Tahapan Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini
09-07-2024

Bunda yang memiliki anak yang masih bayi mungkin tidak sabar menanti kapan Si Buah Hati bisa diajak berbicara. Tahukah Bunda, perkembangan bahasa anak usia dini sebenarnya sudah dimulai sejak mereka lahir lho. Mulai dari menangis, tersenyum, tertawa, bergumam, akhirnya bisa memahami kata dan berkomunikasi.
Menariknya, apa pun bahasa yang digunakan oleh orangtuanya, semua anak di dunia belajar bahasa dengan cara yang sama. Normalnya, ada tiga tahap perkembangan bahasa, yakni mengenal bunyi, mengenal kata, dan membuat kalimat. Namun, setiap anak akan mengembangkan keterampilan bahasa dengan kecepatan berbeda, asal masih di rentang waktu atau milestone-nya.
Sebelum usia satu tahun, bayi sudah dapat memahami lusinan kata. Seiring bertambah usia, kosa kata bayi semakin kaya dan bisa memahami lebih dari 200 kata. Kemampuan ini terus berkembang hingga komunikasi pada toddler sudah bisa merangkai kalimat yang terdiri dari 2 kata atau lebih.
Dalam artikel ini akan dibahas seputar perkembangan bahasa anak usia dini, mulai dari fase-fasenya, faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, dan metode stimulasi bahasa.
Fase-fase Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Berikut perkembangan bahasa pada bayi mulai dari 0 bulan sampai 2 tahun:
3 bulan
- Tersenyum saat melihat Bunda atau orang yang dikenali
- Mulai berceloteh
- Tenang atau tersenyum saat diajak berbicara
- Mengenali suara Bunda
- Suara tangisan mereka berbeda untuk setiap kondisi berbeda.
6 bulan
- Membuat suara saat bermain
- Mengoceh dan membuat berbagai suara
- Mengeluarkan suara untuk menunjukkan suka dan tidak suka
- Menggerakkan mata ke arah suara
- Menanggapi perubahan nada suara
- Memperhatikan musik.
12 bulan
- Mencoba meniru suara
- Mulai mengucapkan “papa”, “mama”, atau “uh-oh”
- Mengetahui nama benda seperti sepatu, bunga, baju
- Berbalik dan melihat ke arah datangnya suara.
18 bulan
- Mengetahui nama orang, benda dan bagian tubuh
- Mengikuti perintah sederhana yang diberikan dengan isyarat
- Bisa mengucapkan 10 kata.
24 bulan
- Mulai bisa membuat kalimat sederhana, misalnya susu lagi
- Menyusun satu-dua kata seperti sampai jumpa
- Mengikuti perintah sederhana dan memahami pertanyaan sederhana
- Ucapkan sekitar 50 kata atau lebih.
Baca Juga: Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Perkembangan bahasa bayi dapat dipengaruhi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi lingkungan, stimulasi berbicara dari keluarga, dan kebiasaan. Sementara faktor internal yang mempengaruhi perkembangan bahasa bayi adalah kesehatan ibu selama masa kehamilan dan genetik orangtua.
Stimulasi Bahasa pada Anak Usia Dini
Agar anak bisa berbicara, perlu stimulasi atau latihan dari orang tua. Ada beberapa stimulasi bahasa yang bisa Bunda lakukan di rumah untuk melatih kemampuannya.
1. Perhatikan bayi
Perhatikan dan tanggapi gerakan bayi yang merupakan upaya awal non-verbal dalam proses mempelajari bahasa. Bayi Bunda mungkin akan mengangkat kedua lengan untuk meminta digendong atau menyodorkan mainan untuk mengajak bermain. Si Buah Hati mungkin juga mendorong piring atau menutup mulut untuk mengatakan mereka sudah kenyang. Saat bayi melakukan gerakan-gerakan kecil tersebut, tersenyumlah dan lakukan kontak mata, kemudian tanggapi permintaan bayi tersebut.
2. Beri pujian
Tersenyumlah dan beri tepuk tangan bahkan pada upaya terkecil atau paling membingungkan dalam pembicaraan bayi. Bayi mempelajari bahasa melalui reaksi orang dewasa di sekitarnya.
3. Baby talk
Bayi senang mendengar suara orang tuanya. Dan ketika orang tua berbicara dengan mereka, hal itu membantu perkembangan bicara. Semakin sering Bunda melakukan "baby talk" dengannya, dengan menggunakan kata-kata yang pendek, sederhana namun benar, semakin banyak kata yang akan coba diucapkan Si Buah Hati.
4. Menjelaskan
Bicarakan tentang apa yang Bunda lakukan saat memandikan, berpakaian, memberi makan, dan mengganti pakaiannya. Penjelasan setiap kegiatan ini akan membantu bayi menghubungkan objek dan aktivitas yang sedang mereka lakukan.
5. Ulangi
Meski Bunda belum memahami apa yang ingin disampaikan Si Buah Hati, teruslah berusaha memahami. Ulangi dengan lembut apa yang menurut Bunda dikatakan, dan tanyakan apakah itu benar. Terus berikan perhatian penuh kasih sayang sehingga bayi Bunda merasa dihargai karena mencoba berbicara.
6. Bermain dan membaca buku
Dorong anak untuk bermain, berpura-pura, berimajinasi, dan membaca buku untuk mengembangkan keterampilan verbal saat ia menginjak usia balita.
Metode dan Teknik yang Efektif dalam Stimulasi Bahasa
Cara alami seseorang memperoleh bahasa adalah dengan mengucapkannya. Dengan belajar mengucapkan suatu kata, bahasa tumbuh secara organik dalam pikiran si Buah Hati. Ini artinya, membuat anak mengucapkan suatu kata adalah cara paling efektif untuk menstimulasi bahasanya.
Untuk membuat anak mengucapkan suatu kata, penelitian menunjukkan empat metode paling efektif yang bisa Bunda lakukan di rumah untuk mendukung perkembangan bahasa anak adalah mengadakan alat peraga di rumah (bisa berupa gambar yang dicetak, benda sehari-hari, maupun mainan), sering mengajak bicara anak, mendongeng atau bercerita, dan membacakan Si Buah Hati buku setiap hari.
Mudahnya, Bunda bisa menstimulasi kemampuan bahasa dari sejak anak baru lahir. Katakan apa yang sedang terjadi, apa yang sedang Bunda lakukan, dan sebutkan nama benda-benda yang ditemui oleh anak. Kemudian buku cerita adalah cara yang baik untuk meningkatkan kosakata anak. Saat membaca buku, tunjuk gambar dan sebut nama benda yang ditunjuk tersebut agar anak lebih paham.
Itulah tahapan perkembangan bahasa anak usia dini dan cara stimulasinya. Perkembangan bicara dan bahasa sebaiknya dapat dikenali Bunda sedini mungkin agar memahami kebutuhan Si Buah Hati. Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.
Jangan lupa untuk lengkapi kebutuhan gizi harian Si Buah Hati ya, Bunda!