Cara Mudah Stimulasi Motorik Halus Si Buah Hati di Rumah

Published date

Pematangan fungsi otak Si Buah Hati dipengaruhi faktor genetika dan pola asuh anak. Maka, Bunda mesti memahami cara pengasuhan yang benar untuk mendukung perkembangannya. Berdasarkan hasil penelitian dokter Soedjatmiko yang berjudul Pentingnya Stimulasi Dini untuk Merangsang Perkembangan Bayi dan Balita Terutama pada Bayi Risiko Tinggi, orang tua memiliki lima peran dalam perkembangan anak. Lima peran tersebut, kemudian disingkat 5P, yaitu:

  1. Penyediaan lingkungan pembelajaran.
  2. Predictability yaitu sikap orang tua dapat diramalkan.
  3. Bermain dengan proses ping-pong. Atau dengan kata lain, permainan yang mengutamakan proses interaksi antara pemain, layaknya permainan bola ping-pong. Namun tentu Si Buah Hati belum bisa diajak bermain tenis meja, ya Bunda.
  4. Biarkan dan dorong anak secara persisten untuk tetap tertarik di dalam aktivitas.
  5. Jangan menjadi semacam "profesor" dengan selalu berbicara dan tidak memberi kesempatan kepada Si Buah Hati.

Lebih lanjut, dalam hasil penelitian yang ditayangkan di situs berisi kumpulan laporan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu, Soedjatmiko menyebutkan beberapa kegiatan yang bisa Bunda lakukan untuk menstimulasi motorik halus Si Buah Hati yang sudah berusia 1-3 tahun. Aktivitas sederhana ini bisa dilakukan di rumah. Berikut saran Soedjatimiko :

  1. Stimulasi gerak halus, koordinasi visual dan kognitif untuk Si Buah Hati yang berusia 1-1,5 tahun : mencoret-coret, menyusun kubus, balok, memasukkan dan mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya.
  2. Stimulasi gerak halus, kemandirian dan kognitif untuk Si Buah Hati yang berusia 1-1,5 tahun : dengan bermain menggunakan boneka, alat-alat rumah tangga, sendok garpu, atau belajar melepas celana dan baju.
  3. Stimulasi kemampuan gerak halus, kemandirian, dan kognitif untuk anak berumur 1,5-2 tahun :dengan berlatih mencuci tangan, menyikat gigi, memakai celana, baju, menggambar garis.
  4. Stimulasi gerak halus, kemandirian dan sosial anak yang berusia 2 tahun : dengan memakai baju sendiri, menyikat gigi, bermain kartu, menyebutkan nama teman, menggambar garis dan lingkaran, atau menggambar manusia.

Nah, kini Bunda sudah tahu cara menstimulasi motorik halus Si Buah Hati dengan cara sederhana dan bisa dilakukan di rumah. Saat menjalankan itu semua, jangan lupa untuk memberikan kehangatan, rasa cinta, dan kepedulian ya, Bunda. Sebab, hal-hal tersebut juga menjadi faktor penting dalam penerimaan serta pembelajaran Si Buah Hati agar tumbuh kembangnya menjadi optimal.

Image Article
stimulasi motorik halus
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Rangsang Belajar Menulis Si Buah Hati dengan Eksplorasi Kesenian

Published date

Pada kebanyakan sekolah dasar di Indonesia, calon siswa diharapkan sudah memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Hingga para orang tua sibuk berlomba mempersiapkan Si Buah Hati sejak dini. Bahkan beberapa tempat bimbingan belajar membuka kelas untuk murid taman kanak-kanak yang akan mendaftar masuk SD.

Dalam situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), tercantum artikel berjudul Perkembangan Literasi Anak yang menyatakan bila Bunda bisa mengajarkan membaca sejak Si Buah Hati berusia dua tahun. Caranya, Bunda kerap membacakan berbagai buku kepada Si Buah Hati. Sehingga menumbuhkan minat baca dan menambahkan perbendaharaan kata Si Buah Hati.

Sementara untuk pelajaran menulis, Bunda dapat memperkenalkannya kala Si Buah Hati berumur tiga tahun. Sebab di usia ini, Si Buah Hati sudah bisa mulai belajar menulis sekaligus melatih keterampilan motorik halus dasarnya. Untuk itu, berikan alat-alat dengan pegangan yang gemuk agar mudah dipegang Si Buah Hati, misalnya spidol, krayon, atau highlighter dengan diameter besar.

Dengan highlighter, Bunda bisa mengajak Si Buah Hati menuliskan nama panggilannya dengan huruf besar. Lalu contohkan kepadanya cara mengikuti garis dan lengkung pada tulisan tersebut menggunakan highligter. Ini akan membiasakan Si Buah Hati melihat cara menulis namanya.

Bunda dapat pula menuliskan nama Si Buah Hati dengan bentuk titik-titik. Lalu minta dia membuat garis yang menghubungkan titik-titik tersebut. Harapannya, Si Buah Hati terbiasa menghafal bentuk tulisan namanya. Supaya tidak bosan, ketika Si Buah Hati sudah makin terbiasa, coba lakukan pula dengan nama anggota keluarga lain. Nama Ayah, Bunda, kakak, adik, atau kakek-neneknya.

Selain itu, Bunda bisa mengajak Si Buah Hati menuliskan nama dengan menggunakan beragam benda ataupun mainan. Satu benda mudah digunakan dan kemungkinan besar dikenali Si Buah Hati adalah tanah lempung atau plastisin. Caranya, Bunda menuliskan nama Si Buah Hati di atas kertas besar. Kemudian, minta dia membentuk plastisin mengikuti bentuk huruf-huruf tersebut. Hal ini akan membantu Si Buah Hati menggunakan otot lengan, berupaya berkonsentrasi, serta melatih motoriknya.

Saran tambahan untuk mendorong Si Buah Hati belajar menulis adalah menggunakan medium seni. Bantu Si Buah Hati mengeksplorasi beragam warna dalam pembelajarannya. Misal, mulai dengan krayon, spidol, kapur berdiameter besar, lalu ganti dengan kapas bulat, spons, atau alat untuk membersihkan telinga yang dicelupkan ke dalam cat. Bereksplorasi dengan beragam warna, tekstur, dan medium seni lain akan merangsang keingintahuan serta kreativitas Si Buah Hati.

Image Article
Rangsang Belajar Menulis Si Kecil dengan Eksplorasi Kesenian
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tidur Cukup Bikin Tubuh Si Buah Hati Lebih Kuat

Published date

Senang rasanya melihat Si Buah Hati yang aktif bereksplorasi. Keterampilan motoriknya berkembang dengan banyak bergerak. Sementara kemampuan kognitif anak juga terasah dengan mencoba berbagai permainan edukatif. 

 

Bunda memang harus menstimulasi anak dengan berbagai kegiatan. Namun, Bunda jangan lupa untuk memperhatikan waktu istirahat setelah anak lelah bermain. Si Buah Hati butuh tidur yang cukup untuk memulihkan tubuh setelah bereksplorasi. Sehingga dia tidak akan mudah terkena penyakit.

 

Dokter Andreas Prasadja dalam buku Ayo Bangun! menjelaskan keterkaitan tidur dengan faktor daya tahan tubuh. Menurut dia, saat tidur, kadar natural killer cells dalam darah menjadi banyak. Sel ini bertugas untuk menghancurkan virus yang mungkin masuk ke dalam tubuhnya saat bermain.

 

Dokter Rini Sekartini, pada artikel berjudul Pola Tidur pada Anak yang dipublikasikan pada situs Ikatan Dokter Anak Indonesia juga mengatakan salah satu manfaat tidur yaitu memelihara sistem imun dan tumbuh kembang anak. 

 

Hubungan tidur dengan daya tahan tubuh anak juga disinggung pada penelitian Dini Safitri Zahara yang berjudul Hubungan Antara Gangguan Tidur dengan Pertumbuhan Anak. Menurut Dini, tidur yang tidak berkualitas mengganggu pengeluaran hormon pertumbuhan. 

 

Padahal fungsi hormon pertumbuhan antara lain untuk memulihkan tubuh, memperbaiki sel kulit, darah hingga saraf otak. Hormon pertumbuhan juga berfungsi membangun otot dan jaringan ikat. 

Jika anak tidak tidur lelap, akan membuat fungsi imunnya menurun, dapat menyebabkan juga obesitas karena regulasi metaboliknya terganggu.

 

Jadi, Bunda harus memastikan Si Buah Hati mendapat waktu tidur yang cukup sehingga produksi hormon pertumbuhan tidak terganggu dan sistem imun tetap terjaga dengan baik. Berikut beberapa tips agar anak bisa mendapatkan kualitas tidur yang optimal.

 

  • Pastikan Si Buah Hati tidur dengan teratur.
     
  • Kondisikan ruang dan suasana agar Si Buah Hati bisa segera tidur misalnya dengan menggendongnya, menyanyikan lagu pengantar tidur dan memutarkan musik yang lembut.
     
  • Kondisikan ruangan tetap gelap. Tujuannya adalah agar otot di seluruh tubuh dan organ-organ dalam benar-benar beristirahat. 

    Menurut Dokter Andreas Prasadja dalam buku 101 Tips untuk Ibu Baru, hormon pertumbuhan diproduksi saat tidur, terutama bila tidur pada kondisi gelap.
     
  • Jauhkan alat-alat elektronik dari kamar ketika anak sedang tidur agar dia terbebas dari gelombang elektromagnetik.

 

Selain untuk daya tahan tubuh, tidur juga berfungsi untuk perkembangan otak. Sebab, pada saat tidur, hormon pertumbuhan yang keluar akan membantu pertumbuhan sel otak yang baru. Jadi, bila waktu tidur Si Buah Hati tidak optimal, akan memengaruhi kemampuan berpikir atau kognitifnya.

 

Untuk memperkuat daya tahan tubuh Si Buah Hati, Bunda bisa melengkapi gizi anak dengan DANCOW 5+ Nutritods. Susu pertumbuhan ini diberikan agar Si Buah Hati mendapatkan nutrisi. Produk DANCOW ini mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zink, vitamin C, vitamin B6, B12, biotin, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Tidur Cukup Bikin Tubuh Si Kecil Lebih Kuat
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Berapa Usia Tepat Kenalkan Bahasa Asing untuk Si Buah Hati?

Published date

Saat Bunda melihat pesatnya perkembangan zaman yang semakin modern, barangkali sempat terpikir untuk segera mengenalkan bahasa asing kepada Si Buah Hati sebagai bahasa kedua. Namun ada pula pendapat yang menyatakan bila anak baru siap menerima bahasa kedua setelah kemampuan berbahasa ibunya telah cukup matang. Hingga Bunda pun mungkin bingung dan bertanya, kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan bahasa asing kepada anak?

Menurut penelitian Ade Irma Khairani, Pendidikan Bahasa Inggris untuk Anak Usia Dini, yang mengutip buku The Discovery of the Child karya Maria Montessori, usia 2-7 tahun adalah periode paling sensitif ketika belajar berbahasa dalam kehidupan seseorang. Karena itu, segala yang berkaitan dengan bahasa harus diperkenalkan kepada Si Buah Hati sebelum periode ini berakhir.

Meski pada masa keemasan Si Buah Hati bisa menyerap beragam bahasa baru, sebaiknya Bunda tidak terburu-buru mendaftarkannya ke lembaga pendidikan khusus atau tempat kursus bahasa asing. Karena 2 tahun juga masa bermain untuknya, belum waktunya berada dalam kelas formal. Bila dipaksakan, ia malah akan merasa tertekan dan kesulitan memahami bahasa tersebut di kemudian hari.

Yang dapat Bunda lakukan adalah menstimulasi Si Buah Hati dengan beragam permainan bahasa di rumah. Misalnya menggunakan kartu bergambar benda atau hewan dengan namanya dalam bahasa asing. Kemudian lakukanlah tebak gambar dengannya, menggunakan bahasa asing tersebut.

Bunda bisa pula mengajak Si Buah Hati bereksplorasi di halaman rumah atau berjalan-jalan keliling kompleks tempat tinggal. Sambil beraktivitas, Bunda menyebutkan beragam benda, bunga, hewan, atau warna yang ditemui, menggunakan bahasa asing. Atau mengajaknya bernyanyi lagu berbahasa asing. Dengan begitu, ia akan menyerap bahasa-bahasa baru dalam suasana bermain.

Untuk meningkatkan daya ingat Si Buah Hati akan bahasa asing yang baru dipelajarinya, Bunda perlu memastikan terpenuhinya asupan nutrisi. Yakni melalui panganan yang mengandung minyak ikan, Omega-3, dan Omega-6. Seperti yang terkandung dalam susu pertumbuhan DANCOW 1+ Nutritods. Cukup dua gelas DANCOW 1+ Nutritods, proses belajar Si Buah Hati pun lebih optimal.

DANCOW 1+ Nutritods adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus

Image Article
Usia Tepat Kenalkan Bahasa Asing kepada si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

4 Karakter Khas Bahasa dan Emosi Si Buah Hati

Published date

Semakin banyak koneksi atau sambungan yang terbentuk pada otak Si Buah Hati, semakin besar kemungkinannya untuk mencapai tingkat kecerdasan optimal. Untuk bisa membentuk koneksi-koneksi tersebut,  otak membutuhkan rangsang atau stimulasi yang tepat.

Pertumbuhan otak sangat penting bagi perkembangan fisik, kognitif, dan emosional seorang anak. Dalam buku Human Development karya Diane E. Papalia dkk,  2008 disebutkan, saat lahir,  berat otak Si Buah Hati hanya 25 persen dari berat akhirnya di periode dewasa. 

Otak orang dewasa, beratnya berkisar antara 1.300-1.400 gram. Di usia 1 tahun, 70 persen dari berat akhir tersebut  sudah tercapai, dan hampir 90 persennya tercapai di usia 3 tahun. Alhasil, pada usia 6 tahun, ukuran otak anak hampir sebesar otak orang dewasa.

Masih dari buku yang sama, Human Development, dikatakan, neuron berasal dari inti sel yang terdiri atas DA (deoxyribonucleic acid) dengan muatan program genetik sel. Seiring dengan pertumbuhan otak, sel dasar ini menumbuhkan cabang yang disebut axon dan dendrites-narrow

Akson berfungsi mengirim sinyal ke neuron lain, sedangkan dendrit menerima pesan yang masuk dari neuron lain melalui sinaps, yaitu jaringan komunikasi saraf. Pada masa awal, otak akan memproduksi neuron dan sinaps lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Yang tidak digunakan atau tidak berfungsi lantas akan mati dengan sendirinya. 

Proses kematian atau gugurnya sel yang berlebih itu dimulai sejak periode sebelum Si Buah Hati lahir dan terus berlangsung setelah kelahirannya. Tujuan dari pengguguran neuron ini sebetulnya adalah untuk membantu menciptakan sistem saraf yang efisien.  Jumlah sinaps mencapai puncak pada usia 2 tahun, dan proses pengguguran terus berlanjut hingga usia dewasa.

Untuk bisa membentuk sinaps,  otak Si Buah Hati harus aktif digunakan dengan cara memberinya rangsang atau stimulasi yang pas sesuai usia. Mengapa? Karena pertumbuhan sel otak tidaklah serentak, bagian yang berbeda dari otak tumbuh dengan pesat pada waktu yang berbeda pula.

Semakin banyak sambungan yang terbentuk di otak, semakin efisien cara kerja sistem sarafnya. Karena itu, stimulasi sangat penting bagi Si Buah Hati agar kemampuan otaknya semakin berkembang dan mencapai tingkat kecerdasan optimal sesuai potensi genetiknya.

Menurut psikolog perkembangan anak, Gisella Tani Pratiwi, MPsi, Psi, perkembangan otak yang optimal ini sangat berkaitan dengan tercapainya tonggak-tonggak perkembangan atau milestones. Perlu diketahui, perkembangan anak sejatinya mencakup kemampuan sensori (indrawi), motorik (kontrol gerak), sosial-emosi dan kognisi (mental). 

“Tanpa stimulasi, sambungan-sambungan antarsel saraf pusat atau otak tidak akan terbentuk, bahkan mengalami penyusutan. Dengan kata lain, peningkatan intelegensi dan pencapaian tonggak-tonggak perkembangan akan sangat terhambat,” ujarnya.  

“Jika tonggak-tonggak itu tidak tercapai, potensi anak tidak akan tergali dan terkembangkan secara optimal. Bahkan jika stimulasi benar-benar minim karena berbagai alasan, anak bisa memiliki tingkat intelegensi yang rendah. 

“Akibatnya, Si Buah Hati kurang memiliki kemampuan memecahkan masalah dan berpikir logis. Ia juga akan kurang mampu berkomunikasi dengan baik karena kemampuan verbalnya rendah. Kondisi ini bisa mengganggu proses belajar serta kemampuan bersosialisasinya,” tambah Gisella.

Tonggak Perkembangan

Melihat betapa pentingnya stimulasi, Bunda perlu mengusahakan untuk rajin memberikannya sesuai usia Si Buah Hati. Kesesuaian usia sangatlah penting mengingat setiap tahapannya menampilkan ciri perkembangan berbeda. 

Pada tahapan usia toddler dan prasekolah yang merupakan periode emas perkembangan manusia, menurut Elizabeth B. Hurlock dalam buku Psychology Development, 2002, akan muncul beberapa karakter khas dari kemampuan bahasa dan sosial-emosi yang harus diasah, yaitu:

1. Berkembangnya Konsep Diri

Secara perlahan pemahamannya tentang kehidupan berkembang. Saat ini anak mulai menyadari akan diri dan identitasnya. Karena itulah dia ingin keberadaannya diakui, ingin mencoba segalanya, merasa dirinya bisa melakukan apa saja, namun di sisi lain masih ingin disayang-sayang dan dibantu oleh orang tuanya.

Perkembangan konsep diri berawal dari pengenalan identitas pribadi, yaitu nama, jenis kelamin, usia, ditambah penerimaan lingkungan terhadap dirinya terutama kualitas hubungan dengan orang-orang terdekatnya. 

Di sini, anak bisa menerima dirinya dan memahami bahwa ia memiliki kemampuan untuk dapat melakukan banyak hal jika ia merasa diterima dan dipahami oleh lingkungan. 

Sebab itulah, peran orang tua sangat besar, terutama dalam memberikan stimulasi dan menyediakan lingkungan yang kondusif agar anak dapat mengembangkan konsep diri yang positif.

2. Egosentris 

Si Buah Hati berpikir bahwa segala yang ada dan tersedia adalah untuk dirinya, Semuanya ada untuk memenuhi kebutuhannya. Kuatnya egosentrisme memengaruhi perilaku anak dalam bersosialisasi. 

Ia enggan untuk meminjamkan mainannya kepada teman, juga menolak mengembalikan mainan yang dipinjamnya dari teman. Akibatnya sering muncul konflik saat anak berada di area bermain bersama anak-anak lain. 

Uniknya, pada saat mengalami konflik anak belum bisa menyelesaikannya secara efektif, ia cenderung menghindar dan menyalahkan orang lain, atau bahkan melawan.

Pada usia ini, anak memang belum mampu melihat beberapa perspektif dalam menyelesaikan persoalan. Mereka hanya bisa memahami dari sisi dirinya sendiri. Tapi harus diingat, egosentrisme ini adalah salah satu tanda perkembangan. Jadi, pada setiap anak kemampuan ini harus muncul.

Sikap orang-orang yang berada di lingkungan berperan sangat penting untuk bisa memainkan dua peran. Pertama, memahami bahwa perilaku egosentris merupakan tanda perkembangannya. 

Kedua, menstimulasi anak untuk dapat memahami sudut pandang yang lain dengan memberikan contoh nyata. Misalnya, ketika anak mendesak untuk minta dibuatkan susu sekarang juga, sementara orang tua sedang sibuk melakukan sesuatu yang tidak dapat ditunda, berikan pengertian pada anak bahwa ia dapat menunggu sampai Ayah atau Bunda selesai. Tak cukup hanya mengatakan, “Sebentar.”

3. Rasa Ingin Tahu yang Tinggi 

Meliputi berbagai hal, antara lain fenomena alam yang dilihatnya sehari-hari, seperti dari mana datangnya hujan, mengapa muncul halilintar yang suaranya menggelegar, atau mengapa ada siang ada malam. Anak pun mulai tertarik mengeksplorasi tubuhnya sendiri dan dari mana asal usul keberadaannya. 

Jangan abaikan pertanyaan anak apalagi menganggapnya cerewet. Tanggapan negatif kita akan mematikan semangatnya untuk bertanya dan mencari tahu. Jadi, tanggapilah dengan jawaban yang logis dan ilmiah sesuai pemahaman anak. 

Kalau Bunda belum bisa menjawab pertanyaan Si Buah Hati, katakan padanya untuk bersama-sama mencari jawaban di buku atau sumber lain yang terpercaya.

4. Imajinasi yang Tinggi 

Imajinasi di usia ini sangat mendominasi setiap perilaku anak, sehingga ia sulit membedakan mana khayalan dan mana kenyataan. Bahkan, kadang-kadang ia suka melebih-lebihkan ceritanya. Daya imajinasi inilah yang membuat Si Buah Hati bicara sendiri ketika memainkan mainannya atau menciptakan teman imajiner (teman khayalan).

Anak-anak yang memiliki teman imajiner umumnya memiliki kemampuan verbal yang relatif lebih tinggi dibandingkan anak sebayanya. Respons lingkungan yang positif dan stimulasi akan sangat membantu anak untuk mengembangkan imajinasi dan perilaku positif. 

Dalam hal kemampuan fisik-motorik, di usia 1 hingga 2 tahun muncul kemampuan berjalan pada Si Buah Hati yang membuat jangkauan eksplorasinya menjadi luas. Bunda perlu membiarkannya bereksplorasi sebagai upaya menstimulasi, tetapi harus tetap dengan aturan. 

Misalnya,  tak boleh menendang barang selain bola; bermain bola tidak di dalam rumah. Memasuki usia 3 hingga 5 tahun, Si Buah Hati akan semakin memiliki kemampuan yang baik pada motorik kasar serta halusnya. 

“Ia akan semakin kuat secara fisik dan memiliki energi yang banyak untuk bergerak selain didorong motivasi rasa ingin tahu dan eksplorasi hal-hal sekitar dan hal-hal baru,” tambah Gisella. 

Di usia ini motorik halus Si Buah Hati semakin terlatih. Ia sudah dapat memegang alat tulis dengan baik, sudah mulai dapat menulis dengan angka dan mewarnai dengan bidang yang besar. Jari jemarinya juga mulai menguasai untuk memegang benda kecil.

Kegemaran Si Buah Hati bereksplorasi membuat Bunda perlu mencari cara-cara kreatif agar ia tetap aman dan bebas bergerak. Pastikan Bunda bahu-membahu dengan Ayah untuk menemani Si Buah Hati. 

Ikut mendampingi anak akan membuatnya banyak belajar, karena Si Buah Hati akan banyak meniru ucapan dan tindakan orang-orang di sekitarnya. “Berikan aktivitas harian dan peraturan perilaku yang konsisten pada anak,” tambah psikolog anak yang akrab disapa Ella ini. 

Tentunya, paling efektif adalah dengan memberi contoh dan teladan di hadapan Si Buah Hati. Tambahan lagi, selalu jelaskan kepada Si Buah Hati alasan dari sebuah aturan; apa akibatnya buat dia kalau dilanggar. Dengan begitu, Si Buah Hati akan bersikap sesuai harapan tanpa jadi takut bereksplorasi.

Dukung eksplorasi Si Buah Hati dengan memberikan Susu DANCOW 1+ Nutritods. Ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Untuk anak usia prasekolah, Bunda bisa memberikan Susu DANCOW 3+ Nutritods. Ini adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

 

Image Article
Mengapa si Kecil Butuh Stimulasi?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Peran Kakek Nenek Dalam Tumbuh Kembang Si Buah Hati

Published date

Keberadaan Kakek Nenek memang tidak bisa dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan Si Buah Hati. Kakek-Nenek bisa menjadi salah satu sumber bantuan, dukungan, dan dorongan dalam merawat dan mengurus Si Buah Hati.

Masalah kasih sayang dari Kakek dan Nenek juga tidak diragukan lagi. Mereka dengan sepenuh hati akan memberikan yang terbaik bagi cucunya. Kedekatan hubungan antara cucu dengan Kakek dan Neneknya juga memiliki manfaat bagi kedua belah pihak. Bagi cucu, Kakek Nenek dapat melengkapi pemenuhan kasih sayang selain dari Bunda dan Ayahnya, yaitu untuk mendapatkan kasih sayang yang utuh dari keluarga besar dan orang-orang di sekelilingnya. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang akrab dan hangat hubungan kekeluargaannya, akan tumbuh menjadi anak yang penuh kepercayaan diri, dan hidupnya akan kaya dengan kasih sayang dan mereka biasanya juga akan menjadi orang yang pengasih.

Meski demikian, jika menyangkut urusan Si Buah Hati terkadang muncul masalah antara Kakek-Nenek di satu pihak serta Bunda dan Ayah di sisi lain. Contohnya menyangkut peraturan yang biasa diterapkan Si Buah Hati oleh Bunda dan Ayah, namun “dilanggar” oleh Kakek-Nenek karena mereka merasa punya aturan lain yang dianggap lebih baik buat Si Buah Hati. Inisiatif membuat aturan sendiri inilah yang rentan memercikkan api konflik antara Kakek-Nenek dengan orangtua Si Buah Hati.

Pola asuh yang tidak sejalan antara orangtua dan Kakek-Nenek, bisa membuat Si Buah Hati bingung harus mengikuti perkataan siapa, orangtua atau kakek-nenek yang sehari-harinya mengasuhnya.

Selain kebingungan, sikap mandiri dan disiplin juga sulit untuk terbentuk dalam diri Si Buah Hati. Tidak dapat dipungkiri, Kakek-Nenek cenderung memanjakan cucunya. Akibatnya Si Buah Hati cenderung lebih bersikap santai, kurang bisa menegakkan kedisiplinan, dan kurang mandiri. Mereka lebih suka merengek dan manja karena Kakek dan Neneknya, sehingga secara tidak sadar sikap itu jadi terbentuk dan tertanam.

Ketidakmandirian ini bisa berkembang dari hal-hal yang kecil, seperti tidak mau mandi sendiri, makan harus diambilkan atau bahkan disuapi, sampai dalam menyelesaikan masalah-masalah mereka sendiri. Ada lo, Kakek-Nenek yang malah membuatkan PR dari sekolah untuk cucunya.

Hal-hal inilah yang bisa membuat pertengkaran atau kekurangharmonisan hubungan antara anak dan orangtua. Bunda dan Ayah merasa Kakek-Nenek  tidak bisa mendukung pola asuh yang mereka terapkan pada Si Buah Hati. Sementara Kakek-Nenek menganggap Ayah Bunda adalah sosok yang “kejam” pada Si Buah Hati karena sering memaksakan kedisiplinan.

“Sebenarnya pola asuh Bunda dan Ayah serta Kakek-Nenek tidak ada yang salah. Contohnya, dalam hal keinginan untuk mendisiplinkan Si Buah Hati, Bunda dan Ayah zaman dulu dan zaman sekarang relatif sama. Namun, penerapannya bisa saja berbeda, apalagi kalau Kakek-Nenek merasa berhasil membesarkan anak-anaknya dengan pola asuh mereka dulu dan hasilnya positif. Tetapi kadang-kadang mereka tidak memperhitungkan bahwa kondisi saat ini berbeda dengan zaman dahulu. Maka jadilah timbul konflik,” ujar Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo MPsi.

Menurut Vera, konflik yang mungkin terjadi akibat perbedaan cara pandang dalam hal pengasuhan Si Buah Hati bisa diatasi dengan komunikasi dan kesepakatan seperti berikut :

  1. Membicarakan secara terbuka, sampaikan harapan terhadap Kakek-Nenek dalam merawat dan menerapkan pola asuh. Jelaskan kesepakatan Bunda dan Ayah tentang cara pengasuhan Si Buah Hati.
  2. Hargai pendapat Kakek Nenek bila mereka punya cara pandang yang berbeda. Tetapi tegaskan bahwa Bunda dan Ayah mempunyai tujuan mulia dari cara mengasuh Si Buah Hati.
  3. Ajak Kakek-Nenek untuk menambah pengetahuan tentang cara mengasuh Si Buah Hati, misalnya dengan mengajaknya mengikuti seminar perawatan dan pengasuhan Si Buah Hati, atau membaca majalah dan buku-buku serupa.
  4. Ajak Kakek dan Nenek berbagi peran dalam merawat dan mengasuh Si Buah Hati. Misalnya, Anda yang membuat aturan dalam merawat dan mendisiplin Si Buah Hati, sedangkan Kakek dan Nenek ikut mengawasi penerapannya.
  5. Jelaskan pada orangtua Anda bahwa perbedaan pola asuh akan menimbulkan kebingungan pada Si Buah Hati dan penerapan disiplin akan sulit berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
  6. Jalin keakraban dengan Kakek dan Nenek agar tidak terjadi perselisihan. Misalnya dengan mengajaknya makan di luar atau rekreasi bersama Si Buah Hati. Kalaupun sesekali terjadi perselisihan, hindari perselisihan secara terbuka di depan Si Buah Hati.

Bunda yuk baca juga artikel tentang interaksi Si Buah Hati dengan keluarga di artikel  "Yuk, Bangun Ikatan Emosional Si Buah Hati dengan Lingkungan Keluarga.

Image Article
Peran Kakek Nenek Dalam Tumbuh Kembang Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Kenali Bakat Si Buah Hati Untuk Membantu Mengembangkannya

Published date

Setiap anak masing-masing memiliki bakat atau talenta. Tugas orang tualah untuk menggali dan mengasah sehingga dapat berkembang maksimal serta mempengaruhi keberhasilan hidupnya kelak.

Apa itu bakat? Seorang anak dikatakan berbakat pada suatu bidang ketika kemampuannya di bidang tersebut tampak bagus sekali atau menonjol.

Menurut dr. Bernie Endyarni Medise, SpA(K), MPH, setiap anak memiliki bakat yang berbeda-beda. Misalnya ada yang berpotensi di bidang seni seperti menyanyi, bermain musik, melukis dan sebagainya. Lalu, ada juga anak yang berbakat di bidang akademis dan sebagainya.

“Namun perlu kita tahu, bakat anak bisa berubah-ubah. Boleh jadi pada suatu waktu, bakat anak yang sebenarnya adalah bidang yang sebelumnya belum ditekuni. Masalahnya, terkadang orangtua merasa tidak sabar ingin segera mengetahui bakat anak sejak usia dini. Alhasil, jangan heran bila pada usia balita, tidak sedikit anak yang diikutkan tes bakat yang sebenarnya belum perlu,” kata dokter anak di Divisi Tumbuh Kembang—Pediatri Sosial, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI–Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini.

Daripada buru-buru ikut tes bakat, Dokter Bernie menyarankan orang tua sebaiknya memperkenalkan sebanyak mungkin kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan lainnya pada anak.

“Perlu kita ingat bahwa anak sesungguhnya multitalenta. Anak tidak hanya memiliki satu bakat, akan tetapi ada potensi-potensi lain yang perlu juga dikembangkan. Nah, agar potensi talenta lain muncul, orangtua perlu mengenalkan beragam aktivitas dan kesempatan, serta kegiatan/keterampilan baru pada Si Buah Hati.”

Misalnya, ketika kita mendeteksi bahwa Si Buah Hati kemungkinan berbakat di bidang menyanyi, boleh saja diikutkan les vokal. Orangtua memang perlu memberikan stimulasi pada anak sesuai potensinya. Akan tetapi, jangan lupa bahwa ada bermacam keterampilan lain yang meski dikenalkan pada Si Buah Hati. Sebagai contoh, bidang olahraga. Mungkin Si Buah Hati berbakat di bidang ini seperti bermain sepak bola, basket, bulu tangkis dan sebagainya.

Selain saran di atas, Dokter Bernie juga menyarankan orang tua melakukan hal-hal di bawah ini agar bakat Si Buah Hati terus terasah;

Ketersediaan waktu menjadi salah satu kunci sukses mengembangkan bakat anak. 

Untuk itu, Bunda dan Ayah perlu terlibat secara langsung dengan Si Buah Hati. “Orangtua beserta anak harus secara bersama-sama mengeksplorasi apa yang dimiliki anak. Bantu Si Buah Hati mengenali berbagai minat dan bakatnya.”

Biasanya, bakat yang dimiliki Si Buah Hati tidak jauh dari yang dimiliki orangtua, tetapi kadang-kadang Si Buah Hati juga memiliki bakat lain yang berbeda dari orangtuanya.

Dorong rasa percaya diri Si Buah Hati mengenal bakat yang ia punya dengan cara tidak membandingkannya  dengan anak lain. 

“Sering kali Bunda dan Ayah merasa ‘iri’ karena anak tidak seperti anak lain yang dengan mudah menemukan bakatnya. Setiap anak punya perlakuan dan pola asuh yang berbeda,” ujar dokter Bernie.

Ketika Si Buah Hati terlihat enggan atau malas mendatangi kursus/tempat latihannya, Bunda tidak perlu marah. 

Teruslah untuk memberikan dukungan positif padanya karena bisa jadi Si Buah Hati tidak bosan, hanya saja butuh dukungan.

Hindari overstimulasi. 

Memang, ada beberapa anak yang sejak kecil sudah menunjukkan bakatnya. Bahkan beberapa balita sudah mendapat apresiasi/penghargaan saat menunjukkan bakatnya tersebut.

Bangga? Tentu saja. Namun demikian, dokter Bernie mengatakan, di usia anak-anak, Si Buah Hati hendaknya jangan terlalu difokuskan pada satu bidang. Bila ini yang diterapkan, bisa saja anak mengalami kelelahan. Selain bakatnya tak optimal karena terkesan dipaksa, bakat-bakat yang lainnya justru tidak akan muncul atau berkembang. Padahal, setiap anak bisa memiliki berbagai kecerdasan atau yang dikenal dengan multiple intelligence.  Nah, bila Si Buah Hati mengalami overstimulasi yang hanya difokuskan pada bidang tertentu,  selain dirinya menjadi stres karena merasa terbebani, boleh jadi bakatnya malah tidak akan berkembang optimal.

Dokter Bernie percaya, mengasah bakat anak sejak dini tidak hanya membuatnya belajar mengenali diri sendiri. “Ada manfaat lain, yaitu bila Si Buah Hati terasah bakatnya sejak dini, di usia sekolah, ia akan dengan mudah menerima ilmu baru di sekolah sehingga juga akan berpengaruh terhadap kemampuan akademiknya.”

Bunda yuk baca juga artikel bakat Si Buah Hati di artikel "Kenali Bakat Si Kecil Untuk Membantu Mengembangkannya"

Image Article
Kenali Bakat Si Kecil Untuk Membantu Mengembangkannya
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Kebiasaan Bercerita Menstimulasi Kemampuan Mengingat Si Buah Hati

Published date

Kebiasaan bercerita bisa dimulai sejak dini. Ayah dan Bunda bisa memulainya dengan membiasakan membacakan cerita bagi Si Buah Hati, selalu menceritakan kejadian yang baru saja dialami, dan meminta Si Buah Hati selalu menceritakan kembali apa yang dilihat atau dialaminya. 

Hal ini akan menjadi stimulus untuk meningkatkan kemampuan ingatannya. Pada usia 2-5 tahun, Si Buah Hati pun sudah mulai bisa mengungkapkan sebuah cerita.

Menurut RUA Zainal Fanani, dalam buku, Memahami Berbagai Aspek Bercerita, mendongeng adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa manusia , terutama anak-anak. 

"Mereka tak hanya memperoleh kesenangan atau hiburan saja, tetapi mendapatkan pendidikan yang jauh lebih luas. Bahkan tidak berlebihan bila dikatakan bahwa cerita ternyata menyentuh berbagai aspek pembentukan kepribadian anak-anak," tulis Zainal.

Pada usia prasekolah, Si Buah Hati cenderung mengingat peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi sebelumnya. Ketika mereka mengkonstruksikan secara narasi tentang apa yang terjadi, maka di sinilah proses membangun ingatan autobiografi dimulai.

Di rentang usia ini, Si Buah Hati akan mengingat konsep-konsep abstrak seperti warna, bagaimana berhitung, dan belajar alfabet. Mereka menyimpan informasi yang didapatkan pada ingatan jangka pendeknya dan akan berusaha untuk memunculkannya kembali saat membutuhkan informasi tersebut.

Membantu anak tentang cara menceritakan sesuatu akan meningkatkan pengembangan ingatannya. Lalu, bagaimana cara menstimulasi Si Buah Hati agar senang bercerita?

Bunda bisa memancing Si Buah Hati untuk mengelaborasi pengalamannya. Tak perlu hal-hal yang besar, bisa dimulai dari hal kecil. Misalnya bertanya tentang apa yang dimakan saat di sekolah, siapa saja teman bermain hari ini, dan sebagainya. Biarkan Si Buah Hati bercerita, jangan mengarahkan atau hanya fokus pada hal-hal yang menarik bagi Bunda. 

Untuk memulainya, Bunda juga harus membiasakan bercerita dengan Si Buah Hati sehingga ia pun akan senang melakukan hal yang sama. Bunda harus jeli ketika berkomunikasi dengan anak. Sebaiknya ajukan pertanyaan tentang aktivitas spesifik yang dilalui oleh Si Buah Hati. Dengan cara ini, ingatan Si Buah Hati akan terstimulasi, dan obrolan pun pun akan terus bergulir.

Dikutip dari buku Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya atau ditunjukkannya terhadap orang tuanya.

Beberapa cara ini bisa Bunda lakukan untuk memancing Si Buah Hati agar terbiasa untuk mengingat dan menceritakan hal yang dialaminya:

  • Tak memancingnya dengan berbagai pertanyaan saat ia baru pulang bermain. Karena mungkin mereka masih merasa lelah sehingga tak bersemangat untuk bercerita. Beri jeda waktu, ketika suasana santai, bisa bertanya dan memintanya menceritakan apa yang dialaminya hari ini.
  • Berikan perhatian penuh saat Si Buah Hati bercerita. Ketika merasa diperhatikan saat bercerita, Si Buah Hati akan senang melakukannya.
  • Hindari pertanyaan yang bersifat tertutup sehingga Si Buah Hati hanya menjawab "Ya" atau "Tidak". Berikan pertanyaan yang bisa memancingnya untuk mengelaborasi tentang sesuatu.
  • Berikan ekspresi yang bisa mengundang Si Buah Hati untuk bercerita lebih jauh. Misalnya, merespon cerita yang disampaikannya dengan ungkapan, "Oya?", "Wah, kok bisa begitu ya?", dan lain sebagainya.
  • Mengulang ucapan Si Buah Hati. Misalnya, Si Buah Hati bercerita, "Aku tadi di sekolah main ayunan". Bunda bisa mengulang cerita Si Buah Hati sehingga memancingnya untuk bercerita lebih jauh, "Kamu main ayunan?".
  • Jadi bagian dari cerita. Bunda bisa juga menceritakan tentang keseharian Bunda kepada Si Buah Hati. Dengan cara ini, Si Buah Hati akan merasa jadi bagian dari cerita sehingga ia juga mau bercerita. Libatkan juga ayah untuk melakukan hal yang sama.

Kebiasaan ini bisa dilakukan saat waktu santai keluarga. Jangan lupa untuk mengenali keseharian Si Buah Hati, sehingga menemukan waktu yang tepat untuk berbagi cerita.

Perkembangan memori Si Buah Hati juga bisa Bunda dukung dengan memberikan Susu DANCOW 3+ Nutritods. Ini adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Kebiasaan Bercerita Menstimulasi Kemampuan Mengingat Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tips Persiapkan Si Buah Hati di Usia Pra Sekolah

Published date

Tahukah Bunda, saat Si Buah Hati menginjak usia pra sekolah, ada dua jenis kesiapan yang harus kita perhatikan lho? Pertama adalah kesiapan fisik-biologis dan kedua adalah kesiapan mental-emosional . Kesiapan fisik-biologis merupakan kemampuannya dalam mendengar, melihat, bicara, bergerak dengan lincah, juga terampil sesuai usianya. Sedangkan kesiapan mental-emosional adalah keceriaannya, kemandirian, sikap interaktif, mengerti perintah, dan berperilaku baik sesuai usianya.

Kesiapan fisik-biologis dan mental-emosional ini penting untuk dipersiapkan sejak usia pra sekolah. Caranya adalah dengan mencukupi 3 (tiga) kebutuhan pokok sejak dini, yaitu: kebutuhan fisik-biologis, kasih sayang, dan stimulasi.

Bunda, kebutuhan fisik-biologis dipenuhi dengan cara memberi Si Buah Hati nutrisi yang cukup, beragam, dan seimbang yang berasal dari konsumsi makanan padat serta dilengkapi dengan susu pertumbuhan. Selain itu, diperlukan juga imunisasi,  kebersihan badan dan lingkungan tempat tinggal, pengobatan, serta bermain dan bereksplorasi aktif. Kebutuhan fisik-biologis ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan fisik Si Buah Hati lho, termasuk otak, alat penginderaan, dan alat gerak  yang kemudian juga akan berpengaruh pada berbagai kecerdasan anak.

Sementara itu, kebutuhan kasih sayang dapat dipenuhi dengan cara memberikan Si Buah Hati rasa aman dan nyaman, serta perasaan dilindungi, diperhatikan, dihargai, serta didengar pendapatnya, Bunda sebaiknya tidak banyak memakai hukuman dan kemarahan, tetapi lebih banyak memberinya contoh-contoh dengan penuh kasih sayang dan kegembiraan. Kebutuhan kasih sayang ini ternyata punya pengaruh besar lho terhadap kemandirian dan kecerdasan emosi Si Buah Hati.

Nah, kebutuhan yang terakhir adalah kebutuhan stimulasi. Kebutuhan ini dipenuhi dengan cara bermain bersama Bunda yang meliputi berbagai permainan yang bisa merangsang semua indera Si Buah Hati di usia pra sekolah, termasuk pendengaran, penglihatan, sentuhan, membau, dan mengecap. Selain itu juga merangsang gerakan motorik kasar dan halus, merangsang kemampuan berkomunikasi, serta merangsang kreativitas Si Buah Hati . Kebutuhan stimulasi bermain sejak dini ini punya pengaruh besar pada berbagai kecerdasan anak lho Bunda.

Ketiga kebutuhan pokok itu harus diberi secara bersamaan sejak janin dalam kandungan karena akan saling berpengaruh. Bila kebutuhan fisik-biologis Si Buah Hati tidak tercukupi, maka bisa menimbulkan gizinya kurang, sering sakit, yang akan menyebabkan perkembangan otaknya tidak optimal. Sedangkan, bila kebutuhan mental-emosional dan kasih sayang tidak tercukupi, maka kecerdasan emosi (juga akan rendah. Kalau stimulasi bermain dan bereksplorasi sehari-harinya kurang bervariasi, maka perkembangan kecerdasan Si Buah Hati juga akan kurang bervariasi.

Artikel ini ditulis oleh: Dr. dr. Soedjatmiko, SpA(K)., M.Si.

 

Image Article
Tips Persiapkan Si Kecil di Usia Pra-Sekolah
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Asah Kemampuan Berhitung Si Buah Hati Melalui Permainan Edukatif

Published date

Siapa bilang balita belum tahu uang? Tentunya tidak satu atau dua kali Bunda pernah membawa Si Buah Hati berbelanja bersama di swalayan. Kegiatan Bunda saat menghitung uang dan berbelanja secara perlahan membuat Si Buah Hati mengenal uang. Ini adalah waktu yang tepat bagi Bunda untuk mengasah kemampuan berhitung Si Buah Hati sejak usia dini, misalkan dari usia 5 tahun.

Anak pada usia 5 tahun sudah dapat mengenali angka 1-20. Kemampuan ini tentunya berbeda sesuai dengan kemampuan setiap anak. Pastinya kemampuan tersebut dapat lebih berkembang jika Si Buah Hati telah menguasai kosakata yang luas dan mengenal beberapa konsep seperti tambah-kurang, banyak-sedikit, besar-kecil, dan lainnya. Seperti yang dituliskan oleh Amanda Soebadi pakar tumbuh kembang anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI – RSCM.

Di usia ini, Si Buah Hati belum paham lambang bilangan secara abstrak. Kemampuan berhitung Si Buah Hati masih bersifat konkret sesuai dengan perkembangan berpikirnya. Artinya Si Buah Hati dapat berhitung melalui jumlah benda (sesuatu yang nyata) yang sering dilihat maupun digunakannya seperti peralatan makan, peralatan mandi, hingga makanan yang dikonsumsinya. Ia memahami angka 12 dari 12 biskuit.

Kemampuan konkret berhitung Si Buah Hati ini tentunya dapat terus dikembangkan oleh Bunda dengan kegiatan yang menyenangkan. Dengan kata lain anak dapat belajar berhitung atau matematika melalui permainan dan eksplorasi yang lebih menarik baginya sesuai dengan dunianya.

Salah satunya dengan mengajak Si Buah Hati untuk membuat daftar belanjaan. Bunda dapat menuliskan barang kebutuhan sehari-hari keluarga seperti beras, sayuran, telur, susu, sabun, sampo, dan lain-lainnya. Kemudian Bunda minta Si Buah Hati untuk menyebutkan barang yang diinginkannya seperti biskuit, buah-buahan, es krim, dan lain sebagainya.

Bunda kemudian membantu Si Buah Hati untuk menuliskan barang keinginannya beserta dengan jumlah yang diperlukan dan harganya. Misalkan 2 kotak biskuit yang harganya Rp 10 ribu. Setelahnya, ajak Si Buah Hati untuk menghitung bersama jumlah barang yang hendak dibeli. Kemudian Bunda dapat mengenalkan uang yang dimiliki Bunda untuk berbelanja.

Awalnya Si Buah Hati hanya berhitung, perlahan sesuai tumbuh kembangnya, Si Buah Hati dapat dilatih mengurangi atau menambah. Begitu pula dengan penjumlahan dan pengurangan total uang Bunda yang kemungkinan masih belum bisa dilakukan oleh Si Buah Hati. Bunda cukup menyebutkan nominal uang yang dimiliki dan nominal total biaya belanja.

Jika Si Buah Hati masih kesulitan untuk menghitung jumlah barang belanjaan dan total uang yang harus dikeluarkan, maka Bunda dapat menghitungnya secara perlahan. Kemampuan anak untuk meniru dapat melatih kemampuan berhitungnya segera terasah.

Image Article
Asah Kemampuan Berhitung Si Kecil Melalui Permainan Edukatif
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off