4 Karakter Khas Bahasa dan Emosi Si Buah Hati
14-11-2020
Semakin banyak koneksi atau sambungan yang terbentuk pada otak Si Buah Hati, semakin besar kemungkinannya untuk mencapai tingkat kecerdasan optimal. Untuk bisa membentuk koneksi-koneksi tersebut, otak membutuhkan rangsang atau stimulasi yang tepat.
Pertumbuhan otak sangat penting bagi perkembangan fisik, kognitif, dan emosional seorang anak. Dalam buku Human Development karya Diane E. Papalia dkk, 2008 disebutkan, saat lahir, berat otak Si Buah Hati hanya 25 persen dari berat akhirnya di periode dewasa.
Otak orang dewasa, beratnya berkisar antara 1.300-1.400 gram. Di usia 1 tahun, 70 persen dari berat akhir tersebut sudah tercapai, dan hampir 90 persennya tercapai di usia 3 tahun. Alhasil, pada usia 6 tahun, ukuran otak anak hampir sebesar otak orang dewasa.
Masih dari buku yang sama, Human Development, dikatakan, neuron berasal dari inti sel yang terdiri atas DA (deoxyribonucleic acid) dengan muatan program genetik sel. Seiring dengan pertumbuhan otak, sel dasar ini menumbuhkan cabang yang disebut axon dan dendrites-narrow.
Akson berfungsi mengirim sinyal ke neuron lain, sedangkan dendrit menerima pesan yang masuk dari neuron lain melalui sinaps, yaitu jaringan komunikasi saraf. Pada masa awal, otak akan memproduksi neuron dan sinaps lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Yang tidak digunakan atau tidak berfungsi lantas akan mati dengan sendirinya.
Proses kematian atau gugurnya sel yang berlebih itu dimulai sejak periode sebelum Si Buah Hati lahir dan terus berlangsung setelah kelahirannya. Tujuan dari pengguguran neuron ini sebetulnya adalah untuk membantu menciptakan sistem saraf yang efisien. Jumlah sinaps mencapai puncak pada usia 2 tahun, dan proses pengguguran terus berlanjut hingga usia dewasa.
Untuk bisa membentuk sinaps, otak Si Buah Hati harus aktif digunakan dengan cara memberinya rangsang atau stimulasi yang pas sesuai usia. Mengapa? Karena pertumbuhan sel otak tidaklah serentak, bagian yang berbeda dari otak tumbuh dengan pesat pada waktu yang berbeda pula.
Semakin banyak sambungan yang terbentuk di otak, semakin efisien cara kerja sistem sarafnya. Karena itu, stimulasi sangat penting bagi Si Buah Hati agar kemampuan otaknya semakin berkembang dan mencapai tingkat kecerdasan optimal sesuai potensi genetiknya.
Menurut psikolog perkembangan anak, Gisella Tani Pratiwi, MPsi, Psi, perkembangan otak yang optimal ini sangat berkaitan dengan tercapainya tonggak-tonggak perkembangan atau milestones. Perlu diketahui, perkembangan anak sejatinya mencakup kemampuan sensori (indrawi), motorik (kontrol gerak), sosial-emosi dan kognisi (mental).
“Tanpa stimulasi, sambungan-sambungan antarsel saraf pusat atau otak tidak akan terbentuk, bahkan mengalami penyusutan. Dengan kata lain, peningkatan intelegensi dan pencapaian tonggak-tonggak perkembangan akan sangat terhambat,” ujarnya.
“Jika tonggak-tonggak itu tidak tercapai, potensi anak tidak akan tergali dan terkembangkan secara optimal. Bahkan jika stimulasi benar-benar minim karena berbagai alasan, anak bisa memiliki tingkat intelegensi yang rendah.
“Akibatnya, Si Buah Hati kurang memiliki kemampuan memecahkan masalah dan berpikir logis. Ia juga akan kurang mampu berkomunikasi dengan baik karena kemampuan verbalnya rendah. Kondisi ini bisa mengganggu proses belajar serta kemampuan bersosialisasinya,” tambah Gisella.
Tonggak Perkembangan
Melihat betapa pentingnya stimulasi, Bunda perlu mengusahakan untuk rajin memberikannya sesuai usia Si Buah Hati. Kesesuaian usia sangatlah penting mengingat setiap tahapannya menampilkan ciri perkembangan berbeda.
Pada tahapan usia toddler dan prasekolah yang merupakan periode emas perkembangan manusia, menurut Elizabeth B. Hurlock dalam buku Psychology Development, 2002, akan muncul beberapa karakter khas dari kemampuan bahasa dan sosial-emosi yang harus diasah, yaitu:
1. Berkembangnya Konsep Diri
Secara perlahan pemahamannya tentang kehidupan berkembang. Saat ini anak mulai menyadari akan diri dan identitasnya. Karena itulah dia ingin keberadaannya diakui, ingin mencoba segalanya, merasa dirinya bisa melakukan apa saja, namun di sisi lain masih ingin disayang-sayang dan dibantu oleh orang tuanya.
Perkembangan konsep diri berawal dari pengenalan identitas pribadi, yaitu nama, jenis kelamin, usia, ditambah penerimaan lingkungan terhadap dirinya terutama kualitas hubungan dengan orang-orang terdekatnya.
Di sini, anak bisa menerima dirinya dan memahami bahwa ia memiliki kemampuan untuk dapat melakukan banyak hal jika ia merasa diterima dan dipahami oleh lingkungan.
Sebab itulah, peran orang tua sangat besar, terutama dalam memberikan stimulasi dan menyediakan lingkungan yang kondusif agar anak dapat mengembangkan konsep diri yang positif.
2. Egosentris
Si Buah Hati berpikir bahwa segala yang ada dan tersedia adalah untuk dirinya, Semuanya ada untuk memenuhi kebutuhannya. Kuatnya egosentrisme memengaruhi perilaku anak dalam bersosialisasi.
Ia enggan untuk meminjamkan mainannya kepada teman, juga menolak mengembalikan mainan yang dipinjamnya dari teman. Akibatnya sering muncul konflik saat anak berada di area bermain bersama anak-anak lain.
Uniknya, pada saat mengalami konflik anak belum bisa menyelesaikannya secara efektif, ia cenderung menghindar dan menyalahkan orang lain, atau bahkan melawan.
Pada usia ini, anak memang belum mampu melihat beberapa perspektif dalam menyelesaikan persoalan. Mereka hanya bisa memahami dari sisi dirinya sendiri. Tapi harus diingat, egosentrisme ini adalah salah satu tanda perkembangan. Jadi, pada setiap anak kemampuan ini harus muncul.
Sikap orang-orang yang berada di lingkungan berperan sangat penting untuk bisa memainkan dua peran. Pertama, memahami bahwa perilaku egosentris merupakan tanda perkembangannya.
Kedua, menstimulasi anak untuk dapat memahami sudut pandang yang lain dengan memberikan contoh nyata. Misalnya, ketika anak mendesak untuk minta dibuatkan susu sekarang juga, sementara orang tua sedang sibuk melakukan sesuatu yang tidak dapat ditunda, berikan pengertian pada anak bahwa ia dapat menunggu sampai Ayah atau Bunda selesai. Tak cukup hanya mengatakan, “Sebentar.”
3. Rasa Ingin Tahu yang Tinggi
Meliputi berbagai hal, antara lain fenomena alam yang dilihatnya sehari-hari, seperti dari mana datangnya hujan, mengapa muncul halilintar yang suaranya menggelegar, atau mengapa ada siang ada malam. Anak pun mulai tertarik mengeksplorasi tubuhnya sendiri dan dari mana asal usul keberadaannya.
Jangan abaikan pertanyaan anak apalagi menganggapnya cerewet. Tanggapan negatif kita akan mematikan semangatnya untuk bertanya dan mencari tahu. Jadi, tanggapilah dengan jawaban yang logis dan ilmiah sesuai pemahaman anak.
Kalau Bunda belum bisa menjawab pertanyaan Si Buah Hati, katakan padanya untuk bersama-sama mencari jawaban di buku atau sumber lain yang terpercaya.
4. Imajinasi yang Tinggi
Imajinasi di usia ini sangat mendominasi setiap perilaku anak, sehingga ia sulit membedakan mana khayalan dan mana kenyataan. Bahkan, kadang-kadang ia suka melebih-lebihkan ceritanya. Daya imajinasi inilah yang membuat Si Buah Hati bicara sendiri ketika memainkan mainannya atau menciptakan teman imajiner (teman khayalan).
Anak-anak yang memiliki teman imajiner umumnya memiliki kemampuan verbal yang relatif lebih tinggi dibandingkan anak sebayanya. Respons lingkungan yang positif dan stimulasi akan sangat membantu anak untuk mengembangkan imajinasi dan perilaku positif.
Dalam hal kemampuan fisik-motorik, di usia 1 hingga 2 tahun muncul kemampuan berjalan pada Si Buah Hati yang membuat jangkauan eksplorasinya menjadi luas. Bunda perlu membiarkannya bereksplorasi sebagai upaya menstimulasi, tetapi harus tetap dengan aturan.
Misalnya, tak boleh menendang barang selain bola; bermain bola tidak di dalam rumah. Memasuki usia 3 hingga 5 tahun, Si Buah Hati akan semakin memiliki kemampuan yang baik pada motorik kasar serta halusnya.
“Ia akan semakin kuat secara fisik dan memiliki energi yang banyak untuk bergerak selain didorong motivasi rasa ingin tahu dan eksplorasi hal-hal sekitar dan hal-hal baru,” tambah Gisella.
Di usia ini motorik halus Si Buah Hati semakin terlatih. Ia sudah dapat memegang alat tulis dengan baik, sudah mulai dapat menulis dengan angka dan mewarnai dengan bidang yang besar. Jari jemarinya juga mulai menguasai untuk memegang benda kecil.
Kegemaran Si Buah Hati bereksplorasi membuat Bunda perlu mencari cara-cara kreatif agar ia tetap aman dan bebas bergerak. Pastikan Bunda bahu-membahu dengan Ayah untuk menemani Si Buah Hati.
Ikut mendampingi anak akan membuatnya banyak belajar, karena Si Buah Hati akan banyak meniru ucapan dan tindakan orang-orang di sekitarnya. “Berikan aktivitas harian dan peraturan perilaku yang konsisten pada anak,” tambah psikolog anak yang akrab disapa Ella ini.
Tentunya, paling efektif adalah dengan memberi contoh dan teladan di hadapan Si Buah Hati. Tambahan lagi, selalu jelaskan kepada Si Buah Hati alasan dari sebuah aturan; apa akibatnya buat dia kalau dilanggar. Dengan begitu, Si Buah Hati akan bersikap sesuai harapan tanpa jadi takut bereksplorasi.
Dukung eksplorasi Si Buah Hati dengan memberikan Susu DANCOW 1+ Nutritods. Ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.
Untuk anak usia prasekolah, Bunda bisa memberikan Susu DANCOW 3+ Nutritods. Ini adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.
Disclaimer
Madu penting untuk perkembangan indra perasa Si Buah Hati. Namun, sebaiknya madu tidak diberikan kepada Si Buah Hati yang berusia di bawah 12 bulan, kecuali telah diproses dengan tekanan dan suhu tinggi untuk membunuh kandungan bakteri penyebab botulisme di dalamnya.
Penggunaan madu pada setiap produk DANCOW telah diproses dan diuji agar aman dikonsumsi oleh Si Buah Hati.