Peran Kakek Nenek Dalam Tumbuh Kembang Si Buah Hati
14-11-2020
Keberadaan Kakek Nenek memang tidak bisa dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan Si Buah Hati. Kakek-Nenek bisa menjadi salah satu sumber bantuan, dukungan, dan dorongan dalam merawat dan mengurus Si Buah Hati.
Masalah kasih sayang dari Kakek dan Nenek juga tidak diragukan lagi. Mereka dengan sepenuh hati akan memberikan yang terbaik bagi cucunya. Kedekatan hubungan antara cucu dengan Kakek dan Neneknya juga memiliki manfaat bagi kedua belah pihak. Bagi cucu, Kakek Nenek dapat melengkapi pemenuhan kasih sayang selain dari Bunda dan Ayahnya, yaitu untuk mendapatkan kasih sayang yang utuh dari keluarga besar dan orang-orang di sekelilingnya. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang akrab dan hangat hubungan kekeluargaannya, akan tumbuh menjadi anak yang penuh kepercayaan diri, dan hidupnya akan kaya dengan kasih sayang dan mereka biasanya juga akan menjadi orang yang pengasih.
Meski demikian, jika menyangkut urusan Si Buah Hati terkadang muncul masalah antara Kakek-Nenek di satu pihak serta Bunda dan Ayah di sisi lain. Contohnya menyangkut peraturan yang biasa diterapkan Si Buah Hati oleh Bunda dan Ayah, namun “dilanggar” oleh Kakek-Nenek karena mereka merasa punya aturan lain yang dianggap lebih baik buat Si Buah Hati. Inisiatif membuat aturan sendiri inilah yang rentan memercikkan api konflik antara Kakek-Nenek dengan orangtua Si Buah Hati.
Pola asuh yang tidak sejalan antara orangtua dan Kakek-Nenek, bisa membuat Si Buah Hati bingung harus mengikuti perkataan siapa, orangtua atau kakek-nenek yang sehari-harinya mengasuhnya.
Selain kebingungan, sikap mandiri dan disiplin juga sulit untuk terbentuk dalam diri Si Buah Hati. Tidak dapat dipungkiri, Kakek-Nenek cenderung memanjakan cucunya. Akibatnya Si Buah Hati cenderung lebih bersikap santai, kurang bisa menegakkan kedisiplinan, dan kurang mandiri. Mereka lebih suka merengek dan manja karena Kakek dan Neneknya, sehingga secara tidak sadar sikap itu jadi terbentuk dan tertanam.
Ketidakmandirian ini bisa berkembang dari hal-hal yang kecil, seperti tidak mau mandi sendiri, makan harus diambilkan atau bahkan disuapi, sampai dalam menyelesaikan masalah-masalah mereka sendiri. Ada lo, Kakek-Nenek yang malah membuatkan PR dari sekolah untuk cucunya.
Hal-hal inilah yang bisa membuat pertengkaran atau kekurangharmonisan hubungan antara anak dan orangtua. Bunda dan Ayah merasa Kakek-Nenek tidak bisa mendukung pola asuh yang mereka terapkan pada Si Buah Hati. Sementara Kakek-Nenek menganggap Ayah Bunda adalah sosok yang “kejam” pada Si Buah Hati karena sering memaksakan kedisiplinan.
“Sebenarnya pola asuh Bunda dan Ayah serta Kakek-Nenek tidak ada yang salah. Contohnya, dalam hal keinginan untuk mendisiplinkan Si Buah Hati, Bunda dan Ayah zaman dulu dan zaman sekarang relatif sama. Namun, penerapannya bisa saja berbeda, apalagi kalau Kakek-Nenek merasa berhasil membesarkan anak-anaknya dengan pola asuh mereka dulu dan hasilnya positif. Tetapi kadang-kadang mereka tidak memperhitungkan bahwa kondisi saat ini berbeda dengan zaman dahulu. Maka jadilah timbul konflik,” ujar Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo MPsi.
Menurut Vera, konflik yang mungkin terjadi akibat perbedaan cara pandang dalam hal pengasuhan Si Buah Hati bisa diatasi dengan komunikasi dan kesepakatan seperti berikut :
- Membicarakan secara terbuka, sampaikan harapan terhadap Kakek-Nenek dalam merawat dan menerapkan pola asuh. Jelaskan kesepakatan Bunda dan Ayah tentang cara pengasuhan Si Buah Hati.
- Hargai pendapat Kakek Nenek bila mereka punya cara pandang yang berbeda. Tetapi tegaskan bahwa Bunda dan Ayah mempunyai tujuan mulia dari cara mengasuh Si Buah Hati.
- Ajak Kakek-Nenek untuk menambah pengetahuan tentang cara mengasuh Si Buah Hati, misalnya dengan mengajaknya mengikuti seminar perawatan dan pengasuhan Si Buah Hati, atau membaca majalah dan buku-buku serupa.
- Ajak Kakek dan Nenek berbagi peran dalam merawat dan mengasuh Si Buah Hati. Misalnya, Anda yang membuat aturan dalam merawat dan mendisiplin Si Buah Hati, sedangkan Kakek dan Nenek ikut mengawasi penerapannya.
- Jelaskan pada orangtua Anda bahwa perbedaan pola asuh akan menimbulkan kebingungan pada Si Buah Hati dan penerapan disiplin akan sulit berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
- Jalin keakraban dengan Kakek dan Nenek agar tidak terjadi perselisihan. Misalnya dengan mengajaknya makan di luar atau rekreasi bersama Si Buah Hati. Kalaupun sesekali terjadi perselisihan, hindari perselisihan secara terbuka di depan Si Buah Hati.
Bunda yuk baca juga artikel tentang interaksi Si Buah Hati dengan keluarga di artikel "Yuk, Bangun Ikatan Emosional Si Buah Hati dengan Lingkungan Keluarga.”