendukung perkembangan komunikasi bayi. 

Komunikasi yang efektif antara Bunda dan bayi sangat penting untuk menunjang perkembang Si Buah Hati. Cara berkomunikasi dengan bayi tidak hanya mengajarkan kepada Si Buah Hati untuk berinteraksi dengan orang lain, tetapi juga membentuk perkembangan emosionalnya dan bagaimana mereka menjalin hubungan di masa depan. 

Bukan hanya itu, komunikasi yang hangat, lembut, serta responsif antara Bunda dan Si Buah Hati dapat membantu bayi merasa aman dan nyaman di dunianya. Hal ini juga akan membangun dan memperkuat hubungan antara orang tua dan anak. Perlu Bunda ketahui, untuk tumbuh dengan baik, anak membutuhkan rasa aman, nyaman, dan hubungan yang kuat. Oleh karena itu, komunikasi yang baik antara Bunda dengan bayi adalah hal penting untuk mendukung pertumbuhannya.

Mengenali Kebutuhan dan Bahasa Bayi melalui Tanggapan serta Reaksi Mereka

Bagaimana cara mengetahui keinginan bayi? Cara utamanya tentu saja dengan memahami bahasa bayi atau membaca gestur tubuhnya. Untuk itu, Bunda perlu mengerti cara berkomunikasi dengan bayi yang efektif.

Bayi yang baru lahir, memulai komunikasi mereka dengan menangis. Oleh karena itu, cara berkomunikasi dengan bayi baru lahir tentu berbeda dengan bayi yang sudah bisa menunjukkan bahasa tubuh atau gestur lebih banyak. Bayi baru lahir memerlukan respons cepat dari Bunda ketika ia sedang menangis. Saat menangis, Si Buah Hati sedang mengungkapkan bahwa ia lapar atau merasa sakit dan tidak nyaman. 

Pada tiga bulan pertama kehidupannya, bayi mulai menggunakan suara dan tubuhnya untuk berkomunikasi. Misalnya, Si Buah Hati bisa tersenyum, tertawa, membuat suara cooing, dan menggerakkan tangan atau kaki ketika merasa senang.

Setelah berusia 3 bulan, Bunda akan melihat dan mendengar kemampuan bahasa bayi mulai berkembang. Bunda akan menyadarinya ketika membuat kontak mata dengan Si Buah Hati, berinteraksi satu sama lain, dan mengajaknya berbicara. Kemampuan komunikasi bayi akan terus berkembang hingga akhirnya ia bisa mengucapkan kata pertamanya pada sekitar usia 12 bulan.

Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak

Cara Berkomunikasi dengan Bayi yang Efektif

Selama fase perkembangan anak, Bunda perlu senantiasa membersamai Si Buah Hati, berinteraksi, dan mengajaknya berkomunikasi. Berkomunikasi dengan bayi bukan hanya dari komunikasi secara verbal saja. Perlu Bunda ketahui, Si Buah Hati belajar meningkatkan kemampuan komunikasinya dengan kontak mata, berbagi perhatian, pengalaman bersosialisasi, dan akhirnya bisa memberi nama benda atau orang di sekitarnya.

Lalu Bagaimana cara berkomunikasi dengan bayi yang baik dan efektif? Berikut ini beberapa tips yang dapat Bunda ikuti:

  • Beri perhatian penuh saat berkomunikasi dengan bayi.
  • Dengarkan dan beri respons dengan baik setiap kali bayi mengoceh.
  • Fokus pada bahasa tubuh dan intonasi bayi sehingga Bunda bisa memahami apa yang Si Buah Hati coba ungkapkan.
  • Gunakan juga bahasa tubuh untuk menunjukkan bahwa Bunda tertarik pada apa yang ingin disampaikan Si Buah Hati.
  • Berbicaralah tentang hal-hal atau benda-benda yang dapat dipahami bayi.

Itulah cara berkomunikasi dengan bayi yang efektif. Yuk Bunda selalu ajak Si Buah Hati aktif berkomunikasi sejak dini untuk mendukung perkembangan kemampuan sosialnya!.

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas!

Image Article
Tips dan Trik dalam Berkomunikasi dengan Bayi yang Efektif
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Komunikasi pada Anak Usia Dini dan Hal yang Perlu Dihindari

Published date

Tahun-tahun awal kehidupan anak merupakan masa terbaik untuk mengembangkan berbagai keterampilan, termasuk kemampuan bahasa dan komunikasi. Bunda perlu memperhatikan perkembangan komunikasi Si Buah Hati agar mendapat dukungan yang 

Apa saja kendala yang mungkin muncul dalam komunikasi pada anak di usia dini? Dan bagaimana cara yang efektif untuk mendorong komunikasi anak usia dini? Simak penjelasannya di artikel ini, ya Bunda!

Masalah yang Bisa Muncul dalam Komunikasi Anak Usia Dini

Masa 3 tahun pertama merupakan saat otak anak berkembang dan menjadi periode intensif untuk kemampuan bicara dan bahasa karena otak paling baik dalam menyerap bahasa. Jika periode ini berlalu tanpa paparan bahasa yang memadai, pembelajarannya akan lebih sulit.

Selain itu, ada pula sejumlah masalah yang mungkin muncul pada komunikasi anak usia dini, beberapa yang paling umum, di antaranya:

  • Gangguan bahasa (language disorders), yakni berkaitan dengan kesulitan dalam memahami atau menggunakan kata maupun kalimat secara lisan.
  • Gangguan bicara (speech disorders), yaitu kondisi di mana anak mengalami kesulitan dalam membuat dan mengkombinasikan suara dalam kata-kata.
  • Stuttering  (gagap), yakni gangguan bicara yang membuat anak sulit berbicara dengan lancar, sehingga menghasilkan suara yang serak, kasar, atau terlalu keras maupun lemah.
  • Gangguan komunikasi sosial, yakni ketika anak mengalami kesulitan berkomunikasi di lingkungan sosial.

Pada beberapa kasus, masalah komunikasi pada anak usia dini ini dapat teratasi seiring pertumbuhan Si Buah Hati. Namun beberapa anak ada yang harus menjalani tantangan itu dalam jangka panjang.

Jika Si Buah Hati mengalami gangguan komunikasi, penanganan dan dukungan yang dibutuhkannya bisa berbeda pada masing-masing anak bergantung pada tingkat gangguan yang dialami. Namun kemungkinan anak perlu berkonsultasi dengan ahli patologi wicara.

Tips Efektif Komunikasi dengan Anak

Cara terbaik untuk mendorong perkembangan bahasa dan kemampuan komunikasi anak usia dini adalah dengan berbicara bersama dan memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada Si Buah Hati untuk melatih kemampuan bicaranya.

Berikut beberapa tips efektif komunikasi dengan anak usia dini untuk mendorong perkembangan bahasanya:

  • Mengajak berbicara dengan kata-kata yang jelas dan mudah dipahami Si Buah Hati. 
  • Mengajukan pertanyaan supaya Si Buah Hati mau lebih banyak bercerita atau mengungkapkan permasalahan. 
  • Mencontohkan cara berbicara yang baik pada Si Buah Hati dimana secara tidak langsung mendidiknya untuk bersikap sopan. 
  • Tidak menyela saat Si Buah Hati bicara dan menunggunya hingga tuntas bercerita/ 
  • Memberi penjelasan pada Si Buah Hati terkait hal-hal atau tindakan yang membahayakan dan memberi contoh pilihan yang baik. 
  •  

Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak

Hal yang Harus Dihindari dalam Komunikasi Anak Usia Dini

Demi mendorong kemampuan komunikasi anak di usia dini, Bunda juga perlu menghindari melakukan beberapa hal berikut saat berinteraksi dengan Si Buah Hati:

  • Jangan mengoreksi atau mengkritik saat anak salah mengucapkan kata karena bisa membuatnya enggan mencoba lagi. Sebaliknya, coba ulangi kalimat yang diucapkan Si Buah Hati dengan kata-kata yang tepat.
  • Hindari memotong saat anak sedang berbicara atau menyelesaikan kalimat ketika ia sedang mencoba mengingat kata-kata yang ingin diucapkannya.
  • Jangan terburu-buru membantu anak memecahkan suatu masalah yang sedang disampaikannya karena mungkin Si Buah Hati hanya ingin didengarkan.

Selain mengetahui tips mendorong komunikasi anak usia dini, Bunda juga perlu selalu memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memberikan asupan makanan dan minuman bergizi seimbang pada Si Buah Hati.  

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.

Selain itu, Bunda dapat lengkapi asupan gizi hariannya, selain dari makanan, dengan DANCOW 1+ Imunutri, susu pertumbuhan untuk anak usia 1 – 3 tahun, dengan 0 gram sukrosa, mengandung vitamin A, C, E, zink, tembaga, selenium, DHA, Omega-3, Omega-6, zat besi, kalsium, vitamin D, dan protein untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.  Kombinasi unik DHA dan zat besi dukung pertumbuhan Si Buah Hati.

Image Article
Cara Komunikasi pada Anak Usia Dini dan Hal yang Perlu Dihindari
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Peran Orangtua menstimulasi Anak Bicara untuk Perkembangan Bahasa

Published date

Apakah Bunda mendapati Si Buah Hati mulai sering mengoceh dan mengajak berbicara meski kata-katanya belum terlalu jelas? Bunda tidak perlu khawatir, karena itu merupakan tahapan penting perkembangan bahasa pada anak.

Meskipun kata-kata yang diucapkan terdengar tidak bermakna, namun mengoceh dapat membantu Si Buah Hati melatih artikulasi sekaligus mengekspresikan dirinya.

Ocehan Si Buah Hati juga merupakan upayanya dalam meniru percakapan yang dilakukan orang tuanya. Dengan cara ini anak belajar berinteraksi dan bersosialisasi.

Lalu apa yang harus dilakukan orang tua saat anak mulai aktif mengoceh? Ternyata, Bunda bisa memberikan stimulasi anak bicara untuk mendorong perkembangan kemampuan berbahasa Si Buah Hati.

Cara Merangsang Perkembangan Bicara Anak

Setiap anak tumbuh dan berkembang dalam kecepatannya masing-masing, namun pada umumnya anak sudah bisa mengatakan kata pertamanya antara usia 10-14 bulan.

Selanjutnya, seiring usianya, Si Buah Hati akan semakin cepat dan banyak mengingat serta mengucapkan kata. Meskipun mungkin pelafalannya belum tepat sehingga kadang sulit dipahami.

Para pakar perkembangan bahasa anak meyakini bahwa pengalaman yang diperoleh di lingkungan sehari-hari lebih berpengaruh dibandingkan jika sekadar memberi pembelajaran tentang bahasa kepada anak.

Dengan kata lain, perkembangan bahasa anak bergantung pada seberapa sering anak mempraktikkannya untuk berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya.

Untuk itu, Bunda bisa mendukung perkembangan bahasa Si Buah Hati dengan memberinya stimulasi anak bicara yang tepat.

Jenis Stimulasi Anak Bicara

Ada beberapa jenis stimulasi yang bisa Bunda berikan untuk mendorong kemampuan berbahasa Si Buah Hati. Kuncinya adalah memberi kesempatan sebanyak mungkin dan mendorong anak agar berani berbicara.

Berikut ini contoh stimulasi agar anak cepat bicara:

1. Menyiapkan aneka bahan bacaan anak di rumah

Cara stimulasi anak cepat bicara yang pertama adalah dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mengembangkan kemampuan bahasa Si Buah Hati. Bunda dapat menyiapkan berbagai macam bacaan untuk anak, bisa berupa buku maupun tulisan atau label yang ditempatkan di berbagai sudut rumah.

Bunda dapat menempelkan poster huruf dan kata yang dilengkapi gambar yang menarik di kamar anak, memasang label pada barang-barang atau mainan anak, misal mainan truk pemadam kebakaran atau nama boneka kesayangannya. 

2. Mengajak anak bicara

Percakapan dengan orang lain dapat memberi pengalaman berbahasa yang lebih kaya kepada anak. Dengan Bunda mengajak Si Buah Hati berbicara akan mengajarkannya bagaimana bertindak, berekspresi, dan mengucapkan suatu bahasa.

Bunda dapat bertanya tentang apa yang dilakukan Si Buah Hati hari ini. Lalu buat pertanyaan terbuka agar anak bebas bercerita. Hindari interupsi atau memotong saat anak berbicara. Tunggu dengan sabar hingga anak selesai menjawab. Saat berbicara dengan anak, biasakan selalu menggunakan kata yang benar dan jangan langsung mengoreksi apabila anak mengucapkan kata yang salah. Usahakan juga selalu menggunakan kata baru saat merespon anak bicara. 

3. Bercerita kepada anak

Bercerita memberi pengaruh yang sangat signifikan bagi anak karena memberi berbagai informasi yang bisa memperkaya kosa katanya. Anak dapat mengembangkan kesadaran sistem bahasa saat mendengarkan sebuah cerita dari orang lain. Selain itu, anak juga dapat mengembangkan keterampilan mendengarkan dan mengenali pola suara.

Untuk mengoptimalkan stimulasi dari cerita, Bunda bisa meminta Si Buah Hati mengingat cerita yang pernah disampaikan. Bunda juga perlu menjelaskan apabila di dalam cerita ada kata-kata baru yang belum dikenal Si Buah Hati. Kemudian, dorong anak untuk berani membuat ceritanya sendiri.

Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak 

4. Membaca buku bersama anak

Kegiatan membaca dapat membangun pengalaman literasi anak. Bunda bisa mendampingi saat Si Buah Hati membaca di rumah karena keterlibatan orang tua saat kegiatan membaca terbukti membantu tumbuh kembang anak.

Bunda bisa memilihkan buku dengan narasi yang sederhana sehingga anak lebih mudah menunjuk huruf, kata, atau gambar di dalam buku. Bunda juga dapat membantu Si Buah Hati membaca dengan artikulasi yang jelas. Selain itu, Si Buah Hati bisa langsung bertanya saat ada kata yang tidak dimengerti. 

5. Menyanyikan lagu untuk anak

Contoh stimulasi selanjutnya yakni lewat menyanyikan sebuah lagu. Berbeda dengan berbicara atau percakapan biasa, menyanyikan lagu memberi nuansa yang lebih menyenangkan seperti saat bermain.

Melalui lagu yang Bunda nyanyikan secara berulang dapat mengajarkan Si Buah Hati kosa kata sekaligus pola pengucapannya. Karenanya, Bunda perlu menyanyikan lagu dengan benar dan jelas.

Bunda dapat memilih lagu anak-anak, seperti "Balonku", "Cicak di Dinding" atau "Topi Saya Bundar". Menyanyikan lagu juga bisa menjadi stimulasi anak 1 tahun agar cepat bicara.

Peran Orang Tua dan Lingkungan dalam Stimulasi Bicara Anak

Di usia dini, anak tentu masih membutuhkan bimbingan serta arahan dari orang tua, termasuk dalam kemampuan berbicara dan bahasa. Karenanya, orang tua memegang peranan besar dalam perkembangan bahasa Si Buah Hati, seperti mengajarkan kata sapaan yang sopan dan benar, pengucapan kalimat yang tepat, hingga mengenal benda-benda di sekitarnya.

Orang tua, dan keluarga, juga menjadi lingkungan terdekat anak yang berperan dalam tumbuh kembangnya. Untuk itu, Bunda perlu menyediakan lingkungan yang kondusif dan mendukung perkembangan bahasa Si Buah Hati.

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.

Itulah Bunda, ulasan tentang contoh stimulasi anak bicara yang dapat membantu perkembangan bahasa Si Buah Hati. Selain itu, Bunda perlu melengkapi gizi harian Si Buah Hati untuk mendukung tumbuh kembangnya.  

Selain makanan, Bunda dapat lengkapi asupan hariannya dengan DANCOW 1+ Imunutri, susu pertumbuhan untuk anak usia 1–3 tahun, dengan 0 gram sukrosa, mengandung vitamin A, C, E, zink, tembaga, selenium, DHA, Omega-3, Omega-6, zat besi, kalsium, vitamin D, dan protein untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.  Kombinasi unik DHA dan zat besi bantu pertumbuhan Si Buah Hati.

Image Article
Peran Orangtua menstimulasi Anak Bicara untuk Perkembangan Bahasa
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tips Efektif untuk Mengembangkan Kemampuan Komunikasi pada Anak

Published date

Bunda bisa menjadi guru pertama untuk membantu mengembangkan kemampuan komunikasi pada anak. Yuk, simak artikel berikut untuk panduan membangun keterampilan berkomunikasi anak tercinta.

Pentingnya Komunikasi pada Anak

Komunikasi efektif penting untuk menyampaikan setiap informasi atau pesan dari satu orang ke orang lain. Ketika Si Buah Hati menguasai keterampilan ini, ada beberapa manfaat yang dapat dipetik, di antaranya:

1. Meningkatkan kemampuan berpikir

Komunikasi yang baik meningkatkan kemampuan berpikir Si Buah Hati. Keterampilan ini mengasah kemampuan berpikir kritis, menganalisis sesuatu, sekaligus memecahkan masalah. Selain itu, anak yang jago berkomunikasi cenderung punya daya ingat dan tingkat kepercayaan diri yang lebih baik. 

2. Menunjang perkembangan sosial dan emosional

Komunikasi pada anak juga penting dalam menunjang perkembangan sosial dan emosional Si Buah Hati. Keterampilan ini meningkatkan interaksi sosial, menumbuhkan empati, dan kecerdasan emosional. Anak yang mampu berkomunikasi secara efektif juga potensial menjadi pemimpin dan cenderung luwes bekerja sama dengan orang lain. 

3. Membantu meningkatkan prestasi akademik

Penelitian menunjukkan, komunikasi yang baik antara orangtua dan anak membantu meningkatkan prestasi akademik. Interaksi lewat komunikasi ini dapat memengaruhi konsep diri Si Buah Hati yang sifatnya positif, sehingga Si Buah Hati bisa lebih termotivasi dalam belajar. 

Setelah menyimak pentingnya keterampilan ini buat bekal Si Buah Hati kelak, ada baiknya Bunda juga menyimak tahapan perkembangan komunikasi anak. 

Tahap Perkembangan Komunikasi pada Anak

Setiap anak balita umumnya mengalami proses tumbuh kembang pesat, termasuk perkembangan kemampuan komunikasi dan bahasa. Si Buah Hati akan berkomunikasi sesuai tahap tumbuh kembangnya, mulai dari cuma bisa menangis sampai jago ceriwis. Berikut tahap perkembangan komunikasi pada anak yang perlu Bunda ketahui:

1. Bayi baru lahir 

Menangis, mengatupkan bibir saat lapar, menguap atau meregangkan punggung saat distimulasi.

2. Bayi 2 bulan

Mendengkur, menangis saat ingin sesuatu, menoleh saat dipanggil, menguap dan mengangkat kepala ke belakang saat distimulasi. 

3. Bayi 3 bulan

Mendengkur, tertawa kecil, menangis saat lapar atau tidak nyaman, dan mengeluarkan suara napas seperti mendengkur.

4. Bayi 4 bulan

Mengoceh, menirukan suara orang lain, tertawa dengan keras, menangis saat lapar atau tidak nyaman. 

5. Bayi 6 bulan

Mengoceh lebih dari dua bunyi vokal seperti “ah” dan “eh”, menjerit, tertawa, menirukan suara orang lain, merespons saat namanya disebut, mulai mengucapkan bunyi konsonan seperti “b” dan “m”.

6. Bayi 9 bulan

Membuat suara “bababa” atau “dadada” atau “mamama”, mengerti kata tidak, menganggukkan kepala saat setuju, menggelengkan kepala untuk bilang tidak, menunjuk sesuatu.

7. Anak 1 tahun 

Menggelengkan kepala untuk menolak sesuatu atau saat ditanya “sudah makan?”, dadah atau lambai-lambai tangan, bisa bilang “mama” atau “papa”, mencoba mengucapkan kata-kata tertentu.

8. Anak 2 tahun

Menggunakan 2 atau 3 kata bersamaan, mampu menunjuk benda atau gambar di buku saat disebutkan namanya, bisa mengikuti arahan sederhana, mengetahui nama orang sekitarnya, dan paham bagian tubuh, bisa bilang “enggak” atau “emoh” sembari menggelengkan kepala.

9. Anak 3 tahun

Bisa menyampaikan kalimat sederhana dari minimal 3 kata, bicara sudah mulai jelas, dapat mengikuti 2 sampai 3 instruksi sederhana, mulai kalimat pakai kata “aku” atau “kamu”, mengerti kata “di dalam” atau “di atas” atau “di bawah”, dapat menyebut nama depan dan usia, sering mengajukan pertanyaan “mengapa” atau “apa” atau “kapan” atau “bagaimana”, memanggil nama. 

10. Anak 4 tahun

Bisa menceritakan kembali sesuatu, bisa menggunakan kata-kata dengan tepat, menyanyikan lagu sederhana, mampu menyebut nama lengkap, berkomunikasi dengan jelas pakai kalimat lengkap.

11. Anak 5 tahun

Mampu bicara dan bercerita sangat jelas dengan kalimat minimal 5 kata, bisa menerapkan kata “akan”, bisa menyebutkan nama dan tempat tinggal atau menyebut alamat.  Tahapan di atas bisa bervariasi. Tapi, jika Bunda mendapati ada hambatan komunikasi pada anak, jangan sungkan untuk bertanya pada dokter yang biasanya menangani Si Buah Hati. 

Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak

Tips Mengembangkan Komunikasi Verbal dan Non-verbal pada Anak

Komunikasi tak hanya melibatkan ucapan ucapan verbal atau dalam bentuk kata-kata dan nada suara. Proses ini juga membutuhkan keterampilan non-verbal, seperti ekspresi, wajah, gerak tubuh, dan bahasa tubuh untuk menyampaikan suatu emosi dan makna. 

Semakin sering Bunda melakukan komunikasi dengan Si Buah Hati, semakin meningkat pula kemampuan bahasa anak dalam berkomunikasi dengan orang sekitarnya. Nah, Bunda bisa membantu mengembangkan komunikasi pada Si Buah Hati, baik secara verbal dan non-verbal lewat keseharian. Berikut beberapa kiatnya:

1. Gunakan kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan emosi

Setelah emosi, Bunda terkadang menyesal dan bilang ke anak, “Bunda minta maaf.” Hal itu kurang tepat karena mengajari Si Buah Hati minta maaf tanpa mengakui kesalahan dengan jelas. Coba bilang, “Maaf Bunda membentakmu karena jengkel rumahnya berantakan.” Teknik komunikasi pada anak ini sekaligus memberi tahu dan membantu Si Buah Hati menghadapi emosi secara positif. 

2. Libatkan ekspresi wajah dan bahasa tubuh

Ekspresi wajah dan bahasa tubuh termasuk bagian komunikasi. Nah, teknik ini perlu dilatih secara bertahap. Bunda bisa memberikan contoh komunikasi pada anak lewat gestur saat minta maaf, seperti minta maaf pakai nada lembut dan tatapan mata menyesal. Sampaikan juga, meluapkan emosi mata melotot atau membanting pintu itu kurang baik. Latih Si Buah Hati agar bisa tetap tenang mengendalikan emosi.

3. Dengarkan baik-baik

Pastikan Bunda menyimak baik-baik dengan mempertahankan kontak mata dan fokus saat bicara dengan Si Buah Hati. Hindari mengobrol sembari main ponsel atau mengerjakan sesuatu di laptop. Saat mendengarkan sungguh-sungguh, komunikasi bisa lebih fokus sehingga pesan, apa yang dirasakan, dipikirkan, dikhawatirkan, arahan, atau pertanyaan dapat lebih jelas tersampaikan. 

4. Ajarkan empati

Jika Bunda ingin Si Buah Hati tumbuh menjadi pribadi yang berempati, coba tunjukkan apa itu empati pada anak. Misalkan saat anak sedih, akui perasaannya.

Itu tadi bahasan terkait tips untuk mengembangkan komunikasi pada pada anak di atas. Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas. 

Jangan lupa Bunda untuk mencukupi kebutuhan gizi harian Si Buah Hati asupan yang bergizi seimbang, ya.

Image Article
Tips Efektif untuk Mengembangkan Kemampuan Komunikasi pada Anak
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tahapan Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini

Published date

Bunda yang memiliki anak yang masih bayi mungkin tidak sabar menanti kapan Si Buah Hati bisa diajak berbicara. Tahukah Bunda, perkembangan bahasa anak usia dini sebenarnya sudah dimulai sejak mereka lahir lho. Mulai dari menangis, tersenyum, tertawa, bergumam, akhirnya bisa memahami kata dan berkomunikasi. 

Menariknya, apa pun bahasa yang digunakan oleh orangtuanya, semua anak di dunia belajar bahasa dengan cara yang sama. Normalnya, ada tiga tahap perkembangan bahasa, yakni mengenal bunyi, mengenal kata, dan membuat kalimat. Namun, setiap anak akan mengembangkan keterampilan bahasa dengan kecepatan berbeda, asal masih di rentang waktu atau milestone-nya. 

Sebelum usia satu tahun, bayi sudah dapat memahami lusinan kata. Seiring bertambah usia, kosa kata bayi semakin kaya dan bisa memahami lebih dari 200 kata. Kemampuan ini terus berkembang hingga komunikasi pada toddler sudah bisa merangkai kalimat yang terdiri dari 2 kata atau lebih. 

Dalam artikel ini akan dibahas seputar perkembangan bahasa anak usia dini, mulai dari fase-fasenya, faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, dan metode stimulasi bahasa.

Fase-fase Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Berikut perkembangan bahasa pada bayi mulai dari 0 bulan sampai 2 tahun:

3 bulan

  • Tersenyum saat melihat Bunda atau orang yang dikenali 
  • Mulai berceloteh
  • Tenang atau tersenyum saat diajak berbicara
  • Mengenali suara Bunda
  • Suara tangisan mereka berbeda untuk setiap kondisi berbeda.

6 bulan

  • Membuat suara saat bermain
  • Mengoceh dan membuat berbagai suara
  • Mengeluarkan suara untuk menunjukkan suka dan tidak suka
  • Menggerakkan mata ke arah suara
  • Menanggapi perubahan nada suara
  • Memperhatikan musik.

12 bulan

  • Mencoba meniru suara
  • Mulai mengucapkan “papa”, “mama”, atau “uh-oh”
  • Mengetahui nama benda seperti sepatu, bunga, baju
  • Berbalik dan melihat ke arah datangnya suara.

18 bulan

  • Mengetahui nama orang, benda dan bagian tubuh
  • Mengikuti perintah sederhana yang diberikan dengan isyarat
  • Bisa mengucapkan 10 kata.

24 bulan

  • Mulai bisa membuat kalimat sederhana, misalnya susu lagi
  • Menyusun satu-dua kata seperti sampai jumpa
  • Mengikuti perintah sederhana dan memahami pertanyaan sederhana
  • Ucapkan sekitar 50 kata atau lebih.

Baca Juga: Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Perkembangan bahasa bayi dapat dipengaruhi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi lingkungan, stimulasi berbicara dari keluarga, dan kebiasaan. Sementara faktor internal yang mempengaruhi perkembangan bahasa bayi adalah kesehatan ibu selama masa kehamilan dan genetik orangtua.

Stimulasi Bahasa pada Anak Usia Dini

Agar anak bisa berbicara, perlu stimulasi atau latihan dari orang tua. Ada beberapa stimulasi bahasa yang bisa Bunda lakukan di rumah untuk melatih kemampuannya.

1. Perhatikan bayi

Perhatikan dan tanggapi gerakan bayi yang merupakan upaya awal non-verbal dalam proses mempelajari bahasa. Bayi Bunda mungkin akan mengangkat kedua lengan untuk meminta digendong atau menyodorkan mainan untuk mengajak bermain. Si Buah Hati mungkin juga mendorong piring atau menutup mulut untuk mengatakan mereka sudah kenyang. Saat bayi melakukan gerakan-gerakan kecil tersebut, tersenyumlah dan lakukan kontak mata, kemudian tanggapi permintaan bayi tersebut.

2. Beri pujian

Tersenyumlah dan beri tepuk tangan bahkan pada upaya terkecil atau paling membingungkan dalam pembicaraan bayi. Bayi mempelajari bahasa melalui reaksi orang dewasa di sekitarnya.

3. Baby talk

Bayi senang mendengar suara orang tuanya. Dan ketika orang tua berbicara dengan mereka, hal itu membantu perkembangan bicara. Semakin sering Bunda melakukan "baby talk" dengannya, dengan menggunakan kata-kata yang pendek, sederhana namun benar, semakin banyak kata yang akan coba diucapkan Si Buah Hati.

4. Menjelaskan

Bicarakan tentang apa yang Bunda lakukan saat memandikan, berpakaian, memberi makan, dan mengganti pakaiannya. Penjelasan setiap kegiatan ini akan membantu bayi menghubungkan objek dan aktivitas yang sedang mereka lakukan.

5. Ulangi

Meski Bunda belum memahami apa yang ingin disampaikan Si Buah Hati, teruslah berusaha memahami. Ulangi dengan lembut apa yang menurut Bunda dikatakan, dan tanyakan apakah itu benar. Terus berikan perhatian penuh kasih sayang sehingga bayi Bunda merasa dihargai karena mencoba berbicara.

6. Bermain dan membaca buku

Dorong anak untuk bermain, berpura-pura, berimajinasi, dan membaca buku untuk mengembangkan keterampilan verbal saat ia menginjak usia balita.

Metode dan Teknik yang Efektif dalam Stimulasi Bahasa

Cara alami seseorang memperoleh bahasa adalah dengan mengucapkannya. Dengan belajar mengucapkan suatu kata, bahasa tumbuh secara organik dalam pikiran si Buah Hati. Ini artinya, membuat anak mengucapkan suatu kata adalah cara paling efektif untuk menstimulasi bahasanya.

Untuk membuat anak mengucapkan suatu kata, penelitian menunjukkan empat metode paling efektif yang bisa Bunda lakukan di rumah untuk mendukung perkembangan bahasa anak adalah mengadakan alat peraga di rumah (bisa berupa gambar yang dicetak, benda sehari-hari, maupun mainan), sering mengajak bicara anak, mendongeng atau bercerita, dan membacakan Si Buah Hati buku setiap hari.

Mudahnya, Bunda bisa menstimulasi kemampuan bahasa dari sejak anak baru lahir. Katakan apa yang sedang terjadi, apa yang sedang Bunda lakukan, dan sebutkan nama benda-benda yang ditemui oleh anak. Kemudian buku cerita adalah cara yang baik untuk meningkatkan kosakata anak. Saat membaca buku, tunjuk gambar dan sebut nama benda yang ditunjuk tersebut agar anak lebih paham. 

Itulah tahapan perkembangan bahasa anak usia dini dan cara stimulasinya. Perkembangan bicara dan bahasa sebaiknya dapat dikenali Bunda sedini mungkin agar memahami kebutuhan Si Buah Hati. Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas. 

Jangan lupa untuk lengkapi kebutuhan gizi harian Si Buah Hati ya, Bunda!

Image Article
Tahapan Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Apakah Puasa Mempengaruhi ASI? Ini Penjelasannya!

Published date

Meski termasuk ke dalam kategori orang yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa, namun banyak Bunda yang sedang menyusui ingin tetap menjalankan ibadah puasa. Dalam hal ini, yang kerap dikhawatirkan bukan soal rasa lapar dan haus, namun lebih pada adalah kuantitas dan kualitas produksi ASI bagi Si Buah Hati. Lantas, apakah puasa mempengaruhi ASI? Simak penjelasannya berikut ini.

Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Produksi ASI dalam Tubuh

Jika ada yang bertanya, ‘apakah puasa mempengaruhi produksi ASI?’, maka jawabannya adalah tidak. Sebab saat berpuasa tubuh ibu menyusui akan tetap memproduksi ASI sama seperti biasanya.

Lantas, apakah puasa memengaruhi kualitas ASI? Dari segi kualitas nutrisi, ASI yang diproduksi oleh ibu yang sedang berpuasa tentu mengalami penurunan kadar vitamin dan mineral seperti seng, magnesium, dan kalium dalam ASI. Namun tak perlu khawatir, sebab hal ini tidak akan memberikan dampak yang signifikan pada bayi, sehingga Bunda masih diperbolehkan untuk menyusui secara langsung saat berpuasa.

Secara umum, penurunan produksi ASI dalam tubuh disebabkan oleh kurangnya rangsangan pada payudara, kemampuan bayi dalam menghisap puting yang belum memadai, dan kurangnya frekuensi menyusui secara langsung pada bayi atau rutinitas pumping untuk mengosongkan payudara yang jarang dilakukan oleh ibu menyusui.

Lebih lanjut lagi, penurunan produksi ASI juga dapat dipengaruhi baik oleh kondisi ibu maupun sang bayi. Yuk, simak penjelasannya berikut ini!

1. Faktor Ibu

  • Stres atau rasa cemas berlebih yang akan berpengaruh langsung pada produksi ASI.
  • Ibu dan bayi berpisah dalam waktu yang cukup lama, misalnya saat ibu harus kembali bekerja ke kantor.
  • Hormon yang tidak seimbang.
  • Kehamilan baru.
  • Jaringan payudara yang tidak mencukupi (payudara berbentuk tabung).
  • Pembedahan pada payudara atau puting susu.
  • Kondisi ibu yang tidak sadar akibat penggunaan narkoba, konsumsi alkohol, atau sedang menjalani pengobatan.
  • Cedera payudara atau posisi menyusui yang kurang tepat.
  • Penggunaan dot yang salah.
  • Pemenuhan gizi yang buruk pada ibu (kurang dari 1500 kalori per hari).

2. Faktor Bayi

  • Mengonsumsi susu formula dan menggunakan botol bayi.
  • Bayi menolak disusui secara langsung (direct breastfeeding) karena beberapa kondisi seperti aliran susu yang cukup deras, puting yang datar, atau ukuran puting yang terlalu besar.
  • Bayi tidur dalam waktu yang lama akibat kondisi tertentu seperti sakit kuning, kelahiran prematur, atau sedang menjalani pengobatan tertentu.
  • Jarak waktu menyusui yang terlalu lama, biasanya akibat bayi tidak bangun di malam hari.
  • Hisapan yang lemah akibat bayi prematur, sedang sakit.
  • Frenulum (lipatan yang berfungsi mengatur pergerakan) lidah yang pendek.

Dampak Jika Produksi ASI Menurun

Selain rasa cemas dan stres berlebihan pada sang ibu, produksi ASI yang menurun dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi kesehatan dan pertumbuhan bayi, seperti:

  1. Berat badan bayi mengalami penurunan. Pada umumnya, bayi yang baru lahir akan mengalami pertambahan berat badan sebesar 1,5 hingga dua kilogram setiap bulannya. 
  2. Bayi menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti jarang buang air kecil, menangis tanpa air mata, urin berwarna gelap, kulit kering, dan napas yang cepat.
  3. Bayi lebih mudah rewel atau lesu dan tetap terjaga saat sedang menyusui. 

Baca Juga: Kenapa Anak Susah Disapih? Yuk, Simak di Sini!

Cara Mengatasi Dampak Negatif dari Produksi ASI yang Menurun karena Puasa

Untuk mencegah penurunan produksi ASI saat berpuasa, berikut ini beberapa cara yang bisa Bunda lakukan.

  1. Hindari aktivitas yang terlalu berat dan melelahkan. Sebaliknya, usahakan untuk beristirahat dengan cukup selama berpuasa di bulan Ramadan.
  2. Jangan lewatkan makan sahur, sebab makanan yang dikonsumsi saat sahur akan menjadi cadangan gizi dan kalori selama berpuasa seharian penuh. Oleh karena itu, pastikan untuk mengonsumsi jenis makanan bergizi seimbang dengan memerhatikan kandungan karbohidrat kompleks, serat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang penting untuk tubuh agar tetap berenergi sepanjang hari.
  3. Mengonsumsi makanan bergizi saat berbuka puasa dan menghindari makanan yang mengandung gula tambahan. Beberapa jenis makanan yang bisa dikonsumsi untuk meningkatkan energi dan produksi ASI selama puasa antara lain daging ayam, ikan, dan daging tanpa lemak, sayur brokoli, daun katuk.
  4. Mencukupi kebutuhan air minum dengan baik, yaitu dua sampai tiga gelas air mineral baik saat sahur dan berbuka puasa.
  5. Menyediakan camilan di malam hari, seperti kacang-kacangan, telur rebus, susu, dan kurma.
  6. Tetap menyusui seperti biasa untuk merangsang produksi ASI.

Dari penjelasan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa penurunan ASI tentunya dapat memberikan dampak yang sangat besar bagi bayi, terutama yang baru lahir. Bayi tidak mendapatkan gizi yang cukup untuk tumbuh dan berkembang dengan normal sesuai dengan perkembangan bayi seusianya, sehingga mereka juga tampak lebih rewel serta mudah terserang penyakit.

Oleh karena itu, Bunda sebaiknya selalu memperhatikan konsumsi makanan bergizi seimbang dan menjaga tubuh terhidrasi terutama pada waktu buka puasa, sahur, dan di malam hari. Hal tersebut untuk memastikan produksi ASI tetap lancar selama berpuasa ya, Bunda. Selamat berpuasa!

Image Article
Apakah Puasa Mempengaruhi ASI? Ini Penjelasannya!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off