Cara Efektif Mendidik Anak Agar Pintar dan Cerdas

Published date

Bunda, sebagai orang tua tentu mengharapkan Si Buah Hati dapat tumbuh menjadi anak pintar dan cerdas. Bukan semata agar bisa membanggakan anak, namun demi kehidupan Si Buah Hati di masa mendatang.

Anak yang pintar dianggap dapat lebih berprestasi di sekolah dan meraih kesuksesan dalam kehidupan. Karenanya, tidak jarang orang tua bersedia melakukan apapun agar anak lebih pintar, seperti mendaftarkan anak di program les/kursus. Tapi sebenarnya apa saja faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak dan adakah cara membuat anak menjadi cerdas dan pintar yang efektif?

Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Anak

Para peneliti telah lama mempelajari tentang kecerdasan dan faktor yang mempengaruhinya. Seperti kebanyakan aspek perilaku dan kognisi seseorang, kecerdasan adalah sifat kompleks yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga lingkungan.

Dalam hal genetik, kecerdasan seorang anak juga tidak hanya dikendalikan oleh satu gen kecerdasan, melainkan hasil interaksi yang kompleks antara banyak gen. Faktor genetik tersebut juga masih dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang turut menentukan bagaimana gen kecerdasan yang dimiliki seorang anak diekspresikan.

Lalu, apa saja faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kecerdasan anak? Hasil sebuah studi menyebutkan, sejumlah faktor lingkungan seperti tempat tinggal, aktivitas fisik, pendapatan keluarga, hingga pendidikan dan pekerjaan orang tua dapat sangat memberi dampak pada tingkat kecerdasan anak.

Karenanya, anak harus mendapat lingkungan yang baik dan mendukung agar dapat mengembangkan potensi kecerdasannya secara optimal.

Tingkat kecerdasan anak juga terbukti selaras dengan pendidikan. Meski masih menjadi perdebatan karena kaitan keduanya dapat memiliki dua arti. Pertama, bahwa anak yang lebih cerdas cenderung mendapat pendidikan lebih lama, atau kedua justru sebaliknya, jangka waktu pendidikan lebih lama berperan meningkatkan kecerdasan anak.

Anak dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata biasanya memiliki perilaku yang berbeda dibandingkan anak seusianya. Bunda mungkin akan melihat ciri-ciri anak pintar dan cerdas pada Si Buah Hati, seperti:

  • Memiliki konsentrasi tinggi saat mengerjakan sesuatu

  • Memiliki rasa penasaran yang tinggi

  • Lebih cepat belajar

  • Memiliki ingatan yang kuat

  • Imajinatif, atau

  • Lebih cepat lancar berbicara.

Baca Juga: Resep Makanan Anak 1 Tahun agar Cerdas

Cara Mendidik Anak Pintar dan Cerdas

Terlepas dari faktor genetik atau ada tidaknya ciri-ciri anak cerdas pada diri Si Buah Hati, cara orang tua dalam merawat dan mendidiknya masih tetap berperan penting dalam membentuk anak pintar dan cerdas.

Banyak penelitian yang telah menunjukkan pentingnya tahun-tahun awal kehidupan anak dalam perkembangan otak dan membentuk kemampuan kognitifnya. Dalam hal ini, pola pengasuhan orang tua dapat menentukan bagaimana kecerdasan anak.

Berikut beberapa tips cara mendidik anak agar pintar dan cerdas yang dapat Bunda praktikkan bersama Si Buah Hati:

1. Kenali Gaya Belajar Anak

Gaya belajar anak bisa dibedakan menjadi tiga jenis, yakni auditori atau memahami lewat pendengaran, visual atau memahami melalui indera penglihatan, dan kinestetik atau belajar lewat gerakan tubuh.

Gaya belajar auditori misalnya lewat lagu atau verbal, sedangkan visual bisa melalui gambar atau tulisan. Sementara gaya belajar kinestetik contohnya dengan permainan atau praktik langsung. Memahami bagaimana Si Buah Hati belajar dapat membantu pembelajarannya dengan metode yang sesuai dan lebih cepat paham.

2. Ciptakan Lingkungan yang Nyaman

Kondisi di sekitar anak saat belajar juga bisa mempengaruhi daya tangkapnya akan materi pembelajaran yang diberikan Bunda. Buat suasana yang nyaman untuk anak belajar. Jauhkan segala hal yang mungkin bisa mendistraksi perhatian Si Buah Hati, seperti televisi atau gadget.

3. Tanamkan Rasa Disiplin

Mengajarkan disiplin pada anak tentang perilaku bertanggung jawab dan konsekuensi yang akan ditanggung dari tindakannya sendiri. Hal ini akan mendorong anak belajar mengelola perasaan dan perilakunya, serta dapat mengendalikan diri.

4. Hargai Proses Belajar

Saat hasil yang diperoleh Si Buah Hati belum sesuai dengan yang diharapkan Bunda, maka tetap berikan apresiasi atas usaha yang telah dilakukannya. Menghargai proses belajar dibandingkan hasil akan membuat anak lebih percaya diri, tidak mudah menyerah, dan memahami sukses adalah hasil kerja keras.

5. Biasakan Membaca sejak Dini

Membaca adalah sumber pengetahuan. Bunda dapat membiasakan Si Buah Hati kebiasaan membaca sejak dini dengan membaca buku bersama. Cara ini membantu kemampuan bahasa anak sekaligus dapat mempererat hubungan orang tua dengan anak.

6. Penuhi Asupan Nutrisi

Berikutnya, yang tidak kalah penting yakni memastikan kebutuhan gizi anak terpenuhi. Otak membutuhkan gizi dari makanan sehat untuk belajar dan agar dapat berkembang optimal. Sejumlah nutrisi seperti DHA dan zat besi berperan untuk membantu perkembangan kognitif dan mendukung proses belajar. 

Untuk Si Buah Hati yang sudah mulai berusia 1 tahun, Bunda bisa berikan DANCOW 1+, susu pertumbuhan yang diformulasikan untuk bantu memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 1-3 tahun, tinggi akan Vitamin A, C, E, Selenium, Zink, Tembaga, tinggi Kalsium, Vitamin D, Protein dan Omega 3 & 6. DANCOW 1+ juga mengandung DHA dan Zat Besi, nutrisi yang dapat membantu proses belajar dan perkembangan otak.

Demikian Bunda, pembahasan seputar cara mendidik anak pintar dan cerdas yang mungkin perlu diketahui. Selalu berikan perhatian kepada anak di masa pertumbuhannya dan penuhi kebutuhan gizi hariannya!

Image Article
Cara Efektif Mendidik Anak Agar Pintar dan Cerdas
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Stimulasi Dukung Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Published date

Proses tumbuh kembang anak yang berjalan optimal adalah dambaan setiap orangtua. Tak hanya perkembangan kognitif dan motorik, perkembangan sosial emosional pun perlu diperhatikan sejak dini. Hal ini karena proses tersebut bakal menjadi bekal penting bagi kehidupan Si Buah Hati nanti.

Perkembangan sosial emosional anak usia dini tak hanya soal mengatur emosi dalam diri anak, melainkan juga melatih karakter yang baik. Sejumlah riset menyebutkan anak dengan bekal sosial emosional lebih sukses dalam bidang akademik. Oleh karena itu, pola asuh yang tepat perlu Bunda terapkan sejak awal. Berikut pentingnya memahami perkembangan sosial emosional anak usia dini serta cara menstimulasinya.

Definisi Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Perkembangan sosial emosional merupakan perkembangan tingkah laku, yang mana seseorang diminta  mengikuti atau menyesuaikan diri dengan aturan yang ada di lingkungan masyarakat. Perkembangan sosial emosional pada anak usia dini dapat diartikan bagaimana anak mampu berinteraksi dengan teman sebaya,orang dewasa atau orang tua, dan masyarakat yang ada di sekitarnya.

Dalam hal ini, perkembangan sosial emosional anak usia dini merupakan kemampuan anak untuk mengelola dan mengekspresikan emosi baik positif maupun negatif. Perkembangan sosial emosional adalah proses di mana anak belajar beradaptasi untuk memahami situasi dan emosi dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya, mendengarkan, mengamati serta meniru apa yang mereka lihat.

Mengapa Memahami Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Penting?

Sebagai orangtua, penting halnya memahami aspek perkembangan sosial emosional anak usia dini. Hal ini agar anak dapat belajar mengenali diri hingga kemudian berinteraksi dengan orang lain. Proses belajar ini akan memengaruhi empati, kepercayaan diri dan kemampuan anak untuk menjalin relasi pertemanan maupun persahabatan serta hubungan positif dengan lingkungan sekitar. 

Bunda juga perlu memahami bahwa proses perkembangan aspek ini juga akan memengaruhi perkembangan lain seperti kognitif, motorik hingga bahasa. Oleh karena itu, bimbingan dan motivasi orangtua penting agar anak memiliki keyakinan mampu melakukan kegiatan yang berhubungan dengan sosial emosionalnya. 

Pada usia dini yakni rentang 0-6 tahun, pendampingan sangat penting mengingat masa tersebut merupakan masa keemasan dalam pertumbuhan. Dengan demikian, Bunda perlu menanamkan hal-hal positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. 

Baca Juga: Stimulasi Baca Anak Usia 3 Tahun

Cara Stimulasi Sosial Emosional Anak Usia Dini

Usia  0 sampai 3 tahun merupakan usia emas bagi tumbuh kembang anak. Di usia itu, anak bak kertas putih yang akan menyerap segala informasi yang mereka lihat maupun dengar. Selain periode emas, rentang usia itu juga menjadi periode kritis bagi otak anak. Oleh karena itu, butuh stimulasi optimal untuk tumbuh kembang anak. Berikut cara menstimulasi perkembangan sosial emosional anak usia dini.

1. Ciptakan Kedekatan Emosional

Kedekatan emosional antara ibu dan anak harus dijalin sejak Si Buah Hati berusia bayi. Kesempatan awal untuk menciptakan bonding-attachment yang kuat antara ibu dan bayi adalah melalui inisiasi menyusu dini ketika bayi baru lahir. Proses ini secara tidak langsung akan memacu aspek sosial emosional anak dalam tahap awal kehidupan.

2. Belajar Atur Diri Sendiri

Mengajari anak-anak cara mengatur diri sendiri di tahun-tahun awal membantu mereka memahami dan mengendalikan emosi, fokus belajar, dan mengelola stres. Mengajari anak berkesadaran diri juga akan membantu mereka mengembangkan kemampuan sosial emosional yang kuat.

3. Beri Contoh Positif

Anak merupakan peniru yang paling mahir. Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk memberikan contoh yang baik. Untuk mengembangkan aspek sosial emosional, Bunda bisa mencontohkan kebiasaan berbagi, interaksi ramah dengan orang lain hingga tak segan mengucapkan “terima kasih” dan “maaf”.

4. Bangun Iklim Demokratis di Rumah

Alih-alih mendikte, trangtua perlu mempraktikkan pola asuh yang demokratis sehingga anak tak segan untuk mengutarakan pendapat maupun sisi emosional mereka. Membangun iklim demokratis juga penting bagi anak agar merasa nyaman saat mengenali diri.

5. Belajar Berempati

Bunda dapat membiasakan anak untuk saling memikirkan perasaan orang lain di sekitarnya. Perbincangan dari hati ke hati dapat mengasah sisi sosial emosional anak. Selain belajar berempati, Bunda juga perlu memvalidasi atau mengakui perasaan anak.

6. Latihan Mengelola Konflik

Situasi konflik dapat melahirkan stres, demikian juga sebaliknya. Meski demikian, konflik bukanlah suatu hal yang harus selalu dihindari. Hadirnya konflik justru akan mengasah kemampuan anak untuk menyelesaikannya.

Proses berkompromi, negosiasi hingga pengambilan keputusan bakal dipelajari Si Buah Hati saat mengelola konflik. Proses ini dapat menstimulasi perkembangan sosial emosional anak sejak dini.

Itu dia cara mengenal stimulasi untuk mendukung perkembangan sosial emosional anak usia dini.  Bunda juga bisa mendukung pertumbuhan dan perkembangan Si Buah Hati dengan memberikan nutrisi yang dibutuhkannya, salah satunya susu pertumbuhan. DANCOW 1+ Imunutri adalah susu pertumbuhan yang diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 1-3 tahun, tinggi akan Vitamin A, C, E, Selenium, Zink, Tembaga, tinggi Kalsium, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi.

Mengingat pentingnya aspek sosial emosional dalam perkembangan anak, selalu dampingi mereka untuk masa depan lebih baik ya Bunda! 

Image Article
Stimulasi Dukung Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Simak Tips Stimulasi Anak Speech Delay Berikut Ini

Published date

Tahukah Bunda bahwa Si Buah Hati dapat berkomunikasi dengan orang dewasa tanpa mengucapkan sepatah kata? Yap, bayi bisa tersenyum, menangis, dan merespons sesuatu untuk menyampaikan kebutuhannya.

Meski dapat berkomunikasi tanpa kata, tidak jarang ada anak yang memerlukan sedikit bantuan ekstra untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya. Biasanya anak-anak yang sedang berkembang mungkin mengalami kesulitan dengan beberapa suara, kata, dan kalimat saat mereka belajar.Mari kita simak apa itu speech delay, gejala yang harus diwaspadai, hingga tips stimulasi anak speech delay.

Apa Itu Speech Delay?

Speech delay adalah kondisi ketika anak mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan berbicara sesuai dengan perkembangan usianya.  Penyebutan speech delay disematkan pada anak-anak berusia 2 hingga 3 tahun dengan kosakata kurang dari 30 kata pada usia 24 bulan dan kurang dari 3/5 ekspresi struktural pada usia 30 bulan.

Speech delay perlu ditanggulangi karena dapat membuat Si Buah Hati tertinggal dari teman-temannya yang normal.  Tak hanya dalam hal perkembangan kosa kata, panjang kalimat, perubahan nada, dan kemampuan membaca, anak dengan speech delay dapat mengalami masalah komunikasi verbal dan interpersonal serta kesulitan kognitif, literasi, berhitung, dan perilaku.

Gejala Keterlambatan Bicara pada Anak

Bunda, speech delay pada anak memiliki beberapa gejala yang perlu diperhatikan sehingga bisa diintervensi sejak dini. Sebab, speech delay dapat menimbulkan perilaku negatif, misalnya anak jadi tidak bisa mengekspresikan diri. 

Sebelum mencari tahu tips stimulasi anak speech delay, berikut gejala keterlambatan bicara yang perlu Bunda ketahui dan waspadai berdasarkan usia.

Usia 12 bulan

  • Tidak mengatakan "mama" atau "papa".

  • Tidak menggunakan isyarat, seperti melambai, menggelengkan kepala, atau menunjuk.

  • Tidak mengerti dan merespons kata-kata, seperti “tidak” dan namanya

  • Tidak menunjukkan ketertarikan pada hal-hal menarik, seperti burung atau pesawat

  • Tidak mengatakan setidaknya satu kata dan tidak mengoceh seperti sedang berbicara.

Usia 18 bulan

  • Tidak menunjuk pada bagian tubuh ketika ditanya

  • Tidak berkomunikasi dengan orangtua ketika membutuhkan bantuan 

  • Tidak menolong saat diminta.

Usia 24 bulan

  • Tidak dapat mengikuti petunjuk sederhana dan satu langkah

  • Tidak tahu setidaknya 50 kata

  • Tidak bermain peran dengan mainannya, seperti membuat suara mobil dengan mobil mainannya

  • Tidak dapat mengucapkan kalimat dengan dua kata

  • Hanya bisa meniru tindakan atau perkataan orang lain, bukan menghasilkan ucapannya sendiri.

Usia 30 bulan

  • Tidak menggunakan kalimat sederhana yang terdiri dari dua hingga empat kata

  • Tidak dapat menggunakan kata ganti apa pun

  • Tidak mengajukan pertanyaan sederhana

  • Tidak dapat dipahami siapa pun di keluarga.

Usia 3 tahun

  • Tidak bisa menyusun frasa pendek

  • Tidak bisa menceritakan kisah sederhana

  • Memiliki sedikit minat untuk dibacakan atau melihat buku

  • Tidak mengetahui fungsi benda-benda rumah tangga pada umumnya, seperti sikat gigi.

Usia 4 tahun

  • Belum menguasai sebagian besar konsonan tunggal

  • Tidak dapat menjawab pertanyaan "mengapa"

  • Tidak memahami konsep "sama" dan "berbeda"

  • Tidak memahami istilah spasial, “di bawah” atau “di samping”.

Baca Juga: Cara Stimulasi agar Anak Cepat Bicara

Tips Stimulasi Anak Speech Delay 

Jika Si Buah Hati menunjukkan gejala speech delay, Bunda tidak perlu khawatir. Berikut berbagai cara stimulasi anak speech delay untuk membantu merangsang kemampuan berbicara anak. 

1. Berkomunikasi Aktif dengan Anak

Bunda dapat mengajak Si Buah Hati berbicara setiap hari. Gunakan kalimat yang sederhana dan jelas, kemudian beri dia waktu untuk merespons. Berbicara dengan sederhana dapat membantu anak-anak memahami perkataan orangtua dan memudahkan mereka untuk menyalin ketika mereka sudah siap. Cara ini juga dapat membuat Si Buah Hati merasa didengar dan lebih termotivasi untuk berbicara.

2. Baca Cerita Bersama

Bacalah cerita bersama-sama, tunjukkan gambar-gambarnya, dan ajak Si Buah Hati berbicara tentang cerita tersebut. Ini tidak hanya merangsang imajinasi, tetapi juga membantu meningkatkan kosakata anak dan memahami cara membentuk suara untuk menghasilkan kata dan maknanya. Hal tersebut dapat membangun keterampilan bahasa dan keterampilan literasi anak.

3. Permainan Kata dan Suara

Stimulasi untuk anak speech delay berikutnya adalah mengajak Si Buah Hati bermain dengan melibatkan kata dan suara, seperti tebak kata atau menyanyikan lagu-lagu anak. Selain membantu meningkatkan kemampuan berbicara anak, kegiatan ini juga bisa menjadi momen menyenangkan bagi Bunda dan Si Buah Hati.

4. Terapi Bicara Profesional

Bunda dapat mencari bantuan dari terapis profesional jika merasa perlu. Terapi bertujuan mengajarkan strategi kepada anak-anak untuk memahami bahasa lisan dan menghasilkan perilaku komunikatif yang sesuai.

Terapi bicara juga dapat membantu orangtua mempelajari cara-cara untuk mendorong keterampilan komunikasi anak-anak. Bunda, setiap anak unik dan berkembang dengan cara dan waktunya masing-masing sendiri. Tidak perlu membandingkan-bandingkan perkembangan Si Buah Hati dengan anak lain. 

Dengan memberikan cinta, dukungan, dan stimulasi yang tepat, Bunda dapat membantu Si Buah Hati mengatasi speech delay dan mengoptimalkan potensinya. Bunda juga bisa lengkapi gizi hariannya dengan memberikan DANCOW 1+ Imunutri, susu pertumbuhan untuk anak usia 1 – 3 tahun, dengan 0 gram sukrosa, mengandung vitamin A, C, E, zink, tembaga, selenium, DHA, Omega-3, Omega-6, zat besi, kalsium, vitamin D, dan protein untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.  Kandungan DHA dan zat besi pada Dancow dapat membantu asupan nutrisi untuk perkembangan otak anak selama proses belajar nya

Semoga tips dan stimulasi anak speech delay di atas dapat membantu Bunda mendukung perkembangan berbicara Si Buah Hati. 

Image Article
Bunda, Simak Tips Stimulasi Anak Speech Delay Berikut Ini
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Umur Berapa Bayi Mulai Bicara? Simak Penjelasan Berikut!

Published date

Tahapan perkembangan bicara pada bayi adalah salah satu aspek penting dalam pertumbuhan mereka. Umumnya, bayi mulai menunjukkan kemampuan bicara pada usia sekitar 12 hingga 18 bulan. Di usia tersebut bayi mulai mengucapkan kata pertamanya. Namun, penting untuk diingat bahwa perkembangan bahasa pada setiap anak bisa berbeda.

Nah, kira-kira umur berapa bayi laki-laki mulai bicara? Apakah berbeda dengan bayi perempuan?

 

Umur Berapa Bayi Laki-laki Mulai Bicara dan Apakah Lebih Lambat dari Bayi Perempuan?

Bunda mungkin pernah mendengar tentang mitos bahwa bayi perempuan lebih cepat bicara, sedangkan bayi laki-laki lebih cepat berjalan. Ternyata mitos tersebut tidak sepenuhnya salah. Penelitian membuktikan bahwa anak laki-laki lebih lambat bicara jika dibandingkan dengan anak perempuan.

Meski begitu, rata-rata, bayi mulai bisa mengeluarkan kata pertamanya di ulang tahun pertamanya. Kemampuan ini juga dibarengi dengan keterampilan berjalan dan menunjukkan benda lho, Bunda.

 

Pentingnya Bicara dalam Perkembangan Anak

Kemampuan bicara sangat penting untuk perkembangan anak. Sebab, hal ini terkait dengan keberhasilan dalam mengembangkan keterampilan membaca, menulis, dan interpersonal, baik di masa kanak-kanak maupun di kemudian hari.1 Kurangnya kemampuan bicara bisa mengganggu fungsi sehari-hari, termasuk pembelajaran, komunikasi, dan interaksi sosial.

Jika Bunda mempertanyakan apakah wajar anak laki-laki lambat bicara, tentu saja jawabannya “tidak”. Sebab, hal ini bisa berdampak signifikan pada kehidupan anak. Keterlambatan berbicara yang anak alami bisa menyebabkan hambatan pada perkembangan bahasa, sosial, motorik, dan tingkat kecerdasan anak.

Di sisi lain, perkembangan bahasa pada anak laki-laki cenderung lebih lambat dibandingkan anak perempuan. Namun, perbedaanya tidak begitu besar. Hal ini terjadi karena tingginya lever testosteron pada masa prenatal memperlambat pertumbuhan neuron di hemisfer kiri. Inilah yang membuat perkembangan anak laki-laki dalam penguasaan kosa kata dan bahasa cenderung lebih lambat. Karena itu, usia berapa anak laki-laki bisa bicara mungkin lebih lambat dibandingkan anak perempuan.

 

Perkembangan Bahasa pada Bayi

Sebenarnya, bayi mulai mengucapkan kata pertamanya sejak ia dilahirkan, namun menggunakan bahasa non-verbal, seperti menangis, meringin, atau menggeliat. Hal ini dilakukan untuk mengekspresikan berbagai emosi dan kebutuhan fisik.

Pemahaman bahasa bayi awalnya hanya terbatas pada emosi universal dalam ucapan, seperti nada bicara yang Bunda gunakan untuk menenangkan mereka.1 Lalu di akhir usia enam bulan, bayi mulai mengoceh dan membuat berbagai suara dan menggunakan suara untuk menunjukkan suka dan tidak suka. Mereka juga mulai mampu mendeteksi sumber suara.

Menginjak usia lima hingga tujuh bulan, Si Buah Hati mulai mampu menirukan beberapa suara yang Bunda buat dan mengeluarkan suara yang berbeda, seperti 'aaieee', 'booo' dan 'ahh' pada nada dan volume yang berbeda.

Sekitar usia 12 hingga 14 bulan, bayi biasanya mulai mengucapkan beberapa kata dan mengetahui artinya, seperti 'mama' atau 'dada' untuk menyebut ibu atau ayah. Pada tahap ini, Bunda bisa meningkatkan kosakata Si Buah Hati dengan memberinya pertanyaan pilihan, seperti, “Mau apel atau pisang?”.

Baca Juga : Cara Optimalkan Kecerdasan  Bahasa Si Buah Hati 

 

Tanda-tanda Awal Bayi Segera Bicara

Tak hanya memahami umur berapa bayi perempuan mulai bicara. Bunda juga perlu tahu tanda awal bayi mulai bicara. Berikut tanda-tanda bayi mulai bicara:

  • Bayi mengeluarkan suara menderu atau samar, biasanya terjadi pada usia 3 bulan.

  • Bayi bisa tertawa, terkikik, dan mengeluarkan suara lucu. Hal ini umumnya terjadi pada usia 4 hingga enam bulan.

  • Di usia 12 bulan, bayi mulai mengeluarkan rangkaian suara yang lebih panjang seperti ba-ba-ba-ba-ba atau da-da-da-da-da atau mi-mi-mi.

  • Pada usia 12 hingga 18 bulan banyak bayi mulai menggunakan satu kata, menyebutkan nama orang-orang dan benda-benda yang mereka kenal seperti ma-ma, da-da, bola, dan kucing.

     

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Umur Bayi Mulai Bicara

Untuk mengetahui umur berapa bayi laki-laki mulai bicara, Bunda perlu memahami faktor yang mempengaruhinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan bayi bicara, berikut di antaranya:

 

1. Riwayat persalinan 

Anak yang lahir prematur biasanya memiliki kemampuan bicara yang lebih rendah dibandingkan anak yang lahir cukup bulan.1 Sebab, trimester ketiga kehamilan adalah periode sangat penting untuk perkembangan otak janin, yang nantinya akan berpengaruh besar pada perkembangan bahasa mereka.

 

2. Lingkungan sosial 

Kemampuan bicara anak juga dipengaruhi oleh stimulus lingkungan. Beberapa penelitian menunjukkan lingkungan sosial yang mendukung terjadinya interaksi sosial antara bayi dan orang dewasa berkorelasi positif pada kemampuan bahasa Si Buah Hati yang lebih maju.

 

3. Perkembangan kognitif dan intelektual 

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak memerlukan beberapa fungsi kognitif untuk menguasai kemampuan aspek bahasa. Aspek bahasa inilah yang nantinya mendukung mereka berbicara dan menjadi pengguna bahasa yang kompeten.

 

4. Asupan Nutrisi 

Selain lingkungan, penelitian membuktikan bahwa pola makan juga mempengaruhi perkembangan bahasa anak.1 Nutrisi yang baik adalah kunci penting dalam perkembangan anak usia dini untuk mendukung kemampuan berbahasa. Nutrisi pada tahun-tahun awal kehidupan sangat penting bagi perkembangan kognitif yang mencakupkemampuan anak bicara.

 

Itu tadi beberapa informasi mengenai perkembangan bahasa bayi. Pada umumnya, setiap anak, apapun jenis kelaminnya, memiliki kecepatan perkembangan bahasa masing-masing.

Image Article
umur berapa bayi laki-laki mulai bicara
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Stimulasi Agar Anak Cepat Bicara yang Perlu Bunda Ketahui

Published date

Kemampuan berbicara sangat penting karena menjadi kunci dalam mengungkapkan perasaan, ide, dan pikiran anak. Namun, tak jarang ada anak yang membutuhkan waktu lebih lama dari anak lain atau biasa dikenal speech delay.

Jika Si Buah Hati tampak tidak ingin banyak bicara atau bersuara, Bunda bisa mempelajari pentingnya kemampuan bicara hingga cara stimulasi agar anak cepat bicara berikut ini.

Pentingnya Kemampuan Bicara dalam Tumbuh Kembang Anak

Kemampuan berkomunikasi sangat penting karena mendukung anak dalam mengungkapkan dan memahami perasaan, berpikir dan belajar, menyelesaikan masalah, serta mengembangkan dan memelihara hubungan.

Kemampuan berbicara juga merupakan langkah pertama dalam literasi yang menjadi dasar untuk belajar membaca dan menulis. Dengan kemampuan berbicara yang baik, Si Buah Hati dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, mengungkapkan kebutuhan dan keinginan, serta belajar dari pengalaman sehari-hari. Tak kalah penting, tahap perkembangan kemampuan bahasa juga mendukung banyak aspek perkembangan lainnya, seperti perkembangan kognitif, sosial, dan literasi. 

 

Mengenal Tahapan Perkembangan Bicara pada Anak

Tahap perkembangan bahasa bermula dari suara, gestur, kata, dan kalimat. Mengingat penguasaan perkembangan setiap anak berbeda-beda, Bunda dapat menggunakan tahapan perkembangan berikut untuk melihat perkembangan Si Buah Hati normal atau memerlukan stimulasi anak agar cepat bisa bicara. 

 

1. Usia 0-6 Bulan 

Saat dilahirkan, bayi hanya mampu mengungkapkan keinginannya dengan menangis. Pada usia 2-3 bulan, bayi mulai menghasilkan suara seperti "aah" atau "uuh," yang disebut cooing. Mendekati usia 6 bulan, bayi mulai merespons panggilan namanya. Perilaku cooing pun berkembang menjadi mengoceh.

 

2. Usia 6-12 Bulan 

Pada usia 6-9 bulan, bayi mulai memahami nama-nama orang dan objek, serta konsep dasar seperti ya, tidak, atau habis. Ketika berusia 9-12 bulan, bayi mampu mengucapkan kata-kata "mama" dan "papa" dengan pemahaman makna.

 

3. Usia 12-18 Bulan 

Pada usia ini, anak mampu menggunakan 3-6 kata yang memiliki makna, dapat merespons pertanyaan dengan mengangguk atau menggelengkan kepala, hingga menunjuk bagian tubuh atau gambar. Saat berusia 15 bulan, Si Buah Hati kemungkinan hanya bisa mengucapkan 3-6 kata bermakna. 

Baca Juga : Cara Optimalkan Kecerdasan  Bahasa Si Buah Hati

 

4. Usia 18-24 Bulan 

Pada fase ini, Si Buah Hati minimal sudah memiliki 50 kosa kata atau lebih.1 Mereka mampu membentuk kalimat yang terdiri dari dua kata, seperti "mama makan" atau "naik sepeda," dan dapat mengikuti perintah. Ketika mencapai usia dua tahun, orang lain dapat mengerti sekitar setengah dari apa yang mereka ucapkan.

 

5. Usia 2-3 Tahun 

Anak-anak pada usia ini biasanya sudah mampu menggunakan kalimat 2-3 kata. Mendekati usia 3 tahun, mereka bisa menggunakan kalimat dengan lebih dari tiga kata, termasuk bertanya kegunaan benda-benda.

 

6. Usia 3-5 Tahun 

Pada periode ini, Si Buah Hati menunjukkan minat dalam mendengarkan cerita dan obrolan. Mereka dapat menyebutkan nama, usia, dan jenis kelaminnya sendiri, serta menggunakan kalimat-kalimat yang lebih panjang. Pada usia 4 tahun, anak sudah mampu berbicara dengan jelas dan dapat menceritakan pengalamanya dengan lancar dan cukup rinci.

 

Tips Stimulasi agar Anak Cepat Bicara

1. Rajin Mengajak 

Bunda dapat mengajak Si Buah Hati berbicara setiap hari, bahkan jika mereka belum bisa merespons dengan kata-kata. Ajukan pertanyaan sederhana dan beri waktu bagi mereka untuk merespons. 

Kuncinya adalah menggunakan kosakata sebanyak mungkin dengan konteks yang berbeda-beda. Contohnya adalah membicarakan minuman atau makanan cokelat dengan barang berwarna coklat. Tak kalah penting, jadilah pendengar yang aktif dengan menyimak dengan sesekali bertanya. Cara ini dapat membuat anak termotivasi untuk belajar berkomunikasi. 

Penelitian menunjukkan bayi yang diajak berinteraksi secara langsung lebih efisien dalam memproses kata-kata yang familiar. Bahkan, anak yang kerap diajak bicara diketahui memiliki kosa kata ekspresif yang lebih banyak pada usia 24 bulan. Ini menunjukkan rutin diajak bicara dengan banyak menjadikan anak pusat pembicaraan menjadi pengalaman berbahasa yang berharga untuk Si Buah Hati di masa depan.

 

2. Bacakan Buku 

Membacakan cerita berulang-ulang dapat membantu anak mengenali kata-kata serta memahami bagaimana membentuk suara untuk mengucapkan kata dan artinya. Melalui kegiatan ini, anak dapat mengembangkan keterampilan berbahasa dan literasi mereka, yang akan bermanfaat saat mereka dewasa.ang berharga untuk Si Buah Hati di masa depan.

 

3. Gunakan Mainan 

Dunia anak adalah dunia bermain. Bunda bisa memanfaatkan mainan atau membuat permainan untuk si Buah Hati yang dapat mendorongnya berinteraksi dengan orang lain. Dengan begitu, Si Buah Hati akan belajar berkomunikasi.1 Sebagai contoh, saat bermain mobil atau kereta mainan, Bunda dapat mengajaknya mengatakan “tuut tuut tuut”.

 

4. Pujian dan Dorongan 

Stimulasi agar anak cepat bicara berikutnya adalah memberikan pujian saat anak mencoba berbicara, meskipun kata-kata mereka belum sempurna. Dengan memuji, Bunda mengajari anak berpikir dan berbicara dengan positif tentang diri mereka. Pujian juga membantu Si Buah Hati mengenali yang dilakukan sudah benar sekaligus membuatnya bangga dengan itu.1Sebagai contoh, Bunda dapat mengatakan,”Wah, anak pintar!”, ketika berhasil mengucapkan kata tertentu.

 

5. Batasi Penggunaan Gawai 

Bunda dapat membatasi waktu Si Buah Hati menggunakan gawai untuk stimulasi agar anak cepat bicara. Sebab, interaksi langsung dengan Bunda dan lingkungan sekitarnya sangat penting dalam pengembangan kemampuan bicara anak. Anak-anak yang penggunaan gawainya dibatasi juga akan memiliki lebih banyak waktu untuk mengembangkan kemampuan komunikasi, menggerakkan tubuhnya, dan istirahat lebih baik.1 Dengan stimulasi dan kasih sayang, anak akan memiliki dasar yang kuat dalam mengembangkan kemampuan bicaranya. 

Image Article
stimulasi agar anak cepat bicara
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Umur Berapa Anak Bisa Bicara? Simak Penjelasan Berikut Ini!

Published date

Bunda, memiliki buah hati adalah kebahagiaan bagi orangtua. Namun, dalam fase tumbuh kembang buah hati, orangtua biasanya memiliki banyak pertanyaan, apakah tumbuh kembang ananda tergolong normal atau di bawah anak-anak seusianya. Salah satu pertanyaan terbesar adalah anak bisa bicara umur berapa? Bunda, sebelum usia satu tahun, kebanyakan bayi sudah memahami arti dari selusin lebih kata, dan di usai dua tahun, kebanyakan anak bisa berbicara 200 atau lebih kata.

 

Umur Berapa Anak Bisa Bicara?

“Bayi bicara” pertama kali bersifat nonverbal dan terjadi segera setelah lahir. Meringis, menangis, dan menggeliat adalah cara bayi untuk mengekspresikan berbagai emosi dan kebutuhan fisik, mulai dari rasa takut dan lapar hingga frustrasi dan kelebihan sensorik.

Bunda bisa belajar untuk mendengarkan dan menafsirkan tangisan buah hati yang berbeda-beda.

Nah, kapan buah hati mengeluarkan kata-kata pertama, bervariasi antara satu anak dengan anak lainnya.

Namun, umumnya jawaban dari anak umur berapa bisa bicara adalah sekitar usia satu tahun. Di usia ini, anak-anak sudah bisa mengucapkan satu dua kata berarti seperti mama, papa, atau dadah.1 Lebih lengkapnya, simak mengenai tahap perkembangan bicara anak di bawah ini.

 

Tahapan Perkembangan Bicara Bayi

Bunda bisa mengetahui perkembangan buah hati dengan mengetahui tahapan perkembangan bicara di bawah ini. Sehingga, bunda juga tidak akan penasaran lagi tentang umur berapa anak bisa bicara.

Usia 3 bulan

Di akhir usia 3 bulan, Si Buah Hati umumnya sudah bisa:

  • Senyum saat Bunda muncul

  • Mengeluarkan suara mendengkur

  • Diam atau tersenyum ketika diajak bicara

  • Sepertinya mengenal suara Bunda

  • Setiap tangisan yang berbeda untuk mengekspresikan kebutuhan yang berbeda

Usia 6 bulan

Di akhir usia 6 bulan, Si Buah Hati umumnya sudah bisa:

  • Mengeluarkan suara berdeguk saat bermain

  • Mengoceh dan membuat berbagai suara

  • Gunakan suara untuk menunjukkan rasa suka dan tidak suka

  • Menggerakkan mata ke arah suara

  • Merespons perubahan nada suara Bunda

  • Memperhatikan bahwa beberapa mainan mengeluarkan suara

  • Memperhatikan musik

Usia 12 bulan

Di akhir usia 12 bulan, Si Buah Hati sudah dapat:

  • Mencoba menirukan suara ucapan

  • Ucapkan beberapa kata, seperti "dada", "mama", dan "uh-oh"

  • Memahami perintah sederhana, seperti "Kemarilah"

  • Mengetahui kata-kata untuk benda-benda yang umum, seperti "sepatu"

  • Berbalik dan melihat ke arah suara

Usia 18 bulan

Di akhir usia 18 bulan, Si Buah Hati umumnya sudah dapat:

  • Mengetahui nama orang, objek, dan bagian tubuh

  • Mengikuti perintah sederhana yang diikuti dengan gesture tubuh

  • Berbicara 10 kata

Usia 24 bulan

Di akhir usia 24 bulan, Si Buah Hati sudah bisa:

  • Menggunakan frasa sederhana, misalnya “tambah susu”

  • Bertanya satu atau dua kata seperti “Mau pergi?”

  • Mengikuti perintah sederhana dan memahami pertanyaan sederhana

  • Berbicara 50 kata atau lebih

  • Berbicara dengan baik jadi Bunda dan orang lain bisa paham.

Tanda Gangguan Bicara pada Anak

Untuk mengetahui apakah buah hati mengalami gangguan perkembangan bicara atau tidak Bunda harus mengenali tanda-tandanya, di antaranya:

  • tidak mengeluarkan suara sama sekali sampai bayi berusia 6 bulan,

  • tidak mengoceh sampai usia 12 bulan,

  • tidak mengeluarkan 1 kata yang bukan mengoceh atau meniru ucapan orang lain di usia 16 bulan.

  • tidak menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap benda pada usia bayi 20 bulan,

  • kurang mampu berbagi perhatian atau ketertarikan dengan orang lain di usia 20 bulan, dan

  • orangtua masih tidak mengerti perkataan anak di usia 30 bulan.

Jika mendapati tanda-tanda seperti di atas, sebaiknya Bunda konsultasikan dengan dokter anak.

 

Baca Juga : Stimulasi Bicara Anak Usia 1 Tahun 

Secara umum, ada beberapa faktor yang menyebabkan keterlambatan bicara pada buah hati. Jadi, sebelum bertanya anak bisa bicara lancar umur berapa, Bunda perlu mengecek apakah beberapa faktor berikut ada pada anak.

  1. Faktor genetik

  2. Gangguan perkembangan dan/atau pendengaran karena gangguan pada saraf

  3. Kurangnya pengalaman secara langsung, dalam hal ini seperti kurangnya stimulasi dan interaksi sosial.

Berdasarkan beberapa penelitian, pengalaman awal yang didapatkan oleh bayi (dalam hal ini stimulasi dan interaksi sosial) terlibat pada perkembangan otak. Meski tampak sepele, ternyata pengalaman yang diterima bayi di hari-hari pertama kehidupannya berkaitan erat dengan perkembangan saraf sehingga mempengaruhi pemrosesan bahasanya.

Cara Stimulasi agar Perkembangan Bicara Anak Sesuai Usia

 

Bunda, orangtua dan lingkungan terdekat berperan penting dalam perkembangan bicara dan bahasa anak. Untuk itu, ini yang bisa Bunda lakukan untuk menstimulasi kemampuan bicara buah hati:

1. Sering ajak anak komunikasi       
 

Kapan pun dan di mana pun Bunda, saat berada bersama buah hati, usahakan menceritakan apa pun kepadanya. Misalnya, Bunda bisa mengenalkan berbagai benda yang ditemui, apa yang Bunda lakukan, dan sebagainya. Meskipun buah hati belum bisa bicara, kata-kata yang didengarnya akan menjadi bekal dalam perkembangan bicaranya.

 

2. Bacakan buku atau cerita       
 

Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kosakata buah hati sejak dini adalah dengan membacakannya buku atau cerita bergambar. Sambil membacakannya cerita, Bunda bisa mengajak buah hati menunjuk gambar dan menyebut nama benda yang ditunjuk.

Bunda, pertanyaan umur berapa anak bisa bicara yang banyak ditanyakan dan dikhawatirkan oleh orangtua akhirnya tergantung pada stimulasi yang diberikan pada Si Buah Hati. Jadi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Bunda merasa buah hati “berbeda” dengan anak seusianya.

Untuk Si Buah Hati yang sudah berusia 1 tahun ke atas, jangan lupa untuk memberikan nutrisi yang dibutuhkannya, salah satunya susu pertumbuhan. DANCOW 1+ Imunutri adalah susu pertumbuhan yang diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 1-3 tahun, tinggi akan Vitamin A, C, E, Selenium, Zink, Tembaga, tinggi Kalsium, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi.

Image Article
Umur Berapa Anak Bisa Bicara? Simak Penjelasan Berikut Ini!
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Inilah Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini

Published date

Seiring bertambahnya usia Si Buah Hati, selain pertumbuhan fisik, keterampilan sosial dan emosional Si Buah Hati turut berkembang. Untuk bekal informasi Bunda, simak perkembangan sosial emosional anak usia dini lewat artikel berikut ini. 

Pentingnya Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Untuk Bunda ketahui, perkembangan sosial dan emosional adalah tahap perkembangan ketika Si Buah Hati mulai memahami siapa dirinya, apa yang dirasakannya, dan harapannya saat berinteraksi dengan orang lain. 

Perkembangan ini mencakup dua konsep penting, yakni perkembangan diri atau temperamen dan hubungan dengan orang lain atau keterikatan.

Perkembangan diri ini menggambarkan gaya atau kepribadian dan cara pandang anak ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Contohnya tingkat aktivitas, tingkat perhatian, intensitas emosi, keteraturan, ambang sensorik, cenderung terbuka atau tertutup, kemampuan beradaptasi, ketekunan, dan kualitas suasana hati. Selain aspek perkembangan diri, tahap perkembangan ini juga dilihat dari sisi keterikatan dengan orang lain.

Dari beberapa hal di atas, karakteristik perkembangan sosial emosional anak usia dini ada Si Buah Hati yang tergolong mudah atau fleksibel, aktif dan penuh semangat, atau cenderung berhati-hati.

Nah, perkembangan sosial emosional anak usia dini ini penting agar Si Buah Hati ke depan mampu:

  • Mengalami, mengelola, dan mengekspresikan emosi

  • Memiliki rasa percaya diri dan empati

  • Membentuk dan mempertahankan hubungan yang positif dengan orang lain

  • Mengembangkan hubungan sampai persahabatan bermakna dan langgeng

  • Menjelajahi dan aktif terlibat dengan lingkungan sekitar sehingga anak punya nilai bagi orang sekitar

Perlu Bunda pertimbangkan juga, kegagalan Si Buah Hati mengikuti perkembangan sosial dan emosional bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental dan emosional ke depan. Gangguan kesehatan mental dan emosional pada anak usia dini bisa terlihat dari keterlambatan perkembangan secara keseluruhan, susah berhenti menangis, masalah tidur, perilaku agresif, impulsif, atau takut pada banyak hal.

Hal ini apabila tidak segera ditangani bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan mental di kemudian hari, seperti penarikan diri, susah tidur, gangguan makan, depresi, kecemasan, atau reaksi stres traumatis.

Tahap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Contoh perkembangan sosial emosional anak usia dini ini meliputi pengalaman, ekspresi dan pengelolaan emosi, serta kemampuan untuk membangun relasi atau hubungan yang baik dengan orang lain.

Secara ringkas, berikut tahap perkembangan sosial anak usia dini yang perlu Bunda cermati:

1. Usia 1 tahun       
 

  • Mulai punya kegemaran atau favorit, bisa orang atau mainan.

  • Dapat meniru suara atau gerak-gerik tertentu untuk menarik perhatian.

  • Senang bermain cilukba atau permainan yang melibatkan interaksi dengan orang lain.

  • Tidak sungkan mencoba mainan dengan orang dewasa di dekatnya.

  • Mulai bisa menunjukkan perasaan, misalkan marah, takut, malu, atau sayang dengan orang lain.

2. Usia 2 tahun       
 

  • Dapat atau menunjukkan minat bermain sebentar dengan anak lain.

  • Semakin mahir meniru orang lain, terutama orang dewasa atau anak yang lebih besar di sekitarnya.

  • Semakin ingin menunjukkan kemandiriannya, misalkan ingin makan sendiri.

  • Mulai bisa mengeyel atau membangkang, karena mempunyai pendapat berbeda.

  • Mulai bisa bermain dengan anak lain, seperti kejar-kejaran.

3. Usia 3 tahun       
 

  • Menunjukkan kepedulian dan kasih sayang dengan orang lain tanpa disuruh.

  • Meniru orang dewasa dan teman sekitarnya, misalkan ketika anak lain lari jadi ikut lari-larian.

  • Mulai bisa menikmati rutinitas dan terkadang jengkel kalau rutinitasnya terganggu.

  • Dapat mengenakan atau membuka pakaian sendiri.

  • Sudah bisa bilang ingin buang air ke toilet, terutama di siang hari.

4. Usia 4 tahun       
 

  • Bisa bermain secara berkelompok dengan anak lain.

  • Semakin terampil konsep negosiasi, dan bisa memahami konflik butuh solusi.

  • Lebih suka bermain dengan anak lain ketimbang mainan sendiri.

  • Lebih kreatif ketika bermain khayalan atau yang butuh imajinasi.

  • Mulai bisa mengekspresikan apa yang disukai dan tidak disukai.

5. Usia 5 tahun       
 

  • Ada minat menyenang-nyenangkan teman.

  • Sudah paham aturan dan bisa menurutinya.

  • Suka menyanyi, menari, atau mainan pura-pura.

  • Dapat membedakan antara realitas dan khayalan.

  • Terampil mengekspresikan apa yang disukai dan tidak disukai

  • Lebih menurut, kooperatif, dan mandiri.

Untuk mencapai tonggak di atas, anak usia dini butuh bantuan orang terdekat dan lingkungan sekitarnya, terutama orang tua.

Peran Orangtua dan Lingkungan dalam Mendukung Perkembangan Sosial Emosional

Orangtua dan lingkungan sekitar memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan sosial dan emosional anak usia dini.

Pengalaman yang konsisten dengan anggota keluarga, pengasuh, guru, atau orang dewasa lain membantu anak belajar berhubungan dan mengeksplorasi emosi dalam interaksi sehari-hari.

Berikut beberapa peran nyata orangtua dan lingkungan dalam mendukung salah satu aspek perkembangan penting anak ini:

  • Tunjukkan kasih sayang sekaligus asuh anak dengan cara mendekap, menghibur, bicara, bermain, atau bernyanyi bersama.

  • Bantu anak merasakan serunya memberi dan menerima saat berhubungan dengan orang lain, misalkan dengan main cilukba, tepuk tangan bersama, mengajarkan salam, serta melambaikan tangan saat berpisah.

  • Berikan kesempatan anak untuk mempraktikkan keterampilan baru, tapi upayakan responsif memberikan bantuan langsung saat anak butuh.

  • Ajarkan keterampilan sosial dan emosional, seperti bergantian, kerja sama, mendengarkan, sampai menyelesaikan konflik.

  • Ayah atau pengasuh dapat membantu membangun kedekatan emosional sejak dini dengan cara segera merespons saat anak menangis dan memberikan apa yang dibutuhkan, sehingga anak segera tenang.

  • Perkenalkan berbagai pengalaman baru, seperti warna, bunyi, tekstur, bentuk, rasa, atau tempat yang baru dengan bahasa yang mudah dipahami anak.

  • Latih kemandirian anak sesuai tahap tumbuh kembangnya, seperti belajar makan sendiri, pakai pakaian sendiri, sampai bisa ke toilet

  • Ajarkan anak untuk menunjuk benda yang diinginkannya, sehingga Si Buah Hati dapat menyatakan kehendak tanpa banyak menangis.

Untuk dukung perkembangan sosial emosional anak usia dini, Bunda bisa menerapkan langkah-angkah di atas. Selain itu, Bunda juga bisa mengimbangi gizi Si Buah Hati dengan susu pertumbuhan seperti DANCOW 1+ untuk usia 1-3 tahun. DANCOW 1+ Imunutri diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 1-3 tahun, tinggi akan Vitamin A, C, E, Selenium, Zink, Tembaga, tinggi Kalsium, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi.

Image Article
Bunda, Inilah Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Apa Saja Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak?

Published date

Tahukah Bunda, saat tumbuh, anak tidak hanya menunjukkan perkembangan fisik, mental, dan emosional, melainkan juga terjadi peningkatan kemampuan sosialnya. 

Kecerdasan sosial anak akan berkembang pesat saat memasuki usia prasekolah. Pada usia itu, anak mulai senang berinteraksi dengan orang lain dan tertarik untuk menjalin pertemanan. Perkembangan sosial anak usia 4-5 tahun ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak? Simak ulasannya dalam artikel berikut ini.

Apa Itu Perkembangan Sosial Anak?

Perkembangan sosial anak dapat diartikan sebagai proses Si Buah Hati untuk mencapai kematangan dalam berhubungan sosial. Selain itu, selama terjadinya perkembangan sosial, anak juga belajar tentang norma, etika, dan tradisi masyarakat. 

Perkembangan sosial juga membuat anak melalui proses perubahan perilaku, minat, dan ketertarikan menjalin pertemanan baru. Contoh perkembangan sosial anak usia dini adalah tumbuhnya kemampuan Si Buah Hati untuk beradaptasi di lingkungan baru.

Baca Juga: Manfaat Susu DANCOW untuk Anak 4 Tahun

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak

Perkembangan sosial anak pada umumnya dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni faktor biologis, faktor enviroment atau lingkungan, dan faktor relationship atau hubungan dengan orang lain. Berikut ini penjelasannya:

  • Faktor biologis

Kondisi biologis menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, tidak terkecuali pada perkembangan sosialnya. Adapun faktor biologis yang turut mempengaruhi perkembangan anak meliputi genetik, chemistry otak, level hormon, nutrisi, dan gender. 

Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dari kondisi biologisnya adalah temperamen yang diturunkan secara genetik. Beberapa riset menunjukkan bahwa 20 hingga 60 persen temperamen manusia ditentukan oleh genetika. 

Temperamen merupakan atribut bawaan yang mempengaruhi pendekatan anak terhadap dunia serta interaksi dengan lingkungan dalam 9 dimensi, yakni tingkat aktivitas, keteralihan perhatian, intensitas emosi, keteraturan, ambang sensorik, dan kecenderungan pendekatan versus penarikan diri, kemampuan beradaptasi, ketekunan, dan kualitas suasana hati. Sederhananya, temperanen dapat diartikan sebagai gaya atau kepribadian yang mempengaruhi perilaku anak dan interaksinya dengan orang lain. 

  • Faktor environment (lingkungan)

Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak adalah environment atau lingkungan, yaitu meliputi kondisi ekonomi, sosial, budaya, dan keluarga. Seorang anak dari keluarga dengan ikatan yang baik dengan anggota keluarganya biasanya dapat menyesuaikan diri secara sosial, dan tumbuh dengan kemampuan sosial yang baik pula. Sebab, reaksi sosial mudah dimunculkan secara emosional oleh anak-anak yang tumbuh dalam keluarga dengan ikatan erat. 

Selain itu, kondisi sosial ekonomi dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak. Misalnya, anak-anak yang tumbuh di lingkungan sosial ekonomi rendah berisiko mengalami sejumlah dampak negatif, termasuk masalah perilaku internalisasi dan eksternalisasi, masalah kesehatan mental, kenakalan, gangguan perilaku, dan keterlambatan perkembangan kognitif dan sosialnya.

  • Faktor relationship

Relationship atau hubungan dengan orang-orang sekitar, termasuk orang tua, keluarga, serta teman, juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak. Bagaimana anak-anak menjalin hubungan dengan orang-orang terdekatnya akan mempengaruhi perilaku dan perkembangan sosial mereka. Anak yang memiliki hubungan harmonis serta mendapatkan cinta dari orang tuanya akan tumbuh percaya diri, merasa aman, dan lebih mandiri. Faktor ini tentu akan mempengaruhi hubungan sosial mereka di luar rumah.

Selain itu, pergaulan dengan teman-teman sebaya juga akan memberikan pengaruh pada perkembangan sosial anak. Saat berelasi dengan teman-teman sebayanya, anak akan mendapatkan kemandirian sosial. Anak akan mampu membuat keputusan secara mandiri untuk menentukan perannya dalam kelompok. Rasa percaya diri anak-anak pun akan berkembang dari waktu ke waktu saat mereka bergaul dengan teman-teman sebayanya.

Agar proses perkembangan sosial anak optimal, imbangi juga gizi Si Buah Hati dengan asupan bergizi. Sebagai pelengkap makanan harian, Bunda bisa memberikan Si Buah Hati DANCOW 3+ Imunutri. DANCOW 3+ Imunutri tinggi vitamin A, C, E, dan zink, tinggi kalsium, protein, vitamin D, serta DHA, zat besi, dan Omega 3 & 6.   

Itu tadi beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak. Dengan mengetahui beberapa faktor tadi, semoga memudahkan Bunda untuk membantu mengembangkan karakter anak yang baik ya!

Image Article
Apa Saja Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Simak Olahraga yang Aman untuk Ibu Hamil Trimester 2 di Sini!

Published date

Olahraga penting dilakukan semua orang, termasuk ibu hamil yang saat ini sudah masuk trimester 2. Selain menjaga berat badan, olahraga ibu hamil trimester 2 juga membantu mempersiapkan tubuh untuk persalinan nanti. 

Penelitian menunjukkan bahwa olahraga pada masa kehamilan punya berbagai manfaat penting seperti mengurangi risiko operasi caesar, menjaga berat badan Bunda dan janin tetap sehat, mencegah diabetes gestasional, mencegah preeklampsia, dan mencegah depresi perinatal. 

Dalam artikel ini, akan dibahas manfaat olahraga untuk ibu hamil dan jenis olahraga yang aman untuk ibu hamil trimester 2 dan apa yang harus dihindari. Berikut penjelasannya.

Manfaat Olahraga bagi Ibu Hamil Trimester 2

Ada banyak manfaat kesehatan bagi Bunda yang olahraga saat hamil. Mulai dari mengendalikan berat badan, memperbaiki suasana hati, dan menjaga kebugaran. Olahraga teratur saat hamil juga dapat menurunkan risiko komplikasi seperti hipertensi dan preekampsia. 

Saat bunda rutin berolahraga selama hamil, ini akan berdampak pada kemampuan pendengaran, penglihatan, serta motorik Si Buah Hati agar pertumbuhannya kelak menjadi maksimal. 

Meski punya banyak manfaat kesehatan, Bunda perlu berkonsultasi dengan dokter kandungan mengenai jenis dan intensitas olahraga yang bisa dilakukan saat hamil. Terutama jika Bunda memiliki sejumlah kondisi kesehatan tertentu. 

Olahraga Ibu Hamil Trimester 2 yang Aman Dilakukan

Tahukah Bunda, ada banyak olahraga untuk ibu hamil trimester 2 yang bisa dilakukan, selama Bunda dan janin dalam kondisi sehat. Salah satu hal yang penting diingat dalam berolahraga saat hamil adalah hindari aktivitas yang bisa membuat Bunda terjatuh.

Misalnya pada saat trimester 1 mungkin Bunda masih dapat bersepeda dengan aman. Namun dengan kondisi perut yang semakin besar saat trimester 2 ini, tentu bersepeda keliling lingkungan rumah bisa berisiko.

Berikut beberapa olahraga yang aman untuk ibu hamil trimester 2:

1. Berjalan kaki

Jalan kaki adalah jenis olahraga yang baik untuk ibu hamil trimester 2. Olahraga ini juga cocok dilakukan bagi ibu hamil yang belum pernah berolahraga sebelumnya.

2. Renang

Renang adalah olahraga yang sangat baik saat hamil karena air membantu menopang peningkatan berat badan Bunda.

3. Berlari

Berlari saat hamil boleh-boleh saja selama Bunda sudah sering melakukannya sebelumnya. Namun jika Bunda baru dalam olahraga lari, ini bukan ide bagus untuk memulainya.

4. Yoga prenatal

Yoga prenatal adalah olahraga ibu hamil trimester 2 yang dapat membantu Bunda rileks dan meredakan ketegangan tubuh dengan teknik peregangan dan pernapasan yang lembut.

5. Latihan dasar panggul dan perut

Jenis olahraga ini sangat penting selama kehamilan. Ada banyak manfaat dari olahraga ini, termasuk memperkuat otot dan persendian Anda. Namun, Bunda harus menghindari sit-up (terutama setelah 16 minggu). 

Bunda harus berhenti berolahraga jika merasa mual, merasa dehidrasi, atau mengalami keputihan, pendarahan, dan nyeri di area perut atau panggul.  Siapkan juga banyak air putih saat berolahraga ya, Bunda. 

Olahraga yang Harus Dihindari Ibu Hamil

Olahraga tertentu aman dilakukan untuk ibu hamil trimester dua. Namun, ada beberapa olahraga yang harus dihindari Bunda selama kehamilan, yakni:

  • Aktivitas yang lebih berisiko jatuh

  • Olahraga yang dapat menyebabkan trauma perut, termasuk aktivitas dengan gerakan perubahan arah yang cepat, olahraga yang melakukan kontak seperti judo

  • Aktivitas yang memerlukan lompatan

  • Melompat sambil melakukan peregangan

  • Gerakan memutar pinggang sambil berdiri

  • Berolahragalah cuaca panas dan lembap

  • Menahan napas untuk waktu yang lama

  • Berolahraga sampai kelelahan 

  • Berbaring dalam waktu lama terutama setelah 16 minggu, karena berat janin akan menekan pembuluh darah utama yang membawa darah kembali ke jantung. Ini bisa membuat Bunda pingsan.

Baca Juga: Apa Manfaat Minyak Ikan untuk Ibu Hamil? Simak di Sini!

Tips Olahraga Saat Hamil

Seiring perut yang semakin besar, pastikan untuk jangan sampai kelelahan. Salah satu tanda Bunda kelelahan saat berolahraga adalah tidak bisa lagi berbicara saat sedang olahraga, atau sesak napas saat berbicara. Selain itu, jika Bunda tidak aktif berolahraga sebelum hamil, jangan tiba-tiba berolahraga berat.

Berikut tips olahraga saat hamil:

  • Lakukan pemanasan sebelum olahraga dan pendinginan setelah selesai olahraga

  • Coba untuk tetap aktif saat hamil, seperti berjalan kaki selama 30 menit setiap hari

  • Hindari olahraga berat di cuaca panas

  • Minum banyak air

  • Jika Bunda mengikuti kelas olahraga, pastikan guru Anda memiliki kualifikasi yang tepat dan mengetahui bahwa Bunda hamil serta berapa usia kehamilan Bunda

  • Hindari olahraga yang bisa berisiko terjatuh seperti bersepeda atau menunggang kuda. Jika Bunda jatuh, itu akan berakibat buruk untuk janin. 

Itulah tadi beberapa tips olahraga ibu hamil trimester 2 yang aman dilakukan. Jadi, tetap aktif bergerak ya Bunda!

Image Article
Simak Olahraga yang Aman untuk Ibu Hamil Trimester 2 di Sini!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Mengenal Sekolah Ramah Anak: Pengertian dan Ciri-cirinya

Published date

Bagi orang tua, salah satu kewajiban yang harus dipenuhi untuk menunjang masa depan anak-anaknya adalah dengan menyediakan fasilitas pendidikan yang terbaik semasa hidupnya. Oleh karena itu, penting sekali untuk memilih sekolah ramah anak yang aman dan nyaman agar anak-anak dapat menuntut ilmu secara optimal, menyenangkan, dan terhindar dari tindak kekerasan. Namun, sebenarnya apa itu sekolah ramah anak? Yuk, temukan jawabannya di sini, Bunda! 

Pengertian Tentang Sekolah Ramah Anak

Melansir dari situs Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), sekolah ramah anak (SRA) merupakan satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakukan salah lainnya, serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak dalam pendidikan.

Pada dasarnya, konsep sekolah ramah anak melibatkan tiga pilar besar, yaitu sekolah (tenaga pengajar dan fasilitas lainnya), orang tua, dan anak-anak yang bersama-sama menciptakan kondisi sekolah yang bersih, rapih, indah, sehat, aman, nyaman, dan inklusif. Dalam hal ini para tenaga pengajar juga berperan sebagai pembimbing, orang tua, sekaligus sahabat anak yang terlibat penuh dalam melindungi anak-anak dari ancaman yang ada di satuan pendidikan, menjaga keamanan fisik dan emosional anak, sehingga dapat mendukung perkembangan anak secara menyeluruh.

Prinsip-prinsip yang Melandasi Sekolah Ramah Anak

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) juga menjelaskan beberapa prinsip yang melandasi pembentukan dan pengembangan sekolah ramah anak sebagai berikut.

  1. Nondiskriminasi, yaitu memberikan kesempatan bagi setiap anak untuk dapat menikmati haknya dalam hal pendidikan tanpa diskriminasi berdasarkan disabilitas, jenis kelamin, suku bangsa, agama, dan latar belakang orang tua.

  2. Kepentingan terbaik bagi anak, yaitu menempatkan anak-anak menjadi pertimbangan utama dalam semua keputusan dan tindakan yang diambil oleh pengelola dan penyelenggara pendidikan yang berkaitan dengan anak didik.

  3. Menciptakan lingkungan yang menghormati martabat anak dan menjamin pengembangan holistik dan terintegrasi pada setiap anak.

  4. Menghormati hak anak, yaitu mencakup penghormatan atas hak anak untuk mengekspresikan pendapat bagi segala hal yang memengaruhi anak di lingkungan sekolah.

  5. Pengelolaan yang baik, yaitu menjamin transparansi, akuntabilitas, partisipasi, keterbukaan informasi, dan supremasi hukum di satuan pendidikan.

Ciri-ciri Sekolah Ramah Anak

Berdasarkan ‘Child-Friendly School Manuals’ yang dirancang oleh United Nations Children's Fund (UNICEF), berikut ini beberapa kriteria sekolah ramah anak yang bisa Bunda simak dan terapkan saat memilih fasilitas pendidikan yang terbaik bagi Si Buah Hati.

  1. Sekolah ramah anak mendorong kesetaraan dengan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anak untuk mengakses dan berpartisipasi dalam pendidikan tanpa memandang jenis kelamin, ras, etnis, dan latar belakang.

  2. Memiliki kurikulum dan metode pengajaran yang dirancang untuk mendukung perkembangan holistic anak-anak dan disesuaikan dengan kebutuhan serta tingkat perkembangan masing-masing siswa.

  3. Memiliki tenaga pengajar yang berpikiran adil, bersemangat, jujur, sopan, inspirator, terampil, dan mendukung, dan dapat memberikan dampak positif pada sikap dan kepribadian siswa. Tenaga pengajar yang berkualitas juga akan selalu meluangkan waktu untuk memperbarui pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menemukan cara untuk membuat siswa termotivasi serta terlibat saat mengajar

  4. Menyediakan fasilitas air bersih dan memiliki sanitasi yang memadai untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan ramah anak. 

  5. Ciri-ciri sekolah ramah anak selanjutnya yaitu memiliki fasilitas belajar seperti kursi dan meja yang ergonomis dalam jumlah yang memadai, ruangan belajar dengan listrik serta pencahayaan yang baik, menyediakan toilet yang terpisah untuk laki-laki dan perempuan, serta memberikan kesempatan untuk berolahraga dan berekreasi.

  6. Sekolah wajib mengidentifikasi dan menghilangkan penyebab cedera baik di dalam gedung maupun halaman sekolah.

  7. Melibatkan orang tua dalam setiap kegiatan anak-anak di sekolah, seperti komunikasi terbuka antara sekolah dan orang tua, pertemuan rutin, serta dukungan orang tua dalam mendukung perkembangan anak di rumah.

  8. Mengajarkan strategi penanganan konflik yang positif untuk mencegah terjadinya bullying serta menerapkan pola disiplin yang positif melalui aturan dan sanksi yang adil dan mendidik. 

  9. Menyediakan akses ke layanan kesehatan dan dukungan psikologis bagi siswa, seperti konseling, pelayanan kesehatan mental, dan dukungan untuk masalah kesehatan lainnya termasuk peralatan P3K dan prosedur tanggap darurat yang baik.

  10. Sekolah ramah anak juga harus memiliki aturan yang tegas untuk menciptakan lingkungan belajar bebas narkoba, alkohol, dan tembakau.

Baca Juga: Cara agar Anak Jadi Pintar di Sekolah

Manfaat dari Sekolah Ramah Anak

Dengan memahami beberapa penjelasan di atas, maka bisa kita simpulkan bahwa manfaat yang bisa didapatkan dari sekolah ramah anak adalah sebagai berikut.

  1. Anak-anak dapat menikmati proses belajar-mengajar dengan aman, nyaman, dan lancar.

  2. Meminimalisir gangguan yang mungkin terjadi pada siswa didiknya, mulai dari ketakutan, bullying, pelecehan, pertengkaran, kekerasan baik verbal maupun nonverbal, hingga masalah narkoba.

  3. Mendukung dan membantu mengembangkan kemampuan serta keterampilan anak, baik dalam bidang akademis maupun nonakademis.

  4. Menciptakan aturan dan konsekuensi yang jelas bagi mereka yang melanggarnya.

Tak cukup hanya dengan menyediakan fasilitas pendidikan seperti sekolah ramah anak yang terbaik bagi Si Buah Hati, pastikan juga untuk melengkapi asupan gizinya dengan memberikan susu DANCOW FortiGro. DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6–12 tahun dengan kandungan vitamin dan mineral yang dapat mendukung proses belajarnya agar dapat berjalan dengan lancar, nyaman, dan menyenangkan.

Ketika memasuki usia sekolah, kebutuhan gizi anak-anak akan berbeda jika dibandingkan tahapan sebelumnya. Namun tak perlu khawatir, sebab dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung gizi yang dapat mendukung proses tumbuh kembangnya seperti:

  1. Kandungan vitamin dan mineral yang dapat mendukung proses belajar dan meningkatkan imunitas seperti zat besi, zink, vitamin A, C, dan D. 

  2. Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks).

  3. Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium.

Manfaat DANCOW FortiGro ini tak hanya dapat dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi dan tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream.

DANCOW FortiGro juga tersedia dalam kemasan UHT siap minum dengan pilihan rasa yang disukai Si Buah Hati, yaitu Cokelat, Stroberi, dan Vanila dan bisa jadi bekal sekolah atau camilan dalam perjalanan. Yuk, lengkapi persediaannya di rumah sekarang juga, Bunda!

Image Article
Mengenal Sekolah Ramah Anak: Pengertian dan Ciri-cirinya
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off