Tips Efektif untuk Mengembangkan Kemampuan Komunikasi pada Anak
09-07-2024

Bunda bisa menjadi guru pertama untuk membantu mengembangkan kemampuan komunikasi pada anak. Yuk, simak artikel berikut untuk panduan membangun keterampilan berkomunikasi anak tercinta.
Pentingnya Komunikasi pada Anak
Komunikasi efektif penting untuk menyampaikan setiap informasi atau pesan dari satu orang ke orang lain. Ketika Si Buah Hati menguasai keterampilan ini, ada beberapa manfaat yang dapat dipetik, di antaranya:
1. Meningkatkan kemampuan berpikir
Komunikasi yang baik meningkatkan kemampuan berpikir Si Buah Hati. Keterampilan ini mengasah kemampuan berpikir kritis, menganalisis sesuatu, sekaligus memecahkan masalah. Selain itu, anak yang jago berkomunikasi cenderung punya daya ingat dan tingkat kepercayaan diri yang lebih baik.
2. Menunjang perkembangan sosial dan emosional
Komunikasi pada anak juga penting dalam menunjang perkembangan sosial dan emosional Si Buah Hati. Keterampilan ini meningkatkan interaksi sosial, menumbuhkan empati, dan kecerdasan emosional. Anak yang mampu berkomunikasi secara efektif juga potensial menjadi pemimpin dan cenderung luwes bekerja sama dengan orang lain.
3. Membantu meningkatkan prestasi akademik
Penelitian menunjukkan, komunikasi yang baik antara orangtua dan anak membantu meningkatkan prestasi akademik. Interaksi lewat komunikasi ini dapat memengaruhi konsep diri Si Buah Hati yang sifatnya positif, sehingga Si Buah Hati bisa lebih termotivasi dalam belajar.
Setelah menyimak pentingnya keterampilan ini buat bekal Si Buah Hati kelak, ada baiknya Bunda juga menyimak tahapan perkembangan komunikasi anak.
Tahap Perkembangan Komunikasi pada Anak
Setiap anak balita umumnya mengalami proses tumbuh kembang pesat, termasuk perkembangan kemampuan komunikasi dan bahasa. Si Buah Hati akan berkomunikasi sesuai tahap tumbuh kembangnya, mulai dari cuma bisa menangis sampai jago ceriwis. Berikut tahap perkembangan komunikasi pada anak yang perlu Bunda ketahui:
1. Bayi baru lahir
Menangis, mengatupkan bibir saat lapar, menguap atau meregangkan punggung saat distimulasi.
2. Bayi 2 bulan
Mendengkur, menangis saat ingin sesuatu, menoleh saat dipanggil, menguap dan mengangkat kepala ke belakang saat distimulasi.
3. Bayi 3 bulan
Mendengkur, tertawa kecil, menangis saat lapar atau tidak nyaman, dan mengeluarkan suara napas seperti mendengkur.
4. Bayi 4 bulan
Mengoceh, menirukan suara orang lain, tertawa dengan keras, menangis saat lapar atau tidak nyaman.
5. Bayi 6 bulan
Mengoceh lebih dari dua bunyi vokal seperti “ah” dan “eh”, menjerit, tertawa, menirukan suara orang lain, merespons saat namanya disebut, mulai mengucapkan bunyi konsonan seperti “b” dan “m”.
6. Bayi 9 bulan
Membuat suara “bababa” atau “dadada” atau “mamama”, mengerti kata tidak, menganggukkan kepala saat setuju, menggelengkan kepala untuk bilang tidak, menunjuk sesuatu.
7. Anak 1 tahun
Menggelengkan kepala untuk menolak sesuatu atau saat ditanya “sudah makan?”, dadah atau lambai-lambai tangan, bisa bilang “mama” atau “papa”, mencoba mengucapkan kata-kata tertentu.
8. Anak 2 tahun
Menggunakan 2 atau 3 kata bersamaan, mampu menunjuk benda atau gambar di buku saat disebutkan namanya, bisa mengikuti arahan sederhana, mengetahui nama orang sekitarnya, dan paham bagian tubuh, bisa bilang “enggak” atau “emoh” sembari menggelengkan kepala.
9. Anak 3 tahun
Bisa menyampaikan kalimat sederhana dari minimal 3 kata, bicara sudah mulai jelas, dapat mengikuti 2 sampai 3 instruksi sederhana, mulai kalimat pakai kata “aku” atau “kamu”, mengerti kata “di dalam” atau “di atas” atau “di bawah”, dapat menyebut nama depan dan usia, sering mengajukan pertanyaan “mengapa” atau “apa” atau “kapan” atau “bagaimana”, memanggil nama.
10. Anak 4 tahun
Bisa menceritakan kembali sesuatu, bisa menggunakan kata-kata dengan tepat, menyanyikan lagu sederhana, mampu menyebut nama lengkap, berkomunikasi dengan jelas pakai kalimat lengkap.
11. Anak 5 tahun
Mampu bicara dan bercerita sangat jelas dengan kalimat minimal 5 kata, bisa menerapkan kata “akan”, bisa menyebutkan nama dan tempat tinggal atau menyebut alamat. Tahapan di atas bisa bervariasi. Tapi, jika Bunda mendapati ada hambatan komunikasi pada anak, jangan sungkan untuk bertanya pada dokter yang biasanya menangani Si Buah Hati.
Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak
Tips Mengembangkan Komunikasi Verbal dan Non-verbal pada Anak
Komunikasi tak hanya melibatkan ucapan ucapan verbal atau dalam bentuk kata-kata dan nada suara. Proses ini juga membutuhkan keterampilan non-verbal, seperti ekspresi, wajah, gerak tubuh, dan bahasa tubuh untuk menyampaikan suatu emosi dan makna.
Semakin sering Bunda melakukan komunikasi dengan Si Buah Hati, semakin meningkat pula kemampuan bahasa anak dalam berkomunikasi dengan orang sekitarnya. Nah, Bunda bisa membantu mengembangkan komunikasi pada Si Buah Hati, baik secara verbal dan non-verbal lewat keseharian. Berikut beberapa kiatnya:
1. Gunakan kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan emosi
Setelah emosi, Bunda terkadang menyesal dan bilang ke anak, “Bunda minta maaf.” Hal itu kurang tepat karena mengajari Si Buah Hati minta maaf tanpa mengakui kesalahan dengan jelas. Coba bilang, “Maaf Bunda membentakmu karena jengkel rumahnya berantakan.” Teknik komunikasi pada anak ini sekaligus memberi tahu dan membantu Si Buah Hati menghadapi emosi secara positif.
2. Libatkan ekspresi wajah dan bahasa tubuh
Ekspresi wajah dan bahasa tubuh termasuk bagian komunikasi. Nah, teknik ini perlu dilatih secara bertahap. Bunda bisa memberikan contoh komunikasi pada anak lewat gestur saat minta maaf, seperti minta maaf pakai nada lembut dan tatapan mata menyesal. Sampaikan juga, meluapkan emosi mata melotot atau membanting pintu itu kurang baik. Latih Si Buah Hati agar bisa tetap tenang mengendalikan emosi.
3. Dengarkan baik-baik
Pastikan Bunda menyimak baik-baik dengan mempertahankan kontak mata dan fokus saat bicara dengan Si Buah Hati. Hindari mengobrol sembari main ponsel atau mengerjakan sesuatu di laptop. Saat mendengarkan sungguh-sungguh, komunikasi bisa lebih fokus sehingga pesan, apa yang dirasakan, dipikirkan, dikhawatirkan, arahan, atau pertanyaan dapat lebih jelas tersampaikan.
4. Ajarkan empati
Jika Bunda ingin Si Buah Hati tumbuh menjadi pribadi yang berempati, coba tunjukkan apa itu empati pada anak. Misalkan saat anak sedih, akui perasaannya.
Itu tadi bahasan terkait tips untuk mengembangkan komunikasi pada pada anak di atas. Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.
Jangan lupa Bunda untuk mencukupi kebutuhan gizi harian Si Buah Hati asupan yang bergizi seimbang, ya.