3 plus

Product Name
Dancow 3 plus

5 Cara Menumbuhkan Kebiasaan Makan yang Baik Bagi Anak

Published date

Apakah Si Buah Hati kesayangan Bunda sedang susah makan? Apakah dia pasang aksi tutup mulut saat Bunda hendak menyuapinya? Ataukah ia malah mengemut makanan yang sudah berada di dalam mulut? Jika sedang menghadapi situasi ini, maka Bunda butuh solusi untuk mengatur kebiasaan makan yang baik Si Buah Hati

Nova Anace Tompunu, mengulas kebiasaan anak yang suka mengemut makanan dalam bukunya, Superfood untuk Tumbuh Kembang Optimal Bayi. Menurut Nova, umumnya kebiasaan mengemut makanan muncul akibat masalah kesehatan di sekitar mulut seperti sariawan, sakit gigi, radang tenggorokan, atau kelainan sensorik pada mulut. Selain itu, perilaku mengemut bisa terjadi karena Si Buah Hati sedang mengalami masalah gangguan sistem pencernaan.

Lalu, kata Nova, hal lain yang mendasari kebiasaan Si Buah Hati mengemut makanan, yakni perjalanan sejarah makan sedikit bermasalah. Misal, saat anak harus belajar mengunyah, tapi Bunda malah sering memberikan makanan bertekstur cair dan lembut. Sehingga sistem gerak otot yang mencakup area rongga mulut, rahang, gigi, lidah, langit-langit, bibir dan pipi tidak terstimulasi.

Baca Juga: Rekomendasi Menu Makanan Kaya Vitamin D untuk Anak

Masalah lain yang bisa menimbulkan kebiasaan mengemut makanan pada anak adalah situasi saat makan. Misal, orang yang mengasuh anak justru menciptakan momen makan sebagai aktivitas yang menegangkan. Paksaan, bentakan, dan hal-hal yang membuat anak takut bisa menimbulkan kesan di kepala anak bahwa momen makan tidak menyenangkan, membuat kebiasaan makan yang baik menjadi hilang.

Selain itu, kebiasaan makan sambil bermain, sambil jalan, atau menonton televisi juga kurang baik. Bisa jadi Si Buah Hati malah terlalu asyik dengan aktivitas selingannya. Sehingga Si Buah Hati lupa ada makanan di dalam mulutnya.

Memang, saat anak susah makan, selalu membuat Bunda pusing bukan kepalang. Tapi Bunda bisa belajar mengatasi kebiasaan mengemut makanan yang dilakukan Si Buah Hati. Berikut tips dari Nova untuk mengatasi perilaku negatif tersebut.

  1. Tetap jaga kesabaran, jangan paksa Si Buah Hati. Berikan contoh cara makan yang benar. Tunjukkan cara menggerakkan mulut dan gigi ketika makanan masuk ke dalam mulut.
  2. Periksa gigi, mulut, dan tenggorokan anak. Jika memang ada masalah, segera periksakan ke dokter.
  3. Tetap berikan tekstur makanan sesuai tahapan usia anak, sebab ini penting dalam perkembangan oromotorik anak.
  4. Biasakan untuk melakukan aktivitas makan di meja makan, matikan televisi. Hindari kebiasaan makan sambil jalan-jalan atau bermain.
  5. Jangan biasakan ada aktivitas selingan, seperti bermain atau menonton televisi hingga sesi makan selesai. Selalu minta anak mengunyah dan menelan makanannya sebelum memulai aktivitas lain.
Image Article
Si Kecil Suka Ngemut Makanan? Ini Trik Mengatasinya
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

4 Cara Ajarkan Si Buah Hati Bersosialisasi

Published date

Memasuki usia toddler, Si Buah Hati semakin menunjukkan kemampuannya bersosialisasi. Misalnya, caranya beradaptasi dengan lingkungan baru, berbagi mainan atau makanan dengan teman, kemampuan berkomunikasi kala menginginkan atau tidak menyukai sesuatu hal, maupun menghargai orang lain. 

 

Perkembangannya dalam bersosialisasi ini sangat ditentukan oleh pola asuh Bunda dan Ayah di rumah. Kemampuan ini pula yang akan menentukan perkembangan kepribadiannya pada masa depan. Agar ia tak tumbuh menjadi egois, berikut yang bisa Bunda ajarkan padanya:

 

1. Mengenalkan Konsep Berbagi

Bunda, sikap egois bisa bermula dari keengganan Si Buah Hati untuk berbagi. Karena itu, penting mengenalkan konsep berbagi kepadanya, sejak dini. Misalnya, dengan mengajaknya makan bersama. Lalu, berikanlah ia sebagian makanan dari piring Bunda, atau sebaliknya, meminta sebagian makanannya. 

 

Ketika melakukan itu, Bunda bisa sambil berkata, "Kita berbagi makanan ya, Dek. Biar kamu bisa merasakan makanan, Bunda juga bisa cicip makanan kamu." Sehingga ia akan mengerti bila maksud berbagi adalah memberikan kesempatan orang lain untuk merasakan apa yang dimilikinya.

 

2. Beri Pengertian dan Jangan Memaksa

Ketika Si Buah Hati tengah asyik bermain dan tidak ingin berbagi, Bunda jangan memaksanya. Sebab situasi itu hanya akan membuat ia marah dan semakin mempertahankan apa yang dimilikinya. Lebih baik, Bunda mengajaknya berbicara setelah ia selesai bermain. 

 

Tanyakanlah mengapa ia enggan berbagi mainan dengan temannya. Kemudian, jelaskanlah padanya bila bermain akan lebih seru dan mengasyikkan bila dilakukan bersama-sama. Hingga ia tertarik untuk mencoba belajar berbagi dengan temannya saat bermain.

 

3. Memberi Contoh

Children see, children do. Si Buah Hati akan mencontoh apa yang dilihat, baik dari Ayah, Bunda, dan orang sekitarnya. Termasuk contoh berbagi dengan orang lain. Seperti ketika datang ke tempat beribadah dan ada kotak amal, Bunda atau Ayah bisa menunjukkan padanya menyisihkan sebagian uang ke dalamnya. 

 

Ketika melakukan itu, ada baiknya Bunda juga memberikannya pengertian tentang arti berbagi dan manfaatnya bagi orang lain.

 

4. Bercerita dan Bermain Peran

Satu cara mengajarkan Si Buah Hati belajar berbagi bisa dilakukan dengan bercerita dan bermain peran. Misalnya, waktu bermain masak-masakan, Bunda mengatakan ingin meminjam telur untuk membuat nasi goreng. 

 

Lalu setelahnya, berpura-puralah berbagi nasi goreng itu dengannya. Sehingga ia merasa bila berbagi akan membawa kebahagiaan, baik untuknya atau orang lain.


Jangan lupa penuhi kebutuhan tumbuh kembang anak dengan minuman pelengkap nutrisi, seperti DANCOW 1+ Nutritods. Produk DANCOW yang satu ini adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Ajarkan Si Kecil Belajar Berbagi dengan Bermain Peran
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

"1001" Tips Parenting agar Si Kecil Mau Terbuka dan Bercerita

Published date

"

Astri tiba-tiba "mogok" sekolah. Beberapa hari terakhir, gadis kecil itu selalu menangis saat bangun pagi dan menyampaikan kepada Bundanya, Dini, bahwa ia tak mau sekolah lagi."Kakak pokoknya enggak mau sekolah," kata Astri tanpa memberikan alasan.

Bunda Dini bingung. Ia mencoba menanyakan mengapa Astri tiba-tiba tak mau sekolah. Padahal, selama ini, putrinya yang berumur 5 tahun itu selalu terlihat bersemangat bangun pagi dan berangkat ke sekolah. "Kakak cerita dong, kenapa enggak mau sekolah," pinta Bunda."Pokoknya kakak enggak mau sekolah di situ," jawabnya singkat. Usaha Bunda Dini untuk menyakan ke sekolah pun tidak mebuahkan hasil. Para guru menilai, semua berjalan baik-baik saja.

Tiga hari sudah Astri "mogok" ke sekolah. Akhirnya, Bunda mengajak ia bermain peran dengan menggunakan empat boneka Barbie kesukaannya. Astri menamakan ketiga boneka itu dengan nama temannya, dan satu menggunakan namanya sendiri. "Ayo, Bunda pengen jadi penonton. Kakak bikin cerita dong tentang kakak dengan teman-teman," kata Bunda.

Astri menuruti permintaan Bunda, karena selama ini ia memang selalu bermain peran dengan boneka-bonekanya tersebut. Pada cerita yang dimainkannya hari itu, Astri mengisahkan bahwa sang teman mengejeknya karena tas Barbie baru yang dibelinya jelek. Mendengar cerita itu, Bunda Dini teringat bahwa sehari sebelum "mogok" sekolah, Astri meminta memakai tas lain dan tak mau menggunakan tas Barbie barunya. Bunda pun mendapatkan alasan mengapa Astri tak mau sekolah dan menemui para guru untuk melakukan konseling akan masalah anaknya.

****

Kisah serupa mungkin pernah Bunda alami. Meski kisah tak persis sama, ternyata memang tak mudah meminta si Kecil untuk menceritakan masalah yang dihadapi dalam keseharian dan di sekolahnya. Karakter anak yang cerewet atau suka bercerita, memang tak serta merta membuatnya mau terbuka dengan masalah yang dihadapinya. Untuk merangsangnya agar mau terbuka, Bunda pun harus berpikir berbagai cara. Salah satunya yang dilakukan Bunda Dini dengan menggunakan media boneka dan ternyata efektif membuat Astri menceritakan masalahnya.

Ada tips parenting lain yang bisa Bunda lakukan agar si Kecil selalu terbuka dengan apa yang dialaminya. Dikutip dari buku Barbara Sher “Kiat Melatih Konsentrasi Pikiran Anak”, salah satunya melalui permainan “Buku Kejadian”. Permainan ini akan membantu Bunda untuk mengetahui kejadian yang dialami anak dalam kesehariannya. Pertama, siapkan buku tulis atau buku binder bergambar yang menarik perhatiannya, pena, crayon, selotip atau lem, benda-benda yang berhubungan dengan kejadian.

Kedua, cara menggunakannya:

1. Jika si Kecil sudah bisa menulis, minta dia menuliskan kejadian yang dialaminya setiap hari. Atau, jika dia belum bisa menulis, mintatalah dia bercerita dan Bunda menuliskan atau menggambarkan ceritanya dalam bentuk karikatur yang menarik. Beri judul buku itu, misalnya, “Buku Kejadian Astri”.

2. Ada berbagai metode yang dapat digunakan selain menuliskan cerita atau menggambarkannya. Misalnya, dengan cara mempersiapkan potongan gambar berkaitan dengan kegiatan yang dijalani setiap hari, dan ajak ia menempelkannya hingga membentuk alur cerita sesuai kejadian.

Buku ini akan mendorong si Kecil untuk memerhatikan apa yang terjadi dan mereka alami, juga belajar fokus pada pengalamannya. Selain itu, ia akan mudah terbuka menceritakan segala sesuatu yang dialaminya. Nah, agar ia mau terbuka terhadap Bunda, ada beberapa tips parenting yang harus diperhatikan:

1. Selalu luangkan waktu bersama si Kecil. Manfaatkan waktu untuk saling bertukar cerita tentang kejadian yang Bunda jalani setiap hari, dan minta ia melakukan hal yang sama

2. Menjadi pendengar yang baik. Ketika ia tengah bercerita, sebaiknya Bunda menghentikan semua kesibukan atau pekerjaan. Duduklah di sampingnya, dan jangan memotong ketika ia sedang berbicara. Dengan begitu, ia akan merasa mendapatkan perhatian dari Bunda.

3. Bersikap tepat saat si Kecil melakukan kesalahan. Jangan berteriak atau memarahinya karena akan memberikan jarak antara Bunda dengannya. Ia pun akan enggan bercerita tentang berbagai hal karena khawatir akan dimarahi.

Dancow bantu lindungi eksplorasi si Kecil #DANCOWLindungi

Image Article
"1001" Tips Parenting agar Si Kecil Mau Terbuka dan Bercerita
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Ketika Si Buah Hati Menjadi Emosional? Ini Sebabnya

Published date

Bunda pasti senang melihat Si Buah Hati yang semakin besar. Usianya kini sudah mencapai 14 bulan atau di atas 1 tahun. Di usia ini, Si Buah Hati masih mengalami perkembangan otak sangat pesat. Ia pun mulai hobi meneliti dan mencari tahu tentang benda-benda dan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Di momen inilah anak sangat memerlukan perhatian Bunda, untuk memberi petunjuk tentang hal-hal yang ingin diketahuinya. Juga untuk menjaganya dari hal-hal yang mungkin membahayakannya.

Mengenai emosi, kini Si Buah Hati sudah dapat menunjukkan rasa marah dengan beragam ekspresi. Mulai dari berteriak, memukul, mencakar, bahkan menggigit. Ketika itu terjadi, Bunda tidak perlu panik. Sebab melakukan ini bukan berarti karena dia berbakat dalam melakukan kenakalan. Anak melakukannya hanya karena belum tahu cara mengekspresikan emosinya.

Mengapa Si Buah Hati sampai sebegitu emosi? Banyak penyebabnya. Salah satunya adalah karena stres. Dia dapat mengalami tekanan ketika merasakan tuntutan yang melebihi batas, orang tua berkelahi, atau orang tua memarahinya. Penyebab lain adalah terganggunya rutinitas anak seperti melakukan perjalanan, adanya suara gaduh yang terus-menerus, terlewatnya waktu tidur siang, atau ada tamu yang berkunjung ke rumah.

Ketika stres, biasanya Si Buah Hati mengalami sulit tidur, sulit makan, sering menangis di malam hari, tidak bisa diam, dan cenderung terlihat lebih aktif. Emosi ini terkadang ia salurkan dengan memukul atau menggigit. Untuk mencegah anak memukul dan menggigit, Bunda harus mengusahakannya tidak stres. Juga mengajarkannya cara mengarahkan energi ke hal yang baik.

Misalnya dengan melakukan kegiatan yang dapat membuat Si Buah Hati “lupa” dengan emosinya. Bacakan buku cerita dan bantu dia untuk membuka-buka buku. Bisa pula mengajaknya bermain boneka dengan suara-suara, bermain mengambil benda, lompat kodok, atau menebak warna. Pada intinya, buatlah anak sibuk dengan kegiatan yang menyenangkan.

Jika sudah cukup beraktivitas yang menyenangkan sepanjang hari, maka dia akan membutuhkan waktu untuk tidur tenang. Suasana hati yang nyaman juga membuatnya tidak lagi berminat menyalurkan energi dengan cara negatif seperti memukul atau menggigit.

Selain mengajak Si Buah Hati beraktivitas, Bunda disarankan pula mengelola stres diri sendiri. Usahakan agar lebih santai sehingga tidak meluapkan emosi ke lingkungan rumah. Ciptakan juga suasana yang tenang, nyaman, dan penuh canda tawa. Lalu peluklah dia dan ajak bermain bersama. Penulis Buku The Miracle of Hug, Melly Puspitasari, mengatakan pelukan memberikan kedekatan dan kekuatan getaran batin, perasaan sayang antara orang tua dan anak. Melly juga menyebut, pelukan pada anak-anak akan merangsang keluarnya hormon oksitosin, sehingga memberikan perasaan tenang.

Bila Si Buah Hati masih memukul, menggigit, atau mencakar, sebaiknya Bunda tetap sabar. Jangan sampai ikut terbawa emosi atau memarahinya. Lebih baik, Bunda memberinya nasihat dengan kata-kata yang mudah dimengerti. Kemudian ajari Si Buah Hati menyayangi orang lain, senang memberi, dan tidak menyakiti orang di sekitarnya.

Image Article
Ketika Si Kecil Menjadi Emosional? Ini Sebabnya
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Manfaat Omega 3 dan Omega 6 untuk Anak pada Kemampuan Bahasa

Published date

Bunda, omega 3 serta omega 6 memegang peran penting dalam perkembangan otak. Apa itu omega 3 dan 6? Kenapa penting dan apa manfaatnya? Berikut pembahasan mengenai manfaat omega 6 untuk anak, tidak ketinggalan juga omega 3.

Omega 3 dan Omega 6 untuk Tumbuh Kembang

Tercukupinya kebutuhan asam lemak esensial akan membuat pembentukan dinding sel neuron di otak berlangsung normal. Dengan begitu, otak Si Buah Hati berkembang dengan kemampuan pengorganisasian dan koneksi normal di antara sel-selnya. Dalam jangka panjang, Si Buah Hati yang mendapatkan kecukupan asupan kedua lemak tidak jenuh (omega 3 dan 6) tersebut akan tercermin dalam perilaku belajarnya.

Manfaat Omega 3 dan omega 6 untuk Perkembangan Bahasa Si Buah Hati

Manfaat omega 3 dan 6 untuk anak lainnya adalah dapat mendukung kemampuan berbahasa. Studi menemukan bahwa balita yang mengonsumsi minyak omega 3 dan 6 secara signifikan meningkatkan penggunaan gerakan representasional mereka dibandingkan dengan balita dalam kelompok plasebo (dalam perawatan medis). 

Hasil tersebut menunjukkan bahwa suplementasi asam lemak omega 3 dan 6 dapat membantu perkembangan sosial dan komunikatif secara keseluruhan, seperti gerakan representasional/gestur, tetapi bukan secara spesifik terhadap bahasa.

Manfaat Minum Susu yang Difortifikasi dengan Omega 6 dan 3

Saat ini, sangat banyak merk susu yang difortifikasi dengan omega 3 dan 6 sebagai nutrisi tambahannya. Tapi, apa sebenarnya manfaat kandungan omega 3 dan 6 dalam susu? Berikut penjelasannya.

1. Mendukung Perkembangan Otak Anak

Susu dengan omega 3 dan 6 memiliki peran penting untuk fungsi otak dan perkembangan di masa kanak-kanak. Menurut penelitian, omega 3 terutama DHA, bersama dengan omega 6 telah terbukti secara ilmiah membantu perkembangan otak anak.

Studi menemukan bahwa asupan DHA memberikan efek yang positif untuk perkembangan otak, terutama dalam hal kemampuan kognitif, perencanaan, pemecahan masalah, dan pembelajaran.

Kemudian, manfaat omega 6 untuk anak, adalah komponen mendukung kinerja otak melalui komponen khususnya ARA atau Asam arakidonat. ARA terlibat dalam pengiriman sinyal saraf dan sintesis neurotransmitter, yang berguna mendukung fungsi kognitif dan kesehatan otak secara keseluruhan. 

2. Mendukung Kemampuan Membaca Anak

Manfaat omega 6 untuk anak, dan omega 3, salah satunya adalah mendukung kemampuan membaca anak. Studi dari University of Gothenburg menunjukkan bahwa suplementasi omega 6 dan 3 dapat memperbaiki kemampuan membaca anak yang bersekolah di sekolah umum.

Hal ini juga selaras dengan penelitian dari Oxford University yang menunjukkan bahwa dengan suplementasi omega 3, terutama DHA yang cukup, dapat membantu perkembangan membaca si Buah Hati.  Anak usia 7-9 tahun dengan kadar DHA yang rendah dalam darah umumnya mengalami kesulitan dalam belajar membaca. 

3. Mendukung Kesehatan Mata Anak

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa omega 3, terutama DHA, membantu mengoptimalkan kesehatan mata. Ini karena omega 3 dapat membantu meningkatkan fungsi retina.

Selain itu, penelitian menyebutkan bahwa omega-3, khususnya eicosapentaenoic acid (EPA) dan DHA, dapat dijadikan sebagai terapi untuk mengurangi gejala mata kering.

4. Membantu Si Buah Hati Tidur Nyenyak

Penelitian terkait fungsi omega 3 untuk anak itu menyimpulkan bahwa kadar DHA dalam darah yang lebih tinggi mungkin berhubungan dengan tidur anak yang lebih baik, sebagaimana dinilai oleh orangtua. Meski penelitian ini menunjukkan jika suplementasi DHA membuktikan ada hubungan dengan kondisi tidur anak yang lebih baik,   masih diperlukan penelitian lanjutan.

Oleh karenanya, Bunda perlu memperhatikan diet gizi seimbang Si Buah Hati, yang di dalamnya termasuk omega 3 dan omega 6, sehingga dapat berkontribusi pada kesehatan anak secara keseluruhan. Pasalnya, diet sehat menyediakan semua kebutuhan gizi yang diperlukan agar tubuh berfungsi, termasuk siklus tidur. 

5. Kurangi Risiko Asma dan Alergi Pada Anak

Penelitian menyimpulkan bahwa asupan omega 3 dan 6 berhubungan dengan perbaikan respons asmatik terhadap udara berpolusi. Rutin mengonsumsi susu dengan omega 6 dan 3 dapat mengurangi risiko kejadian asma dan alergi pada anak. DHA dapat membantu menjaga kesehatan saluran pernapasan dan mengurangi risiko infeksi pernapasan yang dapat mempengaruhi daya tahan anak.

6. Membantu Penyembuhan

Fungsi omega 3 dan 6 untuk anak selanjutnya adalah kandungan prekursor molekul pro-inflamasi (peradangan) eikosanoid yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Kandungan omega 3 dan 6  memiliki sifat antiinflamasi yang dapat membantu mengurangi peradangan dengan menjaga keseimbangan kekebalan tubuh. 

Baca Juga: Kandungan Gizi Susu UHT DANCOW: Susu Bubuk dan Cair

Takaran Omega 3 dan Omega 6

Setelah Bunda membaca bahasan tadi, mungkin muncul pertanyaan tentang takaran kebutuhan lemak tidak jenuh (omega) bagi Si Buah Hati. Hal ini penting terutama saat Si Buah Hati memasuki usia prasekolah, perkembangan otaknya berkembang sangat cepat.

Angka kecukupan omega 3 dan 6 bervariasi menurut ukuran tubuh, usia, dan aktivitas Si Buah Hati. Artinya, semakin banyak energi yang digunakan Si Buah Hati, kebutuhan akan asam lemak esensial ini juga meningkat. Saat berusia 3 tahun, Si Buah Hati membutuhkan sekitar 0,7 gram omega 3 dan 7 gram omega 6 dalam makanan dan minumannya setiap hari.

Bahan Makanan Mengandung Omega 3 dan Omega 6

Bunda bisa mendapatkan kandungan asam lemak yang penting pada pertumbuhan anak tersebut dari beberapa makanan sehari-hari. 

Omega 3 dapat Bunda peroleh dari berbagai jenis ikan yang hidup di laut dalam seperti lemuru, tuna, salmon, dan kod. Bentuk omega 3 yang lebih praktis dapat Bunda peroleh dari minyak ikan, minyak kanola, minyak kedelai, minyak zaitun, dan minyak jagung. Sementara, Omega 6 dapat Bunda temukan dalam minyak nabati seperti minyak kedelai, minyak zaitun, dan minyak jagung.

Untuk bantu melengkapi kebutuhan omega 3 & 6 nya, Bunda juga bisa memberikan Si Buah Hati DANCOW 3+ Imunutri. DANCOW 3+ Imunutri mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, DHA, omega 3 & 6, tinggi vitamin A, C, E dan mikronutrien lainnya.

Semoga Bunda kini bisa memberikan asupan gizi terbaik untuk Si Buah Hati, ya!

Image Article
Manfaat Omega 3 & 6 untuk Anak pada Kemampuan Bahasa
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Saat Si Buah Hati Memasuki Fase Imajinatif

Published date

Pernahkah Bunda mendapati Si Buah Hati sedang berbicara dengan bonekanya? Atau berperilaku seakan sedang berperang dengan sesosok raksasa, walau tak ada siapa-siapa di depannya?

Pada usia 3 tahun, Si Buah Hati memang tengah berada dalam fase pra-operasional. Pada fase tersebut, Si Buah Hati mengalami perkembangan bahasa yang pesat. Perkembangan bahasa tersebut biasanya diiringi dengan perkembangan imajinasi, yang biasanya disalurkan melalui permainan peran.

Seperti yang ditulis Halida dalam penelitian Metode Bermain Peran Dalam Mengoptimalkan Kemampuan Bicara Anak Usia Dini, bila bermain peran merupakan bagian dari cara anak mengembangkan kemampuan bahasa dan sosialisasinya. 

Karena itu, Bunda tidak perlu khawatir jika Si Buah Hati melewati fame imajinasi. Sebab ini merupakan tanda kalau otak atau kecerdasan kognitif anak sedang berkembang, dan dapat mendorongnya berpikir kreatif.

Nah, agar bisa mengembangkan daya imajinasi pada Si Buah Hati, Bunda sebaiknya melakukan permainan pura-pura bersamanya. Misalnya, Bunda berpura-pura menjadi ibu guru sementara Si Buah Hati menjadi muridnya; atau berperan seperti tokoh dalam suatu cerita dongeng.

Pendampingan Bunda kala Si Buah Hati bermain peran tidak hanya membuat suasana permainan menjadi seru dan menyenangkan. Tapi juga dapat mengarahkan imajinasi Si Buah Hati agar tidak keluar batas atau menjadi negatif. 

Apalagi kalau Si Buah Hati terlalu banyak menonton televisi atau bermain games, sehingga membuatnya terdorong berimajinasi berlebihan, seperti berpura-pura menjadi superhero yang bisa terbang dari ketinggian.

Dalam pendampingan dan pengawasan itu, Bunda pun tidak perlu terlalu ketat dalam memberikan aturan pada Si Buah Hati. Karena aturan yang sangat ketat akan membuat Si Buah Hati sulit mengungkapkan imajinasi dan pikiran kreatifnya.

Di tahap ini, Bunda cukup memberikannya batasan atau aturan. Seperti tidak boleh memukul dengan pedang maupun benda tajam, atau tidak boleh melompat dari tempat tinggi. 

Bunda juga perlu bersikap santai dan menikmati peran Si Buah Hati, tanpa menunjukkan rasa panik atau marah ketika ia bermain dan berperilaku dengan menggunakan baju tokoh idolanya. Sehingga Si Buah Hati memiliki keleluasaan dalam mewujudkan imajinasinya dengan aman.

Untuk mendukung imajinasinya, Bunda bisa memberikan Susu DANCOW 3+ Nutritods. Ini adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Saat Si Kecil Memasuki Fase Imajinatif
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

4 Karakter Khas Bahasa dan Emosi Si Buah Hati

Published date

Semakin banyak koneksi atau sambungan yang terbentuk pada otak Si Buah Hati, semakin besar kemungkinannya untuk mencapai tingkat kecerdasan optimal. Untuk bisa membentuk koneksi-koneksi tersebut,  otak membutuhkan rangsang atau stimulasi yang tepat.

Pertumbuhan otak sangat penting bagi perkembangan fisik, kognitif, dan emosional seorang anak. Dalam buku Human Development karya Diane E. Papalia dkk,  2008 disebutkan, saat lahir,  berat otak Si Buah Hati hanya 25 persen dari berat akhirnya di periode dewasa. 

Otak orang dewasa, beratnya berkisar antara 1.300-1.400 gram. Di usia 1 tahun, 70 persen dari berat akhir tersebut  sudah tercapai, dan hampir 90 persennya tercapai di usia 3 tahun. Alhasil, pada usia 6 tahun, ukuran otak anak hampir sebesar otak orang dewasa.

Masih dari buku yang sama, Human Development, dikatakan, neuron berasal dari inti sel yang terdiri atas DA (deoxyribonucleic acid) dengan muatan program genetik sel. Seiring dengan pertumbuhan otak, sel dasar ini menumbuhkan cabang yang disebut axon dan dendrites-narrow

Akson berfungsi mengirim sinyal ke neuron lain, sedangkan dendrit menerima pesan yang masuk dari neuron lain melalui sinaps, yaitu jaringan komunikasi saraf. Pada masa awal, otak akan memproduksi neuron dan sinaps lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Yang tidak digunakan atau tidak berfungsi lantas akan mati dengan sendirinya. 

Proses kematian atau gugurnya sel yang berlebih itu dimulai sejak periode sebelum Si Buah Hati lahir dan terus berlangsung setelah kelahirannya. Tujuan dari pengguguran neuron ini sebetulnya adalah untuk membantu menciptakan sistem saraf yang efisien.  Jumlah sinaps mencapai puncak pada usia 2 tahun, dan proses pengguguran terus berlanjut hingga usia dewasa.

Untuk bisa membentuk sinaps,  otak Si Buah Hati harus aktif digunakan dengan cara memberinya rangsang atau stimulasi yang pas sesuai usia. Mengapa? Karena pertumbuhan sel otak tidaklah serentak, bagian yang berbeda dari otak tumbuh dengan pesat pada waktu yang berbeda pula.

Semakin banyak sambungan yang terbentuk di otak, semakin efisien cara kerja sistem sarafnya. Karena itu, stimulasi sangat penting bagi Si Buah Hati agar kemampuan otaknya semakin berkembang dan mencapai tingkat kecerdasan optimal sesuai potensi genetiknya.

Menurut psikolog perkembangan anak, Gisella Tani Pratiwi, MPsi, Psi, perkembangan otak yang optimal ini sangat berkaitan dengan tercapainya tonggak-tonggak perkembangan atau milestones. Perlu diketahui, perkembangan anak sejatinya mencakup kemampuan sensori (indrawi), motorik (kontrol gerak), sosial-emosi dan kognisi (mental). 

“Tanpa stimulasi, sambungan-sambungan antarsel saraf pusat atau otak tidak akan terbentuk, bahkan mengalami penyusutan. Dengan kata lain, peningkatan intelegensi dan pencapaian tonggak-tonggak perkembangan akan sangat terhambat,” ujarnya.  

“Jika tonggak-tonggak itu tidak tercapai, potensi anak tidak akan tergali dan terkembangkan secara optimal. Bahkan jika stimulasi benar-benar minim karena berbagai alasan, anak bisa memiliki tingkat intelegensi yang rendah. 

“Akibatnya, Si Buah Hati kurang memiliki kemampuan memecahkan masalah dan berpikir logis. Ia juga akan kurang mampu berkomunikasi dengan baik karena kemampuan verbalnya rendah. Kondisi ini bisa mengganggu proses belajar serta kemampuan bersosialisasinya,” tambah Gisella.

Tonggak Perkembangan

Melihat betapa pentingnya stimulasi, Bunda perlu mengusahakan untuk rajin memberikannya sesuai usia Si Buah Hati. Kesesuaian usia sangatlah penting mengingat setiap tahapannya menampilkan ciri perkembangan berbeda. 

Pada tahapan usia toddler dan prasekolah yang merupakan periode emas perkembangan manusia, menurut Elizabeth B. Hurlock dalam buku Psychology Development, 2002, akan muncul beberapa karakter khas dari kemampuan bahasa dan sosial-emosi yang harus diasah, yaitu:

1. Berkembangnya Konsep Diri

Secara perlahan pemahamannya tentang kehidupan berkembang. Saat ini anak mulai menyadari akan diri dan identitasnya. Karena itulah dia ingin keberadaannya diakui, ingin mencoba segalanya, merasa dirinya bisa melakukan apa saja, namun di sisi lain masih ingin disayang-sayang dan dibantu oleh orang tuanya.

Perkembangan konsep diri berawal dari pengenalan identitas pribadi, yaitu nama, jenis kelamin, usia, ditambah penerimaan lingkungan terhadap dirinya terutama kualitas hubungan dengan orang-orang terdekatnya. 

Di sini, anak bisa menerima dirinya dan memahami bahwa ia memiliki kemampuan untuk dapat melakukan banyak hal jika ia merasa diterima dan dipahami oleh lingkungan. 

Sebab itulah, peran orang tua sangat besar, terutama dalam memberikan stimulasi dan menyediakan lingkungan yang kondusif agar anak dapat mengembangkan konsep diri yang positif.

2. Egosentris 

Si Buah Hati berpikir bahwa segala yang ada dan tersedia adalah untuk dirinya, Semuanya ada untuk memenuhi kebutuhannya. Kuatnya egosentrisme memengaruhi perilaku anak dalam bersosialisasi. 

Ia enggan untuk meminjamkan mainannya kepada teman, juga menolak mengembalikan mainan yang dipinjamnya dari teman. Akibatnya sering muncul konflik saat anak berada di area bermain bersama anak-anak lain. 

Uniknya, pada saat mengalami konflik anak belum bisa menyelesaikannya secara efektif, ia cenderung menghindar dan menyalahkan orang lain, atau bahkan melawan.

Pada usia ini, anak memang belum mampu melihat beberapa perspektif dalam menyelesaikan persoalan. Mereka hanya bisa memahami dari sisi dirinya sendiri. Tapi harus diingat, egosentrisme ini adalah salah satu tanda perkembangan. Jadi, pada setiap anak kemampuan ini harus muncul.

Sikap orang-orang yang berada di lingkungan berperan sangat penting untuk bisa memainkan dua peran. Pertama, memahami bahwa perilaku egosentris merupakan tanda perkembangannya. 

Kedua, menstimulasi anak untuk dapat memahami sudut pandang yang lain dengan memberikan contoh nyata. Misalnya, ketika anak mendesak untuk minta dibuatkan susu sekarang juga, sementara orang tua sedang sibuk melakukan sesuatu yang tidak dapat ditunda, berikan pengertian pada anak bahwa ia dapat menunggu sampai Ayah atau Bunda selesai. Tak cukup hanya mengatakan, “Sebentar.”

3. Rasa Ingin Tahu yang Tinggi 

Meliputi berbagai hal, antara lain fenomena alam yang dilihatnya sehari-hari, seperti dari mana datangnya hujan, mengapa muncul halilintar yang suaranya menggelegar, atau mengapa ada siang ada malam. Anak pun mulai tertarik mengeksplorasi tubuhnya sendiri dan dari mana asal usul keberadaannya. 

Jangan abaikan pertanyaan anak apalagi menganggapnya cerewet. Tanggapan negatif kita akan mematikan semangatnya untuk bertanya dan mencari tahu. Jadi, tanggapilah dengan jawaban yang logis dan ilmiah sesuai pemahaman anak. 

Kalau Bunda belum bisa menjawab pertanyaan Si Buah Hati, katakan padanya untuk bersama-sama mencari jawaban di buku atau sumber lain yang terpercaya.

4. Imajinasi yang Tinggi 

Imajinasi di usia ini sangat mendominasi setiap perilaku anak, sehingga ia sulit membedakan mana khayalan dan mana kenyataan. Bahkan, kadang-kadang ia suka melebih-lebihkan ceritanya. Daya imajinasi inilah yang membuat Si Buah Hati bicara sendiri ketika memainkan mainannya atau menciptakan teman imajiner (teman khayalan).

Anak-anak yang memiliki teman imajiner umumnya memiliki kemampuan verbal yang relatif lebih tinggi dibandingkan anak sebayanya. Respons lingkungan yang positif dan stimulasi akan sangat membantu anak untuk mengembangkan imajinasi dan perilaku positif. 

Dalam hal kemampuan fisik-motorik, di usia 1 hingga 2 tahun muncul kemampuan berjalan pada Si Buah Hati yang membuat jangkauan eksplorasinya menjadi luas. Bunda perlu membiarkannya bereksplorasi sebagai upaya menstimulasi, tetapi harus tetap dengan aturan. 

Misalnya,  tak boleh menendang barang selain bola; bermain bola tidak di dalam rumah. Memasuki usia 3 hingga 5 tahun, Si Buah Hati akan semakin memiliki kemampuan yang baik pada motorik kasar serta halusnya. 

“Ia akan semakin kuat secara fisik dan memiliki energi yang banyak untuk bergerak selain didorong motivasi rasa ingin tahu dan eksplorasi hal-hal sekitar dan hal-hal baru,” tambah Gisella. 

Di usia ini motorik halus Si Buah Hati semakin terlatih. Ia sudah dapat memegang alat tulis dengan baik, sudah mulai dapat menulis dengan angka dan mewarnai dengan bidang yang besar. Jari jemarinya juga mulai menguasai untuk memegang benda kecil.

Kegemaran Si Buah Hati bereksplorasi membuat Bunda perlu mencari cara-cara kreatif agar ia tetap aman dan bebas bergerak. Pastikan Bunda bahu-membahu dengan Ayah untuk menemani Si Buah Hati. 

Ikut mendampingi anak akan membuatnya banyak belajar, karena Si Buah Hati akan banyak meniru ucapan dan tindakan orang-orang di sekitarnya. “Berikan aktivitas harian dan peraturan perilaku yang konsisten pada anak,” tambah psikolog anak yang akrab disapa Ella ini. 

Tentunya, paling efektif adalah dengan memberi contoh dan teladan di hadapan Si Buah Hati. Tambahan lagi, selalu jelaskan kepada Si Buah Hati alasan dari sebuah aturan; apa akibatnya buat dia kalau dilanggar. Dengan begitu, Si Buah Hati akan bersikap sesuai harapan tanpa jadi takut bereksplorasi.

Dukung eksplorasi Si Buah Hati dengan memberikan Susu DANCOW 1+ Nutritods. Ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Untuk anak usia prasekolah, Bunda bisa memberikan Susu DANCOW 3+ Nutritods. Ini adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

 

Image Article
Mengapa si Kecil Butuh Stimulasi?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Kenali Bakat Si Buah Hati Untuk Membantu Mengembangkannya

Published date

Setiap anak masing-masing memiliki bakat atau talenta. Tugas orang tualah untuk menggali dan mengasah sehingga dapat berkembang maksimal serta mempengaruhi keberhasilan hidupnya kelak.

Apa itu bakat? Seorang anak dikatakan berbakat pada suatu bidang ketika kemampuannya di bidang tersebut tampak bagus sekali atau menonjol.

Menurut dr. Bernie Endyarni Medise, SpA(K), MPH, setiap anak memiliki bakat yang berbeda-beda. Misalnya ada yang berpotensi di bidang seni seperti menyanyi, bermain musik, melukis dan sebagainya. Lalu, ada juga anak yang berbakat di bidang akademis dan sebagainya.

“Namun perlu kita tahu, bakat anak bisa berubah-ubah. Boleh jadi pada suatu waktu, bakat anak yang sebenarnya adalah bidang yang sebelumnya belum ditekuni. Masalahnya, terkadang orangtua merasa tidak sabar ingin segera mengetahui bakat anak sejak usia dini. Alhasil, jangan heran bila pada usia balita, tidak sedikit anak yang diikutkan tes bakat yang sebenarnya belum perlu,” kata dokter anak di Divisi Tumbuh Kembang—Pediatri Sosial, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI–Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini.

Daripada buru-buru ikut tes bakat, Dokter Bernie menyarankan orang tua sebaiknya memperkenalkan sebanyak mungkin kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan lainnya pada anak.

“Perlu kita ingat bahwa anak sesungguhnya multitalenta. Anak tidak hanya memiliki satu bakat, akan tetapi ada potensi-potensi lain yang perlu juga dikembangkan. Nah, agar potensi talenta lain muncul, orangtua perlu mengenalkan beragam aktivitas dan kesempatan, serta kegiatan/keterampilan baru pada Si Buah Hati.”

Misalnya, ketika kita mendeteksi bahwa Si Buah Hati kemungkinan berbakat di bidang menyanyi, boleh saja diikutkan les vokal. Orangtua memang perlu memberikan stimulasi pada anak sesuai potensinya. Akan tetapi, jangan lupa bahwa ada bermacam keterampilan lain yang meski dikenalkan pada Si Buah Hati. Sebagai contoh, bidang olahraga. Mungkin Si Buah Hati berbakat di bidang ini seperti bermain sepak bola, basket, bulu tangkis dan sebagainya.

Selain saran di atas, Dokter Bernie juga menyarankan orang tua melakukan hal-hal di bawah ini agar bakat Si Buah Hati terus terasah;

Ketersediaan waktu menjadi salah satu kunci sukses mengembangkan bakat anak. 

Untuk itu, Bunda dan Ayah perlu terlibat secara langsung dengan Si Buah Hati. “Orangtua beserta anak harus secara bersama-sama mengeksplorasi apa yang dimiliki anak. Bantu Si Buah Hati mengenali berbagai minat dan bakatnya.”

Biasanya, bakat yang dimiliki Si Buah Hati tidak jauh dari yang dimiliki orangtua, tetapi kadang-kadang Si Buah Hati juga memiliki bakat lain yang berbeda dari orangtuanya.

Dorong rasa percaya diri Si Buah Hati mengenal bakat yang ia punya dengan cara tidak membandingkannya  dengan anak lain. 

“Sering kali Bunda dan Ayah merasa ‘iri’ karena anak tidak seperti anak lain yang dengan mudah menemukan bakatnya. Setiap anak punya perlakuan dan pola asuh yang berbeda,” ujar dokter Bernie.

Ketika Si Buah Hati terlihat enggan atau malas mendatangi kursus/tempat latihannya, Bunda tidak perlu marah. 

Teruslah untuk memberikan dukungan positif padanya karena bisa jadi Si Buah Hati tidak bosan, hanya saja butuh dukungan.

Hindari overstimulasi. 

Memang, ada beberapa anak yang sejak kecil sudah menunjukkan bakatnya. Bahkan beberapa balita sudah mendapat apresiasi/penghargaan saat menunjukkan bakatnya tersebut.

Bangga? Tentu saja. Namun demikian, dokter Bernie mengatakan, di usia anak-anak, Si Buah Hati hendaknya jangan terlalu difokuskan pada satu bidang. Bila ini yang diterapkan, bisa saja anak mengalami kelelahan. Selain bakatnya tak optimal karena terkesan dipaksa, bakat-bakat yang lainnya justru tidak akan muncul atau berkembang. Padahal, setiap anak bisa memiliki berbagai kecerdasan atau yang dikenal dengan multiple intelligence.  Nah, bila Si Buah Hati mengalami overstimulasi yang hanya difokuskan pada bidang tertentu,  selain dirinya menjadi stres karena merasa terbebani, boleh jadi bakatnya malah tidak akan berkembang optimal.

Dokter Bernie percaya, mengasah bakat anak sejak dini tidak hanya membuatnya belajar mengenali diri sendiri. “Ada manfaat lain, yaitu bila Si Buah Hati terasah bakatnya sejak dini, di usia sekolah, ia akan dengan mudah menerima ilmu baru di sekolah sehingga juga akan berpengaruh terhadap kemampuan akademiknya.”

Bunda yuk baca juga artikel bakat Si Buah Hati di artikel "Kenali Bakat Si Kecil Untuk Membantu Mengembangkannya"

Image Article
Kenali Bakat Si Kecil Untuk Membantu Mengembangkannya
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Mengasah Kecerdasan Spiritual Sejak Dini

Published date

Kecerdasan spiritual atau spiritual quotient (SQ) penting ditumbuhkan pada Si Buah Hati, sebagai dasar pemahaman terhadap akan adanya Sang Pencipta.

Pemahaman akan adanya Sang Pencipta (Tuhan) cukup ampuh untuk menjaga prinsip di jalur yang benar, sebuah prinsip yang didasarkan pada nilai-nilai positif lingkungan dan agama.

Spiritual quotient  (SQ) adalah kemampuan Si Buah Hati untuk memahami keberadaan Tuhan dengan baik. Ia memahami jika Tuhan yang menciptakannya, menciptakan alam sekitar, mengatur kehidupan, memerintahkan manusia untuk melakukan sesuatu yang baik, dan terus mengontrol apa yang mereka lakukan.

Dengan kata lain, anak yang kualitas SQ-nya baik, akan merasakan kehadiran Tuhan di sisinya. Itulah mengapa, anak dengan SQ yang baik akan mudah diminta beribadah karena melalui kegiatan itulah Si Buah Hati merasa dekat dengan Tuhan.

“Pemahaman akan adanya Tuhan cukup ampuh untuk menjaga prinsip di jalur yang benar, sebuah prinsip yang didasarkan pada nilai-nilai positif lingkungan dan agama. Ia tahu prinsip benar-salah, berjalan di jalur yang benar dan menghindari jalan yang salah yang dapat menyengsarakan banyak orang. Ia tahu, menganut prinsip hidup seperti itu akan membuatnya berguna bagi lingkungan,” jelas Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, M.Psi.

Prinsip inilah, lanjut Vera, yang akan dijadikan acuan untuk bersikap dan berperilaku. “Si Buah Hati yang SQ-nya bagus biasanya tidak segan menolak perbuatan yang tidak sesuai dengan prinsipnya, seperti mengambil milik orang lain tanpa izin, berperilaku curang, berbohong, menyakiti dan mencelakakan orang lain. Si Buah Hati juga akan lebih mudah melakukan hal-hal baik: belajar dengan giat, menolong orang lain, patuh kepada orangtua, taat kepada guru, hormat kepada orang dewasa, dan sebagainya. Si Buah Hati juga akan terdorong bersikap sportif, mengakui kelebihan orang lain. Selain itu, dia juga terbiasa meminta maaf bila bersalah dan memaafkan orang lain atas kesalahannya.”

Selain prinsip ketuhanan, pada sesama manusia juga Si Buah Hati yang ber SQ tinggi biasanya punya empati yang baik. Si Buah Hati akan peka terhadap situasi lingkungannya terutama pada mereka yang membutuhkan bantuan. “Misalnya ada temannya yang dinakali teman lain, ia akan membela temannya yang dinakali itu. Atau saat ia membawa bekal makanan sedangkan temannya tidak, maka ia akan tergerak untuk membagi sebagian bekalnya kepada teman tersebut.”

SQ yang dipunyai Si Buah Hati juga membuatnya akan menyayangi lingkungan dan mahkluk hidup lain seperti binatang serta tumbuhan karena semuanya merupakan ciptaan Tuhan yang perlu disayang.

Meskipun konsep ketuhanan dan hal-hal yang menyangkut spiritual adalah hal yang abstrak, bukan berarti kita tidak dapat mengajarkannya pada Si Buah Hati. Menurut Vera, hal-hal yang berkaitan dengan SQ dapat diajarkan lewat keseharian Bunda dan Ayah bersama Si Buah Hati. Contohnya adalah sebagai berikut:

  1. Mengasah SQ usia balita bisa dilakukan melalui permainan petak umpet yang mengandung pelajaran bahwa apa yang tidak terlihat  bukan berarti ia tidak ada.
  2. Jika Si Buah Hati suka menonton film, pilihkan tema-tema yang mengandung pembelajaran moral seperti etika berteman, hormat pada orangtua, sayang pada sesama manusia dan makhluk hidup, serta  kisah-kisah panutan.
  3. Selain itu, pastikan Si Buah Hati memiliki model identifikasi SQ di rumah. Bunda dan Ayah harus menjadi teladan dalam mengenalkan kebiasaan beribadah, berkata santun kepada orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, dan bersikap jujur.
  4. Libatkan Si Buah Hati dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan. Kegiatan beragama adalah cara praktis agar Si Buah Hati tahu kekuatan Tuhan. Misalnya salat berjamaah, pergi ke gereja bersama, atau mengunjungi rumah ibadah secara rutin. Bagi umat muslim, bulan puasa juga bisa menjadi sarana mengajarkan sisi spiritual tentang kegunaan berpuasa. Bantu anak-anak memahami mengapa orangtua berpuasa yaitu bentuk ibadah atau kegiatan yang berpusat pada Tuhan. Selain itu, puasa juga tidak sekadar menahan haus dan lapar, namun mengingatkan kita pada mereka yang tidak seberuntung kita bisa makan setiap hari.
  5. Saat menjalankan ibadah, beri pemahaman bahwa ibadah bukan sekadar ritual, namun perlu ditanamkan suasana batiniah dari setiap ibadah yang dilakukan. Tujuannya agar sembahyang dan berdoa bukan sekadar dilakukan sebagai kewajiban, tetapi sudah menjadi kebutuhan.

Bunda yuk baca juga artikel tentang kecerdasan Si Buah Hati di artikel "Stimulasi Tepat Akan Optimalkan Kecerdasan Si Buah Hati"

Image Article
Mengasah Kecerdasan Spiritual Sejak Dini
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

4 Cara Mengajarkan Si Buah Hati Berempati

Published date

Kemampuan empati membuat kita mampu merasakan perasaan orang lain, yang pada akhirnya mendorong kita untuk hidup bersama orang lain secara nyaman dan aman.

Empati adalah kemampuan untuk mengenali emosi atau perasaan orang lain. Empati mengajarkan kita untuk bisa menempatkan diri pada posisi orang lain yang kita hadapi, dengan turut merasakan apa yang mereka rasakan juga.

Apa Itu Empati?

“Empati mengedepankan bagaimana seseorang dapat mengekspresikan perasaannya dengan sikap peduli. Konsep empati memang terbilang abstrak bagi anak-anak. Namun, bukan berarti konsep tersebut mustahil diajarkan padanya,” kata Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, MPsi.

Dalam buku The How of Happiness (Penguin Books, London 2008)  Sonja Lyubomirski menuliskan manusia lebih bahagia saat bekerja sama dengan orang lain, daripada melakukan segalanya sendirian. 

Saat seseorang bekerja dalam sebuah kelompok, ia akan tergerak oleh interaksi dan hubungan sosial di dalam kelompok tersebut. Ada perasaan bahagia yang luar biasa saat kita bersikap peduli atau caring pada orang lain.

Dengan mampu berempati pada orang lain, berarti Si Buah Hati mampu untuk memahami bahwa ia adalah individu yang berbeda dan ‘berdiri sendiri’, sehingga anak mengerti orang lain bisa punya pikiran dan perasaan yang berbeda dengannya.

Bagaimana Cara Mengajarkan Empati?

Lalu, bagaimana sebenarnya kita dapat mengajarkan Si Buah Hati berempati sejak dini?

1. Jadikan Bunda Role Model

Sama seperti mengajarkan sopan santun, orang tua adalah role model anak dalam segala hal. Tanpa kita sadari, Si Buah Hati selalu mengamati apa yang kita tuturkan. Gaya bahasa apa yang biasa kita lakukan, bagaimana kita mendeskripsikan orang lain, apakah kita berusaha memahami orang lain atau malah cenderung menghakimi?

Jika kita mampu menekankan pada Si Buah Hati bahwa setiap orang punya alasan di balik perilakunya, itu adalah salah satu cara mengajarkan empati.

2. Memahami Emosi Si Buah Hati

Langkah berikutnya adalah mengenali dan memahami emosi yang dimiliki anak. Kadang tanpa kita sadari, kita berusaha mendikte Si Buah Hati apa yang harus ia pikirkan atau rasakan. 

Misalnya, Si Buah Hati bilang bahwa ia sedih, lalu kita cenderung menolak hal itu, “Sudah jangan sedih, masa begitu saja nangis?” Sebagai orang tua, kita harus bisa memberikan rasa percaya itu pada Si Buah Hati, sehingga ia bisa mengenali dirinya sendiri dengan baik, termasuk tahu bagaimana batasan diri.

Baca Juga: Ajarkan Si Buah Hati Berbagi

3. Membacakan Cerita Ke Si Buah Hati

Cara lain untuk mengajarkan berempati adalah dengan membacakan semua jenis cerita pada Si Buah Hati, baik cerita sedih, cerita gembira, dst. Buku memberikan beragam emosi yang bisa mendorong anak mengenali dan merasakan emosinya. 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa membaca cerita tentang beragam emosi meningkatkan kemampuan anak untuk berempati. Tanyakan pada Si Buah Hati perihal perasaan si tokoh, seperti “Burung kesayangan Captain Jack hilang, kira-kira dia sedih atau gembira?”

4. Peduli Terhadap Perasaan Si Buah  Hati

Tunjukkan rasa peduli kita pada perasaan anak dengan mendengarkan dan menyimaknya dengan baik, mulai kontak mata, mengulang apa yang ia sampaikan, hingga sentuhan seperti pelukan, kecupan, atau bahkan usapan. 

Contoh, saat Si Buah Hati gemas lalu memukul kita, daripada langsung marah, lebih baik berucap, “Bunda sedih kamu pukul Bunda. Itu sakit. Kalau memang tidak mau pakai baju ini, coba katakan saja, baju mana yang mau kamu pakai.” 

Si Buah Hati belajar bahwa tindakannya berpengaruh pada orang lain, sehingga ia tahu lain waktu ia pun bisa melakukan sesuatu saat melihat orang lain kesulitan, kesusahan, atau bahkan gembira.

Pada akhirnya, penting bagi kita untuk menanamkan bahwa anak laki-laki maupun perempuan sama-sama harus bisa berempati, bukan cuma anak perempuan saja yang perlu berempati. Berempati adalah salah satu kemampuan bersosialisasi  yang perlu dikuasai anak.

Oleh karena itu, kita bisa memulai membangun sikap empati sejak dini, sebab mengajarkan empati butuh proses secara bertahap, dan inilah perjalanan panjang orang tua dalam membesarkan dan mendidik anak.

Bunda bisa mendukung kemampuan sosialisasi dan empati dengan melengkapi nutrisi harian, seperti Susu DANCOW 3+ Nutritods. Ini adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Mari Ajarkan Si Kecil Berempati
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off