0-12 Bulan

Stimulasi Dukung Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Published date

Proses tumbuh kembang anak yang berjalan optimal adalah dambaan setiap orangtua. Tak hanya perkembangan kognitif dan motorik, perkembangan sosial emosional pun perlu diperhatikan sejak dini. Hal ini karena proses tersebut bakal menjadi bekal penting bagi kehidupan Si Buah Hati nanti.

Perkembangan sosial emosional anak usia dini tak hanya soal mengatur emosi dalam diri anak, melainkan juga melatih karakter yang baik. Sejumlah riset menyebutkan anak dengan bekal sosial emosional lebih sukses dalam bidang akademik. Oleh karena itu, pola asuh yang tepat perlu Bunda terapkan sejak awal. Berikut pentingnya memahami perkembangan sosial emosional anak usia dini serta cara menstimulasinya.

Definisi Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Perkembangan sosial emosional merupakan perkembangan tingkah laku, yang mana seseorang diminta  mengikuti atau menyesuaikan diri dengan aturan yang ada di lingkungan masyarakat. Perkembangan sosial emosional pada anak usia dini dapat diartikan bagaimana anak mampu berinteraksi dengan teman sebaya,orang dewasa atau orang tua, dan masyarakat yang ada di sekitarnya.

Dalam hal ini, perkembangan sosial emosional anak usia dini merupakan kemampuan anak untuk mengelola dan mengekspresikan emosi baik positif maupun negatif. Perkembangan sosial emosional adalah proses di mana anak belajar beradaptasi untuk memahami situasi dan emosi dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya, mendengarkan, mengamati serta meniru apa yang mereka lihat.

Mengapa Memahami Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Penting?

Sebagai orangtua, penting halnya memahami aspek perkembangan sosial emosional anak usia dini. Hal ini agar anak dapat belajar mengenali diri hingga kemudian berinteraksi dengan orang lain. Proses belajar ini akan memengaruhi empati, kepercayaan diri dan kemampuan anak untuk menjalin relasi pertemanan maupun persahabatan serta hubungan positif dengan lingkungan sekitar. 

Bunda juga perlu memahami bahwa proses perkembangan aspek ini juga akan memengaruhi perkembangan lain seperti kognitif, motorik hingga bahasa. Oleh karena itu, bimbingan dan motivasi orangtua penting agar anak memiliki keyakinan mampu melakukan kegiatan yang berhubungan dengan sosial emosionalnya. 

Pada usia dini yakni rentang 0-6 tahun, pendampingan sangat penting mengingat masa tersebut merupakan masa keemasan dalam pertumbuhan. Dengan demikian, Bunda perlu menanamkan hal-hal positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. 

Baca Juga: Stimulasi Baca Anak Usia 3 Tahun

Cara Stimulasi Sosial Emosional Anak Usia Dini

Usia  0 sampai 3 tahun merupakan usia emas bagi tumbuh kembang anak. Di usia itu, anak bak kertas putih yang akan menyerap segala informasi yang mereka lihat maupun dengar. Selain periode emas, rentang usia itu juga menjadi periode kritis bagi otak anak. Oleh karena itu, butuh stimulasi optimal untuk tumbuh kembang anak. Berikut cara menstimulasi perkembangan sosial emosional anak usia dini.

1. Ciptakan Kedekatan Emosional

Kedekatan emosional antara ibu dan anak harus dijalin sejak Si Buah Hati berusia bayi. Kesempatan awal untuk menciptakan bonding-attachment yang kuat antara ibu dan bayi adalah melalui inisiasi menyusu dini ketika bayi baru lahir. Proses ini secara tidak langsung akan memacu aspek sosial emosional anak dalam tahap awal kehidupan.

2. Belajar Atur Diri Sendiri

Mengajari anak-anak cara mengatur diri sendiri di tahun-tahun awal membantu mereka memahami dan mengendalikan emosi, fokus belajar, dan mengelola stres. Mengajari anak berkesadaran diri juga akan membantu mereka mengembangkan kemampuan sosial emosional yang kuat.

3. Beri Contoh Positif

Anak merupakan peniru yang paling mahir. Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk memberikan contoh yang baik. Untuk mengembangkan aspek sosial emosional, Bunda bisa mencontohkan kebiasaan berbagi, interaksi ramah dengan orang lain hingga tak segan mengucapkan “terima kasih” dan “maaf”.

4. Bangun Iklim Demokratis di Rumah

Alih-alih mendikte, trangtua perlu mempraktikkan pola asuh yang demokratis sehingga anak tak segan untuk mengutarakan pendapat maupun sisi emosional mereka. Membangun iklim demokratis juga penting bagi anak agar merasa nyaman saat mengenali diri.

5. Belajar Berempati

Bunda dapat membiasakan anak untuk saling memikirkan perasaan orang lain di sekitarnya. Perbincangan dari hati ke hati dapat mengasah sisi sosial emosional anak. Selain belajar berempati, Bunda juga perlu memvalidasi atau mengakui perasaan anak.

6. Latihan Mengelola Konflik

Situasi konflik dapat melahirkan stres, demikian juga sebaliknya. Meski demikian, konflik bukanlah suatu hal yang harus selalu dihindari. Hadirnya konflik justru akan mengasah kemampuan anak untuk menyelesaikannya.

Proses berkompromi, negosiasi hingga pengambilan keputusan bakal dipelajari Si Buah Hati saat mengelola konflik. Proses ini dapat menstimulasi perkembangan sosial emosional anak sejak dini.

Itu dia cara mengenal stimulasi untuk mendukung perkembangan sosial emosional anak usia dini.  Bunda juga bisa mendukung pertumbuhan dan perkembangan Si Buah Hati dengan memberikan nutrisi yang dibutuhkannya, salah satunya susu pertumbuhan. DANCOW 1+ Imunutri adalah susu pertumbuhan yang diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 1-3 tahun, tinggi akan Vitamin A, C, E, Selenium, Zink, Tembaga, tinggi Kalsium, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi.

Mengingat pentingnya aspek sosial emosional dalam perkembangan anak, selalu dampingi mereka untuk masa depan lebih baik ya Bunda! 

Image Article
Stimulasi Dukung Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Umur Berapa Bayi Mulai Bicara? Simak Penjelasan Berikut!

Published date

Tahapan perkembangan bicara pada bayi adalah salah satu aspek penting dalam pertumbuhan mereka. Umumnya, bayi mulai menunjukkan kemampuan bicara pada usia sekitar 12 hingga 18 bulan. Di usia tersebut bayi mulai mengucapkan kata pertamanya. Namun, penting untuk diingat bahwa perkembangan bahasa pada setiap anak bisa berbeda.

Nah, kira-kira umur berapa bayi laki-laki mulai bicara? Apakah berbeda dengan bayi perempuan?

 

Umur Berapa Bayi Laki-laki Mulai Bicara dan Apakah Lebih Lambat dari Bayi Perempuan?

Bunda mungkin pernah mendengar tentang mitos bahwa bayi perempuan lebih cepat bicara, sedangkan bayi laki-laki lebih cepat berjalan. Ternyata mitos tersebut tidak sepenuhnya salah. Penelitian membuktikan bahwa anak laki-laki lebih lambat bicara jika dibandingkan dengan anak perempuan.

Meski begitu, rata-rata, bayi mulai bisa mengeluarkan kata pertamanya di ulang tahun pertamanya. Kemampuan ini juga dibarengi dengan keterampilan berjalan dan menunjukkan benda lho, Bunda.

 

Pentingnya Bicara dalam Perkembangan Anak

Kemampuan bicara sangat penting untuk perkembangan anak. Sebab, hal ini terkait dengan keberhasilan dalam mengembangkan keterampilan membaca, menulis, dan interpersonal, baik di masa kanak-kanak maupun di kemudian hari.1 Kurangnya kemampuan bicara bisa mengganggu fungsi sehari-hari, termasuk pembelajaran, komunikasi, dan interaksi sosial.

Jika Bunda mempertanyakan apakah wajar anak laki-laki lambat bicara, tentu saja jawabannya “tidak”. Sebab, hal ini bisa berdampak signifikan pada kehidupan anak. Keterlambatan berbicara yang anak alami bisa menyebabkan hambatan pada perkembangan bahasa, sosial, motorik, dan tingkat kecerdasan anak.

Di sisi lain, perkembangan bahasa pada anak laki-laki cenderung lebih lambat dibandingkan anak perempuan. Namun, perbedaanya tidak begitu besar. Hal ini terjadi karena tingginya lever testosteron pada masa prenatal memperlambat pertumbuhan neuron di hemisfer kiri. Inilah yang membuat perkembangan anak laki-laki dalam penguasaan kosa kata dan bahasa cenderung lebih lambat. Karena itu, usia berapa anak laki-laki bisa bicara mungkin lebih lambat dibandingkan anak perempuan.

 

Perkembangan Bahasa pada Bayi

Sebenarnya, bayi mulai mengucapkan kata pertamanya sejak ia dilahirkan, namun menggunakan bahasa non-verbal, seperti menangis, meringin, atau menggeliat. Hal ini dilakukan untuk mengekspresikan berbagai emosi dan kebutuhan fisik.

Pemahaman bahasa bayi awalnya hanya terbatas pada emosi universal dalam ucapan, seperti nada bicara yang Bunda gunakan untuk menenangkan mereka.1 Lalu di akhir usia enam bulan, bayi mulai mengoceh dan membuat berbagai suara dan menggunakan suara untuk menunjukkan suka dan tidak suka. Mereka juga mulai mampu mendeteksi sumber suara.

Menginjak usia lima hingga tujuh bulan, Si Buah Hati mulai mampu menirukan beberapa suara yang Bunda buat dan mengeluarkan suara yang berbeda, seperti 'aaieee', 'booo' dan 'ahh' pada nada dan volume yang berbeda.

Sekitar usia 12 hingga 14 bulan, bayi biasanya mulai mengucapkan beberapa kata dan mengetahui artinya, seperti 'mama' atau 'dada' untuk menyebut ibu atau ayah. Pada tahap ini, Bunda bisa meningkatkan kosakata Si Buah Hati dengan memberinya pertanyaan pilihan, seperti, “Mau apel atau pisang?”.

Baca Juga : Cara Optimalkan Kecerdasan  Bahasa Si Buah Hati 

 

Tanda-tanda Awal Bayi Segera Bicara

Tak hanya memahami umur berapa bayi perempuan mulai bicara. Bunda juga perlu tahu tanda awal bayi mulai bicara. Berikut tanda-tanda bayi mulai bicara:

  • Bayi mengeluarkan suara menderu atau samar, biasanya terjadi pada usia 3 bulan.

  • Bayi bisa tertawa, terkikik, dan mengeluarkan suara lucu. Hal ini umumnya terjadi pada usia 4 hingga enam bulan.

  • Di usia 12 bulan, bayi mulai mengeluarkan rangkaian suara yang lebih panjang seperti ba-ba-ba-ba-ba atau da-da-da-da-da atau mi-mi-mi.

  • Pada usia 12 hingga 18 bulan banyak bayi mulai menggunakan satu kata, menyebutkan nama orang-orang dan benda-benda yang mereka kenal seperti ma-ma, da-da, bola, dan kucing.

     

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Umur Bayi Mulai Bicara

Untuk mengetahui umur berapa bayi laki-laki mulai bicara, Bunda perlu memahami faktor yang mempengaruhinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan bayi bicara, berikut di antaranya:

 

1. Riwayat persalinan 

Anak yang lahir prematur biasanya memiliki kemampuan bicara yang lebih rendah dibandingkan anak yang lahir cukup bulan.1 Sebab, trimester ketiga kehamilan adalah periode sangat penting untuk perkembangan otak janin, yang nantinya akan berpengaruh besar pada perkembangan bahasa mereka.

 

2. Lingkungan sosial 

Kemampuan bicara anak juga dipengaruhi oleh stimulus lingkungan. Beberapa penelitian menunjukkan lingkungan sosial yang mendukung terjadinya interaksi sosial antara bayi dan orang dewasa berkorelasi positif pada kemampuan bahasa Si Buah Hati yang lebih maju.

 

3. Perkembangan kognitif dan intelektual 

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak memerlukan beberapa fungsi kognitif untuk menguasai kemampuan aspek bahasa. Aspek bahasa inilah yang nantinya mendukung mereka berbicara dan menjadi pengguna bahasa yang kompeten.

 

4. Asupan Nutrisi 

Selain lingkungan, penelitian membuktikan bahwa pola makan juga mempengaruhi perkembangan bahasa anak.1 Nutrisi yang baik adalah kunci penting dalam perkembangan anak usia dini untuk mendukung kemampuan berbahasa. Nutrisi pada tahun-tahun awal kehidupan sangat penting bagi perkembangan kognitif yang mencakupkemampuan anak bicara.

 

Itu tadi beberapa informasi mengenai perkembangan bahasa bayi. Pada umumnya, setiap anak, apapun jenis kelaminnya, memiliki kecepatan perkembangan bahasa masing-masing.

Image Article
umur berapa bayi laki-laki mulai bicara
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tahap Perkembangan Bayi 12 Bulan dan Stimulasi yang Tepat

Published date

Di tahun pertama kehidupannya, Si Buah Hati akan bertumbuh dan berkembang dengan luar biasa cepat. Sehingga, terkadang Bunda tidak menyadarinya.

Tidak hanya pertumbuhan secara fisik, seperti tinggi dan berat badan anak yang bisa bertambah hingga tiga kali lipat di usia satu tahun. Perkembangan motorik, kognitif, sosial emosional, dan bahasa Si Buah Hati juga penting untuk Bunda perhatikan di tahun pertama kehidupannya.

Karenanya, Bunda perlu tahu bagaimana tahap perkembangan bayi 12 bulan yang dimulai sejak hari kelahirannya. Simak juga stimulasi yang tepat untuk Si Buah Hati.

Pentingnya Memantau Tahap Perkembangan Bayi

Pertumbuhan bayi dapat dilihat dari bertambahnya ukuran fisik dan bentuk tubuh yang dapat dinilai dan diukur, seperti tinggi dan berat badan.

Perkembangan bayi dapat didefinisikan sebagai  berjalannya  fungsi tubuh dan kemampuan anak yang merupakan hasil kematangan berbagai sistem di dalam tubuh Si Buah Hati.

Perkembangan bayi dimulai dari yang awalnya sederhana meningkat hingga menjadi semakin kompleks. Sebagai contoh, bayi awalnya hanya akan mengoceh seperti tanpa arti, kemudian berkembang mengucapkan beberapa kata, dan bisa berbicara.

Tahap perkembangan bayi juga penting untuk diperhatikan, seperti halnya pertumbuhan anak. Beberapa perkembangan bayi seperti mulai tengkurap atau berdiri.

Dengan mengetahui tahap tumbuh kembang bayi memungkinkan orang tua untuk memantau bila terjadi keterlambatan tumbuh kembang anak. Karena jika terlambat dideteksi, gangguan tumbuh kembang anak bisa semakin sulit ditangani.

Lalu, apa saja tahap perkembangan bayi 0-12 bulan yang perlu diperhatikan?

Perkembangan Motorik

Kemampuan motorik dapat dibedakan menjadi dua, yakni motorik halus yang memerlukan pengendalian dan ketelitian dalam menggerakkan otot-otot kecil, seperti otot jari dan pergelangan tangan; serta kemampuan motorik kasar, yakni menggunakan otot-otot besar di tubuh untuk bergerak seperti merangkak dan berjalan.

Tahap perkembangan motorik bayi berdasarkan usia hingga 12 bulan, yaitu:

●    Bayi 2 bulan
Di usia ini, bayi sudah lebih leluasa menggerakkan kedua tangan dan kakinya. Si Buah Hati juga bisa mengangkat dan menahan kepalanya saat tengkurap.

●    Bayi 4 bulan
Usia 4 bulan, bayi dapat memasukkan tangan ke mulut, mengangkat dada dan kepala saat tengkurap, hingga berguling.

●    Bayi 6 bulan
Bayi mulai bisa duduk sendiri tanpa bantuan, bisa berguling dari kedua arah, serta menggoyangkan badan maju mundur.

●    Bayi 9 bulan
Di usia ini, bayi mulai merangkak, dapat bangkit dan duduk tanpa berpegangan, serta mulai berlatih berdiri sambil berpegangan.

●    Bayi 12 bulan
Bayi mulai dapat melangkah tanpa bantuan, duduk, dan mengangkat tubuh dengan berpegangan. Bunda dapat menempatkan Si Buah Hati pada permukaan lantai yang rata agar ia lebih banyak bergerak.

Baca Juga: Milestones Perkembangan Bayi

Perkembangan Kognitif dan Sensorik

Perkembangan kognitif penting untuk melihat bagaimana bayi berpikir, belajar, mengeksplorasi, mengingat, dan memecahkan masalah. Sedangkan, perkembangan sensorik berkaitan dengan pematangan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan sentuhannya.

Perkembangan kognitif sensorik bayi berdasarkan usia hingga 12 bulan, yaitu:

●    Bayi 2 bulan
Saat usia 2 bulan, bayi mulai bisa mengikuti pergerakan orang maupun benda menggunakan matanya, rewel saat merasa bosan, dan memperhatikan wajah orang yang dilihatnya.

●    Bayi 4 bulan
Bayi mulai mengenali objek atau seseorang yang dikenalnya dari jarak jauh. Juga semakin responsif terhadap kasih sayang yang diterimanya, dapat memperlihatkan apakah dia senang atau sedih.

●    Bayi 6 bulan
Rasa penasaran bayi semakin besar. Si Buah Hati akan mulai memperhatikan setiap objek di dekatnya dan mencoba meraihnya. Bayi juga mulai lancar memindahkan benda di kedua tangan.

●    Bayi 9 bulan
Di usia ini, bayi mulai suka memasukkan objek ke mulut, belajar memegang dengan jempol dan telunjuk, mencari benda tersembunyi atau terjatuh.

●    Bayi 12 bulan
Bayi 12 bulan dapat menirukan gerak tubuh, mengenali fungsi benda seperti cangkir untuk minum, menemukan objek tersembunyi, hingga mengikuti petunjuk sederhana.

Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

Kemampuan bahasa dan komunikasi pada bayi penting untuk menunjang perkembangannya. Si Buah Hati mempelajari bahasa dan berkomunikasi dari mendengarkan orang-orang di sekitarnya, terutama Bunda.

Awalnya, bayi hanya berkomunikasi dengan tangisan. Namun, seiring usia, kemampuan bahasanya juga terus berkembang.

●    Bayi 2 bulan
Di usia ini, bayi dapat mencari arah datangnya suara yang didengar. Si Buah Hati juga mulai aktif membuat suara-suara seperti "cooing".

●    Bayi 4 bulan
Bayi usia 4 bulan dapat menangis secara berbeda saat lapar, lelah, atau sakit. Si Buah Hati juga mulai menirukan dan mengulang suara yang didengarnya.

●    Bayi 6 bulan
Bayi mulai mengenali dan merespon saat namanya disebut. Si Buah Hati juga lancar membuat suara konsonan, dan menggunakan suara untuk menunjukkan emosi positif atau negatif.

●    Bayi 9 bulan
Bayi dapat mengenali dan menunjuk benda, memahami arti kata sederhana seperti "tidak", juga menirukan gerakan yang dilihat atau suara yang didengarnya.

●    Bayi 12 bulan
Bayi bisa menyebutkan kata sederhana, suara celotehannya lebih menyerupai kata, dan senang mengulang kata yang orang lain katakan.

Perkembangan Sosial dan Emosional

Di tahun pertama, bayi menjalin ikatan dengan orang tua yang memperhatikannya. Si Buah Hati juga dapat belajar tentang emosi dengan memperhatikan Bunda, memberi senyuman, dan menenangkan diri dengan bantuan Bunda.

Tahap perkembangan sosial emosional bayi usia 0-12 bulan yaitu:

●    Bayi 2 bulan
Si Buah Hati mungkin akan memulai kebiasaan menghisap tangan atau jarinya untuk menenangkan diri. Ia mulai sering mencoba melihat ke arah orang tuanya, dan tersenyum saat melihat orang lain.

●    Bayi 4 bulan
Si Buah Hati terlihat tersenyum dengan spontan dan mencoba meniru gerakan ekspresi wajah Bunda. Bayi menunjukkan perasaan bahagia saat diajak bermain dan kesal saat berhenti bermain.

●    Bayi 6 bulan
Bayi mulai dapat merespon emosi orang lain, senang diajak bermain, dan mulai bisa membedakan wajah orang yang dikenal dengan orang asing.

●    Bayi 9 bulan
Di usia ini, Si Buah Hati mulai menempel pada orang dewasa yang dikenalnya, dan malu atau takut pada orang tak dikenal.

●    Bayi 12 bulan
Si Buah Hati sudah dapat merasa sedih jika ditinggal pergi orang tua, memiliki mainan favorit, dan lebih sering menarik perhatian.

Pentingnya Stimulasi untuk Perkembangan Bayi

Stimulasi merupakan bentuk partisipasi pengasuh, baik orang tua maupun orang dewasa lainnya, dalam kegiatan yang bertujuan mendorong perkembangan bayi.1

Melalui pemberian stimulasi sejak dini, Bunda dapat merangsang tumbuh kembang Si Buah Hati, mengurangi risiko keterlambatan perkembangan, mendeteksi adanya gangguan, serta mencegah kelainan jangka panjang.2

Contoh Stimulasi Perkembangan Bayi 12 Bulan

Stimulasi untuk bayi bisa Bunda berikan sejak Si Buah Hati baru lahir. Berikut contoh stimulasi untuk setiap tahapan perkembangan bayi 12 bulan:

1. Stimulasi Perkembangan Motorik

●    Bayi 2 bulan 
Dekatkan objek, misalnya mainan, ke tangan bayi dan bantu Si Buah Hati agar meraih dan menggenggamnya untuk melatih kemampuan motoriknya.3

●    Bayi 4 bulan
Melatih motorik Si Buah Hati dengan menyediakan berbagai macam benda atau mainan di dekatnya agar dapat diraih. Pastikan objek dan mainan tersebut aman untuk bayi.4

●    Bayi 6 bulan
Posisikan tubuh bayi terlentang atau telungkup lalu letakkan mainan favoritnya di samping untuk mendorongnya berguling.5

●    Bayi 9 bulan
Bantu Si Buah Hati untuk belajar berdiri dengan menempatkannya di dekat meja atau kursi sebagai pegangan.6

●    Bayi 12 bulan
Berikan stimulasi motorik bayi 12 bulan dengan menempatkan Si Buah Hati di permukaan datar dan biarkan bermain dengan merangkak atau berguling untuk melatih gerakan tangan dan kakinya.7

2. Stimulasi Perkembangan Kognitif dan Sensorik

●    Bayi 2 bulan
Di usia ini, mata bayi sudah dapat mengikuti pergerakan objek atau orang. Bunda bisa memberikan stimulasi dengan menyebutkan nama benda atau orang yang menarik perhatian Si Buah Hati.8

●    Bayi 4 bulan
Berbicara kepada Si Buah Hati setiap hari dan ceritakan hal-hal di sekitarnya untuk menstimulasi perkembangan otaknya.9

●    Bayi 6 bulan
Di usia ini bayi mulai sering memasukkan benda ke mulut. Jadikan momen tersebut untuk mengenalkan berbagai macam nama benda kepada Si Buah Hati.10

●    Bayi 9 bulan
Berikan makanan berukuran segenggaman tangan Si Buah Hati untuk melatih motorik halusnya. Tetap awasi dan pastikan ukuran makanan tidak akan membuatnya tersedak.11

●    Bayi 12 bulan
Lakukan permainan mencari benda yang disembunyikan sebelumnya. Cara ini dapat menjadi stimulasi bayi 12 bulan melatih kemampuan kognitif dan menyadari bahwa benda yang tidak terlihat belum tentu hilang.12

3. Stimulasi Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

●    Bayi 2 bulan
Komunikasi bayi 2 bulan masih berupa suara-suara. Meski demikian, Bunda bisa memberikan respons dan mengajak bicara Si Buah Hati sebagai bentuk stimulasi keterampilan bahasa dan komunikasi.13

●    Bayi 4 bulan
Membacakan buku untuk Si Buah Hati dengan suara yang keras dan jelas. Bunda juga bisa menjelaskan setiap tokoh, binatang, atau objek di dalam cerita.14

●    Bayi 6 bulan
Berikan respon pada suara yang dibuat bayi seperti sedang berbincang. Mulai biasanya memanggil nama Si Buah Hati agar ia mengingatnya.15

●    Bayi 9 bulan
Sebutkan nama objek yang menarik perhatian Si Buah Hati untuk mendorong perkembangan bahasa dan komunikasinya.16

●    Bayi 12 bulan
Ajak Si Buah Hati saat berbincang dengan orang lain dan tanggapi ketika ia berupaya menirukan atau ikut berbicara.17

4.    Stimulasi Perkembangan Sosial dan Emosional

●    Bayi 2 bulan
Di usia 2 bulan, interaksi bayi lebih banyak dengan orang tua atau pengasuh. Bunda bisa memberikan stimulasi berupa kontak fisik atau skin-to-skin dengan Si Buah Hati. Selain menghangatkan, stimulasi ini dapat memberikan rasa nyaman kepada bayi.18

●    Bayi 4 bulan
Berikan stimulasi dengan tersenyum dan mengajak Si Buah Hati berbicara menggunakan suara yang lembut.19

●    Bayi 6 bulan
Sesekali ajak Si Buah Hati bermain di luar ruangan agar dapat berinteraksi dengan orang lain maupun teman seusianya.20

●    Bayi 9 bulan
Lakukan permainan meniru dengan Si Buah Hati menjadi yang memimpin dan Bunda yang menirukan gerakan. Tunjukkan ketertarikan pada setiap yang dilakukannya untuk mendorong perkembangan sosial emosionalnya.21

●    Bayi 12 bulan
Saat memakaikan baju anak, minta Si Buah Hati membantu dengan memintanya memasukkan tangan atau kaki ke baju atau celana.22

Untuk memudahkan dalam memantau perkembangan Si Buah Hati, Bunda bisa membuat tabel tumbuh kembang bayi sendiri dan memberi tanda ketika Si Buah Hati berhasil mencapainya.

Namun perlu diingat, perkembangan setiap bayi dapat berbeda satu dengan lainnya. Sehingga jangan terburu khawatir apabila Si Buah Hati sedikit terlambat dalam perkembangannya dibandingkan anak seusianya.

Tahap perkembangan bayi 12 bulan di atas hanya sebagai panduan. Apabila Si Buah Hati memperlihatkan tanda keterlambatan perkembangan, Bunda dapat berkonsultasi dengan dokter anak.

 

 

Sumber:

  1. Lissette Briones, Dante Contreras, Gabriel Otero, and Gustavo Soto (2021). Determinants of early childhood stimulation: Evidence using panel data from Chile. Early Childhood Research Quarterly. Volume 57. Pages 202-214. ISSN 0885-2006. https://doi.org/10.1016/j.ecresq.2021.06.006
  2. Importance of Early Stimulation - Unacademy. Retrieved May 27 2024 from https://unacademy.com/content/kerala-psc/study-material/child-development-and-welfare/importance-of-early-stimulation/
  3. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  4. Your baby's developmental milestones at 4 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-4-months
  5. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  6. Your baby's developmental milestones at 9 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-9-months
  7. Your toddler's developmental milestones at 1 year - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-toddlers-developmental-milestones-1-year
  8. Your baby's developmental milestones at 2 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-2-months
  9. Your baby's developmental milestones at 4 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-4-months
  10. Your baby's developmental milestones at 6 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-6-months
  11. Your baby's developmental milestones at 9 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-9-months
  12. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  13. Your baby's developmental milestones at 2 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-2-months
  14. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  15. Your baby's developmental milestones at 6 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-6-months
  16. Your baby's developmental milestones at 9 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-9-months
  17. Your toddler's developmental milestones at 1 year - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-toddlers-developmental-milestones-1-year
  18. Your baby's developmental milestones at 2 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-2-months
  19. Your baby's developmental milestones at 4 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-4-months
  20. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  21. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  22. Your toddler's developmental milestones at 1 year - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-toddlers-developmental-milestones-1-year
Image Article
perkembangan bayi 12 bulan
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Karakteristik Komunikasi Anak Usia Dini: Dari Meniru Hingga Berbicara

Published date

Tahukah, Bunda? Si Buah Hati sudah berkomunikasi dengan Bunda sejak masih bayi, bahkan sejak baru dilahirkan. Tentunya cara komunikasi bayi tidak sama dengan orang dewasa.

Bayi berkomunikasi lewat tangisan saat lapar atau merasa tidak nyaman.1 Saat bayi usia 3 bulan akan mulai membuat suara menderu atau cooing, kemudian mulai mengoceh dengan kata sederhana sekitar usia 6 bulan.2 Berbagai karakteristik komunikasi anak usia dini inilah yang membuat cara berkomunikasi dengan bayi dan anak kecil berbeda dengan orang dewasa.

 

Definisi Komunikasi Anak Usia Dini

Pernahkah Bunda mendengar istilah bahasa bayi untuk menyebut suara atau ocehan yang dibuat Si Buah Hati? Atau Bunda pernah merasa bingung ketika mendengar perkataan anak kecil dengan bahasa yang belum terlalu jelas sehingga sulit dimengerti?

Cara komunikasi anak usia dini yang terdengar belum jelas merupakan hal yang wajar, karena kemampuan bahasanya masih berkembang. Umumnya, anak baru akan bisa mengucapkan 1-2 kata pertamanya setelah berusia 1 tahun dan membuat kalimat pendek dua kata setelah menginjak usia 2 tahun. Meskipun belum lancar berbicara, namun Si Buah Hati sudah dapat memahami apa yang Bunda katakan dan memberikan respons melalui gestur tubuh, seperti mengangguk dan menggeleng.

Kemampuan bahasa Si Buah Hati akan terus berkembang seiring waktu dengan bertambahnya kosa kata yang diingat, panjang kalimat, kompleksitas struktur, dan tata bahasa kalimat yang diucapkan, serta kemampuannya menyampaikan isi pikirannya melalui kata-kata.

 

Karakteristik Komunikasi Anak Usia Dini

Komunikasi pada anak usia dini memang memiliki karakteristik tersendiri. Memahami karakteristik komunikasi anak usia dini dapat membantu Bunda untuk lebih mengerti bagaimana Si Buah Hati belajar berkomunikasi.

Beberapa karakteristik komunikasi pada anak usia dini, yaitu:

 

1. Meniru

Salah satu kemampuan yang dimiliki anak usia dini adalah meniru. Si Buah Hati dapat meniru suara, kata-kata, tindakan, hingga ekspresi wajah yang berguna untuk perkembangan bahasanya. Anak sudah dapat mulai menirukan gerakan sederhana seperti tepuk tangan sejak usia 8 bulan. Kemampuan meniru anak juga akan berkembang seiring bertambah usianya.

 

2. Menggunakan gestur tubuh

Selain meniru, karakteristik komunikasi anak usia dini lainnya adalah melakukan gerakan atau gestur tubuh. Gestur tubuh yang digunakan anak seringkali mengungkapkan pengetahuan yang tidak terungkapkan dalam kata-kata. Selain itu juga dapat mengungkapkan pikiran yang tidak terucapkan saat anak mempelajari hal baru.

 

3. Menyusun kalimat pendek

Anak usia dini umumnya sudah dapat memahami dan menggunakan beberapa kata dalam berkomunikasi. Bedanya, Si Buah Hati baru dapat menyusun kata-kata tersebut dalam kalimat pendek yang terdiri dari dua atau tiga kata seperti "mama lapar" atau "minum susu".

 

4. Berbica

Seiring usia, anak akan semakin lancar berbicara. Di usia 3 tahun, umumnya Si Buah Hati sudah bisa menyebutkan hampir seluruh benda di sekitarnya. Selanjutnya, anak akan semakin lancar berbicara dan dapat menyusun kalimat yang lebih kompleks sehingga mampu mendeskripsikan aktivitas yang sedang dilakukan.

Di usia 5 tahun, anak sudah dapat bercerita secara lebih detail dan lancar berkomunikasi dengan teman sebaya ataupun orang lain.

 

Tahap Perkembangan Bahasa dan Komunikasi Anak Usia Dini

Setiap anak berkembang dalam waktunya sendiri. Ada yang lebih cepat dan ada yang lebih lambat, termasuk dalam perkembangan bahasa.

Tetapi, secara umum ada tahap perkembangan bahasa dan komunikasi anak usia dini yang setidaknya bisa menjadi acuan Bunda dalam memantau Si Buah Hati. Berikut ini tahap perkembangan bahasa anak usia dini usia 0-5 tahun:

1. Usia 0-1 tahun

  • Membuat suara cooing dan mengoceh

  • Mengeluarkan suara yang berbeda ketika bahagia dan tidak nyaman

  • Merespons saat diajak bicara

  • Menirukan suara

  • Berkomunikasi dengan gestur tubuh

2. Usia 1-2 tahun

  • Mengucapkan kata pertama

  • Menirukan kata-kata sederhana

  • Perbendaharaan kata bertambah pesat

  • Menyusun beberapa kata dalam kalimat pendek

3. Usia 2-3 tahun

  • Memahami konsep ruang, seperti di dalam dan di atas

  • Menggunakan kata ganti

  • Memahami kata deskriptif, seperti besar atau luas

  • Menyusun kalimat dengan 3 kata

  • Pengucapan lebih baik meski masih ada bagian yang salah

4. Usia 3-4 tahun

  • Mengenal dan mengidentifikasi warna

  • Mampu menjelaskan fungsi benda

  • Dapat mengungkapkan isi pikiran dan perasaan

  • Mampu mengulang kalimat yang diucapkan

  • Dapat menceritakan aktivitas yang dilakukan

5. Usia 4-5 tahun

  • Lebih memahami konsep ruang yang kompleks, seperti "di antara"

  • Pelafalan semakin jelas dan lebih mudah dipahami

  • Mampu menjelaskan cara melakukan sesuatu

  • Mampu mengelompokkan kata, seperti binatang dan kendaraan

  • Mampu memberi jawaban penjelasan

6. Usia 5 tahun ke atas

  • Mampu menjelaskan urutan kejadian

  • Mampu terlibat dalam percakapan

  • Menjelaskan sebuah objek

  • Bercerita menggunakan imajinasi

Baca Juga : Cara Optimalkan Kecerdasan  Bahasa Anak 

 

Mengoptimalkan Kemampuan Komunikasi Anak Usia Dini

Kemampuan komunikasi dapat mendorong Si Buah Hati untuk mengekspresikan dan memahami perasaan, belajar dan berpikir, memecahkan masalah, serta menjalin hubungan sosial.1 Untuk itu Bunda perlu tips komunikasi dengan anak usia dini agar dapat membantu mengoptimalkan kemampuan komunikasi Si Buah Hati.

 

1. Sering berbicara kepada anak

Cara terbaik untuk mendorong kemampuan komunikasi Si Buah Hati yakni dengan banyak berbicara kepada anak. Gunakan sebanyak mungkin kata-kata yang berbeda. Cara berkomunikasi dengan anak kecil ini akan mendorong Si Buah Hati belajar mengenal lebih banyak kata dan maknanya.

 

2. Membaca buku bersama anak

Selain berbicara, Bunda bisa mengajak Si Buah Hati untuk membaca buku bersama. Saat membaca buku dengan suara jelas, Bunda bisa menekankan beberapa kata untuk menjelaskan penulisan dan pengucapannya. Cara ini juga baik untuk membangun literasi anak.

 

3. Bertanya kepada anak

Bunda bisa bertanya kepada anak untuk mendorongnya berani memberi jawaban. Cara ini baik untuk membangun komunikasi. Misalnya dengan bertanya "mau sarapan dengan lauk apa pagi ini?". Bunda juga bisa mendorong anak untuk menjelaskan alasan jawabannya.

 

3. Bertanya kepada anak

Bunda bisa bertanya kepada anak untuk mendorongnya berani memberi jawaban. Cara ini baik untuk membangun komunikasi. Misalnya dengan bertanya "mau sarapan dengan lauk apa pagi ini?". Bunda juga bisa mendorong anak untuk menjelaskan alasan jawabannya.

 

4. Bermain bersama anak

Bermain juga bisa menjadi media pembelajaran yang baik untuk anak. Bunda bisa mengajak bermain permainan kata, pura-pura bertelepon, atau permainan lain yang mendorong anak berkomunikasi dengan Bunda.

 

Demikian Bunda, penjelasan seputar karakteristik komunikasi anak usia dini hingga cara mengoptimalkan komunikasi anak usia dini. Semoga informasinya bisa bermanfaat!

Image Article
karakteristik komunikasi anak usia dini​
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tips Efektif Melakukan Komunikasi dengan Bayi

Published date

Meskipun belum dapat berbicara, bayi sebenarnya telah mampu berkomunikasi sejak ia dilahirkan lewat tangisan pertamanya loh, Bunda. Menangis adalah salah satu bentuk komunikasi pada bayi. Saat menangis, bayi memberi tahu Bunda bahwa ada sesuatu yang salah atau membuatnya tidak nyaman, seperti merasa lapar, popoknya basah, kakinya kedinginan, lelah, atau ingin dipeluk dan digendong.

Selain tangisan, masih ada banyak bentuk komunikasi bayi yang perlu Bunda ketahui. Yuk, simak teknik komunikasi pada bayi dalam artikel berikut ini.

 

Pentingnya Berkomunikasi dengan Bayi

Meski belum dapat berbicara, bayi menggunakan cara komunikasi non-verbal atau karakteristik penyerta seperti gerak tubuh dan intonasi suara yang dikeluarkan. Ini menunjukkan bahwa sejak dini, bayi juga memiliki niat komunikatif untuk menyampaikan sesuatu. Keterampilan ini bukan hanya asal dari perkembangan bahasa saja lho, Bunda. Kemampuan ini juga menjadi tonggak penting perkembangan sosial-kognitif dan pengalaman sosial Si Buah Hati.

Ini menunjukkan berkomunikasi dan berinteaksi dengan bayi merupakan salah satu bagian penting dalam pertumbuhan mereka. Oleh karena itu, Bunda perlu memberikan respons untuk menjawab setiap sinyal komunikasi Si Buah Hati, seperti dengan tersenyum, berbicara, bernyanyi, atau membacakan cerita untuk memberi pengalaman sosial sejak dini.

Selain itu, Bunda perlu selalu melakukan kontak mata dengan Si Buah Hati saat berinteraksi. Penelitian menunjukkan bahwa kontak mata dengan Bunda memiliki banyak manfaat untuk bayi. Bayi mulai mempelajari perilaku yang lebih kompleks seperti berbagi perhatian, melakukan respons relasional, dan pembelajaran stimulus-respons dengan cara ini. Hal ini menjadi bentuk dasar komunikasi yang dilakukan oleh bayi.

Mengapa penting mengajak bayi berkomunikasi sejak dini? Berkomunikasi sejak dini dengan bayi akan membantu Si Buah Hati mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan keterampilan interpersonal di masa depan. Berbicara dengan bayi akan mengaktifkan sinapsis penting di bagian otaknya yang menangani bahasa. Oleh sebab itu, semakin banyak kata yang didengar Si Buah Hati, akan semakin kuat pula hubungan mentalnya.

Bukan hanya itu, kerap berkomunikasi dan berinteraksi dengan bayi juga akan memperkuat hubungan Bunda dengan Si Buah Hati, sehingga baik untuk seluruh pembelajaran, perkembangan, dan kepercayaan dirinya.

 

Jenis Komunikasi Bayi

Bayi terlahir dengan kemampuan komunikasi pertamanya, yakni menangis. Dengan menangis, bayi berusaha memberi tahu Bunda bahwa ia sedang lapar, merasa tidak nyaman, atau kesakitan. Namun, perlu Bunda ketahui, terkadang, bayi juga menangis tanpa alasan.

Selain menangis, jenis komunikasi bayi juga beragam pada usia 3 bulan pertama. Si Buah Hati akan menggunakan suara dan tubuhnya untuk berkomunikasi, seperti tersenyum, tertawa, membuat suara cooing (ahh atau ohh), serta menggerakkan tangan dan kaki saat merasa tertarik atau bersemangat.

Setelah berusia di atas 3 bulan, kemampuan komunikasi pada bayi akan meningkat. Contoh komunikasi pada bayi berusia di atas 3 bulan adalah mulai bisa berkontak mata, berinteraksi, dan menyaut dengan ocehan seolah sedang bercakap-cakap saat Bunda mengajaknya berbicara.

Saat menginjak usia 9 bulan, cara komunikasi pada bayi berkembang. Ia akan mampu menatap, menunjuk, menyentuh, dan meraih benda-benda yang menarik baginya. Adapun setelah berusia 12 bulan, bayi akan mulai bica mengucapkan kata-kata tertentu atau menyebut nama benda-benda di sekelilingnya.

Baca Juga : Stimulasi Bicara Anak Usia 1 Tahun 

 

Cara Memperkuat Kemampuan Komunikasi pada Bayi

Kemampuan komunikasi pada bayi akan terus meningkat seiring dengan bertambah usianya. Meski begitu, Bunda tetap perlu melakukan beberapa stimulasi untuk memperkuat kemampuan komunikasi Si Buah Hati. Berikut 2 cara mengembangkan kemampuan komunikasi bayi.

  • Sering berinteraksi dengan bayi

Interaksi yang intens antara Bunda dan bayi akan meningkatkan kemampuan komunikasi Si Buah Hati. Pada dasarnya, bayi menyukai suara Bunda. Oleh karena itu, sering-seringlah mengajak bayi berinteraksi, misalnya dengan berbicara, menyanyi, atau membaca. Bunda juga perlu merespons dengan antusias ketika bayi mengeluarkan suara ocehan atau tersenyum. Bunda juga bisa memberi tahu nama-nama benda yang dilihat bayi atau aktivitas yang dilakukannya.

  • Ajak bayi mengobrol

Mengobrol adalah salah satu cara efektif untuk memperkuat kemampuan komunikasi Si Buah Hati. Saat mendengar bayi bersuara, Bunda dapat mengulangi ocehannya dan menunggu Si Buah Hati menjawab ocehan. Lewat obrolan ini, Bunda dapat mengajari bayi tentang nada, tempo, dan bergantian saat berbicara dengan orang lain. Cara ini juga akan memberi pesan kepada bayi tentang pentingnya mendengarkan. Perlu Bunda ingat, jangan menginterupsi saat Si Buah Hati mengoceh. Sebaliknya, Bunda harus selalu menunjukkan ketertarikan pada ocehan bayi.

 

Tips Komunikasi Efektif dengan Bayi

Bunda dapat mengikuti beberapa tips berikut ini agar dapat berkomunikasi efektif dengan bayi:

  • Seringlah ajak bayi berbicara sembari melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, ajak juga bayi untuk bertanya jawab ya Bunda.

  • Dengarkan dan beri respons terhadap suara dan ocehan bayi.

  • Ajak bayi membaca buku setiap hari, mulai dari saat ia dilahirkan.

  • Nyanyikan lagu anak-anak dengan nada dan suara bervariasi.

  • Jadilah role model dengan berbicara menggunakan bahasa yang baik dan benar.

  • Buatlah kontak mata dengan bayi saat Bunda berbicara dengannya.

  • Batasi waktu menonton televisi atau ponsel untuk bayi. Sebab, terlalu banyak menonton televisi dapat mengganggu perkembangan kemampuan komunikasi Si Buah Hati.

Itulah tips yang dapat Bunda terapkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi pada bayi. Terus bersamai perkembang bayi agar ia tumbuh optimal dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, ya Bunda.

Image Article
komunikasi pada bayi
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Gizi Makanan untuk Kecerdasan Otak Bayi: Apa yang Harus Diberikan?

Published date

Si Buah Hati sudah memasuki usia enam bulan? Wah, Bunda harus mulai menyiapkan sejumlah makanan pendamping ASI (MPASI) agar bayi mendapatkan asupan gizi sesuai kebutuhannya. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memilih makanan untuk kecerdasan otak bayi.

Asupan makanan yang tepat memang tak hanya menunjang tumbuh kembang fisik, melainkan juga perkembangan kognitif bayi. Apa saja makanan bayi untuk kecerdasan otak yang direkomendasikan?

 

Pentingnya MPASI untuk Perkembangan Otak Bayi

Keunggulan ASI sebagai nutrisi untuk bayi sudah tak perlu diragukan lagi. ASI mengandung nutrisi lengkap dengan komponen mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin,mineral hingga komponen bioactive. Laktosa yang merupakan karbohidrat utama dalam ASI juga berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak.

Namun ketika Si Buah Hati sudah memasuki enam bulan, perlu pemberian makanan yang mengandung nutrisi tepat untuk kecerdasan otak bayi agar perkembangan mereka semakin optimal. Tak hanya nutrisi, MPASI yang tepat dapat sekaligus mencukupi kebutuhan gizi harian bayi.

Menyediakan semua zat gizi makro dan mikro dalam jumlah yang cukup atau adekuat pada 1.000 hari pertama kehidupan si Buah Hati penting untuk perkembangan otak dan neurokognitif yang normal. Ini artinya, tidak ada satu jenis zat gizi "ajaib" yang menjadi solusi tunggal terhadap perkembangan saraf anak.

Penelitian Landshears (2004) menyebutkan perkembangan kognitif pada remaja 17 tahun merupakan akumulasi perkembangan anak dari usia 0-4 tahun (50%), 4-8 tahun (30%) dan 9-17 tahun (20%). Oleh karena itu, perlu makanan yang cukup untuk mendukung perkembangan kecerdasan otak sejak dari usia bayi.

Para ahli saraf dan psikolog juga menyebut hari-hari pertama kehidupan anak merupakan periode kritis dan sensitif dalam perkembangan otak. Karenanya, ketika terjadi perubahan struktur atau fungsi otak karena faktor nutrisi dapat mengakibatkan konsekuensi jangka panjang yang tidak dapat diubah.

Faktor yang Memengaruhi Kecerdasan Otak Bayi

Faktor genetik atau keturunan menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan kecerdasan Si Buah Hati. Hal ini karena sebagian besar perkembangan otak pada awal kehidupan sangat terprogram.

Namun, keturunan bukanlah satu-satunya faktor penentu kecerdasan otak anak. Selain faktor internal yakni bakat atau kecerdasan yang diturunkan langsung dari orangtua, perkembangan otak dapat didorong oleh stimulasi, aktivitas di lingkungan sekitar, pola asuh, pendidikan, kesehatan hingga asupan nutrisi. Faktor lingkungan dan nutrisi bahkan menjadi faktor paling besar yang mempengaruhi perkembangan otak anak.

 

Jenis Makanan untuk Kecerdasan Otak Bayi

Pertumbuhan otak bayi sudah dimulai ketika dia masih berada di dalam kandungan. Perkembangan itu bakal berlanjut, terutama selama fase 1.000 hari pertama kehidupannya. Kekurangan zat besi pada fase tersebut akan mengganggu proses perkembangan struktur otak, sistem neurotransmitter dan pembentukan membran saraf untuk menyempurnakan kerja otak.

Agar perkembangan otak lebih optimal, perlu makanan tinggi zat besi untuk bayi dan sejumlah nutrisi lain. Berikut makanan yang meningkatkan kecerdasan otak bayi.

 

1. Telur 

Telur adalah salah satu pilihan MPASI yang ideal. Selain bergizi dan murah, telur biasanya disukai oleh anak. Telur memiliki kandungan zat besi, kolin, vitamin B12 hingga protein. Kolin sendiri sangat penting untuk perkembangan otak dan meningkatkan fungsi kognitif.

 

2. Makanan Laut        

Makanan laut merupakan sumber zat besi dan protein hewani yang baik seperti tuna, salmon, udang, lobster hingga rumput laut punya kandungan nutrisi yang beragam mulai yodium hingga Omega-3. Asam lemak omega-3, khususnya DHA, diketahui sangat besar peranannya dalam perkembangan otak. Keberadaannya diperlukan sejak masa janin hingga usia dua tahun. Zat besi menunjang produksi sel darah merah yang membawa nutrisi dan oksigen ke seluruh sel dan jaringan tubuh, tak terkecuali otak.

Baca Juga : Stimulasi Bicara Anak Usia 1 Tahun

 

3. Sayuran 

Salah satu makanan yang mengandung zat besi untuk bayi adalah sayuran. Sayuran seperti bayam, wortel, kentang dan brokoli mengandung dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak. walaupun mengandung zat besi, namun perlu diingat bahwa, penyerapan zat besi dari sayuran lebih sedikit dibandingkan dari protein hewani.

 

4. Kacang-kacangan

Kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, dan kacang kedelai adalah sumber nutrisi yang bermanfaat untuk Si Buah Hati. Makanan ini mengandung sumber protein yang penting dalam pembentukan neurotransmitter. Selain itu kacang-kacangan mengandung zat besi, kalium, magnesium, Omega-3 dan asam folat untuk mendukung perkembangan kognitif anak.

Asupan yang tepat dan sesuai kebutuhan akan mendukung kecerdasan anak di masa depan. Yuk penuhi asupan nutrisi mereka sejak dini Bunda!

Image Article
Gizi Makanan untuk Kecerdasan Otak Bayi: Apa yang Harus Diberikan?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Pentingnya Memahami Ragam Bahasa Bayi

Published date

Secara alami, bayi lahir dengan kemampuan belajar bahasa dan mampu menyerap informasi sejak dini.

Namun memang bayi membutuhkan waktu dan latihan untuk bisa mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Salah satu tantangan menjadi orangtua baru adalah memahami bahasa bayi dan apa yang mereka inginkan. Nah, dalam artikel ini akan dibahas cara memahami bahasa bayi dan hal-hal yang perlu diperhatikan.

Pentingnya Memahami Bahasa Bayi

Belajar berbicara merupakan bagian penting dalam tumbuh kembang anak. Mempelajari bahasa menggunakan kata-kata membutuhkan latihan dan pengulangan dalam waktu lama. Sebagai orangtua, memahami bahasa bayi dapat membantu mengembangkan keterampilan komunikasi Si Buah Hati.

Bayi belajar berkomunikasi dari orang-orang sekitar, terutama orangtua. Mereka mulai belajar bahasa dari mendengarkan orang tua berbicara dan memperhatikan ekspresi wajah.

Perkembangan Ragam Bahasa Bayi

Kecepatan bayi dalam belajar bahasa berbeda antara anak satu dan yang lainnya. Namun batasan yang dikenal sebagai milestone bisa menjadi panduan kemampuan anak dalam berbicara.

Usia 3 bulan

Di akhir usia 3 bulan, bayi Bunda akan melakukan:

  • Tersenyum saat Bunda atau Ayah muncul

  • Mulai mengoceh

  • Tenang atau tersenyum saat diajak berbicara

  • Suara tangisannya berbeda untuk kebutuhan yang berbeda

Usia 6 bulan

Di akhir usia 6 bulan, Si Buah Hati mungkin:

  • Membuat suara saat bermain

  • Mengoceh dan membuat berbagai suara

  • Mulai menggunakan suara untuk menunjukkan suka dan tidak suka

  • Menggerakkan mata ke arah suara

  • Menanggapi perubahan nada suara

  • Memperhatikan suara musik

  • Memperhatikan mainan yang mengeluarkan suara

Usia 12 bulan

Di akhir usia 12 bulan, bayi akan:

  • Mencoba menirukan suara ucapan

  • Mengucapkan kata sederhana seperti " dada", "mama", “papa”

  • Memahami perintah sederhana seperti "kemari"

  • Tahu kata sederhana seperti buku, sapi, sepatu, sandal, meja

  • Berbalik dan melihat arah suara

Usia 18 bulan

Di akhir usia 18 bulan, bayi akan:

  • Mengetahui nama orang, benda, bagian tubuh

  • Mengikuti perintah sederhana yang diberikan dengan isyarat

  • Bisa mengucapkan 10 ata atau lebih

Usia 24 bulan

Di akhir usia 24 bulan, bayi akan:

  • Menggunakan kalimat sederhana seperti minta susu

  • Mengajukan pertanyaan dengan dua atau tiga kata

  • Mengikuti perintah sederhana dan memahami pertanyaan sederhana

  • Bisa mengucapkan 50 kata atau lebih

  • Berbicara dengan cukup baik dan Bunda dapat memahaminya.

Baca Juga : Stimulasi Bicara Anak Usia 1 Tahun 

Bagaimana Bayi Belajar dan Memahami Bahasa Orang Dewasa?

1. Mengenal suara       
 

Saat bayi lahir, mereka sudah bisa mendengar dan membedakan suara dalam semua bahasa di dunia. Seiring bertambahnya usia si Buah Hati, mereka lebih peka terhadap bunyi atau suara dalam suatu bahasa atau fonem. Mereka bisa membedakan mana fonem yang bermakna dan tidak. Pada tahap ini, kemampuan mengenali dan menghasilkan suara tersebut disebut dengan kesadaran fonemik yang nantinya berkaitan erat dengan perkembangan bahasa pada bayi.

Cara terbaik untuk meningkatkan perkembangan bahasa bayi adalah dengan berbicara dengan anak. Bayi belajar bahasa, awalnya dari mendengarkan suara yang ada di sekitar mereka. Semakin banyak kata-kata yang mereka kenal semakin baik. Saat berbicara dengan bayi, Bunda bisa bercakap-cakap, kemudian tunggu sejenak agar bayi dapat merespons yang Bunda ucapkan.

2. Mengenal kata       
 

Pada tahap ini, bayi mulai mengenal kata dan maknanya. Misalnya kata "mama atau Ibu" mengacu pada sosok yang memeluk dan memberi ASI. Bunda bisa membantu memperkaya kata dan keterampilan bahasa Si Buah Hati dengan sering membacakan buku dan terus ajak berbicara. Sebab, penelitian menunjukkan bahwa cara belajar bahasa yang paling baik adalah dari berkomunikasi dengan orang lain.

3. Belajar menyusun kalimat       
 

Semakin besar usia anak, Si Buah Hati mulai belajar menyusun kata menjadi kalimat. Untuk mendorong perkembangan dalam tahap ini, Bunda perlu mencontohkan berbicara dengan kalimat yang benar dan berbicara dengan jelas, tatap mata anak, tidak menyela, dan beri kesempatan Si Buah Hati untuk berbicara. Bunda juga bisa mengajukan pertanyaan ke anak agar terjadi dialog.

Bahasa Bayi dan Maknanya

Ada ragam bahasa bayi yang disampaikan melalui tangisannya. Dalam metode Dunstan, disebutkan bahwa bahasa bayi memiliki bahasa universal. Ada lima suara dasar tangisan dalam bahasa bayi dan artinya dalam teori Dunstan:

  • Neh: Aku lapar

  • Eh: Sendawakan aku

  • Eairh atay earggghhh: Kentut atau ingin buang air besar

  • Heh: Tidak nyaman (panas, dingin, atau lengket)

  • Owh atau oah: Mengantuk.

Semoga informasinya membantu ya Bunda!

Image Article
Pentingnya Memahami Ragam Bahasa Bayi
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Buah Hati Siap Belajar dengan Makanan Mengandung Omega 3 dan 6

Published date

Bunda, salah satu cara agar buah hati siap belajar adalah dengan menyediakan makanan yang bernutrisi untuk perkembangan otaknya. Di antaranya, makanan yang mengandung Omega 3 dan 6. Untuk Bunda ketahui, omega 3 dan 6 memiliki peran penting untuk fungsi otak dan juga tumbuh kembang normal Si Buah Hati. 

Namun, sebelum membahas lebih jauh mengenai pentingnya konsumsi makanan yang mengandung omega 3 dan omega 6, kita cari tahu dulu yuk apa itu omega 3 dan 6.

Apa Itu Omega 3 dan 6?

Asam lemak omega-3 atau asam lemak tak jenuh ganda adalah jenis lemak yang tidak bisa dihasilkan oleh tubuh manusia. Asam lemak ini disebut juga dengan “lemak esensial”, yang harus didapat dari makanan. 

Berdasarkan bentuk dan ukuran kimianya, ada banyak jenis lemak Omega-3, di antaranya:

  • Eicosapentaenoic acid (EPA): Fungsi utama asam lemak 20-karbon ini menghasilkan eicosanoids, yang membantu mengurangi peradangan dan membantu mengurangi gejala depresi.

  • Docosahexaenoic acid (DHA): Asam lemak 22-karbon, DHA membentuk sekitar 8 persen dari berat otak dan sangat penting untuk perkembangan dan fungsi otak normal.

  • Asam alfa-linolenat (ALA): Asam lemak 18-karbon ini dapat dikonversi menjadi EPA dan DHA. ALA digunakan oleh tubuh untuk energi. 

Sama seperti omega 3, omega 6 merupakan asam lemak tak jenuh ganda. Asam lemak ini juga merupakan lemak esensial yang dibutuhkan oleh tubuh agar berfungsi dengan baik. Fungsi utama dari omega 6 adalah menyediakan energi untuk tubuh. Salah satu jenis omega 6 yang paling umum adalah Arachidonic acid (AA), yang berguna menghasilkan bahan kimia eicosanoid, sama seperti EPA.

Namun, eicosanoid yang diproduksi AA lebih banyak berfungsi untuk membantu melawan peradangan tubuh. Ini membuat AA penting bagi sistem imun tubuh. 

Manfaat Konsumsi Makanan Mengandung Omega 3 dan 6

Konsumsi makanan yang mengandung omega 3 dan 6 berpengaruh pada tumbuh kembang anak, terutama pada perkembangan otaknya. 

Riset menunjukkan bahwa rendahnya asupan DHA pada ibu hamil dan menyusui menunjukkan peningkatan gangguan perkembangan saraf anak. Pada studi lain, suplementasi DHA menurunkan risiko gangguan perkembangan penglihatan dan saraf anak. Inilah mengapa suplementasi omega 3 sudah diberikan sejak masa kehamilan. 

Tapi, bukan hanya omega 3 saja yang penting bagi perkembangan otak anak. Suplementasi omega 3 dan 6 terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan kemampuan membaca pada anak sekolah.  Tapi, manfaat omega 3 dan 6 bukan hanya sebatas itu. Lebih jelasnya, berikut beberapa manfaat omega 3 dan 6 untuk tubuh.

Baca Juga: Nutrisi Otak Anak 1 Tahun agar Cerdas

Manfaat omega 3

Mendukung perkembangan membran sel pada otak anak, sehingga anak mudah menangkap berbagai hal di sekitarnya

Menunjang daya ingat

Melancarkan peredaran darah dalam tubuh, sehingga menunjang kesehatan jantung anak

Mempertajam penglihatan dan meningkatkan kesehatan mata

Melancarkan mekanisme pencernaan

Anti inflamasi atau anti peradangan

Meningkatkan stamina tubuh

Baik untuk kesehatan kulit. 

Manfaat omega 6

  • Menekan kadar kolesterol dalam darah yang bermanfaat terhadap perkembangan jantung anak

  • Dapat mencegah terjadinya penyempitan pembuluh darah yang dapat menunjang kesehatan sistem peredaran darah dan sirkulasi oksigen dalam sistem pernapasan anak

  • Mengatur kadar gula dalam darah

  • Menunjang perkembangan sistem saraf.

Makanan yang Mengandung Omega 3 dan 6

Seperti yang disebutkan di atas, sejak dalam kandungan Si Buah Hati telah membutuhkan asupan omga 3 dan 6. Namun, kebutuhan omega 3 dan 6 tidak hanya berhenti sampai 1000 hari pertama kehidupannya tapi terus hingga dewasa.

Tentunya, asupan omega 3 dan 6 tidak boleh bergantung pada suplementasi. Untuk itu, yuk ketahui beberapa makanan yang memiliki kandungan omega 3 dan 6 berikut ini.

Bunda, kandungan omega 3 pada makanan bisa didapatkan melalui konsumsi seafood dan ikan yang mengandung lemak seperti salmon, mackerel, anchovies, sarden, dan trout. Selain itu, makanan seperti telur dan daging juga mengandung omega 3.

Sementara itu, asam lemak omega 6 bisa didapatkan melalui konsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, daging, dan ayam. 

Kebutuhan Harian Omega 3 dan 6 Anak

Asupan omega-3 dan omega 6 yang perlu dicukupi dalam sehari berbeda-beda sesuai dengan usia.

  • Anak usia 1 tahun memiliki kebutuhan omega 3 sekitar 0,5 gram dan omega 6 4,4 gram setiap harinya.

  • Anak usia 1-3 tahun memiliki kebutuhan omega 3 sekitar 0,7 gram dan omega 6 7 gram setiap harinya.

  • Anak usia 4-9 tahun memiliki kebutuhan omega 3 sekitar 0,9 gram dan omega 6 10 gram setiap harinya.

  • Anak usia 10-12 tahun memiliki kebutuhan omega 3 sekitar 1,2 gram dan omega 6 12 gram setiap harinya. 

Bunda, untuk mendukung kemampuan belajarnya, bantu lengkapi nutrisi si buah hati dengan memberikan makanan yang bergizi, salah satunya dengan memberikan DANCOW 3+. DANCOW 3+ Imunutri tinggi vitamin A, C, E, dan zink, tinggi kalsium, protein, vitamin D, serta DHA, zat besi, dan Omega 3 & 6.   

Dengan asupan gizi yang tercukupi, Bunda dapat mendukung tumbuh kembang Si Buah Hati dengan optimal.

Image Article
Buah Hati Siap Belajar dengan Makanan Mengandung Omega 3 dan 6
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Meningkatkan Sistem Imun pada Bayi

Published date

Sistem imun adalah sistem kekebalan yang melindungi tubuh dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh benda asing atau pathogen diantaranya bakteri, virus, jamur, maupun racun. 

Bayi yang baru lahir memiliki sistem imun yang belum berkembang sempurna. Karena itu, bayi baru lahir mempunyai potensi risiko lebih besar untuk terkena infeksi berbagai penyakit. Namun, seiring bertambahnya usia Si Buah Hati, sistem imun mereka terus semakin kuat untuk melawan infeksi kuman yang menyebabkan penyakit. 

Sistem imun bayi mulai matang saat berusia 1 tahun. Karenanya, sebelum usia itu, Bunda bisa mencari cara meningkatkan sistem imun pada bayi agar Si Buah Hati tidak terinfeksi penyakit. Salah satu caranya dengan menyusui Si Buah Hati sejak hari pertama kelahirannya. 

6 Cara Meningkatkan Sistem Imun pada Bayi

Ada beberapa cara meningkatkan sistem imun pada bayi yang bisa Bunda lakukan di rumah. Berikut penjelasannya.

1 .Memberikan ASI eksklusif

Menyusui atau memberi air susu ibu (ASI) sejak hari pertama kelahiran Si Buah Hati adalah cara paling efektif untuk meningkatkan sistem imun pada bayi. Tapi, mengapa ASI sangat penting bagi sistem imun bayi? Ini dikarenakan ASI (Air Susu Ibu) mengandung antibodi dan faktor protektif misalnya IgA, IgG yang bisa memperkuat sistem imun bayi. 

Pada ASI Pertama misalnya, mengandung kolostrum yang terkonsentrasi dengan nutrisi dan antibodi untuk melawan dan melindungi Si Buah Hati dari infeksi penyakit. Kolostrum memberikan kekebalan yang unik dan kuat bagi tubuh bayi. 

ASI memiliki kandungan antibodi yang penting dalam pemusnahan kuman dan menjadi perlindungan pertama pada saluran cerna bayi. 

2. Memberikan waktu tidur yang cukup dan berkualitas

Sistem imun pada bayi dan anak juga bisa ditingkatkan dengan memberikan waktu tidur yang cukup dan berkualitas. Tidur dibutuhkan oleh tubuh untuk kembali segar dan mengisi ulang energi. Kebutuhan tidur bayi dan anak-anak berbeda-beda sesuai usianya. 

Secara umum, waktu tidur yang dibutuhkan oleh bayi sesuai usia sebagai berikut: 

  • Bayi usia 0 sampai 3 bulan membutuhkan 14 hingga 17 jam tidur

  • Bayi 4 sampai 12 bulan membutuhkan 12-16 jam tidur

  • Anak-anak usia 1 sampai 2 tahun membutuhkan 11-14 jam tidur

  • Anak-anak usia 3 sampai 5 tahun membutuhkan 10-13 jam tidur

  • Anak-anak usia 6 sampai 12 tahun membutuhkan 9-12 jam tidur.

Kurangnya waktu tidur membatasi kemampuan tubuh memproduksi protein yang disebut sitokin, yang membantu melawan infeksi dan mengurangi peradangan.

Baca Juga: Mengapa Harus Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Anak? Simak di Sini!

3. Menjaga kebersihan 

Cara terbaik menjaga sistem kekebalan tubuh bayi dilakukan dengan mengambil langkah-langkah untuk tetap sehat, seperti menjaga kebersihan.

Sistem imun pada bayi masih lemah, untuk itu sangat penting menjaga kebersihannya. Sebelum menyentuh bayi, Bunda harus memastikan tangan dalam kondisi bersih. Mencuci tangan dengan air hangat dan sabun minimal 20 detik bisa menghilangkan bakteri dan virus, serta mengurangi kemungkinan infeksi paru-paru hingga 45 persen. Bunda juga wajib menjaga bayi dari orang-orang sakit di lingkungan sekitar, menerapkan etika bersin dan batuk, serta mengenakan masker jika diperlukan.

4. Mencukupi kebutuhan vitamin D

Vitamin D bisa meningkatkan sistem kekebalan bawaan tubuh terhadap patogen, baik bakteri maupun virus. Vitamin D akan menekan respons imun inflamasi yang mendasari autoimunitas dan mengatur respons alergi.

Kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan peningkatan angka infeksi, autoimunitas, dan alergi.

Cara meningkatkan sistem imun pada bayi dengan memenuhi kebutuhan vitamin D secara alami bisa dilakukan dengan menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi. 

5. Memberikan imunisasi

Imunisasi menjadi salah satu cara meningkatkan sistem imun bayi, karena bertujuan untuk membentuk kekebalan tubuh agar tidak mudah terinfeksi virus penyebab penyakit. 

Bunda bisa memberikan imunisasi sesuai jadwal vaksinasi yang telah ditetapkan. Imunisasi yang diberikan untuk mencegah berbagai penyakit seperti campak, gondongan, cacar air, rotavirus, flu, dan infeksi lainnya. 

6. Hindari paparan asap rokok

Hal yang tidak kalah penting saat berusaha meningkatkan sistem imun Si Buah Hati adalah menghindari paparan asap rokok.

Paparan asap rokok bisa meningkatkan risiko anak terkena infeksi pneumonia, salah satu jenis gangguan pada sistem pernapasan.  Pneumonia membuat paru-paru mengalami peradangan dan infeksi, yang diawali dengan infeksi saluran pernapasan atas seperti hidung dan tenggorokan.

Infeksi tersebut akan terus berlanjut menuju paru-paru, menyebabkan penumpukan cairan yang membuat aliran udara dalam paru-paru tersumbat. Saat paru-paru tersumbat, nafas anak akan menjadi semakin berat hingga mengalami kesulitan bernapas.

Itulah tadi 6 cara meningkatkan sistem imun pada bayi yang bisa Bunda lakukan di rumah. Semoga informasi ini bisa membantu ya, Bunda!

Image Article
Cara Meningkatkan Sistem Imun pada Bayi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Arti Bahasa Tubuh Bayi dan Cara Memahaminya

Published date

Memahami arti bahasa tubuh bayi bisa membantu Bunda mengetahui perasaan mereka dan apa yang mereka butuhkan. Bahasa tubuh bayi memberi Bunda isyarat penting tentang apakah Si Buah Hati lelah, lapar, terjaga dan siap bermain, membutuhkan istirahat, atau sakit.

Bayi berkomunikasi dengan orangtua menggunakan bahasa tubuh, kontak mata, serta suara dan sentuhan vokal. Jika kita, sebagai orang tua, peka terhadap bayi kita, dan merespons berbagai isyarat yang diberikan bayi dengan penuh kasih sayang, hal ini akan membantu mereka untuk tumbuh menjadi anak percaya diri, berkembang dan memenuhi potensi mereka dengan baik.

Apa Itu Basa Tubuh Bayi?

Bayi belajar berbicara dalam dua tahun pertama kehidupannya, dan dalam jangka waktu ini berbagai macam tahapan perkembangan akan dilalui yang berkontribusi pada keterampilan yang dibutuhkan untuk berkomunikasi.1 Sebelum mereka mampu mengucapkan kata-kata pertama, mereka menggunakan suara dan gerakan tubuh mereka untuk berkomunikasi. Suara dan gerakan ini disebut isyarat bayi atau bahasa tubuh bayi.

Isyarat bayi ini ada untuk menarik perhatian, memberikan informasi dan memberikan pesan kepada orang lain. Fungsi bahasa tubuh bayi adalah memberitahu Bunda apa yang disukai bayi dan apa yang tidak disukai mereka.

Sebelum mereka bisa berbicara, bayi mengomunikasikan kebutuhannya tidak hanya dengan menangis. Mereka juga mengekspresikan kebutuhan dan keinginannya melalui berbagai isyarat sejak lahir, termasuk gerak tubuh, gerakan, ekspresi wajah, dan suara. Peka terhadap isyarat mereka dan merespons dengan cepat dan tepat membuat proses mengasuh anak menjadi lebih mudah. Hal ini juga membantu membangun bonding antara Bunda dan Si Buah Hati.

Arti Bahasa Tubuh Bayi

Bayi memiliki cara yang unik untuk berkomunikasi dengan Bunda menggunakan tanda atau perilaku berbeda yang mengungkapkan perasaan mereka. Berikut arti bahasa tubuh bayi yang bisa Bunda gunakan untuk mengetahui apa yang ingin mereka katakan:

 

1. Ekspresi Wajah       
 

Jauh sebelum suara terdengar dan senyuman dimulai, bayi mengubah ekspresi wajahnya untuk memberi tahu Bunda apa yang mereka pikirkan. Saat alis Si Buah Hati terangkat, hal itu menunjukan “saya tidak yakin”. Jika alis mereka didorong ke bawah, hal itu menunjukan bahwa mereka sedang marah.

Jika bayi Anda memalingkan muka dari Anda, mereka mungkin berkata: "Beri saya waktu istirahat", jadi beri mereka sedikit waktu dan sering kali mereka akan kembali siap untuk bermain lagi.

Terkadang bayi akan menghentikan aktivitasnya dan menatap Bunda atau mainan. Ini berarti mereka memikirkan apa yang Bunda lakukan atau apakah mereka menyukai mainan tersebut. Lakukan hal yang sama lagi atau tunjukkan mainan itu lagi, untuk memberi mereka kesempatan menentukan bagaimana perasaannya.1 Jika bayi menghindari kontak mata, itu berarti ia terlalu terstimulasi. Jika mata mereka sulit fokus, itu mungkin berarti sudah waktunya untuk tidur siang.

 

2. Pergerakan Tangan dan Kaki       
 

Makna bahasa tubuh pada bayi juga bisa dilihat melalui gerakan tangan dan kakinya. Bayi yang baru lahir mungkin juga menggerakkan lengan dan kakinya untuk memberitahu Anda, "Bagus sekali!", "Aku mendengarkanmu", atau "Lihat aku!". Bayi akan melakukan gerakan tangan melambai pelan ketika merasa gembira. Jika merasa kesal, bayi sering melakukan gerakan tersentak-sentak.    

Baca Juga : Cara Optimalkan Kecerdasan  Bahasa Anak 

 

3. Suara dan Tangisan       
 

Kebanyakan bayi menangis karena mereka merasa lapar dan mengantuk. Beberapa bayi menangis karena perutnya kembung akibat makan berlebihan.1 Terkadang mereka menangis karena membutuhkan perubahan pemandangan atau kenyamanan, atau karena mereka ingin tahu bahwa Bunda bersama mereka.

Bayi juga bisa menangis saat popok mereka kotor, merasa sakit atau tidak enak badan, dan ingin dipeluk agar merasa aman dan nyaman. Saat mengeluarkan suara cegukan, menguap, dan bersin, hal itu bisa menandakan bahwa Si Buah Hati sedang stres karena terlalu banyak mendapatkan stimulasi.

 

4. Kontak Mata

       
Ketika bayi melakukan kontak mata dengan bunda atau menunjukan tatapan yang lebar dan berbinar, hal itu bisa menunjukan jika mereka ingin bermain. Saat si Buah Hati justru melihat jauh dan tidak melakukan kontak mata dengan Bunda, hal itu bisa menunjukan jika mereka sedang lelah atau tanda bahwa mereka ingin tidur siang.

 

5. Postur Tubuh

Postur tubuh juga bisa menunjukan apa yang ingin bayi katakan. Saat merasa tidak nyaman, bayi biasanya menunjukan postur tubuh meringkuk. Meringkuk atau punggung yang melengkung juga bisa jadi tanda bahwa ia lapar, frustrasi, atau kesakitan. 

Nah, itu dia arti bahasa tubuh bayi. Memahami bahasa tubuh bayi akan membantu Bunda membangun interaksi yang kuat dengan Si Buah Hati.

Image Article
Arti Bahasa Tubuh Bayi dan Cara Memahaminya
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off