Kegiatan Harian Bisa Ajarkan Si Buah Hati Kebersihan Diri

Published date

Lofhana kini sudah menginjak usia dua tahun. Dia terbiasa membuang sampah sendiri ke tong sampah. Lalu kala mandi, ia memilih untuk menyikat gigi dan membasuh badannya sendiri. Meski gerakannya belum lancar dan masih harus diarahkan oleh sang Bunda, ia sudah mengerti mengenai kebersihan diri. Bahkan ia akan mengambil sapu ketika melihat lantai kotor.

Menurut Elfi Syahreni pada karya tulis berjudul Perilaku Sehat pada Anak Usia Dini, Bunda dan Ayah memegang peran penting dalam pencapaian tumbuh-kembang Si Buah Hati yang optimal. Salah satunya dengan mengajari anak untuk mengembangkan perilaku sehat sejak dini sehingga terbentuklah pola hidup sehat. Mengapa harus sejak dini? Karena, membentuk pola hidup sehat jauh lebih mudah daripada mengubah kebiasaan yang tidak sehat.

Pentingnya mengembangkan perilaku sehat sejak dini ini juga ditekankan Sunarwati dalam tulisannya yang berjudul Praktik Pengasuhan dalam Menyiapkan Anak Berkualitas. Dia menyebutkan, tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial. Perkembangan ini berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan hari depan anak.

Sejak Si Buah Hati berusia dini, Bunda bisa mengenalkan pengetahuan dalam konsep kebersihan diri lewat cara-cara sederhana. Sebagai awalan, Bunda dapat mulai aktif menjelaskan kepadanya tentang konsep kesehatan anak, bahwa kondisi badan dan lingkungan yang bersih akan membuat dia merasa nyaman dan senang. Sebaliknya, keadaan yang kotor menimbulkan rasa jengah dan bisa menyebabkan penyakit.

Bunda dapat menggunakan medium dongeng atau cerita pendek untuk mengajarkan anak tentang konsep kebersihan diri. Misalnya lewat dongeng bergambar Pantas Jadi Tukang Sapu karangan Enid Blyton yang mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan diri agar kita tidak salah disangka sebagai tukang sapu pembersih cerobong asap.

Selain memberikan pemahaman kepada Si Buah Hati tentang pentingnya menjaga kebersihan diri, Bunda bisa memberikan dukungan keluarga dengan melakukan pembiasaan. Sehingga perlindungan tubuh anak bisa dimulai dari dirinya sendiri.

Ada beberapa poin check list kebersihan diri anak usia 2-4 tahun dari Elfi Syahreni yang bisa Bunda terapkan di rumah. Daftar ini disarikan dari tulisannya yang berjudul Perilaku Sehat pada Anak Usia Dini. Yuk simak apa saja saran Elfi.

Mandi

Biasakan Si Buah Hati mandi setidaknya 2 kali sehari pada pagi dan sore. Proses memandikan anak dimulai dari atas yaitu kepala dan semua alat indera lalu ke badan, anggota gerak, lalu kemaluan. Bilas badan dengan bersih lalu keringkan dengan handuk. Pastikan Bunda melakukannya dengan urutan yang runut agar dia tidak bingung ketika mencontoh atau ingin melakukannya sendiri.

Keramas

Kadang pengalaman mencuci rambut bisa traumatik bagi Si Buah Hati karena pernah ada air sampo yang masuk dan membuat matanya perih. Ajak dia berdialog soal hal ini dan libatkan anak dalam memilih sampo yang dia sukai. Ajari anak urutan keramas yang benar, dimulai dengan membasahi rambut lalu membalurkan sampo dan memijat-mijat kulit kepala sampai bersih. Lakukan dengan hati-hati agar tidak mengenai matanya. Lalu bilas sampai bersih dan keringkan dengan handuk.

Perawatan Gigi

Mulailah mengenalkan perawatan gigi bagi anak setelah gigi pertamanya muncul. Lakukan 2 kali sehari pada pagi dan sebelum tidur. Kenalkan aktivitas ini lewat pembiasaan bersama Bunda maupun Ayah. Biarkan anak memegang sendiri sikat giginya sambil bermain meniru gerakan gosok gigi sambil ingatkan agar dia tidak menelan pasta gigi. Berdirikan Si Buah Hati di depan cermin sementara Bunda membantunya memegang sikat dari belakang. Setelah selesai, berkumurlah sampai bersih.

Mencuci Tangan

Agar kebersihan tangan tetap terjaga, anak sebaiknya diajarkan mencuci tangan setiap kali setelah ke WC, bermain, dan berpergian, juga sebelum makan. Ajari anak bagaimana cara mencuci tangan yang benar yaitu dengan menggunakan sabun dan dicuci pada air bersih yang mengalir. Sabun digosokkan pada kedua telapak tangan, lalu gosok telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari dan kuku hingga pergelangan tangan minimal 15—20 detik. Setelah itu dibilas dengan air bersih yang mengalir, lalu keringkan tangan dengan menggunakan handuk bersih atau tisu. Agar lebih menarik perhatian anak, lakukan kegiatan cuci tangan sambil bernyanyi.

Image Article
Kegiatan Harian Bisa Ajarkan Si Kecil Kebersihan Diri
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Spa untuk Si Kecil, Perlukah Bunda?

Published date

Spa memang digunakan sebagai salah satu sarana menyegarkan tubuh usai beraktivitas. Lalu, perlukah hal itu dilakukan juga oleh Si Buah Hati?

Tren spa anak yang marak akhir-akhir ini menjawab kebutuhan para orang tua yang ingin memberikan yang terbaik untuk buah hatinya. Spa yang biasanya menggabungkan pijat dan berenang, dapat menjadi salah satu sarana menyegarkan tubuhnya usai aktivitas bermain, bereksplorasi, dan proses belajar yang melelahkan.

Kira-kira perlu tidak ya memberikan fasilitas spa untuk Si Buah Hati?

Manfaat Pijat

Pemijatan yang diberikan untuk Si Buah Hati dapat menstimulasi sistem sarafnya. Teknik pijat yang benar dapat mendukung stimulasi otak menghasilkan lebih banyak serotonin atau hormon yang bisa membuat perasaan bahagia. Sebaliknya, rasa rileks saat pijat juga mampu menekan munculnya hormon kortisol atau hormon yang bisa menyebabkan munculnya stres.

Manfaat Berendam

Selain pemijatan, biasanya paket spa dilengkapi dengan berendam di air yang sudah diberi aromaterapi. Tujuannya agar Si Buah Hati bisa mendapatkan rasa santai yang lebih optimal. Berbeda dengan spa orang dewasa, ukuran bathtub untuk spa anak-anak jauh lebih kecil dan tidak dalam. Bunda juga bisa menemani Si Buah Hati ketika sedang berendam.

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Saat Mengajak Si Buah Hati ke Spa

Jika ingin mengekspresikan cinta Bunda dengan memberikan Si Buah Hati spa, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, misalnya keprofesionalan, kebersihan, dan kenyamanan yang ditawarkan oleh spa anak. Pilih tenaga terapis yang terbiasa menangani anak-anak sehingga tidak mudah rewel dan dapat memberikan teknik pijatan yang bermanfaat bagi kesehatannya.

Salah melakukan pijatan dapat membuatnya kesakitan dan tidak nyaman. Kehigienisan tempat juga harus jadi faktor utama yang harus diperhatikan.

Tidak ada salahnya sesekali mengajak Si Buah Hati melakukan spa untuk keperluan relaksasi, tapi akan lebih baik jika Bunda melakukan pemijatan sendiri untuk kesehatan dan menjalin kedekatan dengannya.

Image Article
Spa untuk Si Kecil, Perlukah Bunda?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

4 Fungsi Penting Celemek Saat Si Buah Hati Makan

Published date

Biasanya di tahapan usia toddler, Si Buah Hati sudah ingin memakan sendiri makanannya, baik menggunakan tangan maupun berlatih dengan sendok garpu. Tapi seringkali orang tua menjadi kewalahan karena makanan terbuang dan noda sisa makanan ada di mana-mana. 

Salah satu perlengkapan yang dapat dikenakan untuk mencegah badan anak menjadi kotor adalah celemek. Ketahui penjelasan manfaat celemek saat Si Buah Hati makan ya:

1. Melindungi Baju dari Noda

Melatih Si Buah Hati makan sendiri akan melatih kemampuan atensi dan psikomotoriknya yang diperlukan dalam tumbuh kembangnya. Akan tetapi, proses belajar ini akan membuat ledakan noda sisa-sisa makanan, terutama di baju Si Buah Hati.

Kenakan celemek untuk memproteksi pakaian dari noda-noda yang terkadang sulit dibersihkan, bahkan setelah dicuci, misalnya noda minyak dan susu. Sayuran dan buah yang mengandung pewarna alami atau getah juga terkadang sulit dibersihkan seperti pisang, bayam merah, strawberry, dan buah bit.

2. Menyeka Wajah Si Buah Hati

Celemek dapat dijadikan pengganti kain lap atau tisu untuk menyeka wajah Si Buah Hati yang belepotan sisa makanan atau minuman. Selain dijadikan kain lap dalam keadaan darurat, juga dapat menghemat penggunaan kertas tisu. 

Biasanya celemek terbuat dari bahan lembut dan mudah menyerap sehingga dapat membersihkan wajah dengan cepat dan tidak membuat kulit teriritasi.

3. Membersihkan Noda di Meja atau Peralatan Makan

Untuk hal-hal darurat untuk menyeka meja dengan cepat, celemek bisa jadi penyelamat. Tidak hanya itu, perlengkapan ini juga bisa digunakan untuk menyeka peralatan makan yang akan digunakan oleh Si Buah Hati. 

Pastikan celemek yang digunakan dalam keadaan bersih agar tidak memberikan kontaminasi bakteri, penyebab gangguan saluran pencernaan.

4. Memotivasi untuk Makan

Celemek bayi biasanya hadir dalam bentuk, motif, dan warna yang menarik. Selain peralatan makan, celemek juga dapat dijadikan pendorong Si Buah Hati untuk berlatih makan sendiri dan lebih lahap menyantap makanan bernutrisi yang menjadi tanda cinta Bunda bagi anak-anak.

Semoga tips-tips di atas mempermudah Bunda dalam menjaga kebersihan anak, ya. Jangan lupa untuk memberikan pelengkap nutrisi, seperti DANCOW 1+ Nutritods. Ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Fungsi Penting Celemek Saat Si Kecil Makan
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

3 Manfaat Bakteri Baik Bagi Kesehatan Tubuh Si Buah Hati

Published date

Bakteri baik adalah organisme yang dapat bermanfaat untuk Si Buah Hati. Bakteri ini banyak tersedia secara alami dalam bahan makanan dan minuman. Jika Bunda belum terbiasa, mungkin ide mengkonsumsi bakteri hidup tampak aneh pada mulanya. Namun, siapa sangka ternyata bakteri baik memiliki manfaat?

1. Melindungi Saluran Cerna

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bakteri baik merupakan mikroba yang hidup di dalam usus manusia. Bila dikonsumsi, dapat memberikan manfaat positif bagi tubuh. Salah satunya dapat meningkatkan kesehatan saluran cerna Si Buah Hati.

2. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Lebih lanjut hasil penelitian IDAI mengungkapkan jika beberapa bakteri baik seperti Lactobacillus menghasilkan asam laktat yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri patogen atau bakteri jahat yang merugikan bagi kesehatan. 

Di sisi lain, kesehatan saluran cerna juga akan berpengaruh pada daya tahan tubuh. Ketika saluran cerna dalam keadaan sehat, maka secara tidak langsung juga akan meningkatkan daya tahan tubuh.

3. Mencegah Terjadinya Diare

Hasil penelitian yang dilakukan oleh IDAI juga menyebutkan bila asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri baik Lactobacillus rhamnosus bisa membunuh bakteri berbahaya atau patogen yang bisa menyebabkan diare. 

Di satu sisi, bakteri baik seperti Bifidobacterium longum mampu membantu melancarkan proses pencernaan, khususnya penyerapan nutrisi susu di dalam tubuh. Hasilnya, perpaduan dua bakteri baik ini secara berkaitan dapat membantu proses pencernaan sekaligus mencegah terjadinya gangguan kesehatan saluran cerna, seperti diare.

Kabar baiknya, bakteri baik ini dapat diperoleh dengan mudah dari makanan seperti tempe dan yoghurt. Bunda juga bisa melengkapi kebutuhan bakteri baik dalam tubuh Si Buah Hati dengan susu pertumbuhan, seperti DANCOW 1+ Nutritods. Ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Jika nutrisi Si Buah Hati telah dilengkapi oleh makanan bervariasi seimbang serta susu pertumbuhan, Bunda tak perlu khawatir lagi saat ia ingin bereksplorasi.

Image Article
Manfaat Bakteri Baik Bagi Kesehatan Tubuh Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Meski Tidak Lebat, Rambut Si Buah Hati Perlu Dirawat Lho!

Published date

Ketika lahir, Si Buah Hati biasanya tidak memiliki banyak rambut di kepalanya. Selain itu, rambutnya juga lebih lembut daripada rambut orang dewasa sehingga memerlukan perawatan ekstra.

Agar memiliki rambut yang sehat dan terbebas dari masalah, simak tips-tips berikut ini ya.

Mencuci Rambut

Pada tahapan usia 1+, Si Buah Hati sudah mulai disibukkan dengan bermain dan bereksplorasi guna menunjang proses belajar dan perkembangan kemampuan kognitifnya. Seringnya melakukan aktivitas, terutama di luar rumah, menyebabkan rambutnya mudah kotor dan bau.

Dr. Yamini Durani, ahli kesehatan anak dari Kids Health Organization, menyarankan untuk rutin mencuci rambutnya 2-3 kali seminggu menggunakan sampo yang dikhususkan untuk rambutnya, mengandung bahan alami yang lembut, dan memberikan nutrisi bagi rambut indahnya.

Apabila menemui gangguan seperti kerak yang menempel pada kulit kepala, Bunda dapat mengikisnya menggunakan minyak zaitun dengan lembut dan perlahan, kemudian dilanjutkan dengan mencuci rambutnya secara teratur. Namun, jika masalah tetap berlanjut maka konsultasikanlah ke dokter ya, Bunda.

Menyisir Rambut

Setelah mencuci rambut Si Buah Hati, biasakan untuk menyisir rambutnya agar tidak mudah kusut. Hal ini sesuai dengan laporan American Academy of Pediatrics. Gunakan sisir bergigi jarang agar rambut tidak mudah rontok. Tunjukkan cinta Bunda dengan melakukannya dengan lembut dan perlahan sehingga tidak menyakitinya.  

Apabila menemukan rambut yang menggumpal dan kusut, aplikasikan losion rambut khusus untuk melembutkan rambut dan menguraikan jalinan rambut, sehingga dapat disisir dengan mudah.

Memotong Rambut

Setelah Si Buah Hati berusia 1 tahun atau lebih, Bunda dapat mulai memangkas rambutnya untuk menghilangkan ujung-ujungnya yang kasar. Para ahli kesehatan dari Healthy Children Organization Amerika menyebutkan hal ini bisa menjadi pengalaman baru yang menakutkan.

Berikan stimulasi dengan mengajaknya ke salon saat Bunda sedang melakukan perawatan rambut. Jadwalkan pemotongan rambut saat ia terjaga dan santai, misalnya setelah bangun tidur. Pilih potongan rambut yang tidak mudah membuatnya kegerahan dan mempermudah perawatannya.

Lindungi dari Sinar Matahari

Berjalan-jalan di luar rumah merupakan kegiatan yang ditunggu-tunggu Si Buah Hati. Dr. Yamini menyarankan untuk memberikan perlindungan pada rambut dan kulit kepalanya dari sengatan sinar matahari dengan menggunakan topi atau hindari waktu-waktu sinar matahari sedang terik-teriknya. Terlalu sering berada di bawah paparan sinar UV dapat membuat rambutnya menjadi kering, kasar, dan kemerahan.

Semoga tips-tips yang telah diberikan dapat menjadi panduan Bunda dalam merawat rambut indah Si Buah Hati ya.

Image Article
Meski Tidak Lebat, Rambut Si Kecil Perlu Dirawat Lho!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

4 Tips Menambah Kosakata Bahasa Si Buah Hati

Published date

Bunda, kini Si Buah Hati sudah mulai bisa berbicara dengan jelas. Menginjak usia toddler, suara cerewetnya akan semakin sering terdengar. Ia akan memanggil Ayah dan Bunda dan kata-kata hingga benda-benda yang mereka lihat dengan suara nyaring.

 

Inilah saat yang tepat bagi Si Buah Hati untuk belajar merangkai kata menjadi kalimat utuh. Karena pada usia toddler, kebanyakan anak-anak mulai menghubungkan kata-kata untuk memiliki makna. 

 

Mereka mulai memahami nama-nama objek, seperti bagian tubuh, nama manusia, warna, dan hewan. Dalam tahap ini, Si Buah Hati dapat menyederhanakan dengan tiga asumsi dasar.

 

  1. Label atau kata yang mengacu pada seluruh objek, bukan bagian atau kualitas.

    Contoh: Flopsy adalah mainan tercinta Si Buah Hati, bukan kepala atau warna.
     
  2. Label atau kata yang merujuk kepada kelas atau hal dibandingkan masing-masing item.

    Contoh: Doggie adalah kata untuk semua hewan berkaki empat.
     
  3. Apa pun yang memiliki nama hanya dapat memiliki satu nama.

    Contoh: Ayah, Bunda, bukan orang atau Budi.

 

Saat Si Buah Hati berusia 18 bulan, mereka akan menambah kata-kata baru setiap dua jam. Pada usia 2 tahun, sebagian besar anak akan memiliki 1 hingga 2.000 kata. Bahkan, mulai menggabungkan dua kata sekaligus untuk membentuk sebuah kalimat sederhana, seperti “Aku lapar.” 

 

Seiring dengan bertambahnya usia Si Buah Hati, mereka akan semakin pintar dalam merangkai kata untuk berbicara dengan Bunda. Untuk mengembangkan keterampilan bahasa Si Buah Hati, Bunda dapat memberikan kosakata baru. 

 

Tentunya dengan bahasa dan kata yang baik. Bisa juga membacakan buku cerita bergambar atau bernyanyi sehingga Si Buah Hati bisa menirukan nyanyian dan cerita Bunda. Yuk, simak tips singkat yang bisa Bunda lakukan untuk melatih dan menambah kosa kata untuk Si Buah Hati:

 

1. Rajin Berbicara dan Berkomunikasi Dengan Si Buah Hati

Bunda, komunikasi adalah hal yang sangat penting untuk menjalin ikatan dengan Si Buah Hati. Selain itu, komunikasi bisa jadi proses belajar baginya untuk melatih berbicara dan paham akan arti kosakata. Komunikasi dengan Si Buah Hati dimulai saat masih bayi, kapan pun dan di mana pun.

 

Kenalkanlah semua benda yang Bunda dan Si Buah Hati temui. Ceritakan hal-hal menarik dengan gaya dan bahasa yang baik kepadanya. Karena ini akan menjadi bekal bagi perkembangan bicara dan bahasanya ketika mereka menginjak usia satu tahun ke atas, di mana Si Buah Hati sudah mulai terstimulasi untuk berbicara dengan Bunda dan orang terdekat lainnya.

 

2. Membacakan Buku Cerita

Seperti yang dikutip dari situs Ikatan Dokter Anak Indonesia, pada usia 1,5–2 tahun, Si Buah Hati mulai gemar mendengarkan cerita. Membacakan buku cerita adalah salah satu cara terbaik untuk Bunda membantunya dalam menambah kosa kata. 

 

Biasanya, buku cerita bergambar akan menarik perhatian Si Buah Hati. Terutama, Saat ia melihat dan menunjuk gambar, Bunda bisa menjelaskan nama benda yang ditunjuk. Selain itu, Si Buah Hati juga akan belajar membaca dan mengulangi cerita Bunda.

 

3. Menonton Video Cerita Anak

Sama halnya dengan membaca, menonton video anak yang sesuai dengan usia Si Buah Hati, juga membantu dalam menambah kamus bahasa. Tentunya ketika Si Buah Hati sedang menonton acara anak, Bunda harus tetap mengawasi mereka. Sehingga Bunda bisa memfilter video yang boleh mereka lihat dan tidak. Selain itu, Bunda juga bisa memberitahu benda yang sedang ada dalam tayangan tersebut.

 

4. Bernyanyi

Menyanyi juga menjadi salah satu cara untuk menambah kamus bahasa Si Buah Hati. Bunda bisa merangkai lagu dengan benda-benda yang ada disekitar rumah dan mengajaknya untuk menyanyi bersama. Selain itu, dengan bernyanyi Bunda juga bisa menyisipkan pesan-pesan baik untuk diajarkan pada Si Buah Hati.

 

Jadi, sudah siapkah Bunda untuk bermain dan belajar bersama Si Buah Hati? Bunda juga boleh untuk berimprovisasi, karena bisa membantu Si Buah Hati semakin kreatif.

 

Jangan lupa untuk menambahkan minuman kaya nutrisi, seperti DANCOW 1+ Nutritods. Produk DANCOW yang satu ini adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Kamus Bahasa untuk si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

9 Cara Latih Disiplin Si Buah Hati Tanpa Kekerasan

Published date

Ketika menginjak usia sekolah, Si Buah Hati sudah mulai belajar membedakan mana tindakan yang benar dan tidak. Di masa ini pula Bunda mulai bisa mengajarkannya tentang disiplin. 

Menurut psikolog anak Ratih Ibrahim, disiplin bisa mengajarkan Si Buah Hati mengenai batasan suatu hal, mengerti aturan, dan mengetahui kewajibannya. Namun untuk mendisiplinkannya, Bunda janganlah terlalu banyak memberikan larangan. 

“Cukup berikan larangan untuk hal-hal yang memang dilarang. yaitu hal berbahaya," kata Ratih.

Bunda dan Ayah pun harus menghindari kekerasan kala mendisiplinkan Si Buah Hati. Selain menimbulkan luka fisik, kekerasan bisa pula menyebabkan Si Buah Hati mengalami trauma yang akan mempengaruhinya hingga dewasa. 

Nah, agar disiplin yang Bunda terapkan dapat diterima Si Buah Hati tanpa berdampak negatif, berikut tipsnya:

1. Berpikir Sebelum Bertindak

Si Buah Hati memang sudah pandai berbicara. Tapi terkadang ia bingung mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Hingga yang terjadi, ia lebih memilih menunjukkan emosi atau keinginannya melalui teriakan, tangisan, atau aksi tanpa memperdulikan larangan Bunda. 

Melihat itu, mungkin Bunda terpancing untuk meninggikan suara atau membentak. Tapi sebaiknya jangan. Tariklah napas panjang dan ajak bicara Si Buah Hati. Tunjukan bila Bunda mengerti ia tengah marah atau kesal. Misalnya dengan berkata, "Bunda tahu kamu sedang marah. Bunda ingin mendengar semuanya. Katakan kepada Bunda kenapa kamu marah.” 

Membuka dialog dengan suasana tenang akan memudahkannya untuk terbuka dan menceritakan perasaannya.

2. Tegas Tidak Drama

Tegas tanpa mendramatisir  ketika Bunda melarang Si Buah Hati untuk tidak melakukan sesuatu, buatlah alasan-alasan yang logis dengan memberikan penjelasan dan bimbingan. Beritahu alasan sebenarnya kenapa Bunda melarangnya, dengan kalimat singkat. Misalnya, "Jangan loncat-loncat di atas bangku dek, nanti jatuh!" 

Janganlah Bunda mendramatisir larangan atau mengungkapkan kalimat yang tak dimengerti Si Buah Hati. Bahkan Bunda sudah harus meninggalkan kalimat larangan zaman dulu, seperti "Jangan duduk di depan pintu, pamali!", "Jangan main sampai waktu Maghrib, nanti diculik Kalongwewe!"

3. Jangan Plin-plan

Pada dasarnya Si Buah Hati akan meniru apa yang orang dewasa lakukan. Begitupun jika Bunda dan Ayah bertindak plin-plan terhadap suatu keputusan. Contohnya Bunda tidak setuju kalau Si Buah Hati lompat-lompatan di tempat tidur, sementara Ayah malah membiarkannya. 

Ini akan membuat Si Buah Hati bingung, hingga mengabaikan ketidaksetujuan Bunda. Jadi, buatlah kesepakatan keputusan dengan Ayah agar ia jadi mudah dalam bersikap.

4. Berlutut

Merunduklah saat berbicara pada Si Buah Hati, terutama saat memberikan kritikan kepadanya. Tekuklah lutut Bunda atau ambil posisi duduk dihadapannya, agar pandangan mata Bunda sejajar dengannya. 

Dengan sikap seperti ini, Bunda tidak perlu merasa khawatir akan kehilangan rasa hormat darinya. Justru sebaliknya, ia akan semakin menghormati dan menghargai Bunda sebagai orangtua.

5. Beri Bimbingan

Jika Si Buah Hati mengobrak-abrik buku dari lemari penyimpanan, Bunda jangan langsung marah. Alihkan saja perhatiannya dengan mengajak kegiatan lain. 

Misalnya dengan mengatakan, "Bukunya jangan dilempar-lempar dong...dibaca saja yuk, bareng Bunda." Dengan begitu, Si Buah Hati akan bersikap terbuka dan menerima ajakan Bunda.

6. Beri Peringatan dan Hukuman

Ketika Si Buah Hati tahu aturan yang berlaku di rumah, Bunda cukup bertanya atau mengingatkannya ketika melanggar. Jika ia tetap mengulangi dan tampak tak peduli dengan aturan itu, Bunda bisa memberikannya hukuman. Jangan menggunakan hukuman fisik ya Bunda. 

Bunda bisa memberikannya hukuman berupa konsekuensi. Misalnya Si Buah Hati tidak mau tidur siang, Bunda dapat melarangnya menonton film favorit pada sore hari atau bermain game. Karena merasa tidak dapat menikmati kesukaannya, Si Buah Hati pun berusaha tidak akan melanggar peraturan lagi.

7. Hadapi Rengekan

Ada kalanya Si Buah Hati meminta sesuatu dengan merengek atau menangis kencang selama beberapa waktu. Di momen ini, sebaiknya Bunda tidak langsung mengabulkan permintaan Si Buah Hati. 

Bila iya, Si Buah Hati akan selalu menjadikan rengekan dan tangisan untuk mencapai keinginannya. Yang sebaiknya Bunda lakukan adalah mengatakan dengan tegas bila tidak akan mengabulkan permintaan yang diajukan dengan merengek atau menangis. Lalu katakan, "Bunda mau memenuhinya kalau adek meminta dengan cara berbicara yang baik dan sopan." sehingga ia akan belajar cara meminta yang baik dan tidak menjadi anak manja.

8. Contoh Baik

Bunda mungkin pernah satu kali berselisih pendapat atau berdebat dengan Ayah, di hadapan Si Buah Hati. Bila memang begitu, ada baiknya Bunda tidak mengulanginya. Karena sikap yang Bunda dan Ayah tunjukan akan cepat diserap dan ditiru Si Buah Hati. Sehingga tidak tertutup kemungkinan ia akan menirunya dan berani mendebat Bunda pada suatu hari.

9. Tunjukkan Sikap Positif

Terlalu banyak waktu Bunda yang terbuang jika hanya memberikan kritik terhadap sikap buruk Si Buah Hati. Sesekali ucapkanlah pujian atas sikap positif yang sudah ia tunjukan. 

Misalnya, "Bunda senang lho, lihat kamu membereskan mainan dan menyimpannya di tempat semula". Apresiasi seperti itu akan membuat Si Buah Hati merasa dihargai, sehingga akan membuatnya senang bersikap baik.

Dukung perkembangan Si Buah Hati dengan memberikan DANCOW 5+ Nutritods. Ini merupakan susu pertumbuhan yang mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zink, vitamin C, vitamin B6, B12, biotin, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Yuk, Latih Disiplinkan Si Kecil Tanpa Kekerasan
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Ini 5 Cara Mengendalikan Emosi pada Si Kecil

Published date

Jadi orangtua perlu sumbu sabar yang panjang.

Kalimat ini tentu sudah sering Bunda dengar bukan?

Saat resmi jadi orangtua, Bunda memang perlu belajar pola asuh anak dan bagaimana cara kontrol emosi pada anak yang efektif. Apalagi jika mengingat bahwa memarahi anak, berteriak, mengeluarkan kata kasar, terlebih jika Bunda menggunakan kekerasan fisik. Cara-cara ini  tidak akan pernah bisa berdampak positif pada anak.

Tentu Bunda tidak ingin Si Kecil hanya patuh sesaat saja bukan? Karena memberikan respon yang salah pada Si Kecil justru berisiko membuatnya meniru apa yang Bunda lakukan. Mengetahui bagaimana cara mengontrol emosi pada anak, justru menjadi hal penting yang perlu Bunda pelajari.

Setidaknya ada 5 cara pola asuh anak serta kontrol emosi pada anak yang efektif yang bisa Bunda coba terapkan. Apa saja?

1. Tanya pada diri sendiri, apakah memang perlu Bunda marah pada Si Kecil ?

Marah merupakan luapan emosi yang yang sangat wajar dan manusiawi. Namun, ketika perilaku Si Kecil yang memancing emosi, coba perhatikan lebih dahulu apakah memang menghadapi perilakunya harus dengan marah?

Salah satu hal yang perlu Bunda ingat, anak-anak usia balita memang sedang masanya sedang ingin bereksplorasi sehingga Si Kecil ingin mengetahui segala macam. Untuk itu, jangan sampai memberikan respon yang salah karena bisa saja keinginannya untuk belajar jadi terhambat lantaran ia takut Bunda marah.

2. Cari tahu apa yang membuat Si Kecil kesal atau marah

Sebelum membentak, coba perhatikan apa yang sebabkan Si Kecil berperilaku menjengkelkan. Penting bagi Bunda untuk bisa belajar memahami apa yang dirasakan anak untuk menerapkan pola asuh anak yang tepat. Cobalah memikirkan dari sudut pandang Si Kecil. Tidak jarang perilakunya terlihat menyebalkan sebenarnya merupakan wujud protes kepada Bunda.

Sayangnya mereka memang belum memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan baik. Dengan mencoba memahami keinginan Si Kecil, harapannya bisa membantu Bunda untuk menentukan langkah selanjutnya dan mendapatkan solusi terbaik

3. Time out!

Masih emosi yang ingin marah? Jika, ya, tidak ada salahnya jika Bunda memilih untuk time out. Salah satu cara efektif yang bisa Bunda lakukan untuk meredam emosi adalah memiliki waktu untuk menenangkan diri sebentar saja. Saat emosi 'meledak' jangan memaksakan diri untuk menghadapi Si Kecil.

Terlebih jika sebelumnya Bunda sudah mencoba menenangkan diri dengan menarik napas panjang, dan mengembuskan perlahan-lahan namun tetap tidak berhasil. Jika perlu minta bantuan pasangan atau anggota keluarga untuk mengawasi Si Kecil lebih dahulu, sementara Bunda menenangkan diri.

4. Negosiasi

Jika Si Kecil sudah bisa diajak diskusi, tidak ada salahnya jika Bunda mengajaknya negosiasi lebih dulu. Sebagai contoh, jika ia masih ingin bermain, sementara sudah waktunya tidur, Bunda juga bisa bertanya lebih dulu, "Kakak mau main berapa lama lagi? 5 menit lagi cukup, ya? Setelah itu kakak tidur".

5. Turunkan ekspektasi

Sadarkah Bunda bahwa Si Kecil masih memiliki banyak keterbatasan? Untuk itu, tidak ada salahnya jika Bunda menurunkan ekspektasi lebih dulu. Artinya, Bunda tidak perlu terlalu banyak berharap.

Sebagai contoh, jika usia Si Kecil masih 3 tahun, ada baiknya Bunda tidak berharap ia mampu membereskan mainannya seorang diri. Dengan memiliki harapan yang wajar, akan membantu Bunda untuk menekan emosi yang berlebih.

Percayalah, bahwa saat Bunda tidak bisa mengendalikan emosi akan memengaruhi pola asuh anak dan perkembangan Si Kecil di kemudian hari. Bukan tidak mungkin, jika Bunda tidak bisa mengontrol emosi, akan membuatnya tidak nyaman, timbul rasa takut, hingga akhirnya Si Kecil akan menjaga jarak pada Bunda.

Biarkan Si Kecil bereksplorasi, tetapi dengan terus mendukung aktivitas dan selalu mendampingi di berbagai situasi. Untuk memastikan Si Kecil tetap terlindungi, penuhi nutrisinya dengan DANCOW Advanced Excelnutri+ 1+ merupakan susu pertumbuhan untuk anak usia 1 tahun ke atas, yang mengandung protein, kalsium, vitamin (A, D, E, K, C), selenium, zink, omega 3 (ALA), omega 6 (LA), Lactobacillus rhamnosus, serta serat pangan inulin, untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi Si Kecil.

 

Pertanyaannya, apakah Bunda ingin hal ini terjadi?

Image Article
Pola asuh anak yang sesuai mempengaruhi kecerdasan anak balita
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
On
Quiz Answer 1 A
Membentak setiap orang
Quiz Answer 1 B
Menangis teriak berlebihan
Quiz Answer 1 C
Memukul orang lain dengan mudah
Quiz Answer 1 D
Pernyataan a, b, c, benar semua
Quiz Answer 2 A
Melihat dari jauh
Quiz Answer 2 B
Menanyakan sebab dan mencari jalan keluar bersama
Quiz Answer 2 C
Memberikan ke pada ayah
Quiz Answer 2 D
Mendiamkan hingga si Kecil diam sendiri
Quiz Answer 3 A
Melatih kesabaran
Quiz Answer 3 B
Menurunkan ego
Quiz Answer 3 C
Mencari tahu penyebab datangnya emosi
Quiz Answer 3 D
Pernyataan a, b, c, benar semua
Quiz 1
Bagaimanakah ciri si Kecil emosional yang pemarah?
Quiz 3
Cara apa yang dapat dilakukan oleh Bunda agar dapat mengendalikan emosi kepada Si Kecil?
Quiz 2
Bagaimanakah cara terbaik untuk memantau emosi anak ?
Kunci Quiz 1
D
Kunci Quiz 2
B
Kunci Quiz 3
D

Trik Agar Si Buah Hati Mudah Beradaptasi di Lingkungan Baru

Published date

Bunda, saat Si Buah Hati sudah memasuki usia pra-sekolah, pastinya mereka akan dihadapkan dengan lingkungan baru, berkenalan dengan ibu guru dan anak-anak sebayanya yang kelak akan menjadi teman sepermainan. Namun apa yang terjadi bila ia mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya? Bila itu terjadi, Bunda perlu mendampingi sikap optimisnya tumbuh.

Menurut Femi Olivia dan Lita Ariani S, dalam buku Inner Healing @ School, sikap optimis akan mendorong anak untuk lebih percaya diri, tidak mudah menyerah, dan mudah beradaptasi. Selain menumbuhkan sikap optimis anak, Bunda bisa pula melakukan beberapa hal di bawah ini, agar ia mudah berbaur dengan lingkungan baru"

Temani Si Buah Hati

Ketika Si Buah Hati baru datang di lingkungan baru, Bunda jangan meninggalkannya sendirian, meskipun tempat yang baru didatangi adalah rumah kakek nenek atau kerabat lainnya. Sebab saat berusia 1-3 tahun, ia tertarik untuk bereksplorasi dan masih membutuhkan kehadiran orang dewasa untuk memberikan rasa aman.

Begitu pula saat bermain di tempat baru, anak akan bermain dengan teman-teman sebayanya tapi pasti akan kembali pada Bunda. Setelah Si Buah Hati sudah bisa berbaur dengan lingkungannya dan Bunda sudah memastikan lokasi itu aman serta nyaman, Bunda bisa mulai mengurangi durasi untuk menemaninya. Sehingga ia akan semakin mandiri dan tahu cara berinteraksi yang baik dengan lingkungannya.

Ceritakan tentang lingkungan baru

Agar Si Buah Hati lebih mudah beradaptasi, ada baiknya Bunda menceritakan terlebih dulu keadaan tentang lingkungan yang akan didatangi. Ceritakan kondisi tempat baru dengan detail dan menggunakan cara positif sehingga ia akan semakin tertarik untuk segera mengunjungi tempat tersebut. Selain itu, Bunda juga bisa memberitahu anak tentang siapa saja yang akan ditemui. Ini dilakukan agar ia tidak kaget dan lebih siap menghadapi situasi baru.

Biasakan untuk datang ke lingkungan baru

Semakin sering Bunda mengajak Si Buah Hati ke tempat baru yang berbeda, ia akan semakin terbiasa dan lebih mudah beradaptasi. Dengan demikian anak bisa lebih siap menghadapi suasana dan bertemu dengan orang-orang yang ada di tempat tersebut. Hal ini juga menjadi salah satu cara mendidik anak agar lebih mandiri. Selain itu, ia bisa belajar menganalisa ketika melihat situasi dan kondisi lingkungan baru.

Perhatikan kondisi Si Buah Hati

Ketika akan mengajak anak ke lingkungan baru, Bunda perlu memperhatikan kondisi atau perasaannya. Bila dia sedang merasa senang, bebas dari rasa lapar, dan tidak rewel maka akan lebih mudah untuk berbaur dengan lingkungan baru. Selain itu, pastikan juga anak berada dalam kondisi sehat dan tidak kelelahan. Bila Si Buah Hati terlihat tidak siap, Bunda tidak perlu memaksanya. Tapi cobalah di lain waktu.

Kenali temperamen Si Buah Hati

Ada tiga jenis temperamen, yaitu mudah (easy), lambat untuk “panas” (slow to warm up) dan sulit (difficult). Nah, Si Buah Hati termasuk yang mana? Bunda harus bisa mengetahuinya. Karena bila anak termasuk pada jenis yang mudah (easy), ia tidak akan banyak mengalami kesulitan beradaptasi. Namun bila sebaliknya, Bunda harus terus membantu dengan sabar dan memberinya perhatian serta pengertian, sehingga ia bisa terus mengasah kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

Beri penilaian atas tindakan Si Buah Hati

Bila Si Buah Hati sudah mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan baru, Bunda bisa memberi penilaian atas apa yang sudah dilakukannya. Misal memberikan pujian ketika anak bersedia bergantian menggunakan mainan di taman bermain (playground), jangan juga ragu untuk menegur secara halus atau menunjukkan ekspresi wajah kecewa saat ia melakukan hal yang kurang baik. Cara ini akan memberikan pernyataan padanya apa yang baik untuk dilakukan dan sebaliknya.

Image Article
Trik Agar Si Kecil Mudah Beradaptasi di Lingkungan Baru
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

4 Tips Si Buah Hati Belajar Pipis di Toilet

Published date

Suatu hari Si Buah Hati Via mencolek Bunda Dewi yang sedang duduk di sofa ruang tengah. Via berkata pada Bundanya kalau ia ingin buang air. Dewi menuntun Via ke kamar mandi, memintanya membuka celana dan membimbingnya menggunakan toilet.

"Akhirnya Via yang berusia 2,5 tahun bisa mengungkapkan keinginannya saat merasa mulas sebelum pup di celana," kata Dewi, akhir Agustus 2015 lalu.

Sejak kecil, Via memang tidak terbiasa menggunakan popok sekali pakai di rumah. Tapi karena masih suka mengompol, Dewi pun bergantung pada popok saat mengajak Via bepergian. Tapi Dewi tak bisa membiarkan Via selalu nyaman pipis di celananya. Dia harus mengajarkan Via agar bisa buang air di tempat yang benar.

Ririn Suwinul Arifin pada penelitian berjudul Hubungan Toilet Training Terhadap Kemampuan Anak dalam Melakukan Eliminasi menyebutkan tanda-tanda kesiapan fisik anak untuk memulai toilet training pada usia 24-28 bulan.

Pada saat itu, Si Buah Hati sudah sudah mampu memakai dan melepas celana sendiri, bisa memakai kata pipis atau pup, dan dapat duduk atau jongkok kurang lebih 2 jam. Sehingga dia sudah mulai berhasil menjaga popoknya tetap kering selama 3-4 jam.

Selain itu, lanjut Ririn, pada usia toddler, biasanya anak sudah tahu waktu untuk buang air kecil dan buang besar. Dia akan menunjukkan keinginannya untuk buang air dengan memegang alat kelaminnya sambil minta ke kamar mandi kecil.

Dia juga akan memperlihatkan ekspresi fisik misalnya meringis, merah, atau jongkok saat akan buang air. Jika mengompol, ia akan merasa tidak betah memakai popok yang basah dan kotor.

Ketika Si Buah Hati sudah menunjukkan tanda-tanda tersebut, maka Bunda bisa coba mengajarkan toilet training. Bunda Dewi akan berbagi trik bagaimana cara toilet training yang diterapkan pada Via. Yuk, simak tipsnya.

1. Selalu Ingatkan untuk Buang Air di Toilet

Menurut Dewi, hal cukup sulit dilakukan dalam toilet training adalah membuat Si Buah Hati sadar akan perasaan tak enak pada perutnya ketika ingin pup atau pipis. Bunda bisa bilang pada Si Buah Hati agar buang air di toilet saat mendapatinya sedang menampakkan tanda-tanda mengejan.

Secara tidak langsung, Bunda memberi tahu definisi sakit perut dan harus segera ke belakang. Harapannya Si Buah Hati mengerti kalau sudah merasakan mulas, dia akan langsung bilang pada Bunda.

2. Pakai Training Pants

Via masih sulit mengendalikan keinginan untuk buang air kecil. Dewi memutuskan memakaikan training pants untuk Via. Celana tersebut dibuat dari bahan kain berlapis.

Saat Si Buah Hati pipis, kulitnya akan terasa basah, tapi ompolnya tidak tembus sampai keluar celana. Dewi berharap lama-lama Via akan selalu bilang sebelum mengompol untuk menghindari perasaan basah yang tak enak itu.

3. Buat Si Buah Hati Nyaman saat di Toilet

Di kamar mandi Dewi hanya ada kloset jongkok. Jarak pijakan kaki di kanan kiri cukup jauh buat Si Buah Hati. Sehingga posisi jongkok Si Buah Hati tidak stabil dan mungkin membuatnya menjadi takut jatuh. Dewi selalu memegangi Via saat menggunakan kloset agar bisa buang air dengan nyaman.

Kebiasaan ini juga harus dilakukan Bunda yang menggunakan toilet duduk di rumah. Sebab desain toilet duduk bagi anak terlalu tinggi, sehingga kaki Si Buah Hati tidak sampai untuk menginjak lantai. Hal ini bisa membuat Si Buah Hati tak nyaman dan merasa takut jatuh ke lubang toilet. Bunda bisa selalu memegang Si Buah Hati atau memberikan bangku kecil di depan toilet sebagai pijakannya.

4. Kebiasaan Bersih Selepas Buang Air

Setelah buang air, Via langsung meminta Dewi menyiram toilet dan membersihkan tangannya. Via sudah tahu bahwa harus bersih selepas buang air. Tapi, belum bisa melakukannya sendiri. Bunda harus mencontohkan cara yang benar membersihkan diri selepas dari toilet. 

Siram kloset jongkok dengan perlahan, agar airnya tidak terpercik kemana-mana. Jika menggunakan toilet duduk, maka tutup dulu toilet sebelum memencet tombol flush. Pada jenis toilet ini Bunda bisa juga menggunakan dudukan khusus untuk anak.

Lambat laun Si Buah Hati akan mengikuti kebiasaan baik tersebut. Itulah salah satu bentuk cinta Bunda yang selalu memberi perlindungan bagi Si Buah Hati agar tidak terkena kuman dan bakteri di toilet.

Bunda bisa memberikan pelengkap nutrisi yang dapat membantu kemampuan Si Buah Hati, seperti Susu DANCOW 1+ Nutritods. Ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Belajar Pipis di Toilet Yuk!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off