5 Aktivitas Kreatif untuk Memperkaya Bahasa Bayi

Published date

Bayi berkomunikasi dengan tangisan. Tapi seiring bertambah usia, bayi mulai mengoceh sebelum bisa mengeluarkan kata pertamanya. Tapi, apa sih fungsi mengoceh pada bayi dan usia berapa bayi mulai mengoceh?

Faktanya, berbagai ahli, mulai dari ahli patologi wicara hingga dokter anak, mengetahui bahwa mengoceh memainkan peran yang cukup penting dalam perkembangan bahasa bayi. 

Perkembangan Bahasa Bayi saat Mengoceh

Bunda mungkin bertanya-tanya, umur berapa bayi mulai mengoceh? Jawaban pertanyaan ini tidak pasti karena perkembangan bicara tiap anak berbeda-beda. Meski begitu, ada tahapan perkembangan bicara yang bisa dijadikan patokan, seperti di bawah ini:

1. Usia 0-6 bulan

Bayi hanya dapat menangis untuk menyatakan keinginannya. Namun, di usia 2-3 bulan, bayi mulai membuat suara seperti “aah” atau “uuh”, yang dikenal dengan cooing. Setelah memasuki usia 3 bulan, bayi biasanya akan mencari sumber suara yang didengarnya dan menyukai mainan yang mengeluarkan suara.

Mendekati 6 bulan, bayi dapat merespons namanya sendiri serta mengenali emosi dalam nada bicara. Cooing lalu berubah menjadi babbling atau mengoceh dengan suku kata tunggal, seperti mama, papa.

2. Usia 6-9 bulan

Di umur 6-9 bulan, bayi mulai mengenal nama orang dan benda. Saat mengoceh, bayi menggunakan intonasi atau nada bicara seperti dalam bahasa Bundanya. 

3. Usia 9-12 bulan

Pada usia 9-12 bulan, bayi sudah dapat mengucapkan mama dan papa atau istilah lain yang digunakan pengasuhnya. Bayi sudah menengok saat dipanggil dan mengerti beberapa perintah sederhana. Bayi menggunakan isyarat untuk menyatakan keinginannya. Di usia 12 bulan bayi sudah mengerti sekitar 70 kata.

Pentingnya Merespons saat Bayi Mulai Mengoceh

Sebuah studi menunjukkan bahwa percakapan antara bayi dan Bunda atau orang yang mengasuh bayi itu membentuk perkembangan bahasa. Ketika Bunda merespons saat bayi mulai mengoceh, bahasa bayi pun berkembang.

Menirukan atau membalas celoteh bayi dengan cara yang menyenangkan membuat bayi mengetahui bahwa ia dapat berkomunikasi. Pengetahuan ini membantunya mempelajari suara-suara kompleks yang membentuk ucapan.

Selain itu, orang tua yang aktif merespons saat bayi mulai mengoceh membuat bayi menghasilkan lebih banyak suara. Hal ini menunjukkan bahwa bayi juga senang memiliki interaksi sosial dengan orang tua atau pengasuh.

Merespons saat bayi mengoceh juga memberi tahu bayi bahwa produksi vokal mereka efektif dan mendapatkan respons. Bagi bayi, hal ini seperti percakapan dan ia tahu bahwa ini cara untuk berkomunikasi.

Baca Juga: 4 Tips Stimulasi Bahasa Anak

Aktivitas Kreatif untuk Dorong Perkembangan Bahasa Bayi

Tak hanya membaca dan mendengarkan musik, beberapa aktivitas di bawah ini bisa Bunda coba di rumah untuk mendorong perkembangan bahasa bayi.

1. Asah kemampuan mendengar bayi

Bunda, buah hati perlu memahami suara-suara yang dia dengar setiap hari. Saat bayi semakin besar, ia bukan hanya memahami suara tapi mencari suara yang ia dengar.

Bunda bisa bersuara di depan bayi, jadi buah hati bisa melihat Bunda. Lalu, Bunda bisa membuat suara di kiri atau kanan bayi. Kegiatan ini mendorong kemampuan mendengar yang sangat penting dalam perkembangan bicara.

2. Sering ajak bicara bayi

Meskipun bayi belum paham apa yang dikatakan Bunda, dia akan merasa aman saat mendengar suara Bunda yang menenangkan. Bunda bisa bicara dengan kata-kata dan volume suara yang berbeda.

Bayi akan senang melihat mulut dan wajah dan mendengar suara yang Bunda buat. 

3. Tirukan perkataan atau suara yang dihasilkan bayi

Kalau bayi membuat suara, tirukan suara yang ia buat dan tunggu sampai bayi membuat suara lainnya. Dengan cara ini, Bunda mengajarkan konsep percakapan dengan buah hati, bagaimana berkomunikasi secara bergantian.

4. Segera respons tangisan bayi

Bunda bisa merespon tangisan bayi dengan menyentuh dan memeluk buah hati atau dengan bernyanyi dan berbicara pada mereka.

5. Mengajarkan bayi kata-kata baru

Saat Bunda bersama buah hati, beri tahu nama benda atau mainan yang biasa dicari atau dimainkan bayi.

Bunda bisa bercerita sambil melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, atau ganti popok.

Bunda juga bisa melakukan hal ini sambil bermain dengan Si Buah Hati. Misalnya saja, saat memberikan mainan pada anak Bunda bisa menyebutkan namanya berulang. Bunda juga bisa bermain ciluk ba atau lainnya.

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.

Mendampingi saat bayi mulai mengoceh menjadi awal yang penting dalam meningkatkan kemampuan literasinya kelak. Lakukan dengan berbagai aktivitas yang bisa mendorong perkembangan bahasanya ya, Bunda!

Image Article
5 Aktivitas Kreatif untuk Memperkaya Bahasa Bayi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Mengenal Babbling: Apa yang Dikomunikasikan oleh Bayi Bunda?

Published date

Bunda, jauh sebelum buah hati bisa bicara, bayi akan mulai dengan babbling, berdecak, bermain, dan menirukan suara yang didengarnya serta gerakan yang dilihatnya.

Dari mulai buah hati berusia 4 bulan, bunda akan mulai menyadari bahwa tangisannya akan mulai terdengar berbeda saat ia belajar mengkomunikasikan rasa lapar, frustrasi, ketidaknyamanan, dan rasa kantuk. Sejak saat itulah bayi akan mulai mengeluarkan suara hingga akhirnya melakukan babbling lalu mengucapkan kata pertamanya. Tapi, apa itu babbling?

Apa Itu Babbling?

Mungkin Bunda masih kurang akrab dengan istilah babbling. Bahkan mungkin Bunda bertanya apa itu babbling pada bayi?Babbling atau mengoceh adalah salah satu tahapan perkembangan bicara pralinguistik bayi yang terdiri dari pengucapan konsonan-vokal berulang-ulang. Contoh babbling misalnya saat bayi mengucapkan ‘mamamam’, ‘dadada’, ‘gogogo’ atau ‘papapapa’.

Meskipun tampaknya hanya mengoceh tanpa arti, fase babbling pada bayi sebenarnya tidak sesederhana kelihatannya. Studi juga menunjukkan bahwa babbling punya peran penting dalam tahap perkembangan bahasa anak. 

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa konsonan yang keluar saat bayi babbling cocok dengan objek di lingkungannya. Ini menunjukkan bahwa babbling merupakan satu fase penting dalam produksi suara bayi yang nantinya akan menjadi patokan untuk mengucapkan satu kata.

Faktanya, berbagai ahli, mulai dari ahli patologi wicara hingga dokter anak, mengetahui bahwa mengoceh memainkan peran yang cukup penting dalam perkembangan bahasa bayi. Mengoceh membantu bayi mendapatkan kontrol atas artikulasi dan mengekspresikan diri mereka.

Tahapan Babbling pada Bayi

Kita sudah mengetahui apa itu babbling dan apa pentingnya bagi perkembangan bicara Si Buah Hati. Kini kita akan membahas mengenai tahapan babbling.

Tahapan babbling pada bayi mulanya diawali dengan cooing atau saat bayi mengeluarkan suara. Bayi biasanya sudah mulai babbling saat berusia 4 bulan atau lebih menuju usia 6 bulan. Namun, dari tahapan cara komunikasi bayi, fase babbling pada anak  biasanya terjadi pada bayi usia 6-9 bulan sudah punya intonasi.

Saat babbling, bayi   akan menggabungkan bunyi-bunyi menjadi urutan yang lebih panjang. Buah hati Bunda  mungkin menggabungkan vokal seperti 'ah' dengan jenis konsonan atau suara keras seperti 'd'. 

Bayi mungkin membuat suara tunggal pada awalnya atau mengulangi beberapa suara seperti 'dada, gaga'. Bunyi-bunyi tersebut dapat dibuat di bagian depan mulut dengan menggunakan bibir ('mama, baba') atau dapat juga dihasilkan di bagian belakang mulut di mana lidah menyentuh tenggorokan ('kaka, gaga').

Pada tahap ini, bayi senang mengulang-ulang suara tertentu berulang kali. 

Baca Juga: Tips Efektif Melakukan Komunikasi pada Bayi

Sebenarya, ada 3 tahapan perkembangan babbling yang berkorelasi dengan usia bayi yang berbeda:

1. Babbling marginal

Antara usia 4-6 bulan bayi mungkin mulai meningkatkan pengucapan vokal mereka dan memasangkan bunyi vokal dengan bunyi konsonan. Sebagian besar adalah suku kata tunggal seperti “daa” dan “baa”.

2. Babbling kanonik

Bayi berusia 6 hingga 10 bulan akan mulai mengeluarkan suara suku kata yang dapat dikenali  dan merangkai beberapa suku kata menjadi satu. Ada 2 jenis babbling kanonik, yakni reduplikasi, di mana bayi mengulang bunyi suku kata yang sama berulang-ulang, misalnya dadadada dan non-reduplikasi, di mana bunyi suku kata yang dirangkai berbeda .

3. Babbling percakapan

Tahap ini adalah tahap di mana bayi belum bisa merangkai kata-kata menjadi kalimat tetapi memahami bahwa dialog yang biasa terjadi pada orang melibatkan ekspresi, jeda, perubahan volume, dan bahkan gerakan tangan. Hal ini sering dimulai sekitar usia 10 bulan dan merupakan tahap akhir sebelum bayi mengucapkan kata pertama yang sebenarnya. 

Tips Mendorong Perkembangan Bahasa pada bayi

Kemampuan komunikasi pada bayi berkembang lebih cepat jika Bunda atau orang yang sehari-hari mengasuhnya bereaksi saat bayi babbling dengan bahasa yang suportif.

Karena itu, beberapa cara di bawah bisa Bunda lakukan untuk mendorong babbling pada bayi:

1. Jadilah peniru

Ulangi kata yang diucapkan bayi, misalnya, buah hati berkata “da-da-da”, Bunda juga mengucapkan kata yang sama  kepadanya. Pengulangan kata mendorong vokalisasinya dan juga mengajari bayi bahwa suara adalah cara berkomunikasi.

2. Kontak mata

Ketika bayi babbling, tatap matanya, senyum, dan beri respons.

3. Bercerita sambil bermain

Meskipun bayi belum paham apa yang dikatakan Bunda, dia akan merasa aman saat mendengar suara Bunda yang menenangkan. Bunda bisa bicara dengan  kata-kata dan volume suara yang berbeda. Bayi akan senang melihat mulut dan wajah dan mendengar suara yang Bunda buat.

4. Banyak bertanya

Bunda bisa bertanya apa saja, lalu Bunda siapkan jawabannya. Tampaknya seperti bicara sendiri, tetapi sebenarnya Bunda sedang mencontohkan sebuah percakapan.

5. Nyanyikan lagu

Bayi tidak keberatan meski Bunda tidak bernyanyi dengan nada sempurna. 

6. Beri tahu nama benda

Tunjuk benda tertentu dan beri tahu namanya, misalnya bola, apel, sepatu.

7. Fokuskan pada suara

Bunda bisa menyebutkan suara kucing atau mobil.

8. Merespons tangisan bayi

Sentuh dan peluk bayi Bunda dengan bernyanyi atau ngobrol dengannya

9. Mengajarkan bayi kata-kata baru

Bunda bisa mengajarkan kata-kata baru selama melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya mandi, makan, ganti popok, dan lain-lain. 

10. Membacakan buku

Baca dan tunjukkan  buku  bayi dengan gambar yang besar, berwarna, dan sederhana.

Dengan banyak berlatih dan dorongan dari Bunda, babbling yang dilakukan buah hati lama-lama membentuk kata-kata pertamanya. Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas. 

Semoga informasi apa itu babbling dan beberapa tips di atas bisa bantu bunda mendorong perkembangan bahasa Si Buah Hati ya, Bunda!

Image Article
Mengenal Babbling: Apa yang Dikomunikasikan oleh Bayi Bunda?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Langkah untuk Membangun Keterampilan Komunikasi dengan Bayi

Published date

Meski belum dapat berbicara, bayi sebenarnya telah dapat berhubungan lewat tangisannya. Saat menangis, bayi memberi tahu Bunda bahwa ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman seperti lapar, kedinginan atau sekadar ingin digendong. Oleh karena itu, Bunda didorong sering berkomunikasi dengan Si Buah Hati untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya.

Seberapa Penting Komunikasi dengan Bayi?

Bayi memakai komunikasi non-verbal atau karakteristik penyerta seperti intonasi suara maupun gerak tubuh meski belum dapat berbicara. Hal ini menunjukkan pentingnya komunikasi dengan bayi sejak dini mengingat mereka juga ingin berkomunikasi untuk menyampaikan sesuatu.

Komunikasi dan interaksi dengan bayi merupakan salah satu bagian penting dalam pertumbuhan. Oleh karena itu, Bunda wajib memberikan respons untuk setiap isyarat komunikasi dari Si Buah Hati. Hal itu bisa dengan berbicara, tersenyum, bernyanyi atau membacakan sebuah cerita. Bunda perlu memahami Si Buah Hati untuk membangun keterikatan. 

Memahami Isyarat Bayi dalam Berkomunikasi

Meski bayi belum dapat berbicara dengan jelas, mereka dapat memberi isyarat maupun gestur tubuh untuk menyampaikan sesuatu. Si Buah Hati juga dapat melihat respons wajah Bunda, khususnya mata, untuk mengetahui bagaimana mereka diperlakukan.

Semua bayi memberikan isyarat tentang apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka butuhkan dari Bunda. Namun setiap bayi mengembangkan berbagai tandanya sendiri untuk memberi tahu Bunda bagaimana perasaannya dan apa yang diinginkannya.

Saat Bunda dan Si Buah Hati saling mengenal, Bunda akan mulai mengenali isyarat mereka dan mencari cara terbaik untuk komunikasi dengan bayi. Bukan hanya dengan tangis, bayi juga bisa berkomunikasi dengan sentuhan. Contohnya saat ia menarik baju dan menyentuh payudara Bunda. Itu tandanya ia mungkin lapar dan ingin segera menyusu.

Baca Juga: Tips Efektif Melakukan Komunikasi pada Bayi

Selain itu, bayi dapat menunjukan cara berkomunikasinya dengan gerakan tubuh lain. Hal itu seperti menggerakkan kaki saat sedang senang atau mengepalkan tangan saat tidak nyaman. Itu adalah cara bayi mengatakan pada orangtua dan orang dewasa tentang apa yang ia rasakan.

Ekspresi wajah juga menjadi cara lain bayi memberi isyarat pada orangtuanya. Hal itu seperti kontak mata, membalas senyum Bunda, hingga tertawa kecil. Bayi mungkin belum dapat menyelaraskan antara kemampuan melihat dan mendengar. Namun, saat ia melihat ke arah lain, Si Buah Hati dapat mendengar dengan seksama suara Bunda ketika berbicara.

Bayi juga dapat menyesuaikan posisi tubuh, ekspresi wajah, atau menggerakkan lengan dan kaki ketika Bunda berbicara. Kadang di bulan pertama kelahiran bayi, Bunda bakal melihat senyum pertamanya. Itu menjadi sebuah cara bayi untuk berkomunikasi.

Mengenali dan Merespons Tangisan Bayi

Bayi dilahirkan dengan kemampuan menangis. Itulah cara mereka berkomunikasi selama awal kehidupannya. Tangisan bayi umumnya memberi tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres seperti lapar, merasa lelah, kedinginan atau ingin digendong.

Kebanyakan bayi mengalami masa rewel pada waktu yang hampir sama setiap hari, biasanya dimulai pada sore hari Namun jika bayi yang sehat menangis lebih dari 3 jam per hari, lebih dari 3 hari sepekan selama minimal 3 pekan, Bunda perlu lebih sabar. Hal itu karena Si Buah Hati tengah mengalami kondisi kolik.

Hal ini mungkin menjengkelkan. Namun kabar baiknya, sebagian besar bayi dapat mengatasi penyakit ini pada usia sekitar 3 atau 4 bulan. Bunda dapat menghubungi dokter apabila bayi menangis dalam waktu lama dengan tangisan terdengar aneh. Hal ini perlu segera diantisipasi karena dapat memicu penurunan aktivitas, mengganggu pola makan, demam, nyeri, hingga kesulitan bernapas.

Membangun Interaksi Verbal dengan Bayi

Meski belum dapat berkomunikasi dengan ucapan, Bunda dapat melatih komunikasi Si Buah Hati dengan sejumlah stimulasi. Karena pada dasarnya, kemampuan komunikasi bayi dimulai dari menatap atau kontak mata, memberi perhatian bersama, referensi sosial, hingga akhirnya ia biasa memberi nama benda atau situasi yang terjadi di sekitarnya.

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.

Semuanya mudah Bunda terapkan di rumah. Jika ada gangguan tertentu dalam komunikasi Si Buah Hati, segera konsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan ya Bunda!

Image Article
Langkah untuk Membangun Keterampilan Komunikasi dengan Bayi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Berkomunikasi dengan Anak Kecil dalam Berbagai Situasi

Published date

Menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak sejak dini penting untuk membangun hubungan yang positif hingga kemudian hari.

Namun terkadang orang dewasa mengalami kesulitan saat berkomunikasi dengan anak kecil. Salah satu alasannya karena anak kecil terkadang belum bisa mengekspresikan perasaannya dengan kata-kata yang tepat dan masih menggunakan bahasa tubuh maupun nonverbal, termasuk menangis.

Lantas, bagaimana seharusnya cara berkomunikasi dengan anak kecil yang tepat? 

Memahami Cara Anak Kecil Berkomunikasi

Komunikasi merupakan bentuk interaksi antara dua individu. Tidak harus dengan kata-kata, komunikasi bisa terjadi hanya dengan tatapan mata, ekspresi wajah, gerakan tubuh, maupun kontak fisik, misalnya sebuah pelukan.

Anak kecil umumnya mulai dapat mengucapkan kata pertamanya setelah menginjak usia 1 tahun dan akan terus mempelajari kosa kata baru seiring bertambah umurnya.

Meski baru bisa mengucapkan beberapa kata, namun di usia 2 tahun, Si Buah Hati sudah bisa memahami hampir setiap kata yang Bunda ucapkan. Sedangkan untuk pelafalannya, anak kecil usia 2 tahun biasanya masih sulit dipahami.

Karenanya, selain melalui kata-kata, anak kecil juga banyak berkomunikasi dengan gerakan, isyarat, dan ekspresi, seperti menunjuk atau mengangguk. Gestur Si Buah Hati juga akan semakin kompleks seiring usianya.

Tips Cara Berkomunikasi dengan Anak Kecil

Cara Bunda berkomunikasi dengan Si Buah Hati tidak hanya mengajarkannya bagaimana berinteraksi dengan orang lain, namun juga membentuk perkembangan emosionalnya. Berikut beberapa tips cara berkomunikasi dengan anak kecil: 

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian

Tips pertama untuk cara berkomunikasi dengan anak adalah menjadi pendengar yang baik. Jadilah pendengar yang aktif agar Si Buah Hati merasakan bahwa dirinya didengarkan dan dimengerti. Bunda bisa memberikan senyuman atau mengangguk untuk menunjukkan respon terhadap apa yang disampaikan Si Buah Hati.

Cobalah sedikit merendahkan badan hingga pandangan mata Bunda sejajar dengan Si Buah Hati untuk membuat rasa aman dan lebih terhubung.

Selain mendengarkan secara aktif, Bunda juga perlu menjadi pendengar yang reflektif. Sesekali ulangi apa yang diucapkan Si Buah Hati dengan pola kalimat yang berbeda. Misal, saat Si Buah Hati berkata, "Aku tadi bermain dengan teman," Bunda bisa merespon dengan bertanya, "Adek habis bermain sama teman?".

Cara ini memberi ruang untuk Si Buah Hati lebih mengekspresikan dirinya dan menceritakan lebih banyak hal kepada Bunda. 

2. Menggunakan bahasa yang sesuai

Ketika berkomunikasi dengan anak kecil, penting untuk selalu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak seusianya. Ucapkan kalimat dengan jelas dan jangan menggunakan kata-kata yang menyudutkan Si Buah Hati.

Dengan Bunda berkomunikasi menggunakan kata-kata dan cara yang positif kepada Si Buah Hati, ini akan menjadi contoh bagi anak dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bunda perlu membuat Si Buah Hati merasa dihargai dan dicintai. 

3. Bertanya dan memberikan tanggapan

Anak belajar berkomunikasi melalui interaksinya dengan orang tua. Bunda perlu menyimak dan mendengarkan apa yang sedang diperhatikan oleh Si Buah Hati. Kemudian Bunda bisa menanggapi dengan bertanya kepadanya lalu tunggu ia memberi respons.

Saat Si Buah Hati memberikan jawaban, penting untuk menunjukkan bahwa Bunda mendengarkan apa yang dikatakannya dengan kembali memberikan tanggapan atas jawaban Si Buah Hati.

Misal, ketika melihat seekor kucing, Bunda bisa melontarkan pertanyaan, "Adek, coba lihat ada kucing. Kucingnya sedang melakukan apa ya?. Berikan tanggapan pada jawaban Si Buah Hati dan jangan lupa untuk selalu melakukan kontak mata saat berbicara dengannya.

Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak 

4. Gunakan bahasa tubuh dan ekspresi wajah

Bunda bisa menggunakan bahasa nonverbal, seperti gerak tubuh dan juga ekspresi wajah, sebagai cara berkomunikasi dengan anak-anak. Meski melalui komunikasi nonverbal, Bunda tetap bisa mengirim pesan positif kepada Si Buah Hati sekaligus membantu memperkuat hubungan orang tua dengan anak.

Menambahkan bahasa tubuh dan ekspresi wajah ketika berkomunikasi dengan anak menunjukkan bahwa Bunda berusaha memahami perasaan Si Buah Hati.

Contoh komunikasi nonverbal seperti membalas senyuman ketika anak tersenyum atau memegang tangannya saat berbicara untuk menunjukkan ketertarikan dengan apa yang diucapkan. Atau, Bunda bisa menunjukkan ekspresi sedih saat Si Buah Hati menceritakan hal yang membuatnya sedih kemudian berikan pelukan untuk menenangkannya. 

5. Menciptakan lingkungan komunikatif

Anak belajar banyak hal untuk pertama kali, termasuk cara berinteraksi dan berkomunikasi, dari orang tua dan keluarga di rumah. Karenanya, membangun suasana atau lingkungan yang tepat penting untuk berkomunikasi dengan anak kecil.

Anak belajar dengan memperhatikan orang tua dan anggota keluarga lainnya. Keluarga dan rumah harus menjadi lingkungan yang komunikatif untuk Si Buah Hati. Ini juga bisa menjadi cara berkomunikasi dengan anak 2 tahun.

Tanpa keterampilan komunikasi yang kuat, anak akan kesulitan mengembangkan potensi interaksi sosialnya dan dapat menghambat kehidupannya di masa mendatang. Tunjukkan cara berkomunikasi yang jelas dan positif untuk membantu anak membangun hubungan yang kuat.

Selain beberapa tips di atas, Bunda juga bisa mendukung perkembangan kemampuan berkomunikasi Si Buah Hati dengan memberi asupan bergizi seimbang setiap hari. 

Bunda dapat bantu lengkapi asupan gizi hariannya, selain dari makanan, dengan DANCOW 1+ Imunutri, susu pertumbuhan untuk anak usia 1 – 3 tahun, dengan 0 gram sukrosa, mengandung vitamin A, C, E, zink, tembaga, selenium, DHA, Omega-3, Omega-6, zat besi, kalsium, vitamin D, dan protein untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.  Kombinasi unik DHA dan zat besi dukung pertumbuhan Si Buah Hati.

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.

Image Article
Cara Berkomunikasi dengan Anak Kecil dalam Berbagai Situasi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Peran Orangtua menstimulasi Anak Bicara untuk Perkembangan Bahasa

Published date

Apakah Bunda mendapati Si Buah Hati mulai sering mengoceh dan mengajak berbicara meski kata-katanya belum terlalu jelas? Bunda tidak perlu khawatir, karena itu merupakan tahapan penting perkembangan bahasa pada anak.

Meskipun kata-kata yang diucapkan terdengar tidak bermakna, namun mengoceh dapat membantu Si Buah Hati melatih artikulasi sekaligus mengekspresikan dirinya.

Ocehan Si Buah Hati juga merupakan upayanya dalam meniru percakapan yang dilakukan orang tuanya. Dengan cara ini anak belajar berinteraksi dan bersosialisasi.

Lalu apa yang harus dilakukan orang tua saat anak mulai aktif mengoceh? Ternyata, Bunda bisa memberikan stimulasi anak bicara untuk mendorong perkembangan kemampuan berbahasa Si Buah Hati.

Cara Merangsang Perkembangan Bicara Anak

Setiap anak tumbuh dan berkembang dalam kecepatannya masing-masing, namun pada umumnya anak sudah bisa mengatakan kata pertamanya antara usia 10-14 bulan.

Selanjutnya, seiring usianya, Si Buah Hati akan semakin cepat dan banyak mengingat serta mengucapkan kata. Meskipun mungkin pelafalannya belum tepat sehingga kadang sulit dipahami.

Para pakar perkembangan bahasa anak meyakini bahwa pengalaman yang diperoleh di lingkungan sehari-hari lebih berpengaruh dibandingkan jika sekadar memberi pembelajaran tentang bahasa kepada anak.

Dengan kata lain, perkembangan bahasa anak bergantung pada seberapa sering anak mempraktikkannya untuk berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya.

Untuk itu, Bunda bisa mendukung perkembangan bahasa Si Buah Hati dengan memberinya stimulasi anak bicara yang tepat.

Jenis Stimulasi Anak Bicara

Ada beberapa jenis stimulasi yang bisa Bunda berikan untuk mendorong kemampuan berbahasa Si Buah Hati. Kuncinya adalah memberi kesempatan sebanyak mungkin dan mendorong anak agar berani berbicara.

Berikut ini contoh stimulasi agar anak cepat bicara:

1. Menyiapkan aneka bahan bacaan anak di rumah

Cara stimulasi anak cepat bicara yang pertama adalah dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mengembangkan kemampuan bahasa Si Buah Hati. Bunda dapat menyiapkan berbagai macam bacaan untuk anak, bisa berupa buku maupun tulisan atau label yang ditempatkan di berbagai sudut rumah.

Bunda dapat menempelkan poster huruf dan kata yang dilengkapi gambar yang menarik di kamar anak, memasang label pada barang-barang atau mainan anak, misal mainan truk pemadam kebakaran atau nama boneka kesayangannya. 

2. Mengajak anak bicara

Percakapan dengan orang lain dapat memberi pengalaman berbahasa yang lebih kaya kepada anak. Dengan Bunda mengajak Si Buah Hati berbicara akan mengajarkannya bagaimana bertindak, berekspresi, dan mengucapkan suatu bahasa.

Bunda dapat bertanya tentang apa yang dilakukan Si Buah Hati hari ini. Lalu buat pertanyaan terbuka agar anak bebas bercerita. Hindari interupsi atau memotong saat anak berbicara. Tunggu dengan sabar hingga anak selesai menjawab. Saat berbicara dengan anak, biasakan selalu menggunakan kata yang benar dan jangan langsung mengoreksi apabila anak mengucapkan kata yang salah. Usahakan juga selalu menggunakan kata baru saat merespon anak bicara. 

3. Bercerita kepada anak

Bercerita memberi pengaruh yang sangat signifikan bagi anak karena memberi berbagai informasi yang bisa memperkaya kosa katanya. Anak dapat mengembangkan kesadaran sistem bahasa saat mendengarkan sebuah cerita dari orang lain. Selain itu, anak juga dapat mengembangkan keterampilan mendengarkan dan mengenali pola suara.

Untuk mengoptimalkan stimulasi dari cerita, Bunda bisa meminta Si Buah Hati mengingat cerita yang pernah disampaikan. Bunda juga perlu menjelaskan apabila di dalam cerita ada kata-kata baru yang belum dikenal Si Buah Hati. Kemudian, dorong anak untuk berani membuat ceritanya sendiri.

Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak 

4. Membaca buku bersama anak

Kegiatan membaca dapat membangun pengalaman literasi anak. Bunda bisa mendampingi saat Si Buah Hati membaca di rumah karena keterlibatan orang tua saat kegiatan membaca terbukti membantu tumbuh kembang anak.

Bunda bisa memilihkan buku dengan narasi yang sederhana sehingga anak lebih mudah menunjuk huruf, kata, atau gambar di dalam buku. Bunda juga dapat membantu Si Buah Hati membaca dengan artikulasi yang jelas. Selain itu, Si Buah Hati bisa langsung bertanya saat ada kata yang tidak dimengerti. 

5. Menyanyikan lagu untuk anak

Contoh stimulasi selanjutnya yakni lewat menyanyikan sebuah lagu. Berbeda dengan berbicara atau percakapan biasa, menyanyikan lagu memberi nuansa yang lebih menyenangkan seperti saat bermain.

Melalui lagu yang Bunda nyanyikan secara berulang dapat mengajarkan Si Buah Hati kosa kata sekaligus pola pengucapannya. Karenanya, Bunda perlu menyanyikan lagu dengan benar dan jelas.

Bunda dapat memilih lagu anak-anak, seperti "Balonku", "Cicak di Dinding" atau "Topi Saya Bundar". Menyanyikan lagu juga bisa menjadi stimulasi anak 1 tahun agar cepat bicara.

Peran Orang Tua dan Lingkungan dalam Stimulasi Bicara Anak

Di usia dini, anak tentu masih membutuhkan bimbingan serta arahan dari orang tua, termasuk dalam kemampuan berbicara dan bahasa. Karenanya, orang tua memegang peranan besar dalam perkembangan bahasa Si Buah Hati, seperti mengajarkan kata sapaan yang sopan dan benar, pengucapan kalimat yang tepat, hingga mengenal benda-benda di sekitarnya.

Orang tua, dan keluarga, juga menjadi lingkungan terdekat anak yang berperan dalam tumbuh kembangnya. Untuk itu, Bunda perlu menyediakan lingkungan yang kondusif dan mendukung perkembangan bahasa Si Buah Hati.

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.

Itulah Bunda, ulasan tentang contoh stimulasi anak bicara yang dapat membantu perkembangan bahasa Si Buah Hati. Selain itu, Bunda perlu melengkapi gizi harian Si Buah Hati untuk mendukung tumbuh kembangnya.  

Selain makanan, Bunda dapat lengkapi asupan hariannya dengan DANCOW 1+ Imunutri, susu pertumbuhan untuk anak usia 1–3 tahun, dengan 0 gram sukrosa, mengandung vitamin A, C, E, zink, tembaga, selenium, DHA, Omega-3, Omega-6, zat besi, kalsium, vitamin D, dan protein untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.  Kombinasi unik DHA dan zat besi bantu pertumbuhan Si Buah Hati.

Image Article
Peran Orangtua menstimulasi Anak Bicara untuk Perkembangan Bahasa
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tips Efektif untuk Mengembangkan Kemampuan Komunikasi pada Anak

Published date

Bunda bisa menjadi guru pertama untuk membantu mengembangkan kemampuan komunikasi pada anak. Yuk, simak artikel berikut untuk panduan membangun keterampilan berkomunikasi anak tercinta.

Pentingnya Komunikasi pada Anak

Komunikasi efektif penting untuk menyampaikan setiap informasi atau pesan dari satu orang ke orang lain. Ketika Si Buah Hati menguasai keterampilan ini, ada beberapa manfaat yang dapat dipetik, di antaranya:

1. Meningkatkan kemampuan berpikir

Komunikasi yang baik meningkatkan kemampuan berpikir Si Buah Hati. Keterampilan ini mengasah kemampuan berpikir kritis, menganalisis sesuatu, sekaligus memecahkan masalah. Selain itu, anak yang jago berkomunikasi cenderung punya daya ingat dan tingkat kepercayaan diri yang lebih baik. 

2. Menunjang perkembangan sosial dan emosional

Komunikasi pada anak juga penting dalam menunjang perkembangan sosial dan emosional Si Buah Hati. Keterampilan ini meningkatkan interaksi sosial, menumbuhkan empati, dan kecerdasan emosional. Anak yang mampu berkomunikasi secara efektif juga potensial menjadi pemimpin dan cenderung luwes bekerja sama dengan orang lain. 

3. Membantu meningkatkan prestasi akademik

Penelitian menunjukkan, komunikasi yang baik antara orangtua dan anak membantu meningkatkan prestasi akademik. Interaksi lewat komunikasi ini dapat memengaruhi konsep diri Si Buah Hati yang sifatnya positif, sehingga Si Buah Hati bisa lebih termotivasi dalam belajar. 

Setelah menyimak pentingnya keterampilan ini buat bekal Si Buah Hati kelak, ada baiknya Bunda juga menyimak tahapan perkembangan komunikasi anak. 

Tahap Perkembangan Komunikasi pada Anak

Setiap anak balita umumnya mengalami proses tumbuh kembang pesat, termasuk perkembangan kemampuan komunikasi dan bahasa. Si Buah Hati akan berkomunikasi sesuai tahap tumbuh kembangnya, mulai dari cuma bisa menangis sampai jago ceriwis. Berikut tahap perkembangan komunikasi pada anak yang perlu Bunda ketahui:

1. Bayi baru lahir 

Menangis, mengatupkan bibir saat lapar, menguap atau meregangkan punggung saat distimulasi.

2. Bayi 2 bulan

Mendengkur, menangis saat ingin sesuatu, menoleh saat dipanggil, menguap dan mengangkat kepala ke belakang saat distimulasi. 

3. Bayi 3 bulan

Mendengkur, tertawa kecil, menangis saat lapar atau tidak nyaman, dan mengeluarkan suara napas seperti mendengkur.

4. Bayi 4 bulan

Mengoceh, menirukan suara orang lain, tertawa dengan keras, menangis saat lapar atau tidak nyaman. 

5. Bayi 6 bulan

Mengoceh lebih dari dua bunyi vokal seperti “ah” dan “eh”, menjerit, tertawa, menirukan suara orang lain, merespons saat namanya disebut, mulai mengucapkan bunyi konsonan seperti “b” dan “m”.

6. Bayi 9 bulan

Membuat suara “bababa” atau “dadada” atau “mamama”, mengerti kata tidak, menganggukkan kepala saat setuju, menggelengkan kepala untuk bilang tidak, menunjuk sesuatu.

7. Anak 1 tahun 

Menggelengkan kepala untuk menolak sesuatu atau saat ditanya “sudah makan?”, dadah atau lambai-lambai tangan, bisa bilang “mama” atau “papa”, mencoba mengucapkan kata-kata tertentu.

8. Anak 2 tahun

Menggunakan 2 atau 3 kata bersamaan, mampu menunjuk benda atau gambar di buku saat disebutkan namanya, bisa mengikuti arahan sederhana, mengetahui nama orang sekitarnya, dan paham bagian tubuh, bisa bilang “enggak” atau “emoh” sembari menggelengkan kepala.

9. Anak 3 tahun

Bisa menyampaikan kalimat sederhana dari minimal 3 kata, bicara sudah mulai jelas, dapat mengikuti 2 sampai 3 instruksi sederhana, mulai kalimat pakai kata “aku” atau “kamu”, mengerti kata “di dalam” atau “di atas” atau “di bawah”, dapat menyebut nama depan dan usia, sering mengajukan pertanyaan “mengapa” atau “apa” atau “kapan” atau “bagaimana”, memanggil nama. 

10. Anak 4 tahun

Bisa menceritakan kembali sesuatu, bisa menggunakan kata-kata dengan tepat, menyanyikan lagu sederhana, mampu menyebut nama lengkap, berkomunikasi dengan jelas pakai kalimat lengkap.

11. Anak 5 tahun

Mampu bicara dan bercerita sangat jelas dengan kalimat minimal 5 kata, bisa menerapkan kata “akan”, bisa menyebutkan nama dan tempat tinggal atau menyebut alamat.  Tahapan di atas bisa bervariasi. Tapi, jika Bunda mendapati ada hambatan komunikasi pada anak, jangan sungkan untuk bertanya pada dokter yang biasanya menangani Si Buah Hati. 

Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak

Tips Mengembangkan Komunikasi Verbal dan Non-verbal pada Anak

Komunikasi tak hanya melibatkan ucapan ucapan verbal atau dalam bentuk kata-kata dan nada suara. Proses ini juga membutuhkan keterampilan non-verbal, seperti ekspresi, wajah, gerak tubuh, dan bahasa tubuh untuk menyampaikan suatu emosi dan makna. 

Semakin sering Bunda melakukan komunikasi dengan Si Buah Hati, semakin meningkat pula kemampuan bahasa anak dalam berkomunikasi dengan orang sekitarnya. Nah, Bunda bisa membantu mengembangkan komunikasi pada Si Buah Hati, baik secara verbal dan non-verbal lewat keseharian. Berikut beberapa kiatnya:

1. Gunakan kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan emosi

Setelah emosi, Bunda terkadang menyesal dan bilang ke anak, “Bunda minta maaf.” Hal itu kurang tepat karena mengajari Si Buah Hati minta maaf tanpa mengakui kesalahan dengan jelas. Coba bilang, “Maaf Bunda membentakmu karena jengkel rumahnya berantakan.” Teknik komunikasi pada anak ini sekaligus memberi tahu dan membantu Si Buah Hati menghadapi emosi secara positif. 

2. Libatkan ekspresi wajah dan bahasa tubuh

Ekspresi wajah dan bahasa tubuh termasuk bagian komunikasi. Nah, teknik ini perlu dilatih secara bertahap. Bunda bisa memberikan contoh komunikasi pada anak lewat gestur saat minta maaf, seperti minta maaf pakai nada lembut dan tatapan mata menyesal. Sampaikan juga, meluapkan emosi mata melotot atau membanting pintu itu kurang baik. Latih Si Buah Hati agar bisa tetap tenang mengendalikan emosi.

3. Dengarkan baik-baik

Pastikan Bunda menyimak baik-baik dengan mempertahankan kontak mata dan fokus saat bicara dengan Si Buah Hati. Hindari mengobrol sembari main ponsel atau mengerjakan sesuatu di laptop. Saat mendengarkan sungguh-sungguh, komunikasi bisa lebih fokus sehingga pesan, apa yang dirasakan, dipikirkan, dikhawatirkan, arahan, atau pertanyaan dapat lebih jelas tersampaikan. 

4. Ajarkan empati

Jika Bunda ingin Si Buah Hati tumbuh menjadi pribadi yang berempati, coba tunjukkan apa itu empati pada anak. Misalkan saat anak sedih, akui perasaannya.

Itu tadi bahasan terkait tips untuk mengembangkan komunikasi pada pada anak di atas. Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas. 

Jangan lupa Bunda untuk mencukupi kebutuhan gizi harian Si Buah Hati asupan yang bergizi seimbang, ya.

Image Article
Tips Efektif untuk Mengembangkan Kemampuan Komunikasi pada Anak
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Seni Berbicara Pada Anak untuk Asah Keterampilan Komunikasi

Published date

Tahukah Bunda, seni berbicara pada anak bukan hanya penting untuk mengasah keterampilan berkomunikasi. Lebih dari itu, hal ini juga bisa jadi investasi berharga untuk bekal Si Buah Hati ke depan. Yuk Bunda, simak pentingnya keterampilan ini lewat artikel berikut. 

Apa Itu Seni Berbicara?

Seni berbicara adalah keterampilan percakapan untuk berkomunikasi atau menyampaikan apa yang kita katakan dan bagaimana cara mengatakannya. 

Nah, seni berbicara itu bukan sebatas berpikir kata-kata apa yang sekiranya pas atau tidak pas. Namun, juga cara kita berkomunikasi lewat tatapan mata, ekspresi wajah, gestur atau gerak-gerik tubuh. 

Bunda kemungkinan pernah merasakan, kayaknya gampang kok berkomunikasi dengan Si Buah Hati ketika menyuruh atau memberikan penjelasan tertentu. 

Tapi, sebenarnya banyak lho orang dewasa yang belum tahu cara berbicara dengan anak, atau tips berbicara pada anak dengan santai, sampai bisa bicara dari hati ke hati. Itulah salah satu alasan kenapa Bunda perlu menguasai seni berbicara pada anak. 

Peran Seni Berbicara pada Anak

Salah satu keresahan yang dihadapi sejumlah orang tua dan pendidik belakangan adalah anak jadi mudah menyerah. Tentunya hal ini dapat memengaruhi masa depan Si Buah Hati kelak. 

Sikap ini ternyata bisa dipengaruhi banyak faktor. Selain faktor biologis, penyebab utamanya bisa karena kurangnya hubungan yang positif dan stabil dengan orangtua atau orang dewasa sekitar anak. Nah, kunci untuk hubungan stabil dan positif ini dapat dibangun dengan komunikasi yang baik di rumah.

Ketika Bunda menguasai seni berbicara pada anak, ada beberapa manfaat yang bisa dipetik, antara lain:

  • Membangun dan memperkuat hubungan orangtua dan anak.
  • Memberikan ruang aman bagi Si Buah Hati.
  • Membantu menunjang tumbuh kembang Si Buah Hati agar lebih optimal. 
  • Mengembangkan rasa percaya diri Si Buah Hati.
  • Membantu membangun perasaan berharga pada Si Buah Hati.
  • Si Buah Hati bisa tumbuh jadi pribadi yang lebih berpikiran positif terhadap diri sendiri.
  • Mendorong Si Buah Hati memiliki hubungan yang baik dengan orang lain.
  • Menciptakan iklim yang menyenangkan saat Si Buah Hati tumbuh besar. 

Keterampilan ini dapat Bunda kembangkan sejak Si Buah Hati lahir. Bunda bisa mengawalinya dengan melakukan percakapan sederhana dengan bayi, lalu tingkatkan kualitas dan kuantitas obrolan seiring pertumbuhan Si Buah Hati. Semakin banyak Bunda mengajak bicara bayi, pengalaman berbahasanya akan semakin kaya.

Baca Juga: Bunda, Ini Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak

Teknik dan Metode Seni Berbicara pada Anak

Ada beberapa cara berbicara dengan anak yang bisa dilakukan Bunda agar komunikasi dengan Si Buah Hati lebih lancar, di antaranya:

1. Ciptakan ruang aman untuk anak

Ketika Si Buah Hati mengetahui Bunda bisa menerima dia apa adanya, mereka jadi merasa nyaman dan mendapatkan ruang aman. Nah, penerimaan ini menjadi pintu awal komunikasi dengan Si Buah Hati. Ketika Si Buah Hati sudah merasa diterima, dia bakal terbuka serta lebih mudah mengungkapkan perasaan dan permasalahannya. 

2. Pancing anak bicara lebih banyak

Untuk memancing Si Buah Hati agar bisa bicara lebih banyak atau terbuka, Bunda perlu memberi tahu bahwa pendapat atau perasaan Si Buah Hati penting. Bunda dapat menunjukkannya dengan sikap perhatian dan gunakan kata-kata seperti “Jadi begitu.”, “Oh.”, “Mm hmm.”, “Eh, gimana?”, “Emang sih…”, “Apa lagi?”, “Coba jelasin lagi biar Bunda ngerti.”, “Enggak kok, cuma bercanda.”, “Wah, menarik banget!”.

3. Pakai lebih banyak anjuran daripada larangan

Bunda sebaiknya memberitahu apa yang perlu dilakukan Si Buah Hati, bukan apa yang tidak boleh dilakukan. Contohnya ketimbang bilang, “Jangan membanting pintu.” Bunda bisa berbicara baik-baik, “Tolong pintunya ditutup pelan-pelan, ya, Nak.”

4. Sampaikan maksud pesan atau pikiran Bunda ke anak

Setiap anak sebenarnya paham jika diberi penjelasan. Jadi, dalam seni berbincara pada anak, Bunda perlu menyampaikan maksud atau sudut pandang pikiran Bunda kepada Si Buah Hati. Misalkan saat Si Buah Hati lari-lari di dekat jalan besar, refleks Bunda jangan cuma menegur anak. Tapi, sampaikan kalimat yang mengandung pesan seperti, “Bunda khawatir deh kalau kamu nanti keserempet kendaraan yang lewat.”

5. Buat arahan atau perintah yang sederhana

Anak kecil bakal kesulitan kalau harus memproses beberapa perintah sekaligus. Nah, Bunda sebaiknya membuat perintah sederhana saja. Misalkan, “Bunda ingin rumah kita tetap nyaman dan bersih, jadi habis main nanti mainannya diberesin lagi ya?” 

Hindari perintah bertumpuk-tumpuk, seperti “Sana cepat ke kamar, beresin mainannya, belajar, dan jangan lupa lampunya dinyalakan.”

6. Sebelum bicara, pastikan anak perhatian dulu

Sebelum bicara dengan Si Buah Hati , pastikan mereka fokus dan memperhatikan pembicaraan Bunda. Contohnya, saat Si Buah Hati sedang bermain bola dan Bunda ingin mengajak makan malam. Bunda bisa memanggil, tunggu dia mandek main dan melihat ke arah Bunda, baru sampaikan pesannya. “Nak, makan malemnya udah siap. Habis ini kita makan bareng-bareng ya? Mumpung anget. Nanti kalau dingin kurang enak.”

7. Jangan lupakan kontak mata

Kontak mata penting saat berkomunikasi. Ketika berbicara pada anak kecil yang tingginya jauh di bawah Bunda, ada baiknya Bunda membungkuk atau menunduk agar kontak mata bisa sejajar.

8. Jangan menyela atau memarahi anak yang sedang berbicara

Bunda mungkin pernah mendapati situasi, Si Buah Hati yang baru main tanpa pamit tiba-tiba antusias cerita habis main di rumah temannya. Bunda yang khawatir mungkin tak sabar untuk memarahinya. Tapi tahan dulu. Tips berbicara pada anak dengan santai dalam situasi seperti ini bisa dengan dengarkan dulu cerita Si Buah Hati. Setelah perasaan Si Buah Hati divalidasi, baru sampaikan poin keresahan Bunda. Sampaikan juga Bunda ingin anak mengabari atau izin dulu saat ingin pergi main lain kali.  

Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas.

Selain itu, penting untuk Bunda memperhatikan asupan gizi Si Buah Hati. Selain makanan, Bunda dapat memberikan DANCOW 1+ Imunutri, susu pertumbuhan untuk anak usia 1–3 tahun yang tinggi vitamin A, C, E, selenium, zink, tembaga, kalsium, vitamin D, omega 3 dan 6, serta protein untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan Si Buah Hati. Selain itu, ada kombinasi unik DHA dan zat besi, dukung pertumbuhan Si Buah Hati.

Image Article
Seni Berbicara Pada Anak untuk Asah Keterampilan Komunikasi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Permainan dan Aktivitas Sebagai Cara Melatih Anak Berbicara

Published date

Ada berbagai cara melatih anak berbicara, salah satunya melalui permainan yang menyenangkan dan dapat dilakukan di rumah lho, Bunda. Cari tahu cara mengajari anak berbicara dan bagaimana melatihnya lewat artikel ini yuk Bunda.

Pentingnya Melatih Anak Berbicara Sejak Usia Dini

Keterampilan berbicara penting untuk kehidupan Si Buah Hati, terutama perkembangan dan kesejahteraannya di masa mendatang. 

Dengan cara melatih anak berbicara sejak usia dini, semakin cepat pula Bunda dapat berkomunikasi dengan Si Buah Hati, mereka dapat berteman, mereka dapat mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan, dan Bunda dapat menanyakan apa yang anak butuhkan. 

Keterampilan berkomunikasi meliputi kemampuan berbicara dan mendengarkan dengan baik. Hal ini termasuk:

  • Memulai percakapan
  • Mendapatkan perhatian dari lawan bicara, misalnya dengan mengatakan “permisi”
  • Menggunakan kontak mata
  • Mengetahui apa yang harus dibicarakan
  • Bergantian berbicara dan mendengarkan
  • Mengetahui kapan harus berhenti berbicara.

Cara Melatih Anak Berbicara melalui Interaksi Sehari-hari

Interaksi Bunda dengan Si Buah Hati setiap hari merupakan cara terbaik untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak. Ada beberapa kegiatan menyenangkan yang bisa Bunda lakukan sebagai cara mengajari anak bicara.

1. Sering mengajak bicara

Meski kelihatannya, bayi hanya bisa mendengar apa yang Bunda bicarakan tanpa bisa membangun percakapan tapi ternyata otaknya memproses ini sebagai pengalaman berbahasa. 

Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang kerap diajak bicara lebih efisien dalam memproses kata-kata yang sering diucapkan orang tua atau pengasuhnya. Hal ini membuat Si Buah Hati memiliki kosa kata ekspresif lebih banyak pada usia 24 bulan lho, Bunda.

Saat berbicara dengan Si Buah Hati, sebaiknya Bunda mengucapkan kata dengan benar bukan dengan pengucapan yang dicadel-cadelkan. Itu karena ketika Si Buah Hati kerap mendengar kata yang dicadelkan akan membuatnya bingung mana pengucapan yang benar dan salah.

2. Bernyanyi

Menyanyi seringkali dianggap remeh. Namun bernyanyi sebenarnya bisa menjadi cara mengajari anak bicara yang menyenangkan. Saat Si Buah Hati bernyanyi, mereka menggunakan otot vokal untuk menghasilkan suara. Ini membantu anak mengembangkan otot-otot yang dibutuhkan untuk berbicara.

Selain itu, bernyanyi membantu Si Buah Hati mengembangkan ritme dan nada yang penting untuk perkembangan bahasa. Bernyanyi juga membantu anak-anak mempelajari kata-kata baru dan mengingat informasi: 

  • Dengan mendengarkan kata-kata baru dalam sebuah lagu, Si Buah Hati dapat mempelajari arti kata-kata tersebut dan bagaimana menggunakannya dalam konteks kalimat.
  • Pengulangan lagu juga membantu Si Buah Hati mengingat informasi. Menyanyi adalah cara melatih anak berbicara usia 1 tahun yang menyenangkan karena anak bisa mengulang kata dan frasa.

3. Bermain “pura-pura menjadi”

Membiarkan Si Buah Hati berimajinasi juga merupakan cara mengajari anak bicara umur 1 tahun. Apa itu bermain pura-pura menjadi? Misalnya anak mengambil batu kemudian menganggap batu itu adalah mobil yang melaju kencang dan melompati lego yang dianggap sebagai bukit besar.

Permainan pura-pura menjadi ini tidak sesederhana kelihatannya. Permainan ini membangun keterampilan di banyak bidang perkembangan, termasuk kemampuan bahasa.

Sebab, saat Si Buah Hati mulai berkhayal dengan mainan atau temannya, dia mungkin akan mengucapkan kata dan frasa yang tidak pernah Bunda sangka diketahuinya. Mungkin Bunda akan mendengar ucapan yang sering Bunda ucapkan ikut diucapkannya. Seperti kita tahu, anak adalah peniru ulung.

Permainan ini membantu Si Buah Hati memahami kekuatan bahasa. Selain itu, dengan berpura-pura bermain dengan orang lain atau benda, Si Buah Hati belajar bahwa kata dan frasa merupakan sarana untuk membuat cerita.

4. Flashcard

Cara melatih anak berbicara usia 1 tahun bisa menggunakan flashcard atau kartu warna-warni yang berisi informasi sederhana seperti gambar dan kata yang menunjukkan nama benda.

Permainan yang memperlihatkan gambar dengan nama bendanya ini sangat efektif untuk menambah kosa kata. Tujuan utamanya adalah memperkuat pikiran Si Buah Hati dengan perhatian yang tinggi, membantu Si Buah Hati menyerap dan menyimpan informasi.

Bunda juga bisa menguji Si Buah Hati melalui flashcard ini. Karena itu, flashcard dapat menstimulasi daya ingat Si Buah Hati dengan kosa kata baru. Kelebihan lain dari flashcard adalah kecil dan mudah dibawa ke mana saja.

5. Bercerita

Bercerita, baik itu nyata maupun khayalan, dapat membantu mengembangkan keterampilan berkomunikasi anak.

Bunda bisa mengajak Si Buah Hati bertukar cerita tentang kejadian sehari-hari. Perluas imajinasi mereka dengan cerita-cerita fantastis dan biarkan kreativitas mereka tumbuh saat Bunda mengarang cerita tentang apa saja di sekitar mereka.

Kiat Membangun Kepercayaan Diri Anak dalam Berbicara

Membangun kepercayaan diri pada Si Buah Hati dalam berbicara sangat penting untuk keterampilan komunikasi. Begini caranya:

  • Dengarkan saat Si Buah Hati berbicara, ajukan pertanyaan atau umpan balik dari apa yang mereka sampaikan
  • Beri pujian dan sampaikan sesuatu yang positif saat Si Buah Hati bercerita
  • Beri waktu Si Buah Hati untuk menjawab pertanyaan yang Bunda lontarkan tanpa banyak menginterupsi
  • Respons ketika Si Buah Hati membicarakan hal-hal yang disukai.

 

Selain memberikan perhatian dan stimulasi pada Si Buah Hati, penting bagi Bunda untuk melengkapi gizi hariannya. Bunda bisa  memberikan DANCOW 1+ Imunutri, susu pertumbuhan untuk anak usia 1–3 tahun, dengan 0 gram sukrosa, mengandung vitamin A, C, E, zink, tembaga, selenium, DHA, Omega-3, Omega-6, zat besi, kalsium, vitamin D, dan protein untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan Si Buah Hati. 

Itulah beberapa hal tentang cara melatih anak berbicara. Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas. Semoga membantu ya Bunda!

Image Article
Permainan dan Aktivitas Sebagai Cara Melatih Anak Berbicara
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tahapan Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini

Published date

Bunda yang memiliki anak yang masih bayi mungkin tidak sabar menanti kapan Si Buah Hati bisa diajak berbicara. Tahukah Bunda, perkembangan bahasa anak usia dini sebenarnya sudah dimulai sejak mereka lahir lho. Mulai dari menangis, tersenyum, tertawa, bergumam, akhirnya bisa memahami kata dan berkomunikasi. 

Menariknya, apa pun bahasa yang digunakan oleh orangtuanya, semua anak di dunia belajar bahasa dengan cara yang sama. Normalnya, ada tiga tahap perkembangan bahasa, yakni mengenal bunyi, mengenal kata, dan membuat kalimat. Namun, setiap anak akan mengembangkan keterampilan bahasa dengan kecepatan berbeda, asal masih di rentang waktu atau milestone-nya. 

Sebelum usia satu tahun, bayi sudah dapat memahami lusinan kata. Seiring bertambah usia, kosa kata bayi semakin kaya dan bisa memahami lebih dari 200 kata. Kemampuan ini terus berkembang hingga komunikasi pada toddler sudah bisa merangkai kalimat yang terdiri dari 2 kata atau lebih. 

Dalam artikel ini akan dibahas seputar perkembangan bahasa anak usia dini, mulai dari fase-fasenya, faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, dan metode stimulasi bahasa.

Fase-fase Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Berikut perkembangan bahasa pada bayi mulai dari 0 bulan sampai 2 tahun:

3 bulan

  • Tersenyum saat melihat Bunda atau orang yang dikenali 
  • Mulai berceloteh
  • Tenang atau tersenyum saat diajak berbicara
  • Mengenali suara Bunda
  • Suara tangisan mereka berbeda untuk setiap kondisi berbeda.

6 bulan

  • Membuat suara saat bermain
  • Mengoceh dan membuat berbagai suara
  • Mengeluarkan suara untuk menunjukkan suka dan tidak suka
  • Menggerakkan mata ke arah suara
  • Menanggapi perubahan nada suara
  • Memperhatikan musik.

12 bulan

  • Mencoba meniru suara
  • Mulai mengucapkan “papa”, “mama”, atau “uh-oh”
  • Mengetahui nama benda seperti sepatu, bunga, baju
  • Berbalik dan melihat ke arah datangnya suara.

18 bulan

  • Mengetahui nama orang, benda dan bagian tubuh
  • Mengikuti perintah sederhana yang diberikan dengan isyarat
  • Bisa mengucapkan 10 kata.

24 bulan

  • Mulai bisa membuat kalimat sederhana, misalnya susu lagi
  • Menyusun satu-dua kata seperti sampai jumpa
  • Mengikuti perintah sederhana dan memahami pertanyaan sederhana
  • Ucapkan sekitar 50 kata atau lebih.

Baca Juga: Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Perkembangan bahasa bayi dapat dipengaruhi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi lingkungan, stimulasi berbicara dari keluarga, dan kebiasaan. Sementara faktor internal yang mempengaruhi perkembangan bahasa bayi adalah kesehatan ibu selama masa kehamilan dan genetik orangtua.

Stimulasi Bahasa pada Anak Usia Dini

Agar anak bisa berbicara, perlu stimulasi atau latihan dari orang tua. Ada beberapa stimulasi bahasa yang bisa Bunda lakukan di rumah untuk melatih kemampuannya.

1. Perhatikan bayi

Perhatikan dan tanggapi gerakan bayi yang merupakan upaya awal non-verbal dalam proses mempelajari bahasa. Bayi Bunda mungkin akan mengangkat kedua lengan untuk meminta digendong atau menyodorkan mainan untuk mengajak bermain. Si Buah Hati mungkin juga mendorong piring atau menutup mulut untuk mengatakan mereka sudah kenyang. Saat bayi melakukan gerakan-gerakan kecil tersebut, tersenyumlah dan lakukan kontak mata, kemudian tanggapi permintaan bayi tersebut.

2. Beri pujian

Tersenyumlah dan beri tepuk tangan bahkan pada upaya terkecil atau paling membingungkan dalam pembicaraan bayi. Bayi mempelajari bahasa melalui reaksi orang dewasa di sekitarnya.

3. Baby talk

Bayi senang mendengar suara orang tuanya. Dan ketika orang tua berbicara dengan mereka, hal itu membantu perkembangan bicara. Semakin sering Bunda melakukan "baby talk" dengannya, dengan menggunakan kata-kata yang pendek, sederhana namun benar, semakin banyak kata yang akan coba diucapkan Si Buah Hati.

4. Menjelaskan

Bicarakan tentang apa yang Bunda lakukan saat memandikan, berpakaian, memberi makan, dan mengganti pakaiannya. Penjelasan setiap kegiatan ini akan membantu bayi menghubungkan objek dan aktivitas yang sedang mereka lakukan.

5. Ulangi

Meski Bunda belum memahami apa yang ingin disampaikan Si Buah Hati, teruslah berusaha memahami. Ulangi dengan lembut apa yang menurut Bunda dikatakan, dan tanyakan apakah itu benar. Terus berikan perhatian penuh kasih sayang sehingga bayi Bunda merasa dihargai karena mencoba berbicara.

6. Bermain dan membaca buku

Dorong anak untuk bermain, berpura-pura, berimajinasi, dan membaca buku untuk mengembangkan keterampilan verbal saat ia menginjak usia balita.

Metode dan Teknik yang Efektif dalam Stimulasi Bahasa

Cara alami seseorang memperoleh bahasa adalah dengan mengucapkannya. Dengan belajar mengucapkan suatu kata, bahasa tumbuh secara organik dalam pikiran si Buah Hati. Ini artinya, membuat anak mengucapkan suatu kata adalah cara paling efektif untuk menstimulasi bahasanya.

Untuk membuat anak mengucapkan suatu kata, penelitian menunjukkan empat metode paling efektif yang bisa Bunda lakukan di rumah untuk mendukung perkembangan bahasa anak adalah mengadakan alat peraga di rumah (bisa berupa gambar yang dicetak, benda sehari-hari, maupun mainan), sering mengajak bicara anak, mendongeng atau bercerita, dan membacakan Si Buah Hati buku setiap hari.

Mudahnya, Bunda bisa menstimulasi kemampuan bahasa dari sejak anak baru lahir. Katakan apa yang sedang terjadi, apa yang sedang Bunda lakukan, dan sebutkan nama benda-benda yang ditemui oleh anak. Kemudian buku cerita adalah cara yang baik untuk meningkatkan kosakata anak. Saat membaca buku, tunjuk gambar dan sebut nama benda yang ditunjuk tersebut agar anak lebih paham. 

Itulah tahapan perkembangan bahasa anak usia dini dan cara stimulasinya. Perkembangan bicara dan bahasa sebaiknya dapat dikenali Bunda sedini mungkin agar memahami kebutuhan Si Buah Hati. Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas. 

Jangan lupa untuk lengkapi kebutuhan gizi harian Si Buah Hati ya, Bunda!

Image Article
Tahapan Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bagaimana Mengenali Tanda Anak Siap Masuk Sekolah?

Published date

Beradaptasi dengan lingkungan baru yang lebih luas bisa menjadi salah satu hal yang cukup berat untuk dilakukan oleh anak-anak, salah satunya adalah ketika anak mulai bersekolah. Oleh karena itu, penting sekali untuk memahami tanda anak siap sekolah bagi setiap orang tua agar dapat memberikan dukungan penuh pada anak-anaknya.

 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Anak Bersekolah

Kesiapan seorang anak mengacu pada apakah seorang anak siap untuk menghadapi lingkungan sekolah baru dan ikut terlibat dalam setiap kegiatan sekolah dengan optimal. Menurut informasi Seri Bacaan Orang Tua: Kesiapan Anak Bersekolah dari Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, kapan anak bisa mulai sekolah adalah ketika mereka memiliki beberapa bentuk kesiapan dalam menghadapi lingkungan sekolah meliputi kemandirian melakukan perawatan diri (pergi ke toilet dan membuka kotak makan), mampu fokus atau berkonsentrasi, keterampilan fisik (daya tahan untuk duduk tegak selama di kelas), keseimbangan diri, pengaturan emosi, keterampilan bahasa, keterampilan bermain, dan keterampilan sosial. Faktor lain yang mendukung kesiapan anak mulai sekolah adalah perkembangan bahasa, termasuk mendengarkan, berbicara, dan kosakata, serta keterampilan literasi, dan menggambar.

Hal inilah yang sang nantinya sangat penting untuk mengembangkan keterampilan anak-anak dalam berbagai hal, seperti membangun interaksi sosial, bermain, kemampuan bahasa, perkembangan emosional, keterampilan fisik, kemampuan membaca dan menulis, serta keterampilan motorik halus.

Baca Juga : Cara agar Anak Percaya Diri di Sekolah

 

Tanda-tanda Anak Siap Masuk Sekolah

Untuk melihat kesiapan Si Buah Hati, berikut ini beberapa tanda psikologis anak siap sekolah yang bisa Bunda simak:

  1. Mampu untuk berpisah dari orang tua atau pengasuhnya.

  2. Menunjukkan rasa percaya diri.

  3. Dapat berkomunikasi dengan jelas dan mampu mengikuti arahan guru dengan efektif.

  4. Dapat menjalin hubungan pertemanan dengan siswa lain menggunakan keterampilan bahasa yang dimilikinya.

  5. Memiliki tanggung jawab atas diri sendiri dan barang-barang yang dimilikinya, termasuk kemampuan untuk pergi ke toilet tanpa ditemani.

  6. Ciri-ciri anak siap masuk SD selanjutnya adalah mudah beradaptasi dan mengatasi perubahan, terutama lingkungan dan kebiasaan yang berbeda dari saat mereka berada di taman kanak-kanak.

  7. Mampu menghadapi tantangan dan bangkit setelah mengalami kegagalan.

  8. Mampu menaati aturan di sekolah.

  9. Mau terlibat dalam berbagai hal baru di sekolahnya.

  10. Berusaha memecahkan masalah dan menunjukkan rasa ingin tahu yang besar.
     

Agar Si Buah Hati semakin siap untuk sekolah, maka sebagai orang tua harus memenuhi kebutuhan dasar anak-anaknya, yaitu pemenuhan gizi yang baik dan tidur yang cukup. Pastikan untuk memberikan asupan bergizi seimbang yang mengandung makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta vitamin dan mineral untuk mendukung Si Buah Hati dalam proses belajar.

 

Pastikan juga Bunda memberikan DANCOW FortiGro dua kali sehari, di pagi hari dan sebelum tidur di malam hari, untuk mendukung kebutuhan gizi Si Buah Hati.
 

DANCOW FortiGro yang merupakan susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6-12 tahun. Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung gizi yang baik untuk mendukung proses tumbuh kembangnya, seperti :

  1. Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti seperti vitamin B1, B2, B3, B6, serta omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan box)

  2. Kandungan gizi pendukung daya tahan tubuh seperti zat besi, zink, vitamin A, C, & D

  3. Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium.

Manfaat DANCOW FortiGro ini tak hanya dapat dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini DANCOW FortiGro tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream.
 

DANCOW Fortigro dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dikonsumsi kapan saja dan di mana saja, termasuk sebagai bekal sekolah agar anak siap belajar.

Image Article
tanda anak siap sekolah
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off