Cara Tepat untuk Meningkatkan Percaya Diri pada Anak SD

Published date

Selain mengasah kecerdasan otak, anak juga membutuhkan memiliki kecerdasan emosional yang baik dimana salah satunya adalah rasa percaya diri untuk membantunya meraih prestasi dan sukses di kemudian hari. 

Menurut informasi dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, anak sekolah dengan rasa percaya diri yang tinggi cenderung lebih siap untuk menantang diri mereka untuk belajar hal baru dan mencapai kesuksesan yang diinginkan. Hal ini karena rasa percaya diri dapat melahirkan rasa yakin pada kemampuannya sehingga akan mendorong seseorang untuk bisa berusaha lebih keras untuk mewujudkan impiannya.

Memang tidak semua anak memiliki kadar rasa percaya diri yang tinggi. Tapi tenang Bunda, hal tersebut dapat ditumbuhkan dan dilatih sejak dini. Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan percaya diri pada anak, yuk simak penjelasannya berikut ini!

Pentingnya Memiliki Percaya Diri yang Kuat pada Anak SD

Seiring dengan bertambahnya usia anak-anak, rasa percaya diri menjadi salah satu keterampilan yang harus mereka miliki agar dapat tumbuh sebagai individu yang sukses, baik dalam bidang akademis maupun lingkungan sosialnya. Untuk dapat berkembang dengan baik, anak-anak perlu percaya pada kemampuan yang dimilikinya, sehingga nantinya mereka juga mampu mengatasi keadaan saat mengalami kegagalan. 

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia menjelaskan pentingnya memiliki rasa percaya diri pada anak-anak baik saat berada di sekolah maupun lingkungan sosialnya sebagai berikut: 

  1. Anak-anak memiliki kemampuan bersosialisasi dan menjadi hubungan pertemanan dengan baik, terutama saat berada di lingkungan baru.

  2. Anak-anak mampu melihat dirinya sendiri dengan positif dan mampu mengenali kekurangan dalam dirinya. Kekurangannya inilah yang memotivasi mereka untuk terus belajar menjadi lebih baik lagi.

  3. Anak-anak menjadi lebih siap menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya. Misalnya saat menghadapi ujian sekolah, pemilihan ketua kelas, atau perlombaan yang diikuti.

  4. Anak-anak dan remaja dengan rasa percaya diri yang sehat juga cenderung memiliki lebih sedikit masalah perilaku, emosi yang cukup stabil, serta memiliki hubungan yang lebih sehat dengan keluarga dan teman sebayanya.

Baca Juga: Cara agar Anak Pintar di Sekolah

Tanda Anak Kurang Rasa Percaya Diri

Meski begitu, tak sedikit pula anak yang tidak memiliki rasa percaya diri yang cukup dalam dirinya. Ada banyak alasan kenapa anak tidak percaya diri, salah satunya adalah kurangnya dukungan dari orang-orang terdekatnya, termasuk orang tua yang membuat mereka tidak merasa dicintai dan dihargai, sehingga pada akhirnya mulai meragukan kemampuan dan harga dirinya sendiri. 

Penyebab anak tidak percaya diri dan pemalu yang datang dari lingkungan terdekatnya misalnya saat seorang anak selalu diremehkan dengan kalimat seperti “Ah, masa hal semudah itu saja kamu nggak bisa, sih? Adik aja bisa, loh.” Jika hal ini terjadi secara terus-menerus, maka anak-anak juga akan cenderung meremehkan dirinya sendiri. Beberapa perilaku anak yang tidak percaya diri sebagai berikut: 

  1. Seringkali menyalahkan diri sendiri untuk kesalahan yang tidak diperbuatnya.

  2. Lebih senang untuk menyerah saat menghadapi kesulitan dan tidak mengerjakan tugas sekolah yang cukup sulit.

  3. Mengalami perubahan suasana hati yang cukup drastis.

  4. Tidak ingin mencoba berbagai hal baru dalam hidupnya. 

  5. Memiliki prestasi akademik, hubungan sosial, dan perkembangan yang kurang baik dibanding dengan anak-anak seusianya. Kondisi ini jugalah yang pada akhirnya menjadi penyebab anak tidak percaya diri di sekolah.

  6. Kesulitan menerima kritik dari orang lain, sehingga ia sulit menjalin pertemanan bahkan hingga membuatnya tidak memiliki teman di sekolah.

Cara Meningkatkan Kepercayaan Diri pada Anak

Agar anak-anak dapat tumbuh sebagai individu yang percaya terhadap kemampuan yang dimilikinya, berikut ini beberapa cara meningkatkan percaya diri pada anak. 

  1. Memberikan contoh yang baik pada Si Buah Hati. Tak perlu harus menjadi sempurna, cukup tunjukkan bahwa Bunda bisa menyelesaikan berbagai pekerjaan atau tugas dengan semangat dan optimis setiap harinya.

  2. Hindari memarahi anak saat mereka melakukan kesalahan. Sebaliknya, berikan pemahaman bahwa setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan dan yang terpenting adalah belajar dari kesalahan yang pernah dilakukannya. 

  3. Ajak anak untuk melakukan hal baru dalam hidupnya. Sebab dengan memperoleh keterampilan baru dapat membuat anak-anak merasa mampu dan percaya diri bahwa mereka bisa mengatasi setiap hal yang ada di dalam hidupnya. 

  4. Biarkan anak-anak untuk merasakan kegagalan. Sebab dari kegagalan ini mereka bisa belajar bahwa tidak berhasil mencapai hal yang diingankannya tak lantas membuatnya menjadi celaka. Justru membuatnya belajar dan berusaha lebih baik lagi kedepannya. 

  5. Berikan pujian untuk setiap usaha yang dilakukan oleh anak. Termasuk saat mereka mengalami kegagalan. Sebab kepercayaan diri tak hanya dibangun dari keberhasilan, tetapi juga saat anak-anak dapat kembali bangkit setelah mengalami kegagalan dalam hidupnya.

  6. Membantu anak menemukan minatnya. Tujuannya adalah untuk membantu anak-anak untuk mengembangkan identitas dirinya, sebuah hal yang sangat penting untuk membangun rasa percaya diri.

Selain beberapa hal di atas, cara meningkatkan percaya diri pada anak juga bisa diwujudkan dengan menunjukkan rasa cinta Bunda padanya. Biarkan mereka tahu bahwa orang tua dan keluarganya memiliki rasa cinta yang besar padanya apapun yang terjadi. Rasa cinta ini bisa berupa ucapan, pelukan, kecupan hangat, dan yang tak kalah penting adalah dengan memastikan bahwa kebutuhan gizinya terpenuhi dengan baik. 

Tak cukup hanya dengan makanan bergizi, Bunda juga bisa melengkapinya dengan memberikan DANCOW FortiGro. DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6–12 tahun agar proses tumbuh kembangnya berjalan optimal. Hal ini karena dalam segelas DANCOW FortiGro memiliki kandungan vitamin dan mineral seperti: 

  1. Kandungan vitamin dan mineral yang dapat mendukung proses belajar dan meningkatkan imunitas seperti zat besi, zink, vitamin A, C, dan D.

  2. Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks).

  3. Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium.

Manfaat DANCOW FortiGro ini tak hanya dapat dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream.

DANCOW FortiGro juga tersedia dalam kemasan UHT siap minum dengan rasa yang disukai Si Buah Hati, yakni Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dikonsumsi untuk bekal sekolah atau dalam perjalanan. 

Semoga penjelasan mengenai penyebab anak tidak percaya diri dan cara mengatasinya di atas dapat menjadi inspirasi bagi Bunda untuk meningkatkan kepercayaan diri pada Si Buah Hati, ya!

Image Article
Cara Tepat untuk Meningkatkan Percaya Diri pada Anak SD
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Faktor dan Tahapan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini

Published date

Bunda, memastikan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik secara fisik tentu merupakan hal yang penting. Namun tahukah Bunda, memantau perkembangan emosi anak sejak dini juga perlu dilakukan.

Perkembangan emosi anak menjadi bagian penting dalam tumbuh kembang Si Buah Hati. Sejak usia dini, anak sudah mulai memiliki kesadaran diri dan menemukan cara mengekspresikan emosi, mengidentifikasi dan mengatur emosi, dan bagaimana berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana memahami perasaan orang lain.

Untuk itu, Bunda perlu tahu faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi pada anak dan apa saja tahap perkembangan emosi anak usia dini.

Mengapa Perkembangan Emosi Anak Penting?

Perkembangan emosional anak merupakan proses di mana Si Buah Hati mengembangkan kapasitasnya dalam mengenali, mengekspresikan, dan mengatur emosinya. Perkembangan emosi ini menjadi bagian penting bagi perkembangan anak secara keseluruhan.

Perkembangan emosi anak sudah dimulai sejak awal kehidupannya. Kemampuan untuk mengatur emosi sendiri dan mengelola interaksi dengan orang lain bisa menjadi kunci keberhasilan dalam bidang akademis, kesehatan mental, hingga hubungan sosial di masa depan anak.

Fungsi emosi terhadap perkembangan anak sangat besar. Perkembangan emosional yang kuat dapat mempengaruhi keterampilan anak dalam hal kesadaran diri, kesadaran sosial, pengaturan emosi, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan membangun hubungan.

Keterampilan tersebut pada waktunya akan berdampak pada keberhasilan anak di sekolah, rumah, komunitas, dan juga masyarakat.

Apa Saja Faktor Perkembangan Emosi pada Anak?

Bunda perlu tahu bahwa perkembangan emosi pada anak usia dini dapat dipengaruhi beberapa faktor, berikut di antaranya:

Kesiapan mental

Anak di usia dini belum memiliki mental yang stabil sehingga emosinya kerap berubah dengan cepat. Kesehatan emosional anak berkaitan dengan kesehatan mental dan Bunda sebagai orang tua perlu memberikan dukungan serta bimbingan yang tepat.

Proses pembelajaran

Di usia dini, anak masih belajar mengidentifikasi berbagai emosi yang berbeda. Orang tua memiliki peranan penting dalam mendukung perkembangan emosi Si Buah Hati dengan memberi contoh emosi yang tepat saat merespon dan membantu anak mengekspresikan emosi secara sehat.

Kondisi fisik

Kesehatan fisik dan mental memiliki keterkaitan, tidak terkecuali pada anak usia dini. Saat anak tumbuh sehat dengan fisik yang baik, ia akan lebih sehat secara emosional. Sebaliknya, anak dengan kondisi fisik tertentu biasanya akan merasa berbeda, terisolasi, dan membatasi aktivitas.

Pola asuh

Perkembangan emosi pada anak dimulai dengan hubungan Si Buah Hati dengan orang tua atau pengasuh sejak kecil. Itulah mengapa pola asuh dapat sangat mempengaruhi kemampuan emosional anak.

Baca Juga: Kenali Tahapan Perkembangan Anak pada Aspek Sosial

Tahapan Perkembangan Emosi Anak Usia 1-5 Tahun

Anak-anak tumbuh dan berkembang dengan pesat dalam 5 tahun pertama kehidupannya. Perkembangan anak terjadi dalam bidang motorik (fisik), komunikasi dan bahasa, kognitif, serta sosial emosional. Dalam perkembangan emosional, anak akan belajar memahami siapa dirinya, apa yang dirasakannya, dan apa yang diharapkan saat berinteraksi dengan orang lain.

Berikut ini tahapan perkembangan emosi pada anak usia dini 1-5 tahun:

1. Usia 0-1 tahun: Mengenali emosi

Saat lahir, anak sudah memiliki tiga jenis emosi, yakni bahagia, marah, dan takut. Pada tahap ini, Si Buah Hati mungkin hanya bisa menyampaikan emosi melalui tangisan saat merasakan hal buruk dan tertawa ketika menerima hal baik. Walau demikian, anak tetap memperhatikan dunia di sekitarnya dan bagaimana hal itu mempengaruhi perasaannya.

2. Usia 1-3 tahun: Mengekspresikan emosi

Pada tahapan ini, anak mengalami emosi yang lebih kompleks namun belum bisa membedakan ekspresi mana yang sehat dan tidak sehat. Di usia 1-2 tahun, anak akan belajar mengekspresikan diri dan tidak ragu dalam menyampaikan perasaannya. Menginjak usia 2-3 tahun, Si Buah Hati pun menjadi lebih mandiri. Pada tahap ini Bunda dapat mulai mengajarkan pada anak untuk memikirkan orang lain.

3. Usia 3-5 tahun: Mengelola emosi

Pada tahap ini, anak bersiap memasuki usia prasekolah. Lingkungan sosial yang baru memberi peluang kemandirian yang lebih besar namun juga tantangan yang lebih berat. Anak akan belajar berbagi, mendengarkan, dan bermain bersama yang bisa berakhir dengan perselisihan dengan anak lain.

Saat anak usia 3-4 tahun, Bunda bisa mengajarkan untuk berbagi mainan atau menunggu giliran bermain. Ajarkan juga untuk bagaimana menghargai orang lain dengan berkata maaf, tolong, dan terima kasih. Di usia 4-5 tahun, Bunda dapat mulai mengajarkan Si Buah Hati arti tanggung jawab dengan memberikan tugas sederhana di rumah, seperti merapikan mainannya sendiri. Jangan lupa untuk tetap memberi perhatian dan apresiasi kepada anak.

Demikian Bunda, ulasan seputar faktor dan tahapan perkembangan emosi anak di usia dini. Perkembangan emosi pada anak tidak kalah penting dari perkembangan fisiknya, sehingga Bunda harus memperhatikan kedua hal tersebut secara seimbang.

Image Article
Faktor dan Tahapan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tahapan dan Stimulasi Anak Menulis yang Perlu Bunda Ketahui

Published date

Bunda, mengajari dan mendidik anak usia dini terkadang memang bisa menjadi tantangan tersendiri, termasuk saat mengajari anak menulis. Bunda harus memilih metode yang tepat sesuai dengan usia dan perkembangan Si Buah Hati.

Simak ulasannya berikut ini untuk tahu tentang tahapan menulis anak usia dini dan memahami cara bagaimana memberikan stimulasi anak menulis!

Tahapan Menulis Anak Usia Dini

Perkembangan kemampuan menulis anak dapat dimulai sejak dini, diawali dengan keterampilan motorik halus. Keterampilan dasar tersebut misalnya belajar membuat garis, menggambar lingkaran, atau menghubungkan titik-titik. Selain itu, aktivitas mewarnai juga dapat menunjang perkembangan keterampilan menulis anak. Perkembangan keterampilan menulis anak bisa dibagi menjadi lima tahapan, yaitu:

Tahap Corat-coret

Apakah Si Buah Hati mulai mencorat-coret atau menggoreskan sesuatu secara acak pada lembaran kertas atau dinding rumah? Jika iya, itu berarti ia sudah masuk pada tahap awal perkembangan menulis. Pada tahap pertama ini, anak akan mengambil langkah besar dengan membuat coretan secara asal dan acak seolah tanpa makna.

Tahap Pengulangan Linear

Tahap selanjutnya yakni pengulangan linear. Pada tahap ini, anak mulai mengenal dan mencoba mencontoh bentuk tulisan horizontal. Tulisan Si Buah Hati masih belum terbaca dan tampilan yang dihasilkan masih seperti gambar rumput, walau demikian, anak akan ingat kata apa saja yang ia tulis.

Di tahap ini Bunda bisa mulai mendorong Si Buah Hati untuk lebih menyukai dan lebih sering menulis. Misalnya dengan melakukan permainan peran. Bunda bisa mengajak anak seolah menjadi dokter yang akan menulis resep obat. 

Tahap Menulis Acak

Di tahap ini, anak mulai dapat menarik garis, lingkaran, lengkungan hingga titik dengan lebih rapi usai mengenal berbagai huruf dan pengalaman menulis. Bentuk goresan Si Buah Hati juga akan lebih menyerupai sebuah tulisan meski huruf yang keluar mungkin masih acak.

Untuk semakin melatih Si Buah Hati menulis, Bunda bisa memintanya menceritakan gambar ke dalam tulisan. Cara ini akan membantu anak menuangkan ide menjadi tulisan walau huruf yang muncul masih acak dan belum lengkap.

Tahap Menulis Nama dan Bunyi

Tahap keterampilan menulis selanjutnya, anak akan mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi. Maksudnya, anak akan mencoba menulis kata sesuai dengan apa yang didengarnya. Misal, kata “sekolah” menjadi “skola” atau kata “dua” menjadi “duwa”. Di tahap ini, Si Buah Hati juga mulai sering menuliskan namanya, atau nama anggota keluarganya.

Tahap Menulis dan Mengeja

Tahap terakhir dalam perkembangan menulis anak bisa menjadi yang paling lama dan kompleks. Si Buah Hati akan mulai mengeja kata dengan benar dan memahami pembentukan kalimat serta tanda baca. Mereka juga mengetahui penggunaan huruf besar dan kecil yang benar.

Baca Juga: Rangsang Belajar Menulis Si Buah Hati dengan Kesenangan

Tips Memberi Stimulasi Anak Menulis

Setelah mengetahui tahapan kemampuan menulis anak, selanjutnya Bunda bisa membantu perkembangan keterampilan menulis Si Buah Hati dengan memberikan stimulasi.

Meski usia anak-anak lebih cepat menyerap keahlian baru, terkadang anak perlu sebuah dorongan. Oleh karena itu, Bunda perlu tahu sejumlah cara stimulasi anak menulis. Berikut sejumlah cara yang dapat dicoba untuk mengatasi anak lambat menulis:

Gunakan alat tulis yang pas

Bunda dapat memilih krayon, spidol atau kapur yang dapat dengan mudah dan mantap dipegang anak. Memegang kapur atau krayon dengan genggaman ujung jari akan membantu anak untuk belajar menggunakan pensil di kemudian hari. Selain itu, Bunda juga bisa menyediakan kertas untuk media berlatih menulis Si Buah Hati.

Dampingi anak saat belajar menulis

Sebisa mungkin, luangkan waktu Bunda untuk mendampingi anak belajar menulis. Orang tua perlu duduk bersama Si Buah Hati saat ia menggambar atau mencoret-coret. Cara ini akan membuat anak menjadi lebih senang dan tenang saat belajar menulis.

Cari hal yang menarik minat anak

Cobalah mendorong anak untuk menggambar atau menulis hal yang menarik baginya. Misalnya, anak suka buah-buahan atau hewan, maka dorong ia menggambar atau menulis sesuatu yang berhubungan dengan hal itu.

Menjadi contoh yang baik

Biarkan anak melihat dan mengamati saat Bunda menulis. Lakukan juga aktivitas menulis untuk tujuan yang berbeda-beda, seperti mencatat, menulis pesan, atau membuat daftar.

Berikan apresiasi

Selalu berikan apresiasi dan respons positif terhadap tulisan anak. Cara ini akan semakin membuat Si Buah Hati berminat terhadap huruf, kata, dan tulisan yang dilihatnya.

Bebaskan anak menulis

Biarkan Si Buah Hati menulis dengan tangan sesuka hati mereka. Dengan demikian, mereka akan lebih mengeksplorasi kemampuan menulis.

Demikian ulasan tentang tahapan kemampuan menulis dan contoh cara memberi stimulasi anak menulis. Tapi perlu diingat ya Bunda, kemampuan setiap anak dalam menguasai sesuatu bisa berbeda. Jadi, terus dampingi dan dukung Si Buah Hati dalam proses belajarnya, ya.

Image Article
Tahapan dan Stimulasi Anak Menulis yang Perlu Bunda Ketahui
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Mengenal Perkembangan dan Berat Janin 32 Minggu

Published date

Saat kehamilan memasuki 32 minggu, itu berarti waktu melahirkan sudah semakin dekat. Bunda pun harus semakin memperhatikan kesehatan janin di dalam kandungan. Di trimester ketiga (27-40 minggu), janin sudah akan terbentuk hampir sempurna dari ujung kaki hingga rambut. Walau demikian, janin masih akan terus bertumbuh hingga tiba hari kelahiran. 

Salah satu cara mengetahui perkembangan janin,  di dalam kandungan yakni dengan memeriksa pertambahan ukuran dan berat badannya secara rutin. 

Perkembangan Janin 32 Minggu

Bunda tentu menyadari, selama masa kehamilan, perut Bunda akan semakin besar dan berat badan bertambah dengan pesat. Hal ini salah satunya disebabkan janin dalam kandungan yang terus bertumbuh. Karenanya, memasuki minggu ke-32, sangat wajar bila berat badan Bunda mengalami pertambahan hingga 450 gram per minggu. 

Selain bertambah berat badan, janin usia 32 minggu umumnya juga mengalami perkembangan, di antaranya:

  • Belajar bernapas

Meski organ paru-paru janin belum berkembang sempurna, Si Buah Hati sudah mulai latihan bernapas. Bedanya, sebelum berusia 32 minggu, waktu napas janin biasanya pendek. Di usia 32 minggu, janin mulai mendapatkan oksigen dengan ritme yang lebih stabil melalui tali pusat sehingga waktu napasnya lebih panjang. 

  • Mulai tumbuh kuku

Janin 32 minggu dapat menunjukkan ciri perkembangan berupa kuku jari yang mulai tampak. Selain itu, rambut halus (lanugo) yang menutupi kulit selama beberapa bulan terakhir mulai rontok. 

  • Memutar posisi tubuh

Sekitar 97 persen bayi lahir dengan posisi kepala terlebih dahulu, karenanya mendekati hari kelahiran bayi akan memutar tubuh di dalam rahim sehingga posisi kepala di bawah. Jika bayi belum membalik posisi tubuhnya, tidak perlu khawatir karena proses ini masih bisa berlangsung hingga menjelang persalinan. Namun apabila hingga hari persalinan posisi kepala bayi masih di atas, dokter bisa menyarankan untuk persalinan caesar.

Baca Juga: Cara Menyapih Anak yang Tepat

  • Dapat mengatur suhu tubuh

Tubuh janin akan mulai menumpuk lemak, serta meningkatkan produksi protein dan enzim yang diperlukan untuk menghasilkan panas tubuh. Ini berarti bayi dapat mengatur suhu tubuhnya dengan lebih baik.

  • Menunjukkan refleks terkejut

Kebanyakan janin mulai menunjukkan refleks terkejut saat usia kandungan 32 minggu. Janin dapat terkejut saat mendengar suara keras atau merasakan gerakan mendadak.

  • Memiliki siklus tidur

Sekitar 32 minggu usia kehamilan, janin akan mulai membuka mata. Juga mulai menunjukkan siklus terbangun dan tidur yang tampak melalui aktivitas otaknya. 

Berat Janin 32 Minggu

Calon Si Buah Hati biasanya tumbuh dan bertambah berat badan paling banyak dalam periode ini.  Cara paling akurat menghitung berat dan ukuran janin di dalam kandungan adalah dengan metode ultrasonografi atau USG. Bunda bisa bertanya kepada dokter tentang berat badan janin 32 minggu yang normal, atau bisa melihat tabel berat janin usia 32 minggu sampai 41 minggu seperti dikutip dari Baby Center berikut ini: 

Usia Kehamilan

(minggu)

Berat Janin

(gram)

Usia Kehamilan

(minggu)

Berat Janin

(gram)

32

33

34

35

36

1953

2162

2377

2595

2813

37

38

39

40

41

3028

3236

3435

3619

3787

Melihat tabel di atas, diketahui berat ideal janin 32 minggu adalah 1953 gram. Tetapi perlu Bunda pahami, berat badan janin bisa berbeda antara satu kehamilan dengan yang lain meski usia kandungannya sama. Karenanya, jangan terburu-buru khawatir jika berat badan calon Si Buah Hati tidak seperti janin yang lain.

Konsultasikan dengan dokter apabila merasa berat janin usia 32 minggu pada kehamilan Bunda masih terlalu rendah atau berlebih. Jika memang berat janin 32 minggu pada kehamilan Bunda tidak normal, dokter akan menyarankan solusi, baik melalui suplemen atau mengubah diet sehari-hari.

Apa yang Perlu Bunda Dilakukan?

Selama kehamilan trimester ketiga, termasuk saat 32 minggu, Bunda mungkin merasakan beberapa gejala seperti susah tidur, nyeri punggung, kaki kram, perut kembung, sembelit, kaki bengkak, infeksi saluran kemih, dan sejumlah masalah kesehatan lainnya. 

Meski banyak gejala yang dirasakan, Bunda tetap harus memperhatikan kondisi janin di dalam kandungan. Beberapa hal yang bisa dilakukan agar Bunda dan janin tetap sehat, di antaranya adalah: 

  • Rutin mengonsumsi vitamin ibu hamil

  • Tetap aktif bergerak seperti rutin berolahraga ringan

  • Mengonsumsi makanan sehat, kaya serat dan protein rendah lemak

  • Minum banyak air

  • Mencukupi kebutuhan kalori

  • Beristirahat yang cukup

  • Menghindari konsumsi alkohol, merokok dan asap rokok, batasi kafein 

  • Hindari makanan mentah dan tidak sehat 

Mengetahui berat janin 32 minggu dan menjaganya dalam bobot yang ideal memang penting, namun yang juga perlu diperhatikan adalah menjaga Bunda dan calon Si Buah Hati agar tetap sehat selama masa kehamilan dan selamat hingga selesai proses persalinan. Semoga informasinya bermanfaat, ya Bunda!

Image Article
Mengenal Perkembangan dan Berat Janin 32 Minggu
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Menstimulasi Agar Anak Cepat Bicara. Yuk, Simak!

Published date

Pada tiga tahun pertama kehidupan merupakan periode penting dan paling intensif bagi anak untuk belajar berbicara. Sebab, di periode usia tersebut, otak bayi berkembang lebih pesat dan semakin matang.

Tentunya, periode usia tersebut akan semakin efektif apabila Bunda dapat memberikan stimulasi agar anak cepat bicara. Lalu, apa saja cara menstimulasi anak agar cepat bicara. Simak artikel berikut ini untuk mengetahuinya, Bunda!

Apa Saja Tanda Anak Mulai Bicara?

Tahukah Bunda, tanda awal kemampuan bicara pada bayi sebenarnya sudah dapat terlihat sejak baru dilahirkan, yakni melalui komunikasi nonverbal, seperti menangis ketika lapar atau merasa tidak nyaman.

Memasuki usia 3 bulan, bayi mulai bisa mengenali suara orang atau benda di sekitarnya. Si Buah Hati juga mulai dapat membaca ekspresi wajah saat Bunda berbicara, dan mulai cooing atau mengeluarkan suara yang gembira, lembut, dan berulang-ulang.

Di usia 6 bulan, kemampuan bicara bayi akan meningkat menjadi babbling, yaitu mengoceh kata sederhana atau tanpa makna, seperti “ma-ma” atau “da-da”. Meski tanpa makna, ocehan bayi pada fase babbling merupakan salah satu pertanda bayi mulai berbicara.

Saat berusia 9 bulan, bayi mulai dapat memahami kata-kata sederhana, seperti dadah, ya, dan tidak. Setelah berusia 12 bulan, kebanyakan anak baru dapat mengucapkan kata sederhana yang memiliki makna. Artinya, ketika anak 1 tahun mengucapkan kata “mama” atau “papa”, ia memang sedang memanggil Ayah dan Bunda, bukan sekadar mengoceh.

Setelah dapat mengucapkan kata pertamanya di usia 12 bulan, kemampuan berbicara Si Buah Hati akan terus berkembang hingga mampu menyusun kalimat lengkap pada usia 2-3 tahun.

Tapi Bunda, perlu diingat bahwa kecepatan perkembangan anak bisa berbeda satu dengan lainnya. Di sinilah, peran Bunda diperlukan untuk memberi stimulasi anak agar cepat bicara sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya.

Tips Cara Menstimulasi Anak Agar Cepat Bicara

Upaya mendorong kemampuan berbicara Si Buah Hati, dapat Bunda lakukan sedini mungkin, bahkan sejak bayi baru lahir. Bunda dapat memberikan stimulasi agar bayi cepat bicara, seperti sering mengajaknya bicara atau menyanyikan lagu.

Berikut ini beberapa tips cara menstimulasi anak agar cepat bicara yang bisa Bunda praktikkan kepada Si Buah Hati di rumah:

Ajak anak berbicara

Sering mengajak Si Buah Hati mengobrol merupakan cara stimulasi anak agar cepat bicara yang paling mudah. Bunda sebaiknya lebih sering berbicara kepada anak dengan kalimat-kalimat sederhana, tetapi penuh intonasi dan ekspresi untuk membantu perkembangan kemampuan bahasanya. Bunda juga bisa menggunakan kalimat lengkap untuk menjelaskan apa yang dilakukan Si Buah Hati atau memperluas penjelasan terhadap kata-kata yang diucapkan.

Hindari merespons dengan bahasa bayi

Bunda juga sebaiknya selalu merespons setiap ocehan atau isyarat dari Si Buah Hati. Namun, hindari menggunakan bahasa bayi atau kata-kata yang dicadel-cadelkan saat memberikan respons kepada anak ya Bunda. Sebab, orang tua semestinya menjadi role model untuk anak belajar berbicara, yakni dengan suara jelas dan tata bahasa yang benar.

Baca Juga: Stimulasi Bicara 1 Tahun yang Ampuh

Membaca buku cerita bersama

Bunda bisa mengajak Si Buah Hati membaca buku cerita bersama. Aktivitas membaca bersama dengan suara yang keras lebih merangsang perkembangan kognitif anak. Membaca bersama juga melatih fokus dan mengundang interaksi orang tua dengan anak yang dapat mendorong kemampuan bahasa, perkembangan kosakata, dan pemahaman lisan anak.

Ajak anak bernyanyi

Menstimulasi anak agar cepat bicara juga dapat dilakukan melalui nyanyian. Mengajak Si Buah Hati bernyanyi bersama dapat meningkatkan perhatian bayi melalui nada, struktur musik dan linguistik yang konsisten.

Nyanyian seringkali menggunakan kata yang berima. Bagi bayi, kata yang berima dan beritme lebih mudah diingat daripada sekadar berbicara. Bunda bisa menyanyikan lagu nina bobo sebagai pengantar tidur Si Buah Hati untuk mendorong perkembangan bahasanya sejak dini.

Bermain permainan kata-kata

Untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan bahasa anak, Bunda juga dapat mengajak Si Buah Hati bermain dengan kata-kata. Misalnya, di sela aktivitas makan Bunda bisa bertanya tentang kata-kata yang berima atau berakhiran sama, seperti ayam dan bayam. Permainan kata akan membantu meningkatkan kosakata, ejaan, dan tata bahasa anak.

Selain memberi stimulasi agar anak cepat bicara, Bunda juga perlu mengurangi hal-hal yang dapat menghambat perkembangan kemampuan bahasa Si Buah Hati, seperti terlalu sering membiarkan anak menonton televisi atau menatap layar gadget.

Peningkatan waktu menonton televisi dan gadget di usia dini dapat berdampak negatif terhadap perkembangan bahasanya, terutama pada anak di bawah usia 2 tahun.

Itulah Bunda, beberapa tips cara menstimulasi anak agar cepat bicara. Semoga bermanfaat, ya!

Image Article
Cara Menstimulasi Agar Anak Cepat Bicara. Yuk, Simak!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tahap Perkembangan Otak Anak Usia Dini dan Mengoptimalkannya

Published date

Bunda perlu memahami dan memantau perkembangan otak anak karena hal tersebut menjadi kunci untuk mempersiapkan masa depan Si Buah Hati.

Terlebih lagi perkembangan otak pada tahun-tahun awal kehidupan anak, terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK, sejak janin hingga usia 2 tahun) berkembang sangat pesat dan akan menentukan perkembangan Si Buah Hati kelak. Selain itu, meskipun otak terus berkembang dan berubah hingga dewasa, periode 8 tahun pertama kehidupan dapat membangun landasan pembelajaran, kesehatan, dan kesuksesan hidup seorang anak di masa depan.

Tahapan Perkembangan Otak Anak Usia 1-5 Tahun

Perkembangan otak anak usia dini tahapan pertumbuhan anak. Pada 5 tahun pertama kehidupan, perkembangan otak anak mengalami koneksi sel syaraf yang lebih cepat dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya. . Lalu bagaimana perkembangan otak anak pada tahap usia ini?

Usia 1 Tahun

Di tahun pertama, anak mulai belajar memfokuskan penglihatan, menjangkau, mengeksplorasi, dan mempelajari hal di sekitarnya. Anak juga belajar bahasa lebih dari sekadar mengeluarkan suara atau mengucapkan kata sederhana, seperti ‘papa’ dan ‘mama’. Kemampuan motorik anak juga terus berkembang, seperti mampu duduk tanpa bantuan, berdiri tanpa berpegangan, dan berjalan mundur sekitar 5 langkah.

Usia 2 Tahun

Sekitar usia 2 tahun, anak mungkin sudah bisa menggunakan kalimat 2-3 kata, belajar menggunakan banyak kata dan bicaranya mulai bisa dipahami. Anak dapat memilah bentuk dan warna dan bahkan menyebut nama benda. Selain itu, anak usia ini juga sudah mulai berjalan tanpa terhuyung, memegang cangkir, dan mulai belajar makan dan sendiri.

Usia 3 Tahun

Pada usia 3 tahun, perkembangan otak anak turut secara kognitif. Anak semakin tertarik dengan permainan imajinasi. Pada usia inilah otak anak mulai mengembangkan keterampilan memori, bahasa, dan pemikiran. Mereka belajar menyebut nama, umur, dan alamat, mengenal 2 – 4 warna, dan mendengar cerita.

Usia 4 Tahun

Perkembangan otak anak usia 3-4 tahun mengalami perubahan terbesar di area kortikal, seperti korteks prefrontal dan area asosiasi temporal. 

Si Buah Hati umumnya sudah mampu berbicara kalimat lengkap dan mudah dimengerti, menjawab pertanyaan sederhana, dan bertanya beberapa hal. Keterampilan kognitif anak juga berkembang pesat. Anak mulai mampu berhitung, mengidentifikasi warna, bentuk, angka, dan huruf, serta menggunakan kata ganti dengan tepat serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan cepat menyerap informasi baru.

Usia 5 Tahun

Saat usia 5 tahun, ukuran otak anak telah berkembang hingga sekitar 90 persen ukuran otak orang dewasa., Di usia ini, anak akan semakin senang berkomunikasi, serta lebih mudah menerima informasi baru, bisa mengikuti aturan dalam permainan, dan mengenal angka serta menghitung angka 5 - 10. Bunda juga dapat dibuat terkesan dengan beberapa pernyataan dan pertanyaan dari Si Buah Hati.

Baca Juga: Sumber Makanan yang Baik untuk Nutrisi Otak

Mengoptimalkan Perkembangan Otak Anak

Masa-masa awal kehidupan adalah momentum penting untuk perkembangan otak anak laki laki dan perempuan. Karena itu, Bunda perlu cara khusus untuk mengoptimalkan perkembangan otak anak usia dini dengan melakukan stimulasi, diantaranya sebagai berikut:

1. Bernyanyi bersama

Musik, termasuk bernyanyi, bisa menjadi cara menyenangkan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan otak anak. Bernyanyi dapat memicu semua bidang perkembangan dan keterampilan anak, khususnya dalam penguasaan bahasa dan membaca.

2. Sering mengajak anak bicara

Mengajak si kecil  berbicara akan membangun interaksi. Hal ini akan membantu meningkatkan jumlah kata yang didengar anak, menciptakan perubahan terukur di otak dan menyiapkan landasan keterampilan literasi yang kuat di sekolah.

3. Membaca buku bersama dan berdiskusi

Mengajak si kecil membaca buku bersama juga membantu perkembangan otak anak. Hal ini akan meningkatkan kemampuan untuk fokus dan berkonsentrasi, sekaligus membantu anak Anda membangun keterampilan sosial, komunikasi dan emosional.

4. Mengeksplorasi lingkungan sekitar

Mengajak si kecil untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar akan membantu meningkatkan kreativitas, rasa ingin tahu, dan kemampuan berpikir kritis. Penelitian menemukan bahwa anak-anak yang menghabiskan lebih banyak waktu dalam eksplorasi alam mengalami peningkatan hasil belajar.

5. Memenuhi kebutuhan gizi

Perkembangan otak anak tergantung pada gizi yang cukup dan seimbang. Anak-anak yang tidak mendapat gizi yang cukup berisiko tinggi mengalami gangguan keterampilan kognitif. Kurang gizi juga bisa mempengaruhi mempengaruhi daya ingat, fokus pikiran, dan kemampuan akademis anak di kemudian hari.

Selain memberikan stimulasi untuk perkembangan otak anak, Bunda juga perlu mencukupi kebutuhan gizi Si Buah Hati dengan memberinya asupan bergizi, salah satunya susu.

DANCOW 1+ Imunutri, susu pertumbuhan untuk anak usia 1 – 3 tahun, dengan 0 gram sukrosa, mengandung vitamin A, C, E, zink, tembaga, selenium, DHA, Omega-3, Omega-6, zat besi, kalsium, vitamin D, dan protein untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Sedangkan, untuk usia di atas 3 tahun, Bunda bisa berikan bermacam-macam susu, misalnya susu DANCOW 3+ Imunutri yang juga mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, DHA, omega 3 & 6, tinggi vitamin A, C, E dan mikronutrien lainnya.

Image Article
Tahap Perkembangan Otak Anak Usia Dini dan Mengoptimalkannya
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Ini 7 Cara Stimulasi Anak Agar Cepat Jalan

Published date

Bunda, proses berdiri dan berjalan merupakan proses alamiah yang terjadi pada anak.  Meski begitu, Bunda perlu menyadari bahwa perkembangan setiap anak memiliki kecepatan berbeda-beda. Misalnya, meskipun banyak bayi yang memulai langkah pertama di usia 12 bulan atau sebelumnya, ada juga anak yang belum bisa berjalan di ulang tahun pertamanya, bahkan beberapa bulan setelahnya. 

Meskipun demikian, tak ada salahnya Bunda melakukan beberapa cara stimulasi anak agar cepat jalan saat Si Buah Hati sudah menunjukkan tanda-tanda siap berjalan.

Faktor yang Mempengaruhi Proses Anak Belajar Berjalan

Sebelumnya, perlu Bunda pahami bahwa ada 3 faktor yang memengaruhi proses berdiri dan berjalan seorang anak, yakni faktor dari dalam diri anak sendiri.

Faktor berikutnya adalah faktor lingkungan, yakni pola asuh yang memberikan anak peluang untuk berdiri dan berjalan. Lalu, faktor aktivitas, yaitu anak didorong untuk beraktivitas sesuai dengan usia perkembangan anak, yakni sekitar usia 9 bulan untuk berdiri dan 12 bulan untuk berjalan.

Tanda Anak Siap Berjalan

Sebelum Bunda mencari cara menstimulasi anak agar cepat berjalan, sebaiknya kenali tanda kesiapan anak memasuki fase belajar baru:

  1. Menarik diri ke atas untuk berdiri

  2. Jadi petualang yang berani

  3. Berjalan dengan berpegangan pada benda

  4. Menangis, merengek, dan mengubah pola tidur

  5. Berjalan dengan bantuan, misalnya keranjang mainan beroda

  6. Berdiri sendiri. 

Cara Stimulasi Anak Agar Cepat Jalan

Ada sejumlah cara menstimulasi anak 1 tahun agar cepat jalan yang bisa Bunda lakukan di rumah:

  1. Biarkan mereka bertelanjang kaki

Bayi membutuhkan daya cengkeram yang baik untuk bergerak. Bebaskan Si Buah Hati bermain tanpa alas kaki untuk membantunya meningkatkan keseimbangan dan koordinasi tubuh.

  1. Membantu anak untuk berdiri dan duduk

Pada usia 8 bulan, biasanya anak mulai bisa berdiri dan berjalan. Bunda bisa membantu mengangkat tubuh Si Buah Hati saat ia sudah dalam posisi siap untuk berdiri. Lalu, saat anak ingin duduk kembali, ajari Si Buah Hati untuk menekuk lututnya lebih dulu guna mengurangi risiko cedera. 

  1. Pancing dengan mainan

Agar si Buah Hati mau bergerak, Bunda bisa memancingnya dengan mainan. Misalnya, letakkan beberapa mainan favorit di sekitar ananda sehingga ia memiliki motivasi untuk bergerak. Mainan itu bisa diletakkan cukup jauh dari jangkauan agar anak mau berusaha mengambilnya tetapi jangan terlalu jauh agar Si Buah Hati tidak merasa frustrasi.

  1. Beri banyak kesempatan bermain di lantai 

Bunda, bisa jadi Si Buah Hati tidak tertarik berjalan karena tidak dapat banyak kesempatan untuk berlatih. Misalnya, ananda lebih sering digendong, bermain di boks atau tempat tidur, dan sebagainya. Anak-anak perlu diberikan kesempatan berkeliaran bebas di lantai sehingga dapat menggunakan keterampilan motorik kasarnya dengan optimal.

  1. Latihan naik turun tangga 

Si Buah Hati mungkin lama-lama menjadi bosan berlatih di lantai terus, Bunda bisa melatihnya naik turun tangga. Biarkan Si Buah Hati perlahan-lahan menaiki tangga dengan menggunakan tangan, lutut, dan kaki mereka. Latihan ini melibatkan semua otot. 

  1. Hindari penggunaan baby walker 

Bunda sebaiknya menghindari penggunaan baby walker. Alat ini dianggap aman untuk digunakan, tetapi sebenarnya berisiko membahayakan keselamatan anak karena bisa tersandung dan terjatuh. Anak juga lebih malas menggerakkan ototnya sehingga perkembangan berjalan anak lebih lambat. 

  1. Jangan paksa anak untuk berjalan

Bunda mungkin khawatir saat Si Buah Hati belum bisa berjalan sementara anak seusianya sudah. Tetapi, Bunda tak perlu terlalu memaksa Si Buah Hati karena bayi normal mulai berjalan di usia 8-17 bulan. Memaksa Si Buah Hati berjalan saat ia belum siap akan membuatnya stres dan justru semakin terlambat memulai berjalan. 

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam menstimulasi anak agar cepat berjalan adalah keamanan buah hati. Buah hati yang sedang belajar berjalan akan mengalami fase kehilangan keseimbangan, jatuh, terbentur meski Bunda mengawasinya setiap saat. 

Bunda harus memastikan tempat ananda bermain aman dari benda-benda berbahaya, misalnya gunting, pisau, besi, termasuk pinggiran perabotan yang tajam.

Baca Juga: Penyebab Anak Susah Disapih

Red Flag Saat Anak Belajar Berjalan yang Harus Diwaspadai

Selain mencari cara stimulasi agar anak cepat jalan, Bunda juga perlu mengetahui apa saja tanda-tanda keterlambatan perkembangan si Buah Hati menurut usianya. Tanda-tanda ini dikenal dengan istilah red flag. Bunda harus waspada jika Si Buah Hati menunjukkan tanda-tanda seperti berikut ini saat memasuki usia belajar berjalan:

Tonus otot atau pola gerak tidak simetris pada kedua sisi tubuh

- Tubuh kaku

- Kedua tungkai lemas

- Anak tidak mau menapakkan kaki di lantai

- Duduk menumpu pada tulang ekor

- Duduk dengan posisi tungkai seperti huruf W

- Saat berdiri lutut menekuk atau melengkung ke belakang

- Tiba-tiba berhenti berjalan

- Tidak bisa melangkah mandiri di usia 15 bulan

- Belum bisa berjalan di usia 18 bulan ke atas

- Cara berjalan tidak stabil di usia 2 tahun

- Memiliki cara berjalan yang tidak biasa di usia 3 tahun.

Apabila Si Buah Hati menunjukkan tanda-tanda di atas, ada baiknya Bunda berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat arahan dan penanganan lebih lanjut.

Image Article
Bunda, Ini 7 Cara Stimulasi Anak Agar Cepat Jalan
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Apa Manfaat Menggambar untuk Anak Usia Dini?

Published date

Menggambar adalah salah satu aktivitas yang umum dilakukan anak usia dini. Anak-anak pun biasanya antusias saat diajak mengikuti kegiatan mewarnai atau corat-coret untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk gambar ini. Sebagian di antara Bunda mungkin ada yang penasaran, sebenarnya apa sih manfaat menggambar untuk anak?

Menggambar bukan sekadar kegiatan yang seru-seruan dan menyenangkan. Ada beberapa manfaat yang penting dan bisa jadi bekal Si Buah Hati untuk menapaki masa depannya kelak. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasannya lewat artikel berikut ini.

Apa Manfaat Menggambar untuk Anak?

Menggambar adalah salah satu aktivitas untuk menambah pengetahuan sekaligus memberikan rangsangan untuk tumbuh kembang anak. Saat menggambar, Si Buah Hati menghubungkan titik, garis, sampai membentuk suatu gambar. Nah, proses belajar menggambar memerlukan imajinasi, visualisasi, atau mencari cara terbaik untuk menuangkan ide di atas media gambar.

Dalam proses kreatif ini, ada beberapa manfaat menggambar untuk anak usia dini yang sayang untuk dilewatkan, seperti:

  • Melatih kesabaran

Saat Si Buah Hati menggambar sendirian, proses kreatif ini ternyata juga melatih kesabaran. Duduk dan fokus saat menggambar perlu ketelatenan. Selain itu, ketika ada masalah saat menggambar, misalkan salah membuat garis atau keliru membubuhkan warna, anak juga perlu mengendalikan rasa frustasinya. Keterampilan ini penting untuk kemampuan sosial anak di masa depan. 

  • Melatih keterampilan motorik halus

Mengembangkan keterampilan motorik halus di usia dini sangat penting untuk Si Buah Hati. Keterampilan ini kelak bakal berguna untuk menulis, mengetik, mengemudi, bahkan main alat musik. Nah, Bunda bisa melatihnya dengan menggambar.

  • Mendorong analisis visual

Anak kecil umumnya belum paham konsep jarak, perbandingan ukuran, atau tekstur tertentu. Nah, Bunda secara tidak langsung bisa mengajari Si Buah Hati konsep tersebut dengan memintanya menggambar benda besar dan kecil, halus dan kasar, atau jauh dan dekat. 

  • Membantu membangun konsentrasi

Anak biasanya senang jika disuruh menggambar. Saat disuruh mengerjakan aktivitas yang menarik dan disukai, Si Buah Hati cenderung lebih semangat, telaten, dan konsentrasi. Latihan konsentrasi ini nantinya penting buat proses belajar anak. 

Baca Juga: Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak

  • Media berekspresi

Bunda mungkin pernah mendapati anak tantrum karena sulit mengekspresikan emosinya. Nah, menggambar bisa jadi sarana media berekspresi Si Buah Hati. Anak bisa menyalurkan energinya untuk menciptakan suatu karya yang sesuai emosinya. 

  • Melatih kemampuan berpikir kritis

Saat melewati proses belajar menggambar, otak anak didorong untuk merencanakan apa yang akan dikerjakan. Misalkan menggambar pakai krayon berarti tidak bisa dihapus, atau saat salah pakai spidol lalu gambaran harus diapakan. Proses perencanaan dan pemecahan masalah ini dapat mengasah kemampuan berpikir kritis sejak dini. 

  • Mengasah kreativitas

Menggambar tentunya lekat dengan kreativitas. Nah, keterampilan ini bisa diasah lewat latihan menggambar sejak dini. Kreativitas ini nantinya dapat membantu anak ketika perlu mencari solusi untuk menghadapi masalah sehari-hari.

  • Sarana berkomunikasi 

Bagi anak berkebutuhan khusus seperti autisme, belajar menggambar efektif digunakan untuk sarana berkomunikasi. Terutama bagi penyandang disabilitas yang punya keterbatasan kemampuan komunikasi verbal. Lewat gambaran, anak dapat terhubung dengan orang lain, merespons, dan mengekspresikan emosinya. 

Setelah menyimak beragam manfaat menggambar untuk anak di atas, Bunda tentunya makin bersemangat mendukung aktivitas kreatif Si Buah Hati. 

Bagi Bunda yang masih bingung, apakah metodenya sama dengan cara menggambar rumah untuk anak SD yang dimulai dengan menghubungkan titik dan garis, atau perlu cara khusus, simak penjelasan berikut.

Bagaimana Cara Belajar Menggambar untuk Anak?

Perlu Bunda pahami, bagi anak usia dini, tema dan hasil menggambar itu bersifat sekunder alias bukan yang utama. Hal yang paling penting dari kegiatan menggambar anak usia dini adalah prosesnya, di mana aktivitas psikologis dan fisik digunakan. 

Untuk menunjang proyek seni yang berfokus pada proses ini, ada baiknya Bunda memberikan kebebasan pada anak untuk menjajal ide atau imajinasinya. Tapi, Bunda tetap perlu memberikan contoh bagaimana menggunakan alat-alat yang dipakai untuk menggambar. Misal, cara memegang pensil warna, memakai spidol, menggunakan krayon, atau memakai kuas untuk cat air. Setelah itu, baru biarkan Si Buah Hati mengekspresikan kreativitasnya. 

Dukung terus Si Buah Hati untuk aktif belajar dan berkreasi! Jangan lupa untuk lengkapi asupan nutrisinya dengan memberikan susu DANCOW 3+ Imunutri. DANCOW 3+ Imunutri mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, DHA, omega 3 & 6, tinggi vitamin A, C, E dan mikronutrien lainnya.

Dengan dukungan nutrisi yang tepat dari Bunda, termasuk dengan memberikan susu DANCOW 3+ Imunutri, aktivitas menggambar tak hanya untuk seru-seruan, tapi sekaligus Bunda juga dapat memberikan manfaat menggambar untuk anak untuk bekal Si Buah Hati kelak.

Image Article
Apa Manfaat Menggambar untuk Anak Usia Dini?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tahap Perkembangan Bayi dan Stimulasi Tepat untuk Diberikan

Published date

Tahapan tumbuh kembang bayi adalah hal penting yang perlu dicermati dari waktu ke waktu. Itu sebabnya Bunda perlu memantau perkembangan bayi dari minggu ke minggu agar tumbuh kembang Si Buah Hati bisa maksimal dan sesuai dengan usianya.

Proses perkembangan bayi telah dimulai sejak di dalam kandungan dimana pada periode tersebut ada masa emas tahap pertumbuhan dan perkembangan anak atau dikenal dengan 1000 hari pertama kehidupannya, yaitu dari janin hingga anak berusia 2 tahun. Pada masa emas ini otak bayi berkembang hingga mencapai 80% dari kemampuan maksimalnya. 

Tahapan tumbuh kembang bayi dimulai dari tengkurap, menegakkan kepala, duduk, merangkak, berdiri, hingga berjalan. Fase-fase tersebut harus terlewati sesuai dengan usia Si Buah Hati. Jika bayi melewati salah satu dari fase tersebut, maka orang tua perlu berkonsultasi dengan dokter.

Agar tahap pertumbuhan dan perkembangan bayi bisa optimal, bayi dan anak-anak juga membutuhkan stimulasi yang tepat untuk menunjang sel-sel pertumbuhan, membantu perkembangan sensorik, bahasa, dan fungsi kognitif anak.

Tahapan Tumbuh Kembang Bayi 

Melihat tumbuh kembang si Buah Hati yang tepat sesuai usia tentu harapan semua orang tua. Berikut beberapa tahapan tumbuh kembang bayi dari 0 bulan hingga berusia kanak-kanak 3 tahun.

  1. Bayi usia 2 bulan

Bayi berusia 2 bulan sudah dapat membuka lebar matanya. Ini membuat Si Buah Hati tumbuh rasa ingin tahu. Selain itu, di usia ini, bayi juga sudah bisa menunjukkan interaksi dengan orang lain seperti tersenyum atau tertawa ketika melihat sesuatu. 

  1. Bayi usia 4 bulan

Si Buah Hati yang berusia 4 bulan telah tumbuh dan berkembang lebih banyak. Dalam tahap perkembangannya, bayi akan lebih bisa bersosialisasi dan bergerak terarah. Di usia ini, bayi juga mulai mengeluarkan suara dan juga bermain dengan Bunda dan juga sudah bisa mendengar dan mengikuti arah gerakan Bunda, lho. Bayi berusia 4 bulan sudah bisa belajar mengkomunikasikan rasa lapar, tidak nyaman, dan mengantuk. 

  1. Bayi usia 6 bulan

Selanjutnya pada usia 6 bulan, bayi sudah dapat menggunakan suara untuk mengekspresikan emosinya lho, Bunda. Bukan hanya itu, Si Buah Hati sudah mulai mengenali wajah Bunda dan Ayah yang kerap mengasuhnya. Beberapa anak juga sudah mulai belajar duduk dan segera merangkak. Meraih mainan atau benda yang menarik perhatian juga kerap dilakukannya. 

  1. Bayi usia 9 bulan

Bersiaplah mengunci lemari dan menjauhkan benda tajam dari jangkauan Si Buah Hati yang memasuki usia 9 bulan. Itu karena pada usia ini, Si Buah Hati mulai senang bergerak dan mengeksplorasi seluruh area rumah. Rasa ingin tahu yang besar juga menjadi ciri khas bayi berusia 9 bulan. Ia mulai merespons saat namanya dipanggil, memberi pelukan balik, hingga munculnya rasa malu dan takut pada orang baru. Salah satu permainan yang paling disenangi si 9 bulan adalah cilukba. 

Baca Juga: Ketahui Cara Menyapih Anak dengan Tepat

Stimulasi Bayi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan stimulasi yang bisa mendukung tahapan perkembangan bayi, sebagai berikut:

  1. Memberi perlakuan yang responsif

Semua bayi dan anak-anak harus menerima perawatan yang responsif selama 3 tahun pertama kehidupannya. Orang tua dan lingkungan sekitar harus mendukung setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan bayi, dengan memberikan kasih sayang dan perhatian kepada Si Buah Hati.

Orang tua bisa meluangkan waktu untuk memeluk dan menggendong Si Buah Hati, karena hal ini bisa membantunya merasa aman dan diperhatikan.  Kedekatan dengan orang tua bisa memicu rasa percaya diri, yang memungkinkan bayi dan anak-anak mengeksplorasi lingkungan dengan lebih baik. 

  1. Stimulasi belajar sejak dini

Semua bayi dan anak-anak harus mempunyai kegiatan belajar sejak dini, ditemani orang tua atau orang terdekatnya setidaknya selama 3 tahun pertama kehidupan. Anak-anak harus dilibatkan dalam pembelajaran dini. Hal ini bisa dipadukan dengan permainan yang menyenangkan.

Bunda yang memiliki anak berusia 1-2 tahun, bisa membantu proses perkembangan bayi dengan bermain teka-teki sederhana dan menyortir benda. Di usia ini, anak-anak bisa didorong untuk mengeksplorasi dan mencoba hal-hal baru. 

  1. Sering mengajak bicara

Bahasa yang digunakan oleh orang dewasa kepada anak-anak bisa mempengaruhi pertumbuhan kognitif dan pembelajaran anak-anak. Untuk mendukung tahapan tumbuh kembang bayi berusia 0-1 tahun, Bunda bisa mengulangi suara yang dikeluarkan bayi dengan menambahkan kata, yang akan membantunya belajar menggunakan bahasa.

  1. Mencukupi kebutuhan gizi

Asupan makanan yang cukup dan bergizi diperlukan untuk kesehatan, perkembangan, dan pembelajaran anak. Bunda bisa memberikan ASI eksklusif untuk memenuhi semua kebutuhan bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya. Saat berusia 6-12 bulan, selain tetap memberikan ASI, bunda dapat memperkenalkan makanan pendamping ASI (MPASI) dimana bayi akan belajar rasa dan tekstur baru dengan makanan lunak dan padat yang sehat secara bertahap. 

  1. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik pada anak bisa mengurangi risiko obesitas, meningkatkan imunitas tubuh, serta mendorong pertumbuhan tulang dan otot.  Aktivitas fisik yang dilakukan harus disesuaikan dengan kemampuan Si Buah Hati, seperti melatih bayi tengkurap saat terbangun dan muncul rasa ingin bermain. Bayi yang belum bisa merangkak bisa dirangsang dengan cara menaruh mainan-mainan yang menarik perhatiannya di area sekitarnya.

Itu tadi beberapa cara untuk menstimulasi tahapan tumbuh kembang bayi. Semoga bermanfaat ya, Bunda! Berikan anak ASI ekslusif selama enam bulan, diikuti dengan pemberian MPASI yang aman dan tepat saat Si Buah Hati berusia 6 bulan. ASI tetap diberikan selama mungkin.

Image Article
Tahap Perkembangan Bayi dan Stimulasi Tepat untuk Diberikan
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Intip Cara Ampuh Stimulasi Bicara Anak 1 Tahun Berikut Ini!

Published date

Usia satu tahun adalah periode penting dalam perkembangan bicara dan kemampuan bahasa anak. Oleh karenanya, Bunda perlu memberikan stimulasi yang tepat untuk mendukung perkembangan kemampuan bicara Si Buah Hati.

Artikel ini akan membahas stimulasi bicara anak 1 tahun yang bisa Bunda lakukan untuk melatih kemampuan bahasa Si Buah Hati.

Tahap Perkembangan Kemampuan Bicara Anak 1 Tahun

Perlu Bunda ketahui, kemampuan bicara Si Buah Hati sebenarnya telah berkembang sejak ia bayi. Si Buah Hati mulai bisa cooing atau membuat suara-suara tunggal seperti “aah” atau “uuh” saat berusia 2-3 bulan. Saat mendekati usia 6 bulan, bayi mulai dapat merespons jika namanya dipanggil. Selain itu, fase cooing lambat laun meningkat menjadi babbling atau mengoceh dengan suku kata tunggal, seperti papapapa, mamamama, dadadada, atau babababa seiring bertambahnya usia anak.

Kemampuan bicara bayi akan meningkat pada usia 6-9 bulan. Pada usia ini, bayi mulai mengenali nama-nama orang dan benda. Ia juga mulai mengerti konsep-konsep dasar dalam berbicara, seperti ya atau tidak.

Si Buah Hati mulai dapat mengucapkan kata mama dan papa atau istilah lain untuk sebutan orangtuanya. Di usia ini, bayi mulai bisa menggunakan isyarat untuk menyatakan keinginannya, seperti menunjuk benda yang diinginkan, merentangkan tangan untuk minta gendong, atau melambaikan tangan.

Saat berusia 12 bulan atau pada ulang tahun pertamanya, Si Buah Hati diharapkan sudah mengerti sekitar 70 kata. Setelah berusia 1 tahun, kemampuan bicara anak berkembang pesat. Si Buah Hati akan mulai bisa mengucapkan tiga hingga enam kata. Jumlah kosa kata yang ia pahami diharapkan telah mencapai 5-50 kata pada usia 18 bulan.

Pada beberapa kasus, terdapat anak yang mengalami keterlambatan bicara. Untuk itu, Bunda perlu memperhatikan apakah kemampuan bicara Si Buah Hati sudah berkembang sesuai usianya. 

Bunda perlu mengenali tanda-tanda keterlambatan bicara sejak dini, misalnya ia tidak bersuara sama sekali hingga usia 6 bulan, tidak mengoceh atau babbling hingga usia 1 tahun, tidak dapat meniru ucapan orang lain dan tidak mampu mengucapkan satu kata pun hingga usia 16 bulan, atau kurang mampu membuat frasa bermakna hingga usia 2 tahun. 

Baca Juga: Kandungan Gizi Susu UHT: Susu Bubuk vs Susu Cair

Stimulasi Bicara Anak 1 Tahun

Untuk mendukung perkembangan kemampuan bicara Si Buah Hati, Bunda dapat memberikan stimulasi bicara sejak dini. Ada berbagai cara merangsang bicara anak 1 tahun yang efektifBerikut ini beberapa stimulasi bicara anak 1 tahun yang bisa Bunda lakukan:

Sering ajak anak berbicara

Salah satu cara merangsang bicara anak 1 tahun yang efektif adalah sering mengajaknya berbicara. Bunda dapat memilih topik pembicaraan sesuai minat Si Buah Hati, seperti tentang mainannya atau benda dan aktivitas yang ia sukai. Selain itu, Bunda juga bisa aktif mengajak Si Buah Hati berbicara sembari melakukan aktivitas sehari-hari, seperti “Bunda ganti popoknya ya sayang” atau “Ayo kita mandi dulu”.

Ajari pula Si Buah Hati untuk mengenal dan dapat menyebutkan namanya sendiri. Jangan lupa selalu buat kontak mata saat berbicara dengan Si Buah Hati. Bunda juga harus menggunakan bahasa baik dan benar saat berbicara dengan Si Buah Hati, bukan dengan kalimat yang dicadel-cadelkan atau “baby talk”.

Ajak Si Buah Hati menirukan berbagai suara

Selain aktif mengajak berbicara, Bunda juga perlu memperdengarkan berbagai suara, seperti suara hewan atau kendaraan, kepada Si Buah Hati dan meminta ia menirukannya. Cara ini akan membantu Si Buah Hati menghubungkan suara dengan kata, misalnya “anjing bersuara guk-guk” atau “suara mobil ngeng-ngeng”.

Membaca buku

Stimulasi bicara anak 1 tahun juga bisa dilakukan dengan rutin mengajak Si Buah Hati membaca buku. Pilihlah buku dengan aneka warna serta memiliki gambar yang besar untuk dibaca bersama Si Buah Hati.

Bermain dan bernyanyi

Bermain dan bernyanyi bisa menjadi cara merangsang bicara anak 1 tahun yang efektif. Bunda dapat mengajak Si Buah Hati memainkan permainan lawan kata (panas-dingin, besar-kecil, dll) atau permainan kategori kata (menyebutkan jenis-jenis barang, makanan, hewan, dll). Bunda juga bisa merangsang kemampuan bicara Si Buah Hati dengan mengajaknya menyanyikan lagu anak-anak. Cara itu cukup efektif sebagai mainan stimulasi bicara anak 1 tahun. 

Itulah stimulasi bicara anak 1 tahun yang dapat Bunda lakukan setiap hari untuk melatih kemampuan berbicara Si Buah Hati. Mari dukung perkembangan Si Buah Hati dengan lebih optimal.

Image Article
Intip Cara Stimulasi Bicara Anak 1 Tahun Berikut Ini!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off