Kehamilan

Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Trimester 2 yang Perlu Diketahui

Published date

Memasuki usia kandungan 13 minggu, itu menandakan Bunda akan mulai menjalani kehamilan trimester 2. Di trimester ini, Bunda bisa sedikit lebih tenang dibandingkan trimester pertama karena rasa mual sudah banyak berkurang.

Walau demikian, Bunda tetap harus memperhatikan asupan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil trimester 2. Karena, kebutuhan gizi ibu hamil dan juga janin di dalam kandungn tentu akan semakin bertambah di trimester ini.

Apa saja kebutuhan nutrisi ibu hamil trimester 2? Dan bagaimana perkembangan janin di trimester ini?

Perkembangan Janin di Trimester 2

Kehamilan trimester 2 dihitung mulai memasuki minggu ke-13 hingga minggu ke-28.

Di periode ini, Bunda akan melihat ukuran perut mulai membesar seiring perkembangan rahim yang kian besar untuk menampung ukuran janin.

Selama trimester kedua, organ dalam dari janin akan semakin berkembang secara mengejutkan. Beberapa bagian tubuh juga akan mulai berfungsi.

Tulang janin akan semakin mengeras dan kulit menebal. Di ujung jari tangan dan kaki juga mulai tumbuh kuku.

Sistem saraf akan mulai berkembang dan sebagian indera mulai berfungsi, seperti pendengaran, serta kelopak mata yang dapat menutup dan terbuka.

Bagian dari organ otak yang mengendalikan fungsi gerak juga semakin terbentuk sempurna. Bunda juga akan dapat merasakan pergerakan janin semakin jelas. Organ pencernaan dan juga paru-paru mulai berfungsi.

Untuk ukuran janin, dapat berbeda pada masing-masing kehamilan. Namun di awal trimester 2, ukuran panjang janin umumnya sekitar 10 cm dan berat sekitar 28 gram. Selanjutnya di akhir trimester 2, ukuran panjang janin sekitar 35 cm dan berat antara 1-2 kg.

Selain perkembangan pada janin, perubahan juga turut terjadi pada tubuh ibu hamil. Selama trimester 2, tubuh Bunda akan mengalami perubahan di  antaranya perut dan payudara yang semakin besar, kontraksi di perut, bercak gelap di kulit, gusi menjadi sensitif, hidung mudah mimisan, kram kaki, keputihan, hingga nyeri saat kencing.

Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Trimester 2

Selama masa kehamilan, jenis gizi penting yang dibutuhkan ibu hamil pada dasarnya tidak berbeda antara trimester pertama maupun kedua. Namun ada beberapa nutrisi yang lebih penting dan perlu perhatian khusus.

Seiring masa kehamilan, kebutuhan nutrisi ibu hamil trimester 2 juga terus bertambah. Ini untuk mendukung pertumbuhan janin di dalam kandungan. Berikut ini macam macam nutrisi ibu hamil trimester 2 yang penting dan perlu diperhatikan:

1. Folat

Merupakan jenis vitamin B yang penting untuk perkembangan otak dan sumsum tulang belakang. Nutrisi ini bisa didapatkan dari sayuran berdaun gelap, kacang polong, dan juga lentil. Bisa juga dari suplemen atau makanan fortifikasi yang diperkaya bentuk sintetis dari folat yang disebut asam folat. Selama masa kehamilan, kebutuhan ibu hamil akan folat sekitar 600 mikrogram per hari.

2. Kalsium

Mineral kalsium dibutuhkan ibu hamil untuk membentuk tulang dan gigi janin, serta memperkuat tulang ibu hamil selama masa kehamilan. Kalsium juga berperan dalam membantu fungsi sistem peredaran darah, otot, hingga saraf. Kebutuhan kalsium harian ibu hamil mencapai 1400 miligram per hari yang bisa diperoleh dari produk olahan susu, brokoli, bayam, maupun makanan yang difortifikasi.

3. Vitamin D

Di mana ada kebutuhan kalsium tinggi, maka di situlah perlu tambahan vitamin D, karena vitamin ini berfungsi membantu memaksimalkan penyerapan kalsium di dalam tubuh. Kebutuhan vitamin D harian ibu hamil sekitar 600 UI (unit internasional) dan bisa diperoleh dari ikan berlemak seperti salmon, juga dari susu fortifikasi.

4. Protein

Nutrisi makro ini dibutuhkan ibu hamil untuk mendorong pertumbuhan janin di dalam kandungan. Selain itu, ibu hamil juga memerlukan protein untuk berbagai fungsi organ di dalam tubuh. Kebutuhan protein selama masa kehamilan sekitar 71 gram per hari. Makanan sumber protein tinggi di antaranya daging, ayam, ikan, dan telur. Bisa juga diperoleh dari sumber nabati seperti kedelai.

5. Zat Besi

Mineral zat besi termasuk jenis gizi yang paling dibutuhkan ibu hamil selama masa kehamilan. Zat besi dibutuhkan untuk mencegah anemia defisiensi besi yang kerap dialami ibu hamil karena selama masa kehamilan, sel darah merah di dalam tubuh ibu hamil bertambah. Kebutuhan zat besi ibu hamil pun meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan sebelum hamil.

Zat besi berfungsi membentuk hemoglobin yang bertugas memasok oksigen melalui sel darah ke tubuh janin. Kebutuhan zat besi selama kehamilan sekitar 27 miligram per hari. Makanan sumber zat besi tinggi di antaranya, daging merah, unggas, ikan, serta sayuran hijau dan kacang-kacangan.

Baca Juga: Kenapa Ibu Hamil Susah Tidur? Simak di Sini!

Tips Penuhi Nutrisi Ibu Hamil Trimester 2

Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi ibu hamil trimester 2 yang utama adalah dari asupan makanan yang bergizi seimbang setiap hari. Selama masa kehamilan, ibu hamil juga membutuhkan tambahan kalori hingga 340 kalori per hari di trimester kedua.

Selain asupan makanan sehari-hari, ibu hamil juga bisa menambah asupan harian melalui cemilan sehat di antara waktu makan. Ini untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dan janin serta mencegah perut kosong, yang dapat memicu rasa mual.

Bunda juga bisa rutin mengonsumsi suplemen multivitamin dari dokter. Biasanya, tambahan vitamin harian bisa dimulai hingga tiga bulan sebelum kehamilan, tergantung anjuran dokter. Suplemen juga dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil yang tidak tercukupi hanya dari makanan sehari-hari.

Perlu diingat untuk selalu berkonsultasi dengan dokter kandungan terlebih dahulu sebelum Bunda memutuskan mengonsumsi suplemen.

Itulah penjelasan seputar nutrisi ibu hamil trimester 2 yang perlu diketahui. Penuhi kebutuhan gizi ibu hamil agar janin di dalam kandungan tumbuh sehat dan optimal hingga waktu persalinan.

Image Article
nutrisi ibu hamil trimester 2
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Imunisasi Ibu Hamil dan Waktu Suntik yang Tepat. Yuk, Simak!

Published date

Bunda, pernahkah mendengar tentang imunisasi ibu hamil? Imunisasi ibu hamil ternyata penting dilakukan untuk menjaga kesehatan calon ibu dan janin di dalam rahim. Meski ada beberapa efek samping setelah imunisasi, manfaatnya tetap lebih besar.

Terlebih lagi, beberapa penyakit menular dapat menyebabkan bahaya serius pada ibu dan janin. Nah, imunisasi yang diberikan pada ibu hamil dapat membantu melindungi dari berbagai penyakit yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.

Selama kehamilan, ibu yang melakukan imunisasi akan meneruskan protein pelawan infeksi yang disebut antibodi kepada bayinya. Antibodi memberikan kekebalan (perlindungan) terhadap penyakit tertentu selama beberapa bulan pertama kehidupannya. Hal ini juga membantu memberikan perlindungan penting bagi Bunda sepanjang masa kehamilan.

Apakah Imunisasi Ibu Hamil Aman Dilakukan?

Imunisasi ibu hamil sangat aman dilakukan jika vaksin yang diberikan mengandung virus yang sudah dimatikan atau tidak aktif. Jika vaksin menggunakan virus yang hidup, seperti vaksin MMR, biasanya Bunda disarankan untuk menunggu hingga bayi lahir. Hal ini karena ada potensi risiko vaksin hidup dapat menyebabkan bayi yang belum lahir terinfeksi.

Pemberian vaksin pada ibu hamil juga mempunyai efek samping. Namun efek samping ini biasanya ringan dan hilang dengan sendirinya, seperti nyeri, kemerahan, atau bengkak di tempat suntikan diberikan, nyeri otot, merasa lelah, atau demam.

Namun, ada beberapa jenis vaksin atau imunisasi yang tidak boleh diberikan selama kehamilan karena mengandung virus hidup yang dilemahkan, di antaranya vaksin flu dengan virus hidup yang dilemahkan, vaksin MMR, dan vaksin cacar air.

Vaksin untuk human papillomavirus (HPV) meski bukanlah vaksin hidup yang dilemahkan, namun tetap tidak boleh diberikan selama kehamilan.

Jenis Imunisasi untuk Ibu Hamil yang Aman

Umumnya, imunisasi yang aman untuk ibu hamil adalah yang mengandung virus yang telah dimatikan atau virus tidak aktif. Ibu hamil tidak dianjurkan untuk melakukan imunisasi dengan vaksin yang mengandung virus hidup. Imunisasi ibu hamil berapa kali tergantung vaksin apa yang ingin diberikan. Berikut beberapa jenis imunisasi untuk ibu hamil yang dianjurkan:

1. Imunisasi flu

Imunisasi flu atau vaksin influenza dianjurkan bagi orang yang sedang hamil selama pancaroba. Vaksin flu untuk ibu hamil harus dibuat dari virus yang telah dimatikan, sehingga aman bagi ibu dan janin. Untuk ibu hamil, vaksin flu membantu mencegah flu dan komplikasi serius seperti pneumonia, meningkatkan kekebalan tubuh, dan mengurangi risiko rawat inap akibat flu.

Untuk janin dalam perut, vaksin flu mencegah cacat lahir dan masalah kesehatan janin lainnya akibat demam tinggi. Selain itu, antibodi dari vaksin flu ibu hamil akan melindungi bayi selama beberapa bulan pertama setelah lahir.

2. Imunisasi Tetanus

Imunisasi tetanus pada ibu hamil juga disarankan untuk melindungi bayi. Bayi berusia 3 bulan ke bawah rentan mengalami kematian akibat infeksi pertusis karena tidak bisa menerima vaksin hingga usia dua bulan. Karena itu, Bunda dianjurkan untuk melakukan imunisasi tetanus saat masa kehamilan.

Imunisasi tetanus ibu hamil atau Tdap (rangkaian dari imunisasi tetanus, difteri, dan pertusis) membantu melindungi ibu hamil agar tidak tertular dan menularkan pertusis kepada bayinya. Imunisasi ini juga memberikan kekebalan pasif pada bayi.

3. Imunisasi Covid-19

Ibu hamil juga dianjurkan melakukan imunisasi Covid-19. Wanita hamil berisiko lebih tinggi terkena sakit parah akibat Covid-19. Vaksin COVID-19 tidak mengandung virus hidup dan tidak dapat menularkan Covid-19 kepada Bunda dan janin.

4. Imunisasi RSV

Mendapatkan vaksinasi virus pernapasan syncytial (RSV) selama kehamilan membantu melindungi janin dari penyakit RSV yang parah. Vaksin RSV untuk ibu hamil memberikan perlindungan terhadap penyakit RSV serius pada bayi penerima hingga 6 bulan setelah lahir.

Baca Juga: Kenapa Ibu Hamil Susah Tidur? Yuk, Simak di Sini!

Waktu Suntik Imunisasi Ibu Hamil yang Tepat

Imunisasi ibu hamil tidak bisa dilakukan sembarangan sehingga Bunda harus tahu imunisasi ibu hamil usia kandungan berapa bulan. Waktu yang tepat melakukan suntik imunisasi dipilih agar antibodi yang diberikan bekerja efektif.

Imunisasi flu untuk ibu hamil bisa dilakukan saat musim pancaroba yang umumnya sering terjadi infeksi flu. Biasanya, vaksin flu diberikan bulan September - Oktober untuk memastikan bumil terlindungi sebelum flu meningkat. Vaksinasi dini di bulan Juli - Agustus bisa dilakukan jika usia kandungan di trimester ketiga.

Imunisasi tetanus ibu hamil bisa diberikan saat usia kandungan antara 27 - 36 minggu untuk memaksimalkan respons antibodi ibu dan transfer antibodi pasif ke bayi. 

Nah, itulah jenis imunisasi ibu hamil yang aman dan waktu yang tepat untuk melakukan suntik imunisasi. Secara umum, imunisasi ibu hamil aman dilakukan sehingga Bunda tidak perlu khawatir. Imunisasi selama kehamilan juga membantu memberikan antibodi untuk janin hingga cukup usia untuk mendapat imunisasi sendiri.

Image Article
imunisasi ibu hamil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Apa Saja Pantangan Ibu Hamil?

Published date

Bunda yang tengah menjalani program kehamilan atau masih awam menimang momongan mungkin diliputi perasaan gembira sekaligus was-was ketika mendapati dua garis biru pada test pack. Hal itu wajar.

Sepanjang kehamilan, Bunda tentunya ingin mempersiapkan segala sesuatu yang terbaik untuk menyambut kehadiran calon Si Buah Hati. Namun dalam perjalanannya, Bunda terkadang diliputi banyak pertanyaan mengenai apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama mengandung.

Salah satu yang sering ditanyakan adalah seputar pantangan ibu hamil, termasuk makanan, aktivitas, atau mitos seputar kehamilan. Nah, untuk menambah bekal pengetahuan Bunda, yuk cari tahu mitos dan faktanya lewat artikel berikut ini.

Adakah Pantangan untuk Ibu Hamil?

Perlu Bunda ketahui, memang ada beberapa pantangan untuk para bumil agar kehamilan tetap terjaga dan calon buah hati di dalam kandungan bisa tumbuh dengan optimal. Tapi, bukan berarti Bunda tidak boleh melakukan segalanya demi berhati-hati menjaga kandungan. 

Bunda tanpa masalah kesehatan atau kehamilannya tidak berisiko, sebenarnya tetap bisa beraktivitas dengan normal, kok. Namun, Bunda disarankan tetap melakukan penyesuaian dalam hal pola makan dan minum, konsumsi obat, penggunaan skincare, aktivitas fisik, sampai gaya hidup.

Mitos dan Fakta Pantangan Ibu Hamil

Bunda mungkin pernah mendengar ibu hamil enggak boleh makan pedas, tidak boleh mandi sore, harus minum banyak air kelapa biar kulit Si Buah Hati bersih, atau jangan terlalu banyak beraktivitas?

Lantas hal apa yang sebenarnya hanya mitos dan mana yang merupakan fakta? Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan beberapa mitos dan fakta pantangan untuk ibu hamil berikut ini:

1. Ibu hamil tidak boleh makan pedas

Cabai dan makanan pedas kerap disebut sebagai pantangan makanan ibu hamil. Jangan dipercaya lagi karena hal itu cuma mitos ya, Bunda. 

Larangan makanan pedas untuk ibu hamil karena dikhawatirkan bisa menimbulkan kontraksi sama sekali tidak memiliki dasar ilmiah. 

Tapi, jika alasannya adalah agar ibu hamil tidak sakit perut, diare, atau terkena gangguan lambung, hal itu boleh jadi benar. Namun, umumnya cabai atau makanan pedas tidak masalah dikonsumsi selama tidak berlebihan.

2. Minum air kelapa saat hamil bikin kulit bayi putih

Selain soal pantangan makan cabai, ada juga petuah yang menganjurkan ibu hamil untuk banyak minum air kelapa agar kulit calon Si Buah Hati lebih bersih dan putih. Ternyata, hal itu juga mitos lho, Bunda.

Untuk diketahui, warna kulit bayi  banyak dipengaruhi faktor genetik dari orang tuanya. Jadi, bukan karena makanan atau minuman yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan.

3. Ibu hamil tidak boleh minum kopi

Ibu hamil setelah trimester pertama yang tidak punya masalah kesehatan tertentu sebenarnya juga boleh saja minum kopi, teh, atau asupan berkafein lainnya. Tapi dengan catatan, jumlahnya jangan berlebihan. 

Batas amannya maksimal secangkir atau di bawah 200 miligram kafein per hari saja ya, Bunda. 

Ibu hamil yang mengonsumsi lebih dari 300 miligram kafein sehari dapat lebih berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

4. Fakta pantangan makanan bagi ibu hamil

Untuk menjaga kesehatan diri dan janin dalam kandungan, ibu hamil perlu mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang. Contohnya, kacang-kacangan, hati, susu, ikan, ayam, telur, daging merah tanpa lemak, serta jangan lupa lengkapi dengan sayur dan buah.

Bunda yang sedang mengandung sebaiknya juga sebaiknya menghindari makanan mentah dan setengah matang, makanan kalengan, makanan instan, susu yang tidak dipasteurisasi, sayuran mentah seperti lalapan dan salad. Hal ini dikarenakan mengonsumsi produk mentah dapat meningkatkan potensi risiko kontaminasi bakteri atau parasit yang bisa membahayakan kesehatan Bunda dan janin. Oleh karena itu, penting untuk Bunda memasak makanan hingga matang terlebih dahulu, sehingga lebih aman dikonsumsi selama kehamilan

Baca Juga: Kenapa Ibu Hamil Susah Tidur? Ini Penjelasannya!

5. Ibu hamil dilarang melakukan olahraga berlebihan

Ibu hamil dalam kondisi sehat dianjurkan tetap menjaga kebugaran dengan rutin olahraga. Tapi, jenis olahraganya disarankan yang minim risiko, seperti jalan kaki dan yoga pranatal.

Hindari olahraga berlebihan dengan intensitas tinggi, serta olahraga berisiko seperti tenis, basket, naik gunung, atau angkat beban. Jika Bunda ingin melakukan olahraga berat seperti ini, tunggu sampai Si Buah Hati lahir, ya.

6. Ibu hamil jangan sembarangan pakai skincare

Pemakaian sejumlah skincare atau produk perawatan kulit saat hamil sebaiknya juga dikonsultasikan ke dokter. Pasalnya, ada beberapa bahan aktif seperti retinol, formaldehida, hidrokuinon atau merkuri yang disebut ahli bisa berdampak pada janin di dalam kandungan.

Apabila Bunda punya problem kulit atau perlu produk perawatan kulit, coba minta saran atau rekomendasi dari dokter yang menangani untuk antisipasi agar lebih aman.

7. Fakta ibu hamil jangan sembarangan minum obat

Fakta seputar pantangan ibu hamil yang perlu diperhatikan lainnya adalah minum obat dan suplemen kesehatan tanpa rekomendasi dokter.

Beberapa obat dan suplemen yang dikonsumsi saat hamil bisa menembus ke plasenta dan memengaruhi janin di dalam kandungan, lho Bunda. 

Jadi, pastikan Bunda selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi segala jenis obat dan suplemen kesehatan, ya.

Itulah penjelasan beberapa mitos maupun fakta seputar pantangan ibu hamil yang perlu Bunda ketahui. Selalu perhatikan asupan makanan minuman selama masa kehamilan dan hindari aktivitas yang berlebihan agar ibu hamil dan juga janin tetap sehat hingga tiba waktu persalinan.

Image Article
Pantangan Ibu Hamil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Apa Manfaat Zat Besi untuk Ibu Hamil? Ini Penjelasannya

Published date

Kehamilan menjadi masa penting bagi pertumbuhan janin. Karenanya, ibu hamil wajib memperhatikan kebutuhan gizinya, termasuk salah satunya kecukupan zat besi.

Ada banyak manfaat zat besi untuk ibu hamil yang juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya.

Selama masa kehamilan, Bunda wajib memastikan asupan zat besi tercukupi. Ibu hamil paling rentan mengalami kekurangan zat besi, sebab volume darah dalam tubuh saat hamil akan meningkat sebesar 30-50 persen.

Komponen darah yang bertambah saat hamil  tersebut adalah plasma darah, yang membuat kebutuhan akan zat besi turut meningkat.

Dalam hal ini, zat besi dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin, yaitu protein di sel darah merah yang berperan membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh.

Kebutuhan zat besi akan mulai meningkat saat kehamilan menginjak trimester kedua, dan terus meningkat sepanjang sisa kehamilan. Sementara bagi janin, kebutuhan zat besi juga akan terus bertambah sebanding dengan beratnya.

Lalu, apa saja sih manfaat zat besi untuk ibu hamil? Apakah zat besi juga bermanfaat untuk janin di dalam kandungan?

Berbagai Manfaat Zat Besi untuk Ibu Hamil

Ada berbagai manfaat dari zat besi bagi ibu hamil dan juga janin yang dikandungnya. Beberapa di antaranya, yaitu:

1. Mendukung pertumbuhan janin dan plasenta

Manfaat zat besi untuk ibu hamil dan janin yang pertama yakni menyuplai pertumbuhan janin dan plasenta.

Plasenta atau ari-ari bayi ini berfungsi untuk menyalurkan oksigen dan makanan ke janin, melindungi janin dari infeksi bakteri, memproduksi hormon pendukung kehamilan, dan menyalurkan antibodi dari ibu ke janin.

2. Membentuk sel dan jaringan baru

Kegunaan zat besi untuk ibu hamil juga penting dalam proses pembentukan sel dan jaringan baru, termasuk jaringan otak pada janin. Perkembangan sel-sel otak janin mulai terbentuk saat kehamilan sekitar 5 minggu.

3. Meningkatkan stamina ibu hamil

Selain itu, fungsi zat besi untuk ibu hamil bisa meningkatkan stamina sehingga tubuh tidak mudah lelah dan lemah saat beraktivitas. Selama kehamilan ibu hamil harus tetap aktif, agar tubuh bugar dan kesehatan terjaga.

4. Mencegah anemia defisiensi besi pada ibu hamil

Ibu hamil rentan mengalami anemia karena kebutuhan zat besinya meningkat. Tambahan asupan zat besi selama masa kehamilan akan membantu ibu hamil terhindar dari anemia yang dapat membahayakan janin.

Baca Juga: Tanda-tanda Melahirkan yang Perlu Ibu Ketahui

Kebutuhan Zat Besi Ibu Hamil

Selama periode kehamilan, kebutuhan zat besi pada ibu hamil sekitar 800 mg, terdiri dari 300 mg zat besi yang dibutuhkan untuk janin dan 500 gram untuk menambah masa hemoglobin maternal.

Per hari, ibu hamil membutuhkan zat besi sebanyak 27 mg. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut, ibu hamil harus memiliki pola makan sehat yang bervariasi dan kaya zat besi.

Makanan Kaya Zat Besi untuk Ibu Hamil

Guna mendukung kebutuhan zat besi yang meningkat selama masa kehamilan, ibu hamil disarankan untuk banyak mengonsumsi makanan kaya akan kandungan zat gizi tersebut. 

Beberapa jenis makanan kaya zat besi seperti telur, ayam, daging sapi, hati ayam, ikan, sayuran hijau, biji-bijian, kacang-kacangan, dan buah berwarna merah atau kuning.

Untuk meningkatkan penyerapan zat besi oleh tubuh, ibu hamil bisa mengonsumsi makanan yang memiliki kandungan vitamin C tinggi seperti jeruk, tomat, stroberi.

Sebaliknya, batasi atau hindari konsumsi makanan dan minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi. Beberapa makanan dan minuman yang menghalangi penyerapan zat besi dalam tubuh, seperti kopi, teh, susu, biji-bijian, dan produk susu.

Tips Memenuhi Kebutuhan Zat Besi Ibu Hamil

Apabila diasumsikan ibu hamil makan sebanyak tiga kali per hari, dengan perhitungan kalori sebesar 1000 - 2500 kkal, maka  diperkirakan asupan zat besi  sehari sebesar 10 - 15 mg.

Meski begitu, hanya 1 - 2 mg dari jumlah tersebut yang akan diserap oleh tubuh, sehingga dibutuhkan suplementasi zat besi untuk melengkapi peningkatan kebutuhan zat besi pada ibu hamil atau sebagaimana yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan.

Satu tablet zat besi memiliki kandungan 60 mg zat besi. Ibu hamil yang mengonsumsi satu tablet zat besi setiap harinya, diharapkan jumlah zat besi yang bisa diserap tubuh sekitar 6-8 mg.

Dalam 90 hari ibu hamil mengonsumsi suplementasi zat besi, maka terpenuhi sekitar 720 mg zat besi dari suplementasi ditambah 180 mg dari asupan harian dengan asumsi kandungan zat besi diserap maksimal.

Untuk itu, ibu hamil berdasarkan konsultasi dengan tenaga kesehatan dapat mengonsumsi satu tablet tambah darah (TTD) per hari minimal 90 hari selama masa kehamilan untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi zat besi saat kehamilan.

Ibu hamil harus memenuhi kebutuhan zat besinya, karena kekurangan zat besi pada ibu hamil bisa menyebabkan risiko yang lebih tinggi pada janin.

Ibu hamil yang kekurangan zat besi berisiko melahirkan bayi tidak cukup umur atau prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah, pendarahan saat melahirkan, dan depresi postpartum.

Kekurangan zat besi sejak bayi dalam kandungan juga menjadi salah satu resiko terhadap  kejadian stunting. Stunting adalah kondisi saat tinggi badan anak lebih pendek daripada standar usianya, akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang panjang.

Demikian ulasan mengenai manfaat zat besi untuk ibu hamil dan tips memenuhi kecukupannya. Bunda bisa berkonsultasi dengan dokter terkait kebutuhan zat besi masing-masing, karena biasanya akan ada tes pemeriksaan lebih lanjut yang direkomendasikan oleh dokter.

Image Article
Apa Manfaat Zat Besi untuk Ibu Hamil? Ini Penjelasannya!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

7 Makanan yang Mengandung Zat Besi untuk Ibu Menyusui

Published date

Bunda tentu pernah mendengar, zat besi adalah salah satu nutrisi penting untuk kesehatan, termasuk untuk ibu menyusui. Tapi, tahukah Bunda betapa pentingnya zat gizi ini?

Nah, untuk menambah bekal pengetahuan Bunda, yuk ketahui manfaatnya sampai jenis-jenis makanan yang mengandung zat besi untuk ibu menyusui. 

Dengan begitu, Bunda bisa mencukupi kebutuhan energi dengan asupan berkualitas, sekaligus mampu memberikan ASI optimal untuk menunjang tumbuh kembang Si Buah Hati. 

Apa Manfaat Zat Besi untuk Ibu Menyusui?

Perlu Bunda ketahui, zat besi adalah mineral penting yang dibutuhkan tubuh untuk memproduksi hemoglobin. Hemoglobin bertugas membawa oksigen ke dalam sel darah merah agar bisa dialirkan ke seluruh tubuh.

Kekurangan hemoglobin bisa menyebabkan anemia. Hal ini tentunya bisa mengganggu kesehatan Bunda, sekaligus Si Buah Hati yang sedang disusui.

Perlu diingat juga, Ibu menyusui termasuk kelompok yang rentan anemia, terutama saat Bunda baru melahirkan dan banyak kehilangan darah atau mengalami pendarahan. 

Selain itu, selama menyusui, Bunda juga dianjurkan mencukupi kebutuhan zat besi untuk kebutuhan diri sendiri sekaligus menunjang produksi ASI.

Apabila Bunda kekurangan zat besi, maka mineral esensial untuk memproduksi ASI ini akan diambil dari persediaan atau cadangan zat besi yang ada di tubuh Bunda.

Ada beberapa tanda-tanda anemia, di antaranya badan sering lemas, lesu, sesak napas, kulit pucat, pusing, sakit kepala, detak jantung tidak teratur, atau tangan dan kaki dingin.

Jika tidak diobati, anemia bisa menimbulkan masalah kesehatan, seperti kelelahan kronis sampai masalah jantung.

Mengingat zat besi ini ternyata fungsinya penting untuk ibu menyusui,  ketahui juga berapa kebutuhan per hari dan cara mencukupinya.

Berapa Kebutuhan Zat Besi Ibu Menyusui?

Kebutuhan zat besi untuk ibu menyusui tidak setinggi ibu hamil, tapi setara dengan para wanita pada umumnya.

Hal ini disebabkan, selama menyusui, Bunda masih menghasilkan hormon prolaktin yang dapat menghambat menstruasi. Oleh karena itu, zat besi wanita saat menyusui diasumsikan tidak hilang selama menstruasi.

Jadi, kebutuhan zat besi untuk ibu menyusui dalam kondisi sehat tanpa masalah kesehatan bisa sama dengan wanita dewasa yakni 18 miligram per hari.

Tapi, Bunda yang mengalami pendarahan atau punya riwayat anemia ada baiknya tetap berkonsultasi dengan dokter. Karena, kemungkinan perlu asupan zat besi lebih banyak dibandingkan ibu menyusui tanpa masalah kesehatan tertentu.

Tips Memenuhi Zat Besi Ibu Menyusui

Cara memenuhi kebutuhan zat besi untuk ibu menyusui sebenarnya tidak terlalu rumit. Pastikan Bunda mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang, serta memasukkan beberapa makanan yang mengandung zat besi untuk ibu menyusui.

Ada dua jenis zat besi dari sumber alami atau makanan, yakni zat besi heme yang berasal dari protein hewani, serta non-heme berasal dari makanan nabati. Tubuh manusia cenderung lebih mudah menyerap zat besi heme ketimbang non-heme.

Selain makanan mengandung zat besi, Bunda juga perlu mengonsumsi makanan kaya vitamin C yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi oleh tubuh. 

Bunda menyusui sebaiknya tidak sembarangan minum suplemen zat besi tanpa rekomendasi dokter. Pasalnya, kelebihan zat besi bisa menimbulkan masalah negatif 

Agar lebih aman, pastikan Bunda mencukupi kebutuhan zat gizi ini dari sumber alami seperti makanan.

Baca Juga: Tanda-tanda Melahirkan yang Perlu Dipahami

Jenis Makanan yang Mengandung Zat Besi untuk Ibu Menyusui

Bunda, ada beberapa jenis makanan kaya zat besi untuk ibu menyusui yang bisa dipilih untuk mencukupi kebutuhan nutrisi ini. Berikut beberapa di antaranya:

1. Hati Ayam

Hati ayam kaya gizi dan bisa menjadi alternatif makanan penambah darah untuk ibu menyusui yang sedang anemia. Satu porsi atau 100 gram hati ayam mengandung 6,5 miligram zat besi heme, atau bisa menambah 36 persen kebutuhan zat besi per hari ibu menyusui. Tak hanya zat besi, asupan ini juga tinggi protein, kaya vitamin B, tembaga, selenium, vitamin A, dan kolin.

2. Daging merah 

Segala jenis daging merah, seperti daging sapi, kambing, atau domba juga termasuk makanan tinggi zat besi untuk ibu menyusui. 

Setiap 100 gram daging merah mengandung 2,7 miligram zat besi heme. Jumlah ini dapat mencukupi 15 persen kebutuhan zat besi per hari para busui. Tak hanya zat besi, daging merah juga kaya akan protein, zinc, selenium, dan vitamin B. 

3. Ikan

Kandungan zat besi ikan bervariasi. Paling tinggi berasal dari ikan tuna, tenggiri, kembung, dan sarden. Setiap 85 gram ikan tuna mengandung 1,4 miligram zat besi, atau 8 persen kebutuhan mineral ini bagi ibu menyusui.

4. Kerang

Segala jenis kerang, termasuk tiram dan remis, merupakan makanan tinggi zat besi untuk ibu menyusui. Kandungan zat besi kerang bisa bervariasi. Sebagai gambaran, 100 gram kerang mengandung 3 miligram zat besi. Jumlah ini mencukupi 17 persen kebutuhan zat besi per hari ibu menyusui.

5. Kacang-kacangan

Beberapa jenis kacang seperti buncis, lentil, kacang polong, atau kedelai adalah makanan kaya zat besi untuk ibu menyusui, terutama yang sedang mengurangi asupan protein hewani.

Kandungan zat besinya bisa bervariasi. Tapi, yang paling banyak dari lentil. Satu porsi atau secangkir kacang ini bisa menambah 6,6 miligram zat besi, atau bisa mencukupi 37 persen kebutuhan zat besi per hari. Untuk memaksimalkan penyerapannya, Bunda bisa mengimbangi konsumsi kacang-kacangan dengan makanan tinggi vitamin C.

6. Tahu dan tempe

Tahu dan tempe adalah makanan olahan kedelai yang cukup mudah didapatkan dan harganya relatif murah. Makanan ini juga mengandung zat besi yang tinggi. Satu porsi atau 126 gram tahu dan tempe bisa menambah 3,4 milligram zat besi, atau mencukupi 19 persen kebutuhan zat besi per hari ibu menyusui.

7. Bayam

Bayam adalah sayuran yang kaya zat besi. Makan 100 gram bayam bisa menambah 2,7 miligram zat besi ke dalam tubuh ibu menyusui. Jumlah ini setara 15 persen kebutuhan zat besi per hari ibu menyusui. Perlu diingat, jenis zat besi dalam bayam adalah non-heme, yang relatif lebih sulit diserap tubuh, sehingga jangan lupa tambahkan zat besi heme yang berasal dari protein hewani.

Itulah beberapa makanan yang mengandung zat besi untuk ibu menyusui. Semoga informasi yang diberikan dapat bermanfaat bagi Bunda ya.

Image Article
7 Makanan yang Mengandung Zat Besi untuk Ibu Menyusui
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Perlengkapan Bersalin yang Perlu Bunda Siapkan

Published date

Saat hari perkiraan lahir (HPL) semakin dekat, tidak jarang Bunda dihinggapi rasa cemas dan khawatir. Namun, Bunda bisa mengikis kecemasan itu dengan melakukan persiapan matang sebelum melahirkan, termasuk menyiapkan perlengkapan bersalin.

Apa saja perlengkapan yang harus dibawa saat lahiran? Simak penjelasannya di artikel berikut ini ya, Bunda!

Pentingnya Persiapan Matang Sebelum Persalinan

Persalinan adalah proses yang panjang dan cukup melelahkan. Itulah mengapa Bunda perlu melakukan persiapan matang agar memiliki kondisi fisik dan mental yang prima saat melahirkan.

Agar lebih siap secara fisik dan mental menghadapi persalinan, Bunda bisa berolahraga untuk menjaga kebugaran, mengonsumsi makanan sehat dan bernutrisi, cukup beristirahat, serta mengikuti kelas kehamilan, kelas melahirkan, atau kelas parenting.

Selain persiapan fisik dan mental, Bunda pun perlu mempersiapkan perlengkapan bersalin yang harus dibawa ke rumah sakit. Dengan tas bersalin yang sudah lengkap dan siap dibawa ke rumah sakit sewaktu-waktu, Bunda bisa lebih tenang menyambut hari kelahiran Si Buah Hati.

Bunda kemungkinan akan menginap di rumah sakit untuk beberapa hari selama bersalin dan pascamelahirkan. Jika melewati persalinan normal, Bunda harus tinggal di rumah sakit setidaknya selama 24 jam.

Sementara itu, apabila perlu menjalani persalinan caesar, Bunda mungkin harus menginap di rumah sakit selama dua hingga empat hari atau bahkan lebih lama.

Oleh karena itu, tentu ada banyak barang dan perlengkapan yang Bunda dan Si Buah Hati butuhkan selama menginap di rumah sakit.

Agar lebih tenang menghadapi persalinan, Bunda bisa mengemas perlengkapan lahiran yang harus dibawa, setidaknya tiga pekan sebelum HPL. Dengan begitu, Bunda bisa langsung berangkat ke rumah sakit saat sewaktu-waktu mengalami kontraksi yang semakin intens atau terjadi kejadian tidak terduga lainnya.

Perlengkapan Bersalin yang Harus Disiapkan

Ada banyak perlengkapan lahiran yang harus dibawa saat akan bersalin, mulai dari pakaian ganti dan barang-barang kebutuhan Bunda hingga peralatan bayi. Berikut ini beberapa perlengkapan yang mungkin akan diperlukan saat tiba waktu persalinan:

1. Baju ganti

Lantaran akan menginap di rumah sakit selama beberapa hari, Bunda tentu memerlukan beberapa baju ganti yang nyaman. Bunda bisa membawa dua atau tiga baju ganti.

Pilihlah pakaian longgar, seperti baju tidur atau daster, yang nyaman dikenakan saat proses persalinan maupun menyusui. Bawa juga satu stel baju yang akan dikenakan saat pulang dari rumah sakit ya, Bunda.

2. Pakaian dalam dan pembalut

Bunda bisa membawa lima hingga enam pasang pakaian dalam untuk dipakai pasca melahirkan. Selain itu, bawa juga bra menyusui dengan bahan katun lembut agar lebih nyaman dipakai.

Bila perlu, Bunda juga dapat membawa breast pads atau bantalan payudara untuk mencegah air susu ibu (ASI) merembes ke baju. Jangan lupa juga bawa dua paket pembalut ekstra besar atau pembalut nifas.

3. Peralatan mandi dan kosmetik

Siapkan tas kecil atau pouch berisi peralatan mandi, seperti sabun, sampo, kondisioner, sikat gigi, pasta gigi, dan sabun muka. Bunda juga bisa membawa beberapa kosmetik dan skincare, seperti pelembab wajah, body lotion, lipstik, dan bedak, agar bisa tampil lebih segar pascabersalin.

4. Handuk

Bawa serta handuk bersih untuk Bunda dan Si Buah Hati dalam tas bersalin berisi perlengkapan melahirkan yang harus dibawa.

5. Buku atau pemutar musik

Bunda juga bisa membawa barang-barang yang dapat membantu meredakan stres dan membuat lebih rileks saat menjalani persalinan, seperti buku, majalah, atau handphone dan pemutar musik.

Baca Juga: Ini Tanda-tanda Melahirkan yang Perlu Dipahami

6. Minuman dan camilan sehat

Saat menjalani proses persalinan, Bunda akan membutuhkan energi yang cukup banyak. Oleh karena itu, Bunda bisa membawa minuman dan camilan sehat serta bernutrisi sebagai asupan energi. Bawalah kacang-kacangan, seperti almond atau kacang mede, dark chocolate, roti isi, sari kacang hijau, atau susu.

7. Berkas identitas diri dan asuransi

Jangan lupa memastikan berkas identitas diri dan kartu asuransi telah dibawa dalam tas bersalin Bunda. Berkas-berkas ini akan dibutuhkan untuk keperluan pendaftaran administrasi di rumah sakit.

8. Pakaian dan selimut bayi

Meskipun di sejumlah rumah sakit sudah menyediakan pakaian dan selimut bayi, tidak ada salahnya Bunda juga turut mengemas perlengkapan Si Buah Hati  dalam tas bersalin. Perlengkapan bayi yang harus dibawa saat lahiran meliputi beberapa baju dan popok, selimut, kaus kaki dan sarung tangan, topi, serta pakaian panjang nan hangat untuk dikenakan saat pulang ke rumah.

9. Diaper dan tisu basah

Perlengkapan bayi saat lahiran yang juga perlu dibawa adalah diaper dan tisu basah. Selain itu, Bunda juga bisa membawa sabun dan sampo bayi, minyak telon, serta produk perawatan kulit bayi lainnya.

Itulah perlengkapan bersalin yang perlu disiapkan sebelum tiba hari persalinan. Dengan persiapan yang matang, diharapkan Bunda akan dapat menjalani persalinan dengan lebih tenang, nyaman, dan lebih siap menyambut kehadiran Si Buah Hati.

Image Article
Perlengkapan Bersalin yang Perlu Bunda Siapkan
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Adakah Makanan yang Dilarang Setelah Melahirkan?

Published date

Bunda tentu sering mendapatkan pantangan untuk mengonsumsi sejumlah makanan selama proses kehamilan. Hal itu tentu tak lepas agar pertumbuhan Si Buah Hati lebih sehat dan optimal. Namun usai melahirkan, bukan berarti Bunda bebas makan apa saja lho!

Ada sejumlah makanan yang dilarang setelah melahirkan normal yang perlu dipahami saat proses menyusui. Lalu apa saja pantangan ibu melahirkan sebelum 40 hari? Lalu makanan apa saja yang baik dikonsumsi setelah kelahiran? Berikut ulasannya.

Makanan yang Dilarang Setelah Melahirkan Normal

Semua makanan pada dasarnya aman dikonsumsi ibu menyusui. Namun, memperhatikan kandungan gizi dalam makanan usai melahirkan tentu penting karena akan mempengaruhi proses pemulihan Bunda dan juga ASI yang diminum Si Buah Hati. 

Ada sejumlah makanan yang dilarang setelah melahirkan normal, khususnya jika dikonsumsi secara berlebihan, karena dapat mempersulit Bunda melewati masa nifas. Bahkan, sejumlah makanan ini juga berpotensi mengganggu kesehatan bayi. Yuk simak infonya berikut ini. 

1. Makanan terlalu Pedas

Hobi mengkonsumsi makanan pedas dan beraroma kuat? Jika ya, Bunda agaknya perlu menahan dulu kebiasaan tersebut selama masa menyusui, setidaknya 40 hari pasca melahirkan. Hal ini bukan karena makanan pedas akan mengubah rasa ASI menjadi pedas.

Namun, konsumsi makanan pedas usai melahirkan akan membuat Bunda lebih berpotensi mengalami masalah pencernaan sehingga mengganggu saat merawat bayi. Makanan beraroma terlalu kuat seperti bawang, merica dan bumbu kari yang berlebihan juga sebaiknya dihindari. 

2. Ikan Bermerkuri

Konsumsi ikan, terutama ikan laut, sebenarnya sangat baik bagi ibu menyusui karena menjadi sumber protein dan asam lemak omega-3. Konsumsi ikan juga dapat mengoptimalkan perkembangan otak bayi. Yang dikuatirkan, sebagian besar makanan laut mengandung merkuri atau kontaminan lain.

Paparan merkuri berlebih dapat mempengaruhi ASI dan dikuatirkan dapat menimbulkan risiko bagi perkembangan sistem saraf bayi. Untuk mengantisipasi hal itu, Bunda perlu mengetahui ikan yang disarankan tidak boleh dimakan setelah melahirkan seperti ikan todak, king mackerel, hiu dan tilefish. Ikan-ikan besar yang lama di dalam laut juga biasanya mengandung merkuri tinggi. 

3. Buah terlalu Tinggi Asam secara berlebihan

Ternyata tak selamanya konsumsi buah-buahan baik bagi tubuh lho. Ada beberapa jenis buah yang perlu dihindari ibu menyusui. Lalu, apa buah yang tidak boleh dimakan pasca melahirkan? Sejumlah buah yang memiliki sifat asam seperti kiwi, jeruk, nanas hingga ceri perlu dihindari untuk mencegah gangguan pencernaan.

Baca Juga: Jangan Panik, Ini Tanda-tanda Melahirkan yang Perlu Diketahui!

4. Minuman Berkafein berlebihan

Makanan atau minuman berkafein seperti kopi, teh, atau cokelat sebaiknya tidak dikonsumsi berlebihan selama masa menyusui. Sebab, kandungan kafein yang masuk ke dalam tubuh bayi lewat ASI dapat mengganggu tidurnya di malam hari. Meski begitu dalam jumlah yang tidak berlebihan, minum kopi masih bisa dilakukan kok, Bunda.

5. Makanan Berminyak berlebihan

Makanan berminyak seperti gorengan dapat mempercepat kenaikan berat badan sehingga menurunkan kebugaran Bunda. Tubuh yang kurang fit usai melahirkan tentu akan membuat Bunda kerepotan saat menyusui. Selain itu, makanan berminyak lebih sulit dicerna sehingga dapat menyebabkan masalah pada saluran pencernaan.

6. Alkohol

Konsumsi alkohol sangat tidak sehat bagi ibu menyusui karena bisa merusak kandungan ASI. Hal ini berisiko menghambat perkembangan kognitif Si Buah Hati serta mengganggu pola tidur. Konsumsi alkohol berlebihan juga dapat menurunkan produksi ASI.

Makanan yang Baik Dikonsumsi Setelah Melahirkan

Makanan yang tepat dapat membantu tubuh Bunda menyembuhkan dirinya sendiri dan mendapatkan kembali kekuatan dan energi. Berikut sejumlah makanan yang baik dikonsumsi setelah melahirkan.

1. Sereal

Serealia seperti gandum dan oatmeal cocok menjadi pilihan sarapan yang ideal ibu menyusui. Sereal mengandung serat tinggi yang dapat membantu konstipasi setelah persalinan. Banyak sereal di pasaran yang diperkaya vitamin dan mineral penting, mendukung kebutuhan nutrisi harian. Bunda juga dapat membuat resep oatmeal sederhana dengan buah-buahan, susu, dan kacang-kacangan.

2. Sayuran

Konsumsi sayuran hijau dapat menjadi sumber vitamin dan mineral penting. Sayuran seperti bayam, brokoli, dan lobak sangat kaya akan vitamin A dan bermanfaat bagi kesehatan ibu dan bayi. Memasukkan lebih banyak sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, dan sayuran musiman seperti labu runcing (parwal), labu apel (tinda), dan batang teratai ke dalam makanan sangat disarankan.

3. Susu Rendah Lemak

Memasukkan produk susu rendah lemak seperti susu, keju, atau yogurt ke dalam makanan ibu menyusui tak kalah penting. Produk ini kaya akan kalsium, protein, dan vitamin B, yang penting untuk pemulihan Bunda dan perkembangan tulang bayi.

4. Daging Merah Tanpa Lemak

Konsumsi daging merah tanpa lemak dapat memberikan nutrisi penting seperti protein, zat besi, zink, dan vitamin B12. Deretan nutrisi ini dapat membantu melawan terkurasnya energi yang dialami Bunda selama menyusui.

Itu dia sejumlah makanan yang dilarang setelah melahirkanbagi ibu menyusui. Selain menghindari makanan tersebut, penting bagi Bunda untuk memperhatikan makanan yang baik dikonsumsi saat menyusui. Tentu dengan memperhatikan asupan gizi dan nutrisinya sehingga dapat menjaga produksi ASI selama masa laktasi.  Untuk lebih lanjut, Ibu dapat berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi ya Bunda.

Image Article
Adakah Makanan yang Dilarang Setelah Melahirkan?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Kenali Gerakan Bayi Menjelang Persalinan Ini, Yuk!

Published date

Menjelang momen spesial persalinan, Bunda pasti ingin mengetahui bagaimana kondisi calon Si Buah Hati di dalam perut. Salah satu cara untuk merasakan kehadirannya adalah dengan memperhatikan gerakan bayi.

Gerakan bayi menjelang persalinan bukan hanya tanda kehidupan, tapi juga indikator penting tentang kesehatan dan kesiapan bayi untuk dilahirkan. Bayi akan terus bergerak hingga persalinan dimulai dan gerakan ini akan terus berlanjut hingga awal persalinan.

Jika gerakan bayi saat menjelang persalinan berkurang, Bunda dapat mengecek ke tenaga kesehatan .

Tanda dan Gerakan Bayi Menjelang Persalinan

Ada beberapa tanda yang bisa menjadi petunjuk bahwa Si Buah Hati segera lahir. Hal ini bisa berupa nyeri pinggang, penurunan berat badan, diare – dan tentu saja, air ketuban pecah.

Namun proses persalinan setiap ibu hamil akan berbeda-beda. Apa yang Bunda alami di jam-jam terakhir kehamilan mungkin berbeda dengan yang dialami oleh ibu hamil lainnya.

Meski demikian, ada beberapa tanda umum yang bisa menjadi patokan bahwa bayi dalam perut akan segera lahir. Berikut beberapa tanda yang mungkin menandakan persalinan akan segera dimulai:

  • Keluarnya lendir bercampur darah (bloody show): Lendir kental berwarna merah muda atau kecoklatan yang keluar dari vagina.

  • Pecahnya ketuban: Keluarnya cairan bening atau sedikit keruh dalam jumlah banyak dari vagina.

  • Mulai merasakan kontraksi: Kontraksi rahim yang terasa kencang dan mengencang secara bertahap.

Selain tanda di atas, gerakan bayi menjelang persalinan dalam perut juga bisa menjadi tanda bahwa Bunda akan segera bertemu Si Buah Hati.

Gerakan janin menjelang persalinan menjadi semakin aktif. Seiring bertambahnya usia kehamilan, gerakan janin akan semakin jelas dan kuat. Bunda akan merasakan tendangan, pukulan, dan bahkan putaran yang semakin jelas, kuat, dan bersemangat.

Karena itu, cobalah untuk menghitung gerakan janin secara rutin, buat catatan, dan laporkan kepada tenaga kesehatan jika terjadi penurunan gerakan pada janin kurang dari biasanya. Hal ini akan membantu mengurangi risiko kejadian kematian prenatal.

Baca Juga: Kenapa Ibu Hamil Susah Tidur? Simak Penjelasannya di Sini!

Bunda bisa mencatat jumlah tendangan bayi dalam perut sejak sekitar enam bulan kehamilan sebagai cara untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja. Setiap hari, catat berapa lama waktu yang dibutuhkan bayi Anda untuk melakukan 10 tendangan, desir, atau berguling. 

Bunda akan merasakan setidaknya 10 gerakan dalam waktu dua jam, tetapi Bunda mungkin akan merasakan banyak gerakan dalam waktu yang jauh lebih singkat. Sebagai alternatif, hitung berapa lama bayi Anda melakukan tiga gerakan. Bunda akan merasakan setidaknya tiga gerakan dalam setengah jam.

Bagaimana jika gerakan bayi justru berkurang menjelang persalinan? Apakah menjelang persalinan gerakan bayi berkurang perlu diwaspadai?

Apabila menjelang persalinan gerakan bayi berkurang, hal ini perlu diwaspadai. Perubahan pola pergerakan bisa menjadi tanda bayi sedang dalam masalah. Saat bayi bergerak ke posisi yang benar menjelang persalinan, maka biasanya Bunda akan mengalami nyeri punggung bagian bawah.

Lalu, apakah gerakan bayi masih aktif menjelang persalinan merupakan pertanda bagus? Sebelum persalinan dimulai, bayi biasanya akan bergerak mencari posisi yang nyaman untuk bisa  keluar melalui jalan lahir dengan kepala terlebih dahulu. Posisi ini disebut presentasi cephalic (kepala). Namun, ada beberapa posisi lain yang mungkin dipilih bayi sebelum persalinan dimulai.

Terkadang, bayi tidak berada di posisi ideal sebelum dilahirkan. Ada beberapa posisi janin yang bisa saja terjadi dan beberapa posisi ini dapat menimbulkan komplikasi selama persalinan.

Berikut beberapa kemungkinan posisi janin:

1. Occiput Anterior (Cephalic)

Ini adalah posisi terbaik untuk persalinan normal. Kepala janin berada di bawah, menghadap tulang belakang ibu (ke belakang), dagu janin terlipat ke arah dada, dan janin sedikit miring, dengan bagian belakang kepalanya menghadap kanan atau kiri.

2. Occiput Posterior (Cephalic)

Kepala janin di bawah tetapi menghadap ke atas (posisi "sunny side up"). Janin mungkin sedikit ke kiri (occiput posterior kiri) atau kanan (occiput posterior kanan). Dalam posisi ini, persalinan pervaginam masih mungkin dilakukan.

3. Posisi Sungsang (Breech Presentations)

Posisi sungsang terjadi ketika bokong atau kaki bayi berada dalam posisi lahir terlebih dahulu. Posisi sungsang memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk dilakukan persalinan Caesar (C-section) untuk melindungi Bunda dan si kecil saat proses persalinan.

Perbedaan Gerakan Bayi dan Kontraksi

Kontraksi juga menjadi tanda utama bahwa bayi segera lahir. Mendekati persalinan, kontraksi akan semakin kuat. Kontraksi akan terjadi secara konsisten setiap beberapa menit, menjadi lebih menyakitkan dan dengan interval yang lebih pendek.

Hal ini mirip gerakan bayi menjelang persalinan. Umumnya, gerakan bayi jelang persalinan akan meningkat frekuensi dan intensitasnya. Gerakan janin akan sangat kuat dan bertenaga hingga melibatkan seluruh tubuh janin karena terbatasnya ruang di dalam rahim. Gerakan bisa seperti  peregangan atau terasa seperti ada yang berputar di perut Bunda.

Sementara itu, rahim akan mengencang dan kemudian mengendur saat Bunda mengalami kontraksi. Beberapa kehamilan diikuti kontraksi seperti nyeri haid yang ekstrem. Kontraksi juga cenderung lebih lama, lebih kuat, dan lebih sering seiring mendekati waktu persalinan. Kontraksi tersebut mendorong bayi ke bawah dan membuka pintu masuk ke rahim (leher rahim) agar siap untuk dilewati oleh bayi.

Gerakan janin menjelang persalinan juga bisa meniru kontraksi. Bunda bisa membedakannya dengan meletakkan tangan di bagian atas dan samping rahim. Jika kontraksi, seluruh bagian rahim akan terasa keras dan menempel pada ujung jari yang ditekan. Jika rahim terasa keras di beberapa tempat dan lunak di tempat lain, kemungkinan besar gerakan bayi yang menyebabkan sensasi tersebut.

Nah, itulah tanda dan gerakan janin menjelang persalinan yang harus Bunda kenali. Memahami tanda-tanda ini akan sangat membantu mengurangi risiko komplikasi persalinan. Jadi, Si Buah Hati dapat lahir sehat dan selamat.

Image Article
Bunda, Kenali Gerakan Bayi Menjelang Persalinan Ini, Yuk!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Ini 7 Nutrisi untuk Ibu Hamil yang Utama Dipenuhi

Published date

Bunda, selain mempersiapkan diri secara mental dan emosional untuk hamil, menjaga asupan nutrisi juga penting untuk kesehatan kehamilan serta pertumbuhan dan perkembangan bayi. 

Nutrisi untuk ibu hamil yang tepat dan seimbang dapat mendukung pertumbuhan janin, termasuk fungsi kognitif dan sistem kekebalan tubuh Si Buah Hati.

Selain itu, asupan nutrisi yang sehat dan seimbang dapat menurunkan risiko kehamilan dan mendukung kesehatan Buah Hati dalam jangka panjang. Ibu hamil harus mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan dari beraneka ragam makanan secara seimbang dan diantaranya ada beberapa nutrisi yang sangat penting untuk terpenuhi.

7 Nutrisi untuk Ibu Hamil yang Utama  Dipenuhi Setiap Hari

Secara umum, nutrisi seimbang merupakan susunan makanan bernutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk kegiatan sehari-hari. Lantas, apa saja nutrisi yang baik untuk ibu hamil? Simak penjelasan berikut!

1. Folat dan Asam Folat

Folat adalah vitamin B yang berguna mencegah cacat tabung saraf pada bayi, yaitu kelainan serius yang terjadi pada otak, tulang belakang, dan/atau sumsum tulang belakang. 

Sementara itu, asam folat merupakan bentuk sintetis dari folat yang biasanya ditemukan dalam suplemen dan makanan bergizi.

Rekomendasi jumlah asupan folat untuk ibu hamil menurut American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG) yaitu sekitar 600-800 mikrogram selama kehamilan. 

Contoh makanan yang kaya akan folat, yakni sayuran berdaun (misalnya bayam), lobak cina, kacang kering, kacang polong, sereal, biji bunga matahari, kentang, tomat, dan jeruk.

Mengingat susahnya mendapatkan asupan folat hanya dari makanan saja, untuk itu direkomendasikan mengkonsumsi vitamin suplemen. Ibu hamil yang memiliki risiko cacat tabung saraf juga direkomendasikan mengonsumsi folat dengan dosis lebih tinggi  tentunya melalui pengawasan  dokter .

2. Protein

Protein adalah blok pembangun sel dan jaringan dalam tubuh. Oleh karenanya, kebutuhan protein meningkat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi selama kehamilan. 

Penelitian menunjukkan, asupan protein dapat mempengaruhi berat badan Si Buah Hati ketika lahir. Suplementasi energi/protein seimbang juga menunjukkan efek positif pada berat badan bayi saat lahir dan mengurangi risiko bayi bayi kecil masa kehamilan (KMK).

Makanan yang mengandung nutrisi untuk ibu hamil dengan protein yang baik, seperti daging tanpa lemak, ikan, unggas, telur, susu, yogurt, kacang-kacangan, dan produk kedelai. Khusus untuk ibu hamil, telur dan ikan dianjurkan untuk dimasak hingga matang.

3. Zat Besi

Zat besi adalah mineral penting yang memproduksi sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh sehingga kebutuhan untuk ibu hamil dan bayi meningkat.

Zat besi juga membawa oksigen ke otot, membantu otot berfungsi, hingga membantu meningkatkan ketahanan Bunda terhadap stres dan penyakit.

Manfaat zat besi lainnya adalah membantu Anda menghindari gejala kelelahan, kelemahan, suasana hati yang buruk, dan depresi.

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, termasuk memengaruhi kesehatan ibu dan perkembangan bayi. Selama kehamilan, tubuh juga lebih baik dalam menyerap zat besi sehingga kebutuhannya menjadi lebih banyak.

Asupan nutrisi untuk ibu hamil dengan sumber zat besi yang baik, seperti daging merah, ikan, ayam, telur, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun hijau. Selain itu, selama hamil ibu diwajibkan mengkonsumsi minimal 90 tablet tambah darah. 

Baca Juga: Kandungan Susu untuk Kecerdasan Otak Anak

4. Kalsium

Bunda dan Si Buah Hati membutuhkan kalsium untuk mendukung kekuatan tulang dan gigi. Kalsium juga mendukung sistem sirkulasi darah, otot, dan saraf berjalan normal.

Konsumsi kalsium yang cukup juga dapat membantu mencegah penurunan kepadatan tulang pada ibu hamil. Kekurangan kalsium pada ibu hamil juga dapat menyebabkan hipertensi dan kram.

Setiap hari, ibu hamil membutuhkan 1.000 miligram (mg) kalsium, sedangkan ibu hamil pada usia remaja membutuhkan 1,300 miligram. 

Susu dan produk susu, seperti yogurt dan keju, adalah sumber kalsium yang baik, bersama dengan sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, dan sereal yang diperkaya mineral.

5. Lemak

Nutrisi untuk ibu hamil  berikutnya adalah lemak berkualitas atau lemak tak jenuh untuk perkembangan janin dan pertumbuhan bayi.

Dalam hal ini, ketimbang meningkatkan asupan lemak total, Bunda dianjurkan meningkatkan proporsi lemak tak jenuh ganda, seperti asupan asam docosahexaenoic (DHA, dari seri n-3) yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak dan retina.

Bunda disarankan untuk mengonsumsi lemak berkualitas dari berbagai sumber, seperti ikan berlemak (salmon, sarden, atau tuna), biji-bijian, dan minyak ikan.

6. Vitamin D

Vitamin D berguna mendorong penyerapan kalsium dari usus dan dengan sehingga memungkinkan mineralisasi tulang yang baik untuk pertumbuhan. 

Kekurangan vitamin D sering terjadi pada kehamilan. Defisiensi vitamin D yang parah dikaitkan dengan rakitis dan patah tulang bawaan. Selain itu, vitamin D juga berperan dalam perkembangan sistem kekebalan tubuh bayi.

Paparan sinar matahari adalah sumber alami vitamin D. Namun, nutrisi untuk ibu hamil ini juga dapat ditemukan dalam susu, jus jeruk yang diperkaya, sereal, hingga ikan.

7. Serat

Asupan serat yang lebih tinggi selama kehamilan dapat bermanfaat dalam meningkatkan peningkatan keragaman mikrobiota usus, menurunkan risiko intoleransi glukosa dan pre-eklampsia, hingga mencapai penambahan berat badan kehamilan yang sesuai.

Selain itu, makanan tinggi serat juga dapat membantu mengatasi sembelit yang umum terjadi selama kehamilan. 

Sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan adalah sumber serat yang baik yang dapat membantu menjaga pencernaan ibu hamil tetap sehat.

Itulah tujuh nutrisi untuk ibu hamil yang perlu Bunda ketahui. Jangan lupa selalu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan individu. Selamat menjadi calon ibu dan terima kasih telah memberikan yang terbaik bagi tubuh Bunda sendiri dan Si Buah Hati yang sedang tumbuh.

Image Article
Ini 7 Nutrisi untuk Ibu Hamil yang Wajib Dipenuhi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Perlu Diketahui, Ini Cara Mengganti Puasa Bagi Ibu Hamil!

Published date

Menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam yang sudah dewasa, dalam kondisi sehat, baik fisik dan psikisnya. Namun, ada beberapa hal yang membuat puasa menjadi tidak wajib untuk dilakukan, termasuk salah satunya adalah pada Bunda yang sedang hamil.

Untuk mengetahui bagaimana cara mengganti puasa bagi ibu yang sedang hamil, simak penjelasannya berikut ini.

Alasan Ibu Hamil Tidak Wajib Berpuasa

Bagi Bunda yang hamil, berpuasa selama bulan Ramadan merupakan tantangan yang cukup berat. Sebab, mereka membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk kesehatan diri dan juga bayi yang ada di dalam kandungan. Asupan gizi ini diperoleh melalui asupan makanan yang dikonsumsi setiap harinya dengan jumlah kalori yang lebih banyak dari biasanya. 

Ibu hamil juga cenderung lebih mudah haus, sehingga jika memaksakan diri untuk berpuasa dapat memicu terjadinya dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan mereka merasa lemah, pusing, letih, dan membahayakan kesehatan kandungannya.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga menjelaskan bahwa berpuasa saat hamil tidak disarankan puasa karena dapat menimbulkan beberapa risiko seperti berat badan janin lahir rendah (BBLR), infeksi saluran kemih, dan memicu penurunan gerakan janin di dalam rahim. 

Di sisi lain, analisa dari sebuah observasi menyebutkan bahwa belum ditemukan korelasi yang signifikan antara puasa Ramadan dengan kesehatan ibu dan janin, serta berat lahir bayi. Selanjutnya dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak puasa pada ibu hamil. 

Selain itu, ada beberapa alasan lain yang membuat Bunda yang tengah hamil diperbolehkan untuk tidak berpuasa selama bulan Ramadan, diantaranya adalah sebagai berikut.

  1. Memiliki riwayat diabetes, tekanan darah tinggi, atau anemia selama hamil.
  2. Berat badan yang semakin berkurang selama menjalankan puasa Ramadan.
  3. Merasa sangat haus dan lebih jarang buang air kecil. 
  4. Saat buang air kecil, air seni berwarna gelap dan berbau menyengat. Kondisi ini dapat menandakan ibu hami mengalami dehidrasi, sehingga membuat mereka lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih atau komplikasi lainnya.
  5. Lebih sering mengalami sakit kepala, demam, mual, dan muntah.
  6. Sering mengalami nyeri seperti kontraksi. Kondisi ini dapat menjadi tanda persalinan prematur.
  7. Merasa lemah dan mudah lelah meski sudah beristirahat dengan cukup.

Cara Mengganti Puasa bagi Ibu Hamil

Meski diberi keringanan untuk tidak menjalankan puasa, ada beberapa cara mengganti puasa ramadhan bagi ibu hamil, mulai dari qadha (berpuasa di hari lain ketika mampu) dan membayar fidyah atau denda, atau melakukan keduanya dengan ketentuan sebagai berikut. 

  1. Ibu hamil yang tidak kuat berpuasa karena kondisi fisik yang lemah maka dapat mengganti puasa di hari lain.
  2. Ibu hamil yang tidak berpuasa karena khawatir tentang kesehatan gizi untuk diri sendiri dan bayinya, serta tidak memungkinkan untuk mengqadha karena jumlah utang puasa yang terlalu banyak, maka mereka wajib membayar fidyah.
  3. Ibu hamil yang mampu berpuasa, namun memilih untuk tidak berpuasa karena khawatir terhadap kesehatan bayinya, maka mereka wajib mengqadha dan membayar fidyah.

Baca Juga: Sediakan 5 Buah Ini untuk Cegah Dehidrasi saat Puasa

Tak perlu bingung, berikut ini cara mengganti puasa bagi ibu hamil dan menyusui melalui fidyah yang bisa Bunda simak.

1. Waktu membayar fidyah

Terdapat beberapa perbedaan soal waktu pembayaran fidyah. Pembayaran fidyah bisa dilakukan pada bulan Ramadan atau bisa dilakukan sebelum bulan Ramadan berikutnya.

2. Membayar fidyah dengan bahan pokok

Besaran fidyah yang harus dibayarkan adalah sebesar 1 mud beras atau sekitar 0,75 kilogram (seukuran telapak tangan yang ditengadahkan saat berdoa) untuk satu hari puasa yang ditinggalkan. Besaran ini nantinya akan disesuaikan dengan utang puasa ibu hamil.

3. Membayar fidyah dengan uang

Jika ingin membayar fidyah menggunakan uang, maka Bunda bisa menyesuaikannya dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan tempat tinggal. Misalnya di daerah Jakarta sendiri, besaran fidyah dalam bentuk uang yang sudah ditentukan adalah sebesar Rp60.000 per harinya. Maka Bunda bisa menyesuaikan jumlahnya sesuai dengan utang puasa selama Ramadan. 

4. Cara membayar fidyah

Pembayaran fidyah boleh diwakilkan, sehingga Bunda tidak perlu memberikannya kepada yang berhak secara langsung. Sebaliknya, Bunda bisa mewakilkan seseorang atau lembaga khusus untuk menyampaikan fidyahnya selama bulan Ramadan. Hal ini karena pembayaran fidyah termasuk sebagai ibadah maaliyah (harta), bukan ibadah fardiyah (personal yang bersifat fisik).

Itulah informasi terkait cara mengganti puasa bagi ibu hamil yang bisa jadi panduan Bunda.

Image Article
Perlu Diketahui, Ini Cara Mengganti Puasa Bagi Ibu Hamil!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off