0-12 Bulan

Cara Mengatasi Anak Sembelit Saat MPASI

Published date

Konstipasi atau sembelit merupakan kondisi di mana buang air besar menjadi sulit, frekuensi yang lebih jarang dan tidak teratur, atau disertai rasa nyeri. Gangguan pencernaan ini bisa dialami setiap orang di segala usia, termasuk bayi dan anak-anak. Sembelit bahkan menjadi salah satu dari sepuluh masalah kesehatan yang paling sering ditangani oleh dokter anak.

Lalu, bagaimana jika sembelit dialami Si Buah Hati yang masih mendapat MPASI? Bunda mungkin bertanya-tanya bagaimana cara mengatasinya. Selain cara mengatasi anak sembelit saat MPASI, Bunda juga perlu tahu apa saja penyebab anak sembelit saat MPASI dan bagaimana cara mencegahnya.

Apa Penyebab Anak Sembelit saat MPASI?

MPASI atau makanan pendamping ASI merupakan asupan yang diberikan kepada bayi mulai usia 6 bulan. Pemberian MPASI bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi Si Buah Hati yang tidak bisa tercukupi hanya dari ASI.

MPASI biasanya berupa makanan padat yang dihaluskan agar lebih mudah dicerna bayi. Lantas bagaimana bayi yang baru mendapat MPASI bisa mengalami sembelit? Beberapa penyebab anak sembelit saat MPASI di antaranya:

1. Masih beradaptasi dengan MPASI

Sebelum mendapat MPASI, selama 6 bulan pertama bayi hanya mendapat asupan berupa ASI. Setelahnya, barulah Bunda memperkenalkan MPASI kepada Si Buah Hati. Proses peralihan ini membuat sistem pencernaan bayi harus beradaptasi dengan tekstur makanan padat dan terkadang dapat memicu terjadinya sembelit.

2. Kekurangan cairan

Sembelit pada bayi MPASI juga dapat disebabkan oleh kekurangan cairan. Ada beberapa alasan Si Buah Hati kekurangan asupan cairan, di antaranya sedang tumbuh gigi, kurang minum, atau sakit.

3. Kurang serat makanan

Kurangnya serat dalam MPASI Si Buah Hati juga bisa menjadi penyebab sembelit. Serat berfungsi melunakkan feses dan melancarkan BAB.

4. Kondisi medis

Meski jarang, sembelit pada bayi MPASI juga dapat disebabkan kondisi medis tertentu, seperti hipotiroidisme, penyakit Celiac, dan Hirschsprung.

Baca Juga: Probiotik untuk Anak dan Manfaatnya

Cara Mengatasi Anak Sembelit Ketika MPASI

Bunda, setelah mengetahui penyebab sembelit pada anak, selanjutnya dapat mencari cara mengatasi bayi sembelit saat MPASI. Ada beberapa hal yang bisa Bunda lakukan, di antaranya:

1. Pastikan MPASI cukup serat

Bayi usia lebih dari 6 bulan dianjurkan untuk mengonsumsi makanan berserat dalam jumlah cukup. Bunda bisa menambahkan buah atau sayuran yang dimasak kemudian dihaluskan ke dalam MPASI.

2. Menambah asupan cairan

Menambah asupan cairan dapat membantu mengatasi sembelit pada bayi MPASI. Selain air putih, Bunda bisa memberikan jus apel, plum, atau pir yang mengandung sorbitol, yakni pemanis alami yang dapat sekaligus berfungsi sebagai pencahar.

3. Memberi pijatan lembut pada perut bayi

Baringkan Si Buah Hati dalam posisi telentang, kemudian angkat kedua kakinya dan buat gerakan seperti mengayuh sepeda. Bunda juga bisa memberikan pijatan lembut pada bagian perut untuk membantu kerja usus.

4. Memberi obat sesuai anjuran dokter

Apabila beberapa cara di atas tidak berhasil mengatasi sembelit Si Buah Hati, Bunda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter anak. Dokter akan memberikan resep obat pencahar atau memeriksa kemungkinan adanya kondisi medis tertentu yang menyebabkan konstipasi pada bayi.

Jenis Makanan yang Baik untuk MPASI

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Karenanya, Bunda perlu memilih jenis makanan yang tepat untuk Si Buah Hati agar anak tidak sembelit saat MPASI. Berikut ini beberapa jenis makanan yang baik untuk MPASI:

Buah-buahan

Asupan makanan berupa buah-buahan baik untuk MPASI karena selain mengandung serat, juga kaya vitamin dan mineral. Beberapa jenis buah juga mengandung sorbitol yang bagus untuk pencernaan. Berikan buah-buahan seperti pisang, apel, pepaya, pir, kiwi, dan plum yang dipotong-potong kecil. Sementara itu, Bunda perlu membatasi memberikan  jus buah karena membuat anak cepat kenyang dan tidak selera makan.

Sayuran

Untuk MPASI, masak sayuran dengan cara dikukus atau direbus hingga lunak, kemudian lumat atau haluskan hingga cocok untuk bayi. Jenis sayuran yang baik untuk MPASI di antaranya wortel, labu, brokoli, kol, dan bayam.

Kacang-kacangan

Selain sayuran, jenis kacang-kacangan juga bagus untuk MPASI dan merupakan sumber protein. Bunda bisa memilih kacang polong, buncis, lentil, dan kacang hijau.

Sereal

Bahan sereal dan biji-bijian seperti oatmeal atau gandum utuh juga bisa menjadi pilihan MPASI selain dari bubur nasi.

Itulah ulasan seputar anak sembelit saat MPASI, mulai dari penyebab, cara mengatasi, hingga MPASI yang baik. Semoga informasi yang diberikan dapat bermanfaat, ya Bunda!

Image Article
Cara Mengatasi Anak Sembelit Saat MPASI
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Menstimulasi Agar Anak Cepat Bicara. Yuk, Simak!

Published date

Pada tiga tahun pertama kehidupan merupakan periode penting dan paling intensif bagi anak untuk belajar berbicara. Sebab, di periode usia tersebut, otak bayi berkembang lebih pesat dan semakin matang.

Tentunya, periode usia tersebut akan semakin efektif apabila Bunda dapat memberikan stimulasi agar anak cepat bicara. Lalu, apa saja cara menstimulasi anak agar cepat bicara. Simak artikel berikut ini untuk mengetahuinya, Bunda!

Apa Saja Tanda Anak Mulai Bicara?

Tahukah Bunda, tanda awal kemampuan bicara pada bayi sebenarnya sudah dapat terlihat sejak baru dilahirkan, yakni melalui komunikasi nonverbal, seperti menangis ketika lapar atau merasa tidak nyaman.

Memasuki usia 3 bulan, bayi mulai bisa mengenali suara orang atau benda di sekitarnya. Si Buah Hati juga mulai dapat membaca ekspresi wajah saat Bunda berbicara, dan mulai cooing atau mengeluarkan suara yang gembira, lembut, dan berulang-ulang.

Di usia 6 bulan, kemampuan bicara bayi akan meningkat menjadi babbling, yaitu mengoceh kata sederhana atau tanpa makna, seperti “ma-ma” atau “da-da”. Meski tanpa makna, ocehan bayi pada fase babbling merupakan salah satu pertanda bayi mulai berbicara.

Saat berusia 9 bulan, bayi mulai dapat memahami kata-kata sederhana, seperti dadah, ya, dan tidak. Setelah berusia 12 bulan, kebanyakan anak baru dapat mengucapkan kata sederhana yang memiliki makna. Artinya, ketika anak 1 tahun mengucapkan kata “mama” atau “papa”, ia memang sedang memanggil Ayah dan Bunda, bukan sekadar mengoceh.

Setelah dapat mengucapkan kata pertamanya di usia 12 bulan, kemampuan berbicara Si Buah Hati akan terus berkembang hingga mampu menyusun kalimat lengkap pada usia 2-3 tahun.

Tapi Bunda, perlu diingat bahwa kecepatan perkembangan anak bisa berbeda satu dengan lainnya. Di sinilah, peran Bunda diperlukan untuk memberi stimulasi anak agar cepat bicara sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya.

Tips Cara Menstimulasi Anak Agar Cepat Bicara

Upaya mendorong kemampuan berbicara Si Buah Hati, dapat Bunda lakukan sedini mungkin, bahkan sejak bayi baru lahir. Bunda dapat memberikan stimulasi agar bayi cepat bicara, seperti sering mengajaknya bicara atau menyanyikan lagu.

Berikut ini beberapa tips cara menstimulasi anak agar cepat bicara yang bisa Bunda praktikkan kepada Si Buah Hati di rumah:

Ajak anak berbicara

Sering mengajak Si Buah Hati mengobrol merupakan cara stimulasi anak agar cepat bicara yang paling mudah. Bunda sebaiknya lebih sering berbicara kepada anak dengan kalimat-kalimat sederhana, tetapi penuh intonasi dan ekspresi untuk membantu perkembangan kemampuan bahasanya. Bunda juga bisa menggunakan kalimat lengkap untuk menjelaskan apa yang dilakukan Si Buah Hati atau memperluas penjelasan terhadap kata-kata yang diucapkan.

Hindari merespons dengan bahasa bayi

Bunda juga sebaiknya selalu merespons setiap ocehan atau isyarat dari Si Buah Hati. Namun, hindari menggunakan bahasa bayi atau kata-kata yang dicadel-cadelkan saat memberikan respons kepada anak ya Bunda. Sebab, orang tua semestinya menjadi role model untuk anak belajar berbicara, yakni dengan suara jelas dan tata bahasa yang benar.

Baca Juga: Stimulasi Bicara 1 Tahun yang Ampuh

Membaca buku cerita bersama

Bunda bisa mengajak Si Buah Hati membaca buku cerita bersama. Aktivitas membaca bersama dengan suara yang keras lebih merangsang perkembangan kognitif anak. Membaca bersama juga melatih fokus dan mengundang interaksi orang tua dengan anak yang dapat mendorong kemampuan bahasa, perkembangan kosakata, dan pemahaman lisan anak.

Ajak anak bernyanyi

Menstimulasi anak agar cepat bicara juga dapat dilakukan melalui nyanyian. Mengajak Si Buah Hati bernyanyi bersama dapat meningkatkan perhatian bayi melalui nada, struktur musik dan linguistik yang konsisten.

Nyanyian seringkali menggunakan kata yang berima. Bagi bayi, kata yang berima dan beritme lebih mudah diingat daripada sekadar berbicara. Bunda bisa menyanyikan lagu nina bobo sebagai pengantar tidur Si Buah Hati untuk mendorong perkembangan bahasanya sejak dini.

Bermain permainan kata-kata

Untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan bahasa anak, Bunda juga dapat mengajak Si Buah Hati bermain dengan kata-kata. Misalnya, di sela aktivitas makan Bunda bisa bertanya tentang kata-kata yang berima atau berakhiran sama, seperti ayam dan bayam. Permainan kata akan membantu meningkatkan kosakata, ejaan, dan tata bahasa anak.

Selain memberi stimulasi agar anak cepat bicara, Bunda juga perlu mengurangi hal-hal yang dapat menghambat perkembangan kemampuan bahasa Si Buah Hati, seperti terlalu sering membiarkan anak menonton televisi atau menatap layar gadget.

Peningkatan waktu menonton televisi dan gadget di usia dini dapat berdampak negatif terhadap perkembangan bahasanya, terutama pada anak di bawah usia 2 tahun.

Itulah Bunda, beberapa tips cara menstimulasi anak agar cepat bicara. Semoga bermanfaat, ya!

Image Article
Cara Menstimulasi Agar Anak Cepat Bicara. Yuk, Simak!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Ini 7 Cara Stimulasi Anak Agar Cepat Jalan

Published date

Bunda, proses berdiri dan berjalan merupakan proses alamiah yang terjadi pada anak.  Meski begitu, Bunda perlu menyadari bahwa perkembangan setiap anak memiliki kecepatan berbeda-beda. Misalnya, meskipun banyak bayi yang memulai langkah pertama di usia 12 bulan atau sebelumnya, ada juga anak yang belum bisa berjalan di ulang tahun pertamanya, bahkan beberapa bulan setelahnya. 

Meskipun demikian, tak ada salahnya Bunda melakukan beberapa cara stimulasi anak agar cepat jalan saat Si Buah Hati sudah menunjukkan tanda-tanda siap berjalan.

Faktor yang Mempengaruhi Proses Anak Belajar Berjalan

Sebelumnya, perlu Bunda pahami bahwa ada 3 faktor yang memengaruhi proses berdiri dan berjalan seorang anak, yakni faktor dari dalam diri anak sendiri.

Faktor berikutnya adalah faktor lingkungan, yakni pola asuh yang memberikan anak peluang untuk berdiri dan berjalan. Lalu, faktor aktivitas, yaitu anak didorong untuk beraktivitas sesuai dengan usia perkembangan anak, yakni sekitar usia 9 bulan untuk berdiri dan 12 bulan untuk berjalan.

Tanda Anak Siap Berjalan

Sebelum Bunda mencari cara menstimulasi anak agar cepat berjalan, sebaiknya kenali tanda kesiapan anak memasuki fase belajar baru:

  1. Menarik diri ke atas untuk berdiri

  2. Jadi petualang yang berani

  3. Berjalan dengan berpegangan pada benda

  4. Menangis, merengek, dan mengubah pola tidur

  5. Berjalan dengan bantuan, misalnya keranjang mainan beroda

  6. Berdiri sendiri. 

Cara Stimulasi Anak Agar Cepat Jalan

Ada sejumlah cara menstimulasi anak 1 tahun agar cepat jalan yang bisa Bunda lakukan di rumah:

  1. Biarkan mereka bertelanjang kaki

Bayi membutuhkan daya cengkeram yang baik untuk bergerak. Bebaskan Si Buah Hati bermain tanpa alas kaki untuk membantunya meningkatkan keseimbangan dan koordinasi tubuh.

  1. Membantu anak untuk berdiri dan duduk

Pada usia 8 bulan, biasanya anak mulai bisa berdiri dan berjalan. Bunda bisa membantu mengangkat tubuh Si Buah Hati saat ia sudah dalam posisi siap untuk berdiri. Lalu, saat anak ingin duduk kembali, ajari Si Buah Hati untuk menekuk lututnya lebih dulu guna mengurangi risiko cedera. 

  1. Pancing dengan mainan

Agar si Buah Hati mau bergerak, Bunda bisa memancingnya dengan mainan. Misalnya, letakkan beberapa mainan favorit di sekitar ananda sehingga ia memiliki motivasi untuk bergerak. Mainan itu bisa diletakkan cukup jauh dari jangkauan agar anak mau berusaha mengambilnya tetapi jangan terlalu jauh agar Si Buah Hati tidak merasa frustrasi.

  1. Beri banyak kesempatan bermain di lantai 

Bunda, bisa jadi Si Buah Hati tidak tertarik berjalan karena tidak dapat banyak kesempatan untuk berlatih. Misalnya, ananda lebih sering digendong, bermain di boks atau tempat tidur, dan sebagainya. Anak-anak perlu diberikan kesempatan berkeliaran bebas di lantai sehingga dapat menggunakan keterampilan motorik kasarnya dengan optimal.

  1. Latihan naik turun tangga 

Si Buah Hati mungkin lama-lama menjadi bosan berlatih di lantai terus, Bunda bisa melatihnya naik turun tangga. Biarkan Si Buah Hati perlahan-lahan menaiki tangga dengan menggunakan tangan, lutut, dan kaki mereka. Latihan ini melibatkan semua otot. 

  1. Hindari penggunaan baby walker 

Bunda sebaiknya menghindari penggunaan baby walker. Alat ini dianggap aman untuk digunakan, tetapi sebenarnya berisiko membahayakan keselamatan anak karena bisa tersandung dan terjatuh. Anak juga lebih malas menggerakkan ototnya sehingga perkembangan berjalan anak lebih lambat. 

  1. Jangan paksa anak untuk berjalan

Bunda mungkin khawatir saat Si Buah Hati belum bisa berjalan sementara anak seusianya sudah. Tetapi, Bunda tak perlu terlalu memaksa Si Buah Hati karena bayi normal mulai berjalan di usia 8-17 bulan. Memaksa Si Buah Hati berjalan saat ia belum siap akan membuatnya stres dan justru semakin terlambat memulai berjalan. 

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam menstimulasi anak agar cepat berjalan adalah keamanan buah hati. Buah hati yang sedang belajar berjalan akan mengalami fase kehilangan keseimbangan, jatuh, terbentur meski Bunda mengawasinya setiap saat. 

Bunda harus memastikan tempat ananda bermain aman dari benda-benda berbahaya, misalnya gunting, pisau, besi, termasuk pinggiran perabotan yang tajam.

Baca Juga: Penyebab Anak Susah Disapih

Red Flag Saat Anak Belajar Berjalan yang Harus Diwaspadai

Selain mencari cara stimulasi agar anak cepat jalan, Bunda juga perlu mengetahui apa saja tanda-tanda keterlambatan perkembangan si Buah Hati menurut usianya. Tanda-tanda ini dikenal dengan istilah red flag. Bunda harus waspada jika Si Buah Hati menunjukkan tanda-tanda seperti berikut ini saat memasuki usia belajar berjalan:

Tonus otot atau pola gerak tidak simetris pada kedua sisi tubuh

- Tubuh kaku

- Kedua tungkai lemas

- Anak tidak mau menapakkan kaki di lantai

- Duduk menumpu pada tulang ekor

- Duduk dengan posisi tungkai seperti huruf W

- Saat berdiri lutut menekuk atau melengkung ke belakang

- Tiba-tiba berhenti berjalan

- Tidak bisa melangkah mandiri di usia 15 bulan

- Belum bisa berjalan di usia 18 bulan ke atas

- Cara berjalan tidak stabil di usia 2 tahun

- Memiliki cara berjalan yang tidak biasa di usia 3 tahun.

Apabila Si Buah Hati menunjukkan tanda-tanda di atas, ada baiknya Bunda berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat arahan dan penanganan lebih lanjut.

Image Article
Bunda, Ini 7 Cara Stimulasi Anak Agar Cepat Jalan
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Apa Manfaat Menggambar untuk Anak Usia Dini?

Published date

Menggambar adalah salah satu aktivitas yang umum dilakukan anak usia dini. Anak-anak pun biasanya antusias saat diajak mengikuti kegiatan mewarnai atau corat-coret untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk gambar ini. Sebagian di antara Bunda mungkin ada yang penasaran, sebenarnya apa sih manfaat menggambar untuk anak?

Menggambar bukan sekadar kegiatan yang seru-seruan dan menyenangkan. Ada beberapa manfaat yang penting dan bisa jadi bekal Si Buah Hati untuk menapaki masa depannya kelak. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasannya lewat artikel berikut ini.

Apa Manfaat Menggambar untuk Anak?

Menggambar adalah salah satu aktivitas untuk menambah pengetahuan sekaligus memberikan rangsangan untuk tumbuh kembang anak. Saat menggambar, Si Buah Hati menghubungkan titik, garis, sampai membentuk suatu gambar. Nah, proses belajar menggambar memerlukan imajinasi, visualisasi, atau mencari cara terbaik untuk menuangkan ide di atas media gambar.

Dalam proses kreatif ini, ada beberapa manfaat menggambar untuk anak usia dini yang sayang untuk dilewatkan, seperti:

  • Melatih kesabaran

Saat Si Buah Hati menggambar sendirian, proses kreatif ini ternyata juga melatih kesabaran. Duduk dan fokus saat menggambar perlu ketelatenan. Selain itu, ketika ada masalah saat menggambar, misalkan salah membuat garis atau keliru membubuhkan warna, anak juga perlu mengendalikan rasa frustasinya. Keterampilan ini penting untuk kemampuan sosial anak di masa depan. 

  • Melatih keterampilan motorik halus

Mengembangkan keterampilan motorik halus di usia dini sangat penting untuk Si Buah Hati. Keterampilan ini kelak bakal berguna untuk menulis, mengetik, mengemudi, bahkan main alat musik. Nah, Bunda bisa melatihnya dengan menggambar.

  • Mendorong analisis visual

Anak kecil umumnya belum paham konsep jarak, perbandingan ukuran, atau tekstur tertentu. Nah, Bunda secara tidak langsung bisa mengajari Si Buah Hati konsep tersebut dengan memintanya menggambar benda besar dan kecil, halus dan kasar, atau jauh dan dekat. 

  • Membantu membangun konsentrasi

Anak biasanya senang jika disuruh menggambar. Saat disuruh mengerjakan aktivitas yang menarik dan disukai, Si Buah Hati cenderung lebih semangat, telaten, dan konsentrasi. Latihan konsentrasi ini nantinya penting buat proses belajar anak. 

Baca Juga: Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak

  • Media berekspresi

Bunda mungkin pernah mendapati anak tantrum karena sulit mengekspresikan emosinya. Nah, menggambar bisa jadi sarana media berekspresi Si Buah Hati. Anak bisa menyalurkan energinya untuk menciptakan suatu karya yang sesuai emosinya. 

  • Melatih kemampuan berpikir kritis

Saat melewati proses belajar menggambar, otak anak didorong untuk merencanakan apa yang akan dikerjakan. Misalkan menggambar pakai krayon berarti tidak bisa dihapus, atau saat salah pakai spidol lalu gambaran harus diapakan. Proses perencanaan dan pemecahan masalah ini dapat mengasah kemampuan berpikir kritis sejak dini. 

  • Mengasah kreativitas

Menggambar tentunya lekat dengan kreativitas. Nah, keterampilan ini bisa diasah lewat latihan menggambar sejak dini. Kreativitas ini nantinya dapat membantu anak ketika perlu mencari solusi untuk menghadapi masalah sehari-hari.

  • Sarana berkomunikasi 

Bagi anak berkebutuhan khusus seperti autisme, belajar menggambar efektif digunakan untuk sarana berkomunikasi. Terutama bagi penyandang disabilitas yang punya keterbatasan kemampuan komunikasi verbal. Lewat gambaran, anak dapat terhubung dengan orang lain, merespons, dan mengekspresikan emosinya. 

Setelah menyimak beragam manfaat menggambar untuk anak di atas, Bunda tentunya makin bersemangat mendukung aktivitas kreatif Si Buah Hati. 

Bagi Bunda yang masih bingung, apakah metodenya sama dengan cara menggambar rumah untuk anak SD yang dimulai dengan menghubungkan titik dan garis, atau perlu cara khusus, simak penjelasan berikut.

Bagaimana Cara Belajar Menggambar untuk Anak?

Perlu Bunda pahami, bagi anak usia dini, tema dan hasil menggambar itu bersifat sekunder alias bukan yang utama. Hal yang paling penting dari kegiatan menggambar anak usia dini adalah prosesnya, di mana aktivitas psikologis dan fisik digunakan. 

Untuk menunjang proyek seni yang berfokus pada proses ini, ada baiknya Bunda memberikan kebebasan pada anak untuk menjajal ide atau imajinasinya. Tapi, Bunda tetap perlu memberikan contoh bagaimana menggunakan alat-alat yang dipakai untuk menggambar. Misal, cara memegang pensil warna, memakai spidol, menggunakan krayon, atau memakai kuas untuk cat air. Setelah itu, baru biarkan Si Buah Hati mengekspresikan kreativitasnya. 

Dukung terus Si Buah Hati untuk aktif belajar dan berkreasi! Jangan lupa untuk lengkapi asupan nutrisinya dengan memberikan susu DANCOW 3+ Imunutri. DANCOW 3+ Imunutri mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, DHA, omega 3 & 6, tinggi vitamin A, C, E dan mikronutrien lainnya.

Dengan dukungan nutrisi yang tepat dari Bunda, termasuk dengan memberikan susu DANCOW 3+ Imunutri, aktivitas menggambar tak hanya untuk seru-seruan, tapi sekaligus Bunda juga dapat memberikan manfaat menggambar untuk anak untuk bekal Si Buah Hati kelak.

Image Article
Apa Manfaat Menggambar untuk Anak Usia Dini?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tahap Perkembangan Bayi dan Stimulasi Tepat untuk Diberikan

Published date

Tahapan tumbuh kembang bayi adalah hal penting yang perlu dicermati dari waktu ke waktu. Itu sebabnya Bunda perlu memantau perkembangan bayi dari minggu ke minggu agar tumbuh kembang Si Buah Hati bisa maksimal dan sesuai dengan usianya.

Proses perkembangan bayi telah dimulai sejak di dalam kandungan dimana pada periode tersebut ada masa emas tahap pertumbuhan dan perkembangan anak atau dikenal dengan 1000 hari pertama kehidupannya, yaitu dari janin hingga anak berusia 2 tahun. Pada masa emas ini otak bayi berkembang hingga mencapai 80% dari kemampuan maksimalnya. 

Tahapan tumbuh kembang bayi dimulai dari tengkurap, menegakkan kepala, duduk, merangkak, berdiri, hingga berjalan. Fase-fase tersebut harus terlewati sesuai dengan usia Si Buah Hati. Jika bayi melewati salah satu dari fase tersebut, maka orang tua perlu berkonsultasi dengan dokter.

Agar tahap pertumbuhan dan perkembangan bayi bisa optimal, bayi dan anak-anak juga membutuhkan stimulasi yang tepat untuk menunjang sel-sel pertumbuhan, membantu perkembangan sensorik, bahasa, dan fungsi kognitif anak.

Tahapan Tumbuh Kembang Bayi 

Melihat tumbuh kembang si Buah Hati yang tepat sesuai usia tentu harapan semua orang tua. Berikut beberapa tahapan tumbuh kembang bayi dari 0 bulan hingga berusia kanak-kanak 3 tahun.

  1. Bayi usia 2 bulan

Bayi berusia 2 bulan sudah dapat membuka lebar matanya. Ini membuat Si Buah Hati tumbuh rasa ingin tahu. Selain itu, di usia ini, bayi juga sudah bisa menunjukkan interaksi dengan orang lain seperti tersenyum atau tertawa ketika melihat sesuatu. 

  1. Bayi usia 4 bulan

Si Buah Hati yang berusia 4 bulan telah tumbuh dan berkembang lebih banyak. Dalam tahap perkembangannya, bayi akan lebih bisa bersosialisasi dan bergerak terarah. Di usia ini, bayi juga mulai mengeluarkan suara dan juga bermain dengan Bunda dan juga sudah bisa mendengar dan mengikuti arah gerakan Bunda, lho. Bayi berusia 4 bulan sudah bisa belajar mengkomunikasikan rasa lapar, tidak nyaman, dan mengantuk. 

  1. Bayi usia 6 bulan

Selanjutnya pada usia 6 bulan, bayi sudah dapat menggunakan suara untuk mengekspresikan emosinya lho, Bunda. Bukan hanya itu, Si Buah Hati sudah mulai mengenali wajah Bunda dan Ayah yang kerap mengasuhnya. Beberapa anak juga sudah mulai belajar duduk dan segera merangkak. Meraih mainan atau benda yang menarik perhatian juga kerap dilakukannya. 

  1. Bayi usia 9 bulan

Bersiaplah mengunci lemari dan menjauhkan benda tajam dari jangkauan Si Buah Hati yang memasuki usia 9 bulan. Itu karena pada usia ini, Si Buah Hati mulai senang bergerak dan mengeksplorasi seluruh area rumah. Rasa ingin tahu yang besar juga menjadi ciri khas bayi berusia 9 bulan. Ia mulai merespons saat namanya dipanggil, memberi pelukan balik, hingga munculnya rasa malu dan takut pada orang baru. Salah satu permainan yang paling disenangi si 9 bulan adalah cilukba. 

Baca Juga: Ketahui Cara Menyapih Anak dengan Tepat

Stimulasi Bayi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan stimulasi yang bisa mendukung tahapan perkembangan bayi, sebagai berikut:

  1. Memberi perlakuan yang responsif

Semua bayi dan anak-anak harus menerima perawatan yang responsif selama 3 tahun pertama kehidupannya. Orang tua dan lingkungan sekitar harus mendukung setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan bayi, dengan memberikan kasih sayang dan perhatian kepada Si Buah Hati.

Orang tua bisa meluangkan waktu untuk memeluk dan menggendong Si Buah Hati, karena hal ini bisa membantunya merasa aman dan diperhatikan.  Kedekatan dengan orang tua bisa memicu rasa percaya diri, yang memungkinkan bayi dan anak-anak mengeksplorasi lingkungan dengan lebih baik. 

  1. Stimulasi belajar sejak dini

Semua bayi dan anak-anak harus mempunyai kegiatan belajar sejak dini, ditemani orang tua atau orang terdekatnya setidaknya selama 3 tahun pertama kehidupan. Anak-anak harus dilibatkan dalam pembelajaran dini. Hal ini bisa dipadukan dengan permainan yang menyenangkan.

Bunda yang memiliki anak berusia 1-2 tahun, bisa membantu proses perkembangan bayi dengan bermain teka-teki sederhana dan menyortir benda. Di usia ini, anak-anak bisa didorong untuk mengeksplorasi dan mencoba hal-hal baru. 

  1. Sering mengajak bicara

Bahasa yang digunakan oleh orang dewasa kepada anak-anak bisa mempengaruhi pertumbuhan kognitif dan pembelajaran anak-anak. Untuk mendukung tahapan tumbuh kembang bayi berusia 0-1 tahun, Bunda bisa mengulangi suara yang dikeluarkan bayi dengan menambahkan kata, yang akan membantunya belajar menggunakan bahasa.

  1. Mencukupi kebutuhan gizi

Asupan makanan yang cukup dan bergizi diperlukan untuk kesehatan, perkembangan, dan pembelajaran anak. Bunda bisa memberikan ASI eksklusif untuk memenuhi semua kebutuhan bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya. Saat berusia 6-12 bulan, selain tetap memberikan ASI, bunda dapat memperkenalkan makanan pendamping ASI (MPASI) dimana bayi akan belajar rasa dan tekstur baru dengan makanan lunak dan padat yang sehat secara bertahap. 

  1. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik pada anak bisa mengurangi risiko obesitas, meningkatkan imunitas tubuh, serta mendorong pertumbuhan tulang dan otot.  Aktivitas fisik yang dilakukan harus disesuaikan dengan kemampuan Si Buah Hati, seperti melatih bayi tengkurap saat terbangun dan muncul rasa ingin bermain. Bayi yang belum bisa merangkak bisa dirangsang dengan cara menaruh mainan-mainan yang menarik perhatiannya di area sekitarnya.

Itu tadi beberapa cara untuk menstimulasi tahapan tumbuh kembang bayi. Semoga bermanfaat ya, Bunda! Berikan anak ASI ekslusif selama enam bulan, diikuti dengan pemberian MPASI yang aman dan tepat saat Si Buah Hati berusia 6 bulan. ASI tetap diberikan selama mungkin.

Image Article
Tahap Perkembangan Bayi dan Stimulasi Tepat untuk Diberikan
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Apa Sebab Lidah Bayi Berjamur? Temukan Cara Mencegahnya di Sini!

Published date

Menjaga kesehatan mulut bayi adalah hal yang penting dilakukan meskipun Si Buah Hati belum memiliki gigi dan mulai makan. Sebab, jika lidah dan rongga mulut tidak rutin dibersihkan, bayi dapat mengalami infeksi jamur.

Dalam istilah medis, lidah bayi berjamur dikenal sebagai neonatal thrush atau kandiasis mulut. Adapun diagnosis klinisnya berdasarkan bercak putih pada permukaan mukosa mulut. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan infeksi jamur Candida albicans.   Dalam artikel berikut ini, Bunda akan mengetahui bahasan terkait penyebab lidah berjamur pada bayi dan cara mencegahnya.

Penyebab Lidah Bayi Berjamur

Oral thrush atau yang dalam istilah umum juga dikenal sebagai sariawan adalah masalah kesehatan yang bisa dialami siapa saja. Namun, infeksi jamur ini lebih sering terjadi pada bayi dengan usia 0 hingga 6 bulan. Meski lebih sering menginfeksi bayi baru lahir, penelitian menunjukkan bahwa oral thrush tidak berhubungan dengan metode persalinan.

Ada beberapa gejala dan ciri-ciri lidah bayi berjamur, seperti munculnya lesi berwarna putih creamy pada lidah, pipi bagian dalam, dan kadang-kadang di langit-langit mulut, gusi, atau amandel. Selain itu, ciri-ciri jamur pada lidah bayi juga dapat dikenali dengan adanya lesi sedikit menonjol dengan tampilan seperti keju cottage. 

Adapun penyebab lidah bayi berjamur meliputi:

  • Infeksi jamur Candida albicans

    Candida albicans sebenarnya secara alami memang tumbuh di mulut dan usus, tetapi secara umum jamur ini jarang menyebabkan masalah kesehatan serius karena sistem imun manusia dapat mengontrol pertumbuhannya. 

    Akan tetapi, bayi memiliki sistem imun yang belum matang, sehingga lebih rentan terinfeksi jamur dan bakteri. Kondisi mulut bayi yang gelap, hangat, dan lembut, adalah lingkungan sempurna bagi Candida albicans untuk tumbuh semakin banyak. 

  • Ibu menderita infeksi jamur

    Lidah bayi berjamur juga dapat terjadi jika ia terlahir melalui proses persalinan normal melalui vagina seorang ibu yang menderita infeksi jamur.

  • Bayi mengonsumsi antibiotik atau obat steroids

    Antibiotik dan steroids dapat membunuh bakteri di dalam tubuh, termasuk bakteri baik yang dapat mengendalikan pertumbuhan jamur Candida albicans penyebab lidah bayi berjamur.

  • Tidak menjaga kebersihan mulut bayi

    Air susu ibu (ASI) atau susu formula yang tertinggal di lidah atau mulut bayi selama berhari-hari akan membuat bakteri berkembang biak di air liur yang manis, sehingga dapat memicu infeksi jamur pada lidah bayi.

Baca Juga: Cara Menyapih Anak dari ASI

Penanganan Lidah Bayi Berjamur

Lidah berjamur dapat diobati dengan menggunakan gel mulut. Gel ini dapat digunakan oleh orang dewasa, anak-anak, ataupun bayi di atas usia 4 bulan. Namun, untuk penggunaan obat, Bunda disarankan berkonsultasi dokter untuk diberikan resep tepat untuk menangani lidah berjamur pada bayi. 

Selain itu, jika bayi masih menyusu langsung dari payudara, kegiatan menyusui nya masih dapat dilanjutkan, Bunda juga dapat mengoleskan gel antijamur pada puting. Upaya ini dapat mencegah penularan infeksi jamur kepada bayi saat menyusu. Tapi terkait untuk pemakaian obat oles tersebut, Bunda perlu berkonsultasi ke dokter supaya penggunaannya tepat dan sesuai kebutuhan.

Sebaiknya, Bunda diharapkan segera membawa bayi ke dokter untuk mendapatkan penangan lebih tepat jika muncul tanda-tanda berikut ini:

- Kondisi lidah berjamur pada bayi menjadi lebih buruk dan Si Buah Hati merasa semakin tidak nyaman.

- Bunda masih menyusui secara langsung sehingga membutuhkan obat-obatan agar terhindar dari infeksi jamur sehingga tidak terjadi penularan berulang.

- Kondisi bayi tidak membaik setelah 48 jam menerima perawatan pada infeksi jamur. 

Cara Mencegah Lidah Bayi Berjamur

Lidah bayi berjamur dapat dicegah dengan beberapa cara, di antaranya adalah:

  • Bersihkan dot dan botol susu dengan benar

    Jika bayi minum ASI perah (ASIP) dengan botol susu dan dot, sebaiknya Bunda memastikan kebersihan perlengkapan tersebut. Jangan lupa mencuci dan mensterilkan botol susu serta alat pompa ASI dengan benar untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang dapat menginfeksi Si Buah Hati.

  • Rutin bersihkan puting

    Jika bayi menyusu secara langsung dari payudara, pastikan Bunda selalu menjaga kebersihan puting untuk mencegah tumbuhnya jamur. Rutin bersihkan puting dan mengelapnya dengan air hangat setiap hari.

  • Simpan susu di lemari es

    Simpan susu atau ASIP di kulkas dengan suhu 0 – 4 ° C untuk mencegah pertumbuhan bakteri atau jamur dimana bisa bertahan hingga 4 hari. 

  • Segera obati saat puting terluka

    Jika Bunda merasa puting payudara sakit, berwarna merah, atau terluka, sebaiknya segera temui dokter. Sebab, puting yang terluka bisa menyebabkan terjadinya tular menular infeksi jamur antara Bunda dan Si Buah Hati.

  • Rutin bersihkan lidah dan mulut bayi

    Meskipun belum memiliki gigi, Bunda sebaiknya tetap rutin membersihkan mulut bayi untuk mencegah berkembang biaknya bakteri dan jamur. Bunda dapat menyikat gusi dan lidah Si Buah Hati dengan sikat khusus atau mengelapnya dengan kain kasa basah.

Itulah penyebab lidah bayi berjamur serta cara menanganinya. Jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan rongga mulut bayi serta puting, dot, ataupun botol susu untuk mencegah infeksi jamur pada lidah Si Buah Hati. 

Berikan anak ASI ekslusif selama enam bulan, diikuti dengan pemberian MPASI yang aman dan tepat saat Si Buah Hati berusia 6 bulan. ASI tetap diberikan selama mungkin.

Image Article
Apa Sebab Lidah Bayi Berjamur? Temukan Cara Mencegahnya di Sini!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Kenali Tanda Dehidrasi Pada Bayi Berikut Ini!

Published date

Dehidrasi dapat dialami siapa saja, mulai dari bayi hingga orang dewasa. Namun, bayi lebih rentan mengalami dehidrasi dan jika tidak ditangani dengan cepat dapat menjadi masalah medis yang serius. Oleh karena itu, Bunda perlu mengetahui tanda dehidrasi pada bayi untuk mencegah kondisi medis yang serius.

Apa Itu Dehidrasi?

Dehidrasi adalah kondisi di mana tubuh tidak memiliki cukup cairan untuk menjalankan fungsi normalnya. Perlu Bunda ketahui bahwa air adalah komponen penting bagi tubuh untuk mengontrol suhu tubuh, menjaga kesehatan organ dan jaringan, membawa nutrisi, dan menjaga fungsi sistem tubuh. 

Kondisi berkurangnya atau hilangnya cairan pada bayi bisa terjadi saat buang air kecil, buang air besar, berkeringat, menangis, dan bernapas. Saat bayi mengalami diare atau muntah, cairan tubuhnya akan berkurang cepat dan dapat menyebabkan Si Buah Hati mengalami dehidrasi. Itulah tanda dehidrasi pada bayi baru lahir.

Faktanya, kebutuhan cairan berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, massa otot, dan lemak tubuh. 

  • Bayi usia 0–6 bulan memerlukan cairan 700 mL/hari, 

  • Bayi usia 7–12 bulan memerlukan cairan 800 mL/hari; 

  • Anak usia 1 – 3 tahun sekitar 1300 mL/hari; 

  • Anak usia 4 – 8 tahun sekitar 1700 mL/hari; 

  • Anak usia 9 – 13 tahun berjenis kelamin laki-laki sekitar 2400 mL/hari dan yang berjenis kelamin perempuan sekitar 2100 mL/hari ;

Kebutuhan cairan tersebut diperoleh dari makanan dan minuman. Dari minuman, sebagian besar kebutuhan cairan ini dapat diperoleh dari air putih, susu, atau jus buah. Namun perlu di ingat bahwa untuk bayi 0-6 bulan cairan hanya boleh diberikan dari ASI. Adapun komposisi air di dalam ASI berkisar antara 87% – 90%. 

Kalau bayi Bunda mengalami kondisi medis tertentu dan tidak memungkinkan untuk pemberian ASI, segera konsultasi ke dokter untuk mendapatkan asupan nutrisi alternatif.

Gejala atau Tanda Dehidrasi pada Bayi

Cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi ringan hingga berat. Tanda-tanda dehidrasi pada bayi yang perlu diperhatikan antara lain tidak seaktif biasanya kurang buang air kecil (ditandai dengan kurang dari enam popok basah dalam 24 jam), urine berwarna kuning tua atau oranye, bibir dan mulut kering, tidak mengeluarkan air mata saat menangis, titik lunak di kepala 

Sementara, tanda dehidrasi parah yakni Si Buah Hati jadi sangat rewel, kantuk berlebihan, mata cekung, tangan dan kaki terasa dingin serta berubah warna, kulit keriput, buang air kecil hanya 1-2 kali sehari, sembelit, diare.

Namun, tanda dehidrasi pada bayi baru lahir kadang tidak terlihat jelas. Oleh sebab itu, Bunda perlu memastikan kebutuhan cairan Si Buah Hati terpenuhi. Salah satu caranya dengan mengecek volume popok bayi  setelah dipakai. 

Baca Juga: Ketahui Cara Menyapih Asi Anak yang Tepat

Penanganan Dehidrasi pada Bayi

Jika Bunda melihat tanda dehidrasi pada bayi, hal yang harus dilakukan adalah memberikan cairan. Bila bayi masih dibawa enam bulan, Bunda bisa terus memberikan ASI untuk memenuhi cairannya dan segera diperiksakan ke dokter.

Jika bayi berusia di atas enam bulan, ASI dapat terus diberikan dan Bunda perlu lebih sering memberikan cairan dalam jumlah kecil namun sering.

Jika bayi Bunda lebih besar, setidaknya beratnya 10 kg, berikan setidaknya 250 mL air untuk diminum setiap jam selama empat jam. Jika mereka mengalami muntah atau diare, Bunda bisa memberikan air lebih dari jumlah itu. 

Selain memberikan cairan untuk bayi, Bunda juga dapat memindahkan Si Buah Hati ke tempat yang sejuk dan melepaskan pakaian atau selimut. Hal ini agar mendinginkan suhu tubuh dan bayi tidak kepanasan.

Cara Mencegah Dehidrasi pada Bayi

Perut bayi baru lahir hanya sebesar buah anggur dan perlahan akan membesar seiring bertambahnya usia. Dengan kata lain, bayi baru lahir hanya dapat minum beberapa sendok teh atau sekitar 30 mL ASI sekali minum.

Agar bayi baru lahir tidak dehidrasi, mereka membutuhkan sekitar sembilan kali menyusu dalam jangka waktu 24 jam. Untuk mengecek apakah bayi dehidrasi atau tidak, adalah dari buang air besar dan buang air kecilnya. Sebab, hal ini menjadi tanda seberapa banyak air yang masuk tubuh. 

Periksa juga bagaimana tekstur tinja bayi. Tinja yang sangat encer dan tidak berampas bisa jadi pertanda diare. Sementara tinja yang terlalu kering dan keras bisa jadi tanda bayi Bunda sembelit. Seperti disebutkan di atas, diare dan sembelit juga bisa menjadi tanda dehidrasi pada bayi.

Berikan Si Buah Hati ASI ekslusif selama enam bulan, diikuti dengan pemberian MPASI yang aman dan tepat saat Si Kecil berusia 6 bulan dan ASI tetap diberikan selama mungkin.

Image Article
Bunda, Kenali Tanda Dehidrasi Pada Bayi Berikut Ini!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Ide Menu Harian Anak untuk Si Buah Hati yang Sudah Disapih

Published date

Saat Si Buah Hati memasuki masa penyapihan, tentunya Bunda membutuhkan banyak pertimbangan, apa saja makanan dan nutrisi yang harus masuk ke dalam menu harian anak. Hal ini penting karena memberikan asupan untuk Si Buah Hati tak boleh sembarangan. Apalagi dalam kondisi seperti saat ini, memberikan nutrisi yang lengkap dan seimbang penting untuk membantu menjaga daya tahan tubuh Si Buah Hati.

 

Salah satu hal yang harus diperhatikan saat membuat menu harian anak 1 tahun yang sudah disapih adalah, bahan-bahan di dalam menu tersebut sebaiknya memiliki nutrisi yang lengkap dan seimbang. Namun Bunda tak perlu khawatir atau bingung menyusun menu makanan Si Buah Hati sehari-hari, yuk coba intip beberapa kreasi menu yang bisa bantu penuhi asupan nutrisinya berikut ini.

1

  1. Nasi Tim Ayam Brokoli Tahu
    Untuk Si Buah Hati yang memasuki usia 1 tahun, Bunda sudah bisa memberikan nasi tim yang halus. Salah satu resep makanan anak sehat yang bisa dicoba adalah nasi tim ayam brokoli tahu. Cara membuatnya, Bunda tinggal menumis 1 siung bawah putih dan 1 sendok makan bawang bombay yang sudah dicincang menggunakan margarin hingga harum. Lalu tambahkan sedikit ayam cincang dan tomat cincang yang sudah dibuang biji dan kulitnya. Tambahkan juga tahu rebus yang sudah dihancurkan serta brokoli rebus yang sudah dicincang. Campur seluruh bahan tumisan ini dengan bubur dan saring hingga mendapatkan nasi tim yang halus.


Ayam dan tahu merupakan sumber protein yang baik untuk Si Buah Hati, sedangkan sayur seperti brokoli selain mengandung protein dan serat juga mengandung vitamin A, C, E, K, dan mineral seperti zat besi, kalsium, dan magnesium.

 

  1. Sup Krim Ayam Jagung
    Membuat sup krim ayam jagung untuk Si Buah Hati sebenarnya tidak sulit kok, Bunda. Tumis bawang putih, bawang bombay, potongan wortel dan daun bawang hingga harum, lalu masukkan ke dalam panci berisi air rebusan ayam. Tambahkan potongan ayam dan jagung yang sudah dihaluskan pakai blender ke dalam panci, kemudian masukkan larutan maizena dan sedikit susu untuk mengentalkan sup.

 

Selain sebagai salah satu sumber karbohidrat dan protein, jagung juga mengandung asam lemak berupa omega 3 dan omega 6. Vitamin A dan E yang berperan sebagai antioksidan alami untuk meningkatkan imunitas tubuh pun bisa ditemukan dalam jagung. Jadi tak ada salahnya menambahkan bahan makanan yang satu ini ke dalam menu makanan Si Buah Hati. 

 

2

 

Baca Juga: Makanan Untuk Balita Tak Boleh Asal Kenyang, Gizinya Juga Harus Seimbang

 

3. Puree Apel & Wortel

Apel dan wortel juga merupakan bahan makanan kaya nutrisi yang baik untuk Si Buah Hati. Apel mengandung senyawa flavonoid, antioksidan yang dapat menghalau radikal bebas yang merusak sel tubuh. Sedangkan wortel kaya akan kandungan alpa dan beta karoten yang akan diubah menjadi vitamin A dalam tubuh. Wortel juga mengandung lutein, zat antioksidan yang baik bagi kesehatan mata. Kedua bahan makanan ini bisa Bunda olah menjadi puree untuk menu makanan Si Buah Hati dengan cara mengukus apel dan wortel hingga empuk, kemudian dihaluskan dengan blender.

 

Selain dari berbagai ide menu harian anak tadi, Bunda juga bisa memberikan susu pertumbuhan untuk Si Buah Hati. Namun, pilihlah susu pertumbuhan dengan kandungan nutrisi yang memang baik untuk mendukung tumbuh kembang Si Buah Hati seperti kalsium, omega 3, omega 6, atau vitamin lainnya.   

 

9 dari 10 Ibu berpendapat, DANCOW 1+ Nutritods bantu anak saya terlihat aktif*. DANCOW 1+ Nutritods adalah susu pertumbuhan  yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan  0 gram sukrosa, lebih  banyak laktosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6,serat pangan inulin dan mikronutrient lainnya  serta Lactobacillus rhamnosus. Dengan asupan nutrisi yang lengkap dan seimbang, Bunda dapat membantu #TerusLindungiEksplorasi Si Buah Hati.

 

Tak hanya untuk membantu menjaga daya tahan tubuh Si Buah Hati, nutrisi yang lengkap dan seimbang juga dibutuhkan dalam menu harian anak agar tumbuh kembang Si Buah Hati lebih optimal. Yuk, cari tahu nutrisi penting apa lagi yang wajib dikonsumsi Si Buah Hati agar Bunda dapat membantu lindungi eksplorasinya di sini.

 

*Berdasarkan hasil uji coba 361 anggota Home Tester Club Indonesia April 2020

Image Article
1.	Menu harian anak untuk Si Buah Hati
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
On
Quiz Answer 1 A
Kandungan nutrisi dalam makanan
Quiz Answer 1 B
Jumlah makanan harus banyak
Quiz Answer 1 C
Rasa makanan yang enak
Quiz Answer 1 D
Harga bahan makanan
Quiz Answer 2 A
Ayam
Quiz Answer 2 B
Brokoli
Quiz Answer 2 C
Jagung
Quiz Answer 2 D
Apel
Quiz Answer 3 A
Tiroid
Quiz Answer 3 B
Asam lemak tak jenuh
Quiz Answer 3 C
Zinc
Quiz Answer 3 D
Flavonoid
Quiz 1
Saat mempertimbangkan menu makanan harian untuk Si Buah Hati yang memasuki masa penyapihan, apa yang harus Bunda perhatikan?
Quiz 3
Buah apel kaya akan kandungan senyawa bernama?
Quiz 2
Bahan makanan yang tak hanya sumber karbohidrat dan protein tapi juga mengandung omega 3, omega 6, serta vitamin A dan E adalah?
Kunci Quiz 1
A
Kunci Quiz 2
C
Kunci Quiz 3
D

Kenapa Anak Susah Disapih? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Published date

Masa-masa menyapih Si Buah Hati mungkin merupakan periode yang terasa manis namun juga getir bagi Bunda. Pada dasarnya, cara menyapih anak atau berhenti menyusui secara bertahap atau langsung,dimulai ketika Si Buah Hati diperkenalkan pada makanan dan minuman selain ASI sebagai sumber gizi, dan selesai ketika berhenti menyusu.

Sebenarnya, tidak ada aturan pasti mengenai kapan proses penyapihan harus dimulai. WHO  merekomendasikan waktu menyapih adalah saat Si Buah Hati sudah menginjak usia 2 tahun. 

Selain itu WHO juga menyarankan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan sebelum mengenalkan makanan padat berupa MPASI kepada Si Buah Hati.

Cara menyapih anak merupakan hal yang alami. Meski demikian, prosesnya tak selalu berjalan mulus. Ada penyebab kenapa anak susah disapih dan ada juga alasan kenapa Bunda sulit menyapih.

Penyebab Kenapa Anak Susah Disapih

Agar mendapat solusi yang tepat, tentu harus terlebih dulu mengetahui permasalahan dengan jelas. Karena itu, mencari penyebab anak susah disapih akan membantu Bunda mencari cara menyapih anak.

Beberapa kemungkinan yang bisa menjadi alasan anak sulit disapih di antaranya:

Bunda menyapih terlalu awal dan cepat

Bunda akan paham saat Si Buah Hati protes karena disapih terlalu awal dan cepat. Biasanya, ia akan lebih sering mengamuk, muncul kecemasan, sering terbangun pada malam hari, dan selalu ingin menempel pada Bunda karena takut akan perpisahan.

Si Buah Hati sedang tidak enak badan atau sakit

Masih seringnya Si Buah Hati mengalami infeksi karena sistem imunitasnya belum sempurna, ditambah efek pertumbuhan yang kadang menyebabkan rasa tidak nyaman, misalnya sedang tumbuh gigi, berpotensi menjadi penyebab kenapa anak susah disapih.

Si Buah Hati sedang mengalami transisi atau perubahan besar

Jika usia Si Buah Hati masih terlalu kecil, maka sebuah perubahan besar dalam hidupnya akan membuatnya merasa tidak nyaman. Misalnya, Bunda memutuskan kembali bekerja, pindah rumah, atau berganti pengasuh anak. Jika kenyamanannya sangat terganggu, maka kemungkinan besar ia menjadi sulit untuk disapih.

Bunda belum siap untuk menyapih

Saat Bunda belum siap mental untuk menyapih Si Buah Hati, maka berbagai emosi akan muncul, seperti sedih, depresi, dan cemas. Bahkan, muncul juga rasa bersalah, terutama jika Bunda terpaksa menyapih lebih awal. Emosi Bunda itu dapat ikut dirasakan oleh Si Buah Hati dan membuat anak menangis terus saat disapih.

Empat Cara Menyapih Anak yang Bisa Dipilih

Berdasarkan lama waktu atau durasinya, ada cara menyapih anak yang dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

  • Penyapihan bertahap, yaitu menyapih yang dilakukan secara bertahap selama beberapa minggu atau bulan. Waktunya Bunda sendiri yang menentukan. Penyapihan ini memungkinkan menyusui berakhir dengan cara yang nyaman.

  • Semi-menyapih, yaitu menyapih sebagian dengan cara memperpendek waktu menyusui atau mengurangi frekuensinya, jika Bunda merasa kewalahan.

  • Menyapih secara alami, yaitu menyapih yang menunggu si Buah Hati berhenti menyusui sesuai jadwalnya sendiri. Proses bertahap ini memungkinkan ASI berkurang produksinya secara perlahan dan nyaman untuk Bunda.

  • Menyapih karena harus kembali bekerja, yaitu menyapih yang sering menjadi pilihan bagi Bunda yang kembali bekerja dengan cara menyimpan ASI yang dipompa sebelumnya.

Baca Juga: Cara agar Anak Mau Minum Susu Setelah Disapih

Tips Lancar Menyapih Si Buah Hati Tanpa Memaksa

Jika Bunda sudah terpikir untuk berniat menyapih Si Buah Hati, tentu Bunda berharap agar proses menyapih dapat berjalan lancar. Berikut ini beberapa saran untuk Bunda mengatasi anak yang susah disapih:

Persiapkan mental Bunda

Menyapih bisa menjadi proses yang berat baik bagi Bunda maupun Si Buah Hati. Bunda mungkin akan merasa sedih dan cemas karena ikatan erat yang Bunda rasakan dengan Si Buah Hati seperti terputus dengan berhenti menyusui. Padahal, ikatan itu masih akan tetap ada dan Bunda bisa menjaganya tetap erat dengan aktivitas lain selain menyusui. Jika Bunda merasa kesulitan melakukannya, maka Bunda bisa berkonsultasi dengan dokter atau konsultan laktasi tentang menyiapkan mental untuk menyapih.

Menyapih secara perlahan dan bertahap

Hindari menyapih secara mendadak atau terburu-buru. Bunda dapat mengurangi waktu dan frekuensi menyusui secara bertahap. Misalnya, jika Si Buah Hati biasa menyusu 3 kali selama 20 menit, cobalah melewatkan sekali waktu menyusui dan lakukan dalam 10 menit. Cara ini mungkin akan membutuhkan waktu lama sampai Si Buah Hati benar-benar berhasil disapih namun juga yang paling aman karena membangun kebiasaannya.

Bicarakan dengan Si Buah Hati

Mungkin Bunda berpikir Si Buah Hati masih terlalu kecil untuk mengerti penjelasan tentang menyapih, tapi sebenarnya ia bisa paham asalkan dijelaskan secara sederhana. Katakan betapa bangganya Bunda karena ia sudah mulai besar, tapi karena sudah besar tidak perlu lagi menyusu dan bisa minum susu menggunakan cangkirnya sendiri.

Buatlah Si Buah Hati antusias menjadi anak yang lebih besar sehingga mau diajak untuk pelan-pelan berhenti menyusu. Namun jika responnya tidak sesuai harapan, Bunda tak perlu memaksa dan bisa mencoba lagi beberapa hari kemudian saat waktunya dirasa tepat.

Don’t offer, don’t refuse

Teknik ini sangat dikenal untuk membantu menyapih Si Buah Hati. Intinya adalah Bunda tak menawarkan tapi juga tak menolak saat Si Buah Hati minta menyusu. Agar ia tidak minta menyusu, Bunda bisa menghindari dulu bertemu Si Buah Hati pada waktu-waktu ia terbiasa menyusu.

Mintalah bantuan pasangan atau anggota keluarga lain untuk mengalihkan perhatian Si Buah Hati agar tidak rewel. Namun jika sudah menghindar dan ia masih minta menyusu saat bertemu, tetap berikan ya, Bunda.

Mengalihkan perhatian Si Buah Hati

Bunda bisa coba lakukan berbagai kegiatan bersama Si Buah Hati yang seru dan menyenangkan untuk mengalihkan perhatiannya dari menyusu. Misalnya, Bunda bisa mengajaknya mengunjungi rumah tetangga yang memiliki anak sebaya dengan Si Buah Hati untuk dijadikan teman bermain. Lebih baik lagi jika anak tersebut juga sudah disapih.

Kenalkan Si Buah Hati dengan kegiatan menyenangkan yang dapat mengasah kecerdasannya. Misalnya menggambar, memainkan alat musik, dan sebagainya. Jika sudah keasyikan, maka kemungkinan ia tidak akan terlalu rewel ketika disapih.

Dampak Si Buah Hati Tidak Mau Disapih

Setiap anak akan berhenti menyusu saat tiba waktunya, namun memang antara satu anak dengan lainnya bisa berbeda. Lantas adakah efek jika Si Buah Hati tidak mau disapih?

Walaupun menyusui lebih dari 2 tahun dapat memberi manfaat bagi Si Buah Hati dan Bunda, seperti membangun sistem imunitas dan mempererat ikatan emosional, tetap ada dampak atau efek samping yang perlu diketahui.

Berikut beberapa efek pada Bunda dan Si Buah Hati jika tidak mau disapih sehingga menyusu lebih lama dari 2 tahun:

  • Menghambat fertilitas Bunda. Menyusui lebih lama dapat mempengaruhi siklus menstruasi, hal ini turut mempengaruhi fertilitas.

  • Payudara sakit dan luka. Di usia 2 tahun Si Buah Hati sudah memiliki gigi dan mulai sering menggigit yang mungkin akan melukai puting payudara Bunda saat menyusui.

  • Butuh lebih banyak waktu dan tenaga. Menyusui lebih lama berarti Bunda harus terus berada di dekat Si Buah Hati. Hal itu tentu membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga. Terlebih jika Bunda memiliki lebih dari satu anak yang harus dirawat.

  • Anak rentan alami kerusakan gigi. Saat menyusu air liur lebih sulit menjangkau gigi. Hal ini dapat menghambat fungsi saliva dalam membantu membersihkan gigi.

  • Anak berisiko kekurangan gizi. Meski ASI memiliki banyak kandungan nutrisi, namun seiring bertambahnya usia Si Buah Hati kebutuhan gizinya meningkat. Jika ia lebih sering menyusu dan kurang asupan makanan lain maka risiko kekurangan gizi meningkat.

  • Stigma sosial. Tidak dapat dipungkiri bahwa menyusui lebih dari 2 tahun tidak biasa dilakukan di tengah masyarakat kita, sehingga Bunda dan Si Buah Hati mungkin akan dianggap berbeda.

Memiliki rencana untuk menyapih tidak menjamin prosesnya berjalan lancar dan menyenangkan. Kadang penyebabnya justru faktor eksternal, seperti orang-orang di sekitar yang terus menanyakan kapan Si Buah Hati akan mulai disapih. Tak hanya itu, terkadang anak-anak juga memberikan tantangan tersendiri dengan menolak atau rewel selama proses penyapihan.

Menyapih dan parenting anak secara keseluruhan merupakan hal personal. Jadi, apapun kata orang lain, kecuali saran ahli medis selama pemeriksaan, jangan menjadi beban, ya Bunda. Tidak ada aturan cara menyapih Si Buah Hati dan kapan waktu yang tepat untuk berhenti menyusui. Akhiri sesuai rasa nyaman Bunda dan Si Buah Hati.

Demikian Bunda, ulasan terkait penyebab kenapa anak susah disapih dan tips cara menyapih tanpa paksaan agar Si Buah Hati tidak rewel. Selamat mencoba, ya!

Image Article
Menyapih Menyenangkan untuk Bunda dan Anak
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
On
Quiz Answer 1 A
Ketika anak sudah berusia 6 bulan
Quiz Answer 1 B
Proses memperkenalkan anak pada makanan dan minuman selain ASI, hingga ia akhirnya berhenti menyusu ASI
Quiz Answer 1 C
Ketika anak sudah mulai memakan nasi
Quiz Answer 1 D
Ketika Bunda sudah mulai kembali bekerja
Quiz Answer 2 A
Penyapihan bertahap dan perlahan, namun sesuai waktu yang Bunda tentukan
Quiz Answer 2 B
Semi-menyapih, mengurangi durasi dan/atau frekuensi menyusui
Quiz Answer 2 C
Menyapih secara alami mengikuti jadwal anak
Quiz Answer 2 D
Menyapih karena berat badan anak melebihi rata-rata berat badan anak seusianya
Quiz Answer 3 A
Membiasakan anak tidur sambil dikeloni dan diberi ASI
Quiz Answer 3 B
Piknik atau berjalan-jalan ke luar rumah dan temui anak sebayanya
Quiz Answer 3 C
Ajak Si Buah Hati untuk duduk dan makan makanan ringan bersama
Quiz Answer 3 D
Ajarkan Si Buah Hati kegiatan yang menyenangkan sekaligus dapat mengasah kecerdasan otaknya
Quiz 1
Apa yang dimaksud dengan proses menyapih?
Quiz 3
Berikut ide aktivitas bersama Si Buah Hatiuntuk memudahkan proses menyapih, kecuali:
Quiz 2
Berikut macam-macam cara dan alasan Bunda menyapih Si Buah Hati, kecuali:
Kunci Quiz 1
B
Kunci Quiz 2
D
Kunci Quiz 3
A