3 Tips Kenalkan Sejarah untuk Tujuan Pendidikan Usia Dini

Published date

Bunda, apakah yang terlintas di pikiran saat menyebut kata sejarah? Kebanyakan dari kita pasti akan langsung teringat pada deretan nama, tempat, tahun, dan peristiwa yang memusingkan kepala. Bagi sebagian besar orang, sejarah adalah hal yang tidak menarik dan kaku.

Tapi, tahukah Bunda, mengenalkan sejarah pada anak usia prasekolah dapat membantunya menghargai proses kehidupan. Ini merupakan salah tujuan pendidikan usia dini. 

Menurut analis Pendidikan Khusus Pendidikan Anak Usia Dini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ismia Unasiansari, untuk mencapai sesuatu yang baik diperlukan pula proses yang baik. "Mengenalkan sejarah kepada anak sejak dini merupakan salah satu cara menumbuhkan nilai-nilai budaya yang baik pada anak," kata Ismia.

Mengenal sejarah kemerdekaan bangsa ini, misalnya, dapat menumbuhkan sikap nasionalisme, rasa percaya diri, rasa menghargai, dan bangga menjadi warga negara Indonesia pada anak. Dan hal ini sejalan dengan salah satu tujuan pendidikan usia dini.

Pengenalan sejarah untuk anak tentu saja harus disesuaikan dengan tahap perkembangannya. Ismia mengutip teori psikologi perkembangan kognitif anak, yang diperkenalkan pertama kali oleh Jean Piaget, psikolog klinis dari Swiss. 

Kata Ismia, berdasarkan teori Piaget, pada usia 5 tahun, anak memasuki tahap pra-operasional. Pada usia ini, anak mulai mengembangkan fungsi simboliknya yaitu kemampuan anak dalam menggunakan satu benda untuk merepresentasikan benda lain yang tidak berada di dekatnya.

Artinya, Bunda bisa memperkenalkan anak pada sejarah sejak dini. Syaratnya, kegiatan ini harus dilakukan dengan cara menyenangkan sekaligus memberikan stimulasi yang baik untuk perkembangan Si Buah Hati.

Pada usia ini, Si Buah Hati sangat senang dengan kegiatan yang dapat mengembangkan imajinasi mereka. Hal ini sering dianggap sepele padahal manfaatnya banyak bagi anak. Salah satunya untuk membantu mereka membangun pengetahuan terhadap segala sesuatu yang didengar, dilihat, dan dirasakan (sensory motor).

Karena itu, biarkanlah anak mengeksplorasi banyak hal. Setelah itu, Bunda dapat melakukan penguatan terhadap pengalaman dan pemahaman yang baru ia peroleh. 

Selain menjadi tujuan pendidikan usia dini, pengenalan sejarah yang menyenangkan dapat dilakukan melalui beberapa aktivitas sebagai berikut:

1. Mendongeng

Pertama, persiapkan dahulu materi dan bagian sejarah yang ingin dikenalkan pada anak, gunakan boneka kesayangan anak atau boneka tangan agar kegiatan berjalan lebih seru. 

Penggunaan boneka atau alat visualisasi yang menarik akan membantu anak berkonsentrasi lebih lama terhadap cerita kita. Selain itu kegiatan mendongeng dapat meningkatkan keterampilan bahasa pada anak.

2. Mengunjungi Tempat Bersejarah

Mengunjungi tempat-tempat sarat informasi sejarah bersama anak. Museum dan situs-situs bersejarah bisa menjadi tujuan jalan-jalan bersama Si Buah Hati di Hari Minggu.

Kegiatan ini akan membawa anak seolah-olah menyusuri lorong waktu. Melihat diorama proses kemerdekaan di Monumen Nasional (Monas) misalnya, selain akan memperkaya wawasan anak juga dapat mengembangkan sikap kritis padanya. Sikap kritis akan tumbuh jika kita bersedia memberikan stimulasi berupa informasi baru dan menarik pada anak. Selain itu, Bunda bisa membantu tercapainya tujuan pendidikan usia dini.

Baca Juga: 5 Perkembangan Anak 1 Tahun yang Bikin Bunda Bangga

3. Mencoba Storyplaying 

Kita kuatkan pengalaman dan pemahaman baru yang anak peroleh mengenai sejarah dengan melakukan story playing. Bunda bisa memulai dengan meminta anak untuk menceritakan pengalaman baru yang diperolehnya.

Lalu, dengan spontan kita melakukan roleplay atau bermain peran bersama anak berdasarkan cerita tadi. Selain tambah pintar dan senang dengan sejarah, anak juga menjadi lebih kreatif dan mengembangkan fungsi simboliknya.

Bantu Si Buah Hati eksplorasi dengan memberikan minuman pelengkap nutrisi, seperti  Susu DANCOW 3+ Nutritods. Ini adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Pada intinya, pengenalan sejarah pada anak usia tahun harus disesuaikan dengan tahap perkembangannya. Proses belajar juga harus berlangsung menyenangkan. Selain itu, dan sebisa mungkin, tetap menstimulasi semua aspek perkembangan pada anak. Dengan begitu, tujuan pendidikan usia dini tercapai.

Image Article
3 Tips Kenalkan Sejarah pada Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Pola Asuh Controlling dan Punishment Sebaiknya Tidak Diberlakukan Lagi

Published date

Bunda tentu punya pengalaman mengenai bagaimana orang tua zaman dahulu melakukan pengasuhan dengan metode controlling dan punishment. Kini, Bunda sebagai orang tua millenial mungkin tidak melakukannya lagi, karena Bunda punya cara sendiri untuk menerapkan kedisiplinan pada Si Buah Hati.

Ada beberapa dampak buruk yang bisa diterima Si Buah Hati dengan pola asuh yang menitikberatkan controlling dan punishment. “Anak tidak belajar melakukan sesuatu berdasarkan dorongan dirinya sendiri tapi lebih karena faktor eksternal seperti ancaman orang tua,” kata psikolog, Anastasia Satriyo, M.Psi.

Jika seperti itu, Si Buah Hati berarti tidak mampu mengelola dirinya secara emosi. Ia juga sulit menjadi anak yang mandiri baik dalam pikiran, perkataan, serta tindakannya. Hal ini disebabkan anak bergantung banyak pada panduan dari hal-hal di luar dirinya. Anak juga jadi sangat dipengaruhi oleh pandangan lingkungan sekitarnya.

Bagaimana dengan hukuman fisik? Menurut Anastasia, “Memberikan hukuman fisik pada anak berarti pada hakikatnya tidak menghargai tubuh sebagai bagian dari diri anak yang harus dihormati sebagai manusia,” tambahnya.

Ketika Si Buah Hati punya pengalaman tidak dihargai, kemungkinan anak juga tidak bisa menghargai orang lain. Meskipun demikian, pada kenyataannya memang ada beberapa orang yang justru ketika mengalami hukuman fisik bisa mengelola dirinya sehingga mampu meregulasi diri dengan baik. Namun, tidak semua anak akan memunculkan respons seperti itu karena hukuman fisik cenderung membuat anak terluka baik secara psikologis maupun emosi.

Luka tersebut mungkin tidak terlihat secara kasat mata, tetapi efeknya sangat dalam dan lama bahkan sampai usia dewasa. Pada situasi-situasi tertentu penuh tekanan di masa dewasa, biasanya dampak luka tersebut akan muncul ke permukaan. Misalnya, saat anak sudah bekerja, ia jadi takut berlebihan pada sosok otoriter di tempat kerjanya, karena teringat tekanan yang diterapkan orangtuanya.

Hukuman fisik yang tidak disengaja atau refleks juga menjadi gambaran bagi anak bahwa orang tuanya sebagai orang dewasa belum memiliki kemampuan dalam mengelola emosi. “Percayalah bahwa anak adalah cerminan orang tua. Semakin orang tuanya berkembang dan menjadi pribadi yang semakin baik, maka anak juga menjadi lebih menyenangkan perilakunya,” ujar Anastasia.

Sebetulnya, dengan pendekatan komunikasi yang tepat, anak bisa lebih mudah diatur dan diberi konsekuensi jika melanggar aturan yang disepakati. Para Bunda milenial biasanya sudah menyadari bahwa di usia emas satu hingga lima tahun, Si Buah Hati membutuhkan pola asuh positif. Lalu, bagaimana cara membangun disiplin pada diri anak tanpa harus menerapkan aturan yang keras?

Menurut Anastasia, disiplin pada anak sebenarnya akan terbangun dengan sendirinya melalui kebiasaan baik secara teratur dan konsisten “Disiplin dimulai dari kita melakukan kebiasaan yang baik bersama anak sehingga lama-lama disiplin menjadi bagian dari anak itu sendiri,” tambah Anastasia.

Caranya, ciptakan dan terapkan jadwal kegiatan Si Buah Hati di rumah secara konsisten. Dimulai dari jadwal makan dan minum susu, mandi, main di taman, tidur siang, tidur malam, dan lainnya. Selain itu, Bunda juga perlu menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik lainnya, seperti memberi salam ketika masuk rumah, menggosok gigi sebelum tidur, mencuci tangan sebelum makan,  dan menggunakan kata-kata yang baik saat bicara. Untuk mengawali proses disiplin, contoh dan pembiasaan dari orang tua sangatlah penting, karena anak belajar berperilaku dengan melihat contoh di sekelilingnya, terutama Bunda dan Ayahnya. 

Bunda yuk baca juga artikel  tentang pola asuh lainnya di artikel “Pola Asuh Anak: Cara Berbicara yang Baik untuk Si Buah Hati yang Bicara Kasar"

 

Image Article
Pola Asuh Controlling dan Punishment Sebaiknya Tak Diberlakukan Lagi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Ajarkan Si Buah Hati Berbagi

Published date

We make a living by what we get. We make a life by what we give.” Winston S. Churchill

Tahukah Bunda? Berbagi apa yang kita miliki pada orang lain bisa membuat hidup kita lebih bahagia, lho! Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa seseorang akan lebih bahagia ketika memberikan uang atau membelanjakan uangnya untuk orang lain daripada untuk kepentingannya sendiri (Dunn, Aknin & Norton, 2008). Perasaan bahagia yang timbul setelah kita berbagi tidak hanya bisa dirasakan oleh orang dewasa tapi juga oleh Si Buah Hati, Bunda!

Pada awalnya mungkin Si Buah Hati berbagi karena disuruh oleh Bunda & Ayah. Namun, lambat laun Si Buah Hati akan mulai mengembangkan empati dan berbagi atas kemauannya sendiri. Si Buah Hati akan mulai berbagi atas kemauannya sendiri ketika berusia 4 tahun (Santrock, 2013). Sebuah penelitian pada anak-anak usia prasekolah menemukan bahwa anak-anak akan merasa lebih bahagia ketika bisa berbagi (Aknin, Hamlin & Dunn, 2012).

Berbagi membuat kita merasa mampu melakukan sesuatu dan memiliki arti bagi orang lain. Hal ini membuat hidup kita menjadi lebih bermakna karena ada orang lain yang merasa bahagia atas apa yang kita berikan, setuju kan, Bunda? Namun, kebiasaan berbagi tidak dapat muncul begitu saja, Bunda perlu mengajarkan dan membiasakannya pada Si Buah Hati sejak dini. Ingin tahu caranya? Simak di bawah ini:

  • Contohkan perilaku berbagi, misalnya berbagi makanan dengan tetangga saat berbuka puasa. Libatkan Si Buah Hati sehingga ia merasakan nikmatnya berbagi.
  • Kembangkan empati Si Buah Hati sejak dini agar ia memahami kondisi orang lain dan akhirnya terdorong untuk berbagi. Misalnya ketika melihat anak jalanan, katakan “Kasihan ya dia tidak punya rumah yang enak untuk tinggal....pasti kalau malam, dia kedinginan.”
  • Berikan kesempatan bagi Si Buah Hati untuk berinteraksi dan berbagi dengan teman sebaya, misalnya berbagi mainan atau makanan.
  • Terapkanlah dalam kehidupan sehari-hari misalnya membiasakan Si Buah Hati untuk berbagi sapaan dan senyuman pada siapapun yang ditemui, misalnya pak satpam di sekolah sampai guru atau teman. Berbagi bukan hanya berkaitan dengan uang atau barang.
  • Curahkan cinta Bunda & Ayah pada Si Buah Hati karena anak yang memiliki banyak limpahan kasih sayang, akan memiliki banyak kasih pula untuk dibagikan pada orang di sekitarnya.
Image Article
Ajarkan Si Kecil Berbagi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Kesehatan Saluran Pencernaan Pengaruhi Tumbuh Kembang Si Buah Hati

Published date

Dalam proses tumbuh kembang Si Buah Hati, 1.000 hari pertama adalah hal yang sangat penting. Apalagi di usia 1+, saat Si Buah Hati dalam masa perkembangan, belajar berjalan, berbicara, dan berinteraksi dengan sekelilingnya. Masa-masa Si Buah Hati penuh keingintahuan, ingin mencoba dan mengeksplorasi segala macam hal.

Terkadang, saat ingin mencoba sesuatu atau melampiaskan rasa ingin tahu, Si Buah Hati melakukan apa saja tanpa memikirkan kesehatan atau kebersihannya. Misalkan kebersihan makanan, tangan, dan kaki. Bahkan Bunda pasti sering mengalami, bagaimana Si Buah Hati memasukkan apa saja ke dalam mulutnya atau mengambil sesuatu dengan tangan yang kotor. Bila saja Bunda lengah memperhatikan hal tersebut, bisa jadi Si Buah Hati pun dapat mengalami gangguan pencernaan.

Bila jatuh sakit karena pencernaan terganggu, biasanya Si Buah Hati enggan makan, menangis, atau uring-uringan karena menahan sakit perutnya. Terlebih bila Si Buah Hati mengalami muntah dan diare. Karena itu Bunda, sangatlah penting untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan Si Buah Hati. Karena sistem pencernaan berperan penting dalam mempertahankan kesehatan. Bila saja saluran cerna Si Buah Hati bermasalah, timbullah berbagai macam penyakit seperti diare, demam, batuk, pilek, dan alergi.

Menurut artikel Peran Mikroflora Saluran Cerna pada Kesehatan Anak di situs Ikatan Dokter Anak Indonesia, salah satu cara melindungi saluran cerna Si Buah Hati adalah mempertahankan keseimbangan mikroflora saluran cerna yang didominasi oleh bakteri menguntungkan. Misalnya dengan memberikan asupan susu pertumbuhan.

Seperti susu pertumbuhan DANCOW 1+ Nutritods, susu ini diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Dengan memberikan dua gelas susu DANCOW 1+ Nutritods, Si Buah Hati pun akan tumbuh dan berkembang secara optimal. Hingga Bunda bisa memberikan pelbagai macam stimulasi kepada Si Buah Hati, juga dapat tenang melihatnya bereksplorasi dan menjelajah tempat bermain.

Image Article
Kesehatan Saluran Pencernaan Pengaruhi Tumbuh Kembang Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cinta Bunda, Cinta Sejati

Published date

Bunda, pasti sudah sering mendengar ungkapan “Si Buah Hati adalah anugerah” bukan? Namun, pernahkah Bunda berpikir, bagaimana ungkapan ini bisa muncul ke permukaan? 

Ini adalah alasannya. Saat Ayah dan Bunda dipertemukan, hal itu merupakan rencana Tuhan. Ayah dan Bunda ditakdirkan untuk jatuh cinta, pacaran, menikah, dan membentuk keluarga, kemudian dikaruniai Si Buah Hati. Sebagai anugerah Tuhan, Si Buah Hati tentu sangatlah berharga. Oleh karena itu, menjadi Bunda adalah berkah dan amanah dari Tuhan yang harus dijalankan sepenuh hati.

Tidak ada yang meragukan pentingnya peran Bunda dalam perkembangan Si Buah Hati. Kasih sayang dan perhatian Bunda mempunyai pengaruh yang sangat besar pada seluruh proses tumbuh kembang Si Buah Hati. 

Selama proses tumbuh kembang tersebut, seluruh aspek kecerdasan dan kepribadian Si Buah Hati akan berkembang secara optimal. Cinta Bunda membuat Bunda akan memastikan bahwa Si Buah Hati terlindungi di dalam seluruh proses tumbuh kembangnya, sambil memberinya ruang untuk tumbuh menjadi pribadi yang sehat, mandiri, dan ceria.

Cinta Bunda adalah cinta sejati. Dalam mewujudkannya, Bunda perlu mengekspresikannya secara bijaksana. Caranya adalah dengan memberikan apa yang terbaik, dan yang dibutuhkan Si Buah Hati. Sehingga, bukan hanya memberikan apa yang disukai atau diinginkan Si Buah Hati.

Cinta sejati Bunda juga terlihat saat Bunda tidak menjadi sosok yang over-protective terhadap Si Buah Hati, melainkan memberikan kebebasan padanya untuk berani bereksplorasi dengan tetap memberikan pengawasan yang wajar serta perlindungan dari dalam tubuhnya agar tetap sehat selama bereksplorasi.

Sesungguhnya peran Bunda dalam mendidik Si Buah Hati sudah dimulai sejak ia masih dalam kandungan. Apa yang Bunda perdengarkan, bacakan, atau alami selama kehamilan akan dirasakan pula oleh Si Buah Hati. Perasaan Bunda selama kehamilan akan dipelajari oleh Si Buah Hati dan kemungkinan besar akan diadopsi oleh Si Buah Hati menjadi bagian dari karakter emosinya.

Pendidikan (stimulasi) akan terus berlanjut saat Si Buah Hati sudah dilahirkan sampai seterusnya di sepanjang tahap tumbuh kembangnya. Pemenuhan kebutuhan Si Buah Hati di setiap tahap perkembangannya sangat penting untuk proses tumbuh kembang yang optimal.

Selain stimulasi, hal lain yang harus dipenuhi oleh Bunda di setiap tahap perkembangan Si Buah Hati adalah kecukupan nutrisi, attachment (kelekatan), dan eksplorasi.

Nutrisi penting sebagai penentu pertumbuhan. Kecukupan nutrisi seimbang akan membantu tumbuh kembang Si Buah Hati secara optimal, termasuk tumbuh kembang otak dan fisik Si Buah Hati. Manfaat lainnya adalah mendukung daya tahan tubuh Si Buah Hati. 

Nutrisi yang berperan untuk bantu cegah Si Buah Hati gampang sakit biasa disebut sebagai nutrisi perlindungan yang antara lain ditemukan dalam kandungan probiotik (L rhamnosus & B longum); serat pangan inulin; vitamin A, C, E; serta mineral selenium dan zink.

Attachment adalah ikatan emosional yang berkualitas antara Si Buah Hati dengan Bunda.  Kualitas hubungan antara Bunda dan Si Buah Hati sangat penting. Attachment dibangun terutama melalui sentuhan. Kualitas yang baik akan mendukung perkembangan emosi Si Buah Hati secara positif.

Attachment dengan Bunda akan menumbuhkan perasaan hangat, rasa percaya, dan aman pada Si Buah Hati. Hal ini akan memengaruhi seluruh perkembangan psikologis Si Buah Hati di tahap perkembangan selanjutnya. Hubungan yang berkualitas antara Bunda dan Si Buah Hati juga menunjang perkembangan keterampilan sosial yang baik pada Si Buah Hati.

Stimulasi adalah pemberian rangsangan dari lingkungan yang memancing respon tertentu. Stimulasi dibutuhkan untuk mengembangkan seluruh aspek kecerdasan dalam diri anak, meliputi aspek kognisi, fisik, dan psikososial. Si Buah Hati membutuhkan stimulasi yang mengutamakan rasa nyaman, aman, dan menyenangkan.

Bentuk stimulasi bisa dimulai dari hal sangat sederhana yang bisa Bunda lakukan, antara lain dengan cara memeluk, menggendong, menatap mata Si Buah Hati, dan mengajaknya berbicara atau tersenyum. Ketika masuk ke usia toddler, stimulasi bisa dilakukan melalui kegiatan bermain seperti menggambar, mewarnai bersama dengan cat air, dan bermain menyusun balok-balok.

Eksplorasi adalah stimulasi yang dilakukan secara bebas dan aktif di luar ruang antara lain berbagai kegiatan outdoor, olahraga, bermain bersama teman, dan permainan edukatif lainnya. Kegiatan di luar ruang yang aktif dan bersentuhan dengan alam adalah hal yang baik untuk dilakukan.

Selain dapat meningkatkan pengetahuan Si Buah Hati, eksplorasi juga dapat melatih rasa percaya diri dan kemandirian Si Buah Hati, lho! Simulasi digital adalah sarana yang boleh digunakan untuk melengkapi proses stimulasi yang ada.

Dengan catatan, stimulasi digital tidak boleh menggantikan stimulasi riil, karena bagaimana pun stimulasi riil merupakan bentuk stimulasi yang terbaik. Dengan demikian, penggunaan stimulasi digital harus sangat bijaksana dan dipantau ketat oleh Bunda.

Bunda bisa memberikan pelengkap nutrisi, seperti Susu DANCOW 1+ Nutritods. Ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

 

Artikel ini ditulis oleh dra. Ratih Ibrahim, MM., Psi

 

Image Article
Cinta Bunda, Cinta Sejati
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Kenali 3 Milestone Si Buah Hati di Usia Sekolah

Published date

Kebanyakan Bunda paham mengenai perkembangan fisik, motorik, maupun sensorik Si Buah Hati hingga berusia dua tahun. Mulai dari usaha Si Buah Hati duduk tanpa sandaran di usia 3-6 bulan, merangkak pada umur 7-12 bulan, hingga berlari serta belajar kontrol buang air kala 2 tahun.

Namun bagaimana dengan milestone anak yang sudah mencapai usia 5 tahun? Apa saja titik perkembangan Si Buah Hati di usia tersebut? Menurut buku Superbook for Supermom yang ditulis oleh Tim Grup Sharing ASI-MPASI, titik perkembangan Si Buah Hati kala berumur 5 tahun bisa dilihat dari tiga kategori:

1. Mental

Pada sisi ini, Si Buah Hati akan mampu menceritakan peristiwa yang telah terjadi; menanyakan pertanyaan yang rumit, tidak sekadar “kapan”, “apa”, dan “di mana”. Juga mampu menggunakan kalimat panjang dengan menggabungkan berbagai ide dan tata bahasa yang kompleks.

2. Fisik/Motorik/Sensorik

Si Buah Hati yang telah mencapai umur 5 tahun akan lihai naik-turun tangga dengan menampakkan satu kaki di setiap anak tangga. Ia pun sudah mampu menuliskan namanya sendiri, serta menyukai makanan tertentu, terutama menu yang sudah sering dirasakan.

3. Sosial/Emosional

Secara emosi, Si Buah Hati dapat menyembunyikan emosi dalam situasi sosial. Terkadang, ia mendominasi teman main atau didominasi oleh teman mainnya. Si Buah Hati juga akan bermain dengan anak lain yang memiliki kesamaan dan ketertarikan.

Sementara Lely Noormindhawati menuliskan dalam bukunya, 8 Tahun yang Menakjubkan, bila terdapat sejumlah karakteristik Si Buah Hati yang menonjol di usia sekolah. 

Mulai dari memiliki konsep diri, cenderung egosentris, lebih aktif dan energik, serta berimajinasi yang tinggi. Ia juga mempunyai berjiwa bereksplorasi, rasa ingin tahu yang tinggi, juga lebih ramah ketimbang sebelum mencapai usia ini.

Umumnya, Si Buah Hati juga berusaha menjadi mandiri. Sehingga ia merasa sudah bisa mengerjakan segala sesuatu tanpa keterlibatan orang lain. Meski demikian, Si Buah Hati tetap membutuhkan kasih sayang dan dukungan Bunda.

Dukung perkembangan anak usia sekolah dengan memberikan DANCOW 5+ Nutritods. Ini merupakan susu pertumbuhan yang mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zink, vitamin C, vitamin B6, B12, biotin, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Bunda, Kenali Milestone si Kecil di Usia 5 Tahun
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Pentingnya Mengelola Keuangan Si Buah Hati Pasca Lebaran

Published date

Hari Raya Idul Fitri merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mengapa tidak, di masa inilah orang berbondong-bondong pulang kampung untuk bersilahturahmi dengan keluarga besar, mungkin saja termasuk keluarga Bunda.

Bagi mereka yang tidak mudik, Lebaran pun menjadi momen liburan yang tak kalah mengesankan. Namun, tak sedikit orang yang terlalu bersemangat menyambut hari besar ini hingga lupa untuk memperhitungkan pemasukan dan pengeluaran. 

Hasilnya, kondisi keuangan pasca Lebaran pun menjadi tiris, membuat Ayah dan Bunda jadi kelimpungan. Untuk menghindari hal itu, perencana keuangan Prita Hapsari Ghozie SE, MCom, GCertFP, CFP menyarankan agar Bunda dan Ayah  mengelola dengan tepat  keuangan pasca Lebaran. Mengapa? 

Sebab tanpa pengelolaan keuangan yang tepat, bisa jadi muncul risiko Bunda dan keluarga mengalami kesulitan finansial untuk memenuhi kebutuhan hidup. "Itu terjadi lantaran Bunda menggunakan banyak dana untuk memenuhi kebutuhan Lebaran yang harganya meninggi dibanding bulan biasa," ujarnya.

Lalu, apa keuntungannya jika Bunda dan Ayah melakukan perencanaan keuangan untuk menghadapi situasi pasca Lebaran? Menurut Prita, pengaturan keuangan ini akan membuat Ayah dan Bunda tetap dapat memenuhi kebutuhan hidup secara ideal. 

Apalagi pengeluaran menjelang, saat, atau setelah Lebaran kemungkinan besar lebih tinggi ketimbang hari-hari sebelumnya.

"Nah, waktu yang tepat untuk mengelola keuangan pasca Idul Fitri adalah sebelum Bunda melakukan belanja Lebaran. Sehingga penghasilan yang diperoleh, baik dari gaji, bonus, dan THR bisa dialokasikan untuk kebutuhan Idul Fitri, pasca lebaran, dan kebutuhan Lebaran Idul Adha," menurut Prita.

Kalau tidak sempat mengelola keuangan jauh sebelum Lebaran, Bunda dan Ayah tetap bisa melakukan pengaturan setelah momen Lebaran dan liburan. Misalnya, Bunda melakukan pengelolaan dengan menghemat belanja sesuai kecukupan dana yang tersisa. 

Sementara jika Bunda merasa kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan seperti biasanya, maka perlu ada pengaturan ulang keuangan keluarga agar pengeluaran kembali terkontrol, lanjutnya.

"Dalam perencanaan keuangan pasca Lebaran, pos yang harus diprioritaskan adalah pos kebutuhan pokok seperti makanan bergizi selama 1 Bulan kebutuhan susu Si Buah Hati hingga dana pendidikan jika Si Buah Hati sudah memasuki usia sekolah . Sementara itu,  Bunda juga perlu mengurangi pengeluaran yang bersifat konsumtif untuk tiga bulan ke depan jika dirasa tidak perlu," ujar Prita Gohzie.

Selain Lebaran, Bunda dan Ayah tetap perlu mengatur keuangan keluarga secara berkala. Tujuannya agar Ayah dan Bunda bisa memastikan bila pendapatan bulanan keluarga bisa memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, juga kebutuhan rekreasi dan tetap dapat menabung untuk dana pendidikan Si Buah Hati.

"Mengatur keuangan keluarga secara berkala juga memungkinkan Ayah dan Bunda untuk memiliki tabungan dana tak terduga," tambah Prita. "Ini penting, sehingga Bunda dan Ayah selalu mempunyai persiapan dana untuk segala hal yang di luar perkiraan," ujarnya.

Nah, bagaimana Bunda? Sudahkah Bunda mengatur keuangan keluarga setelah Lebaran berlalu? Bila ya, jangan lupa juga untuk mulai mengatur keuangan keluarga secara berkala.

Dukung perkembangan Si Buah Hati dengan memberikan Susu DANCOW 3+ Nutritods. Ini adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Mengelola Keuangan Pasca Lebaran Penting Loh Bunda, Ini Sebabnya!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Adik Lahir Dari Mana?

Published date

Membicarakan soal seksualitas dengan  Si Buah Hati memang tidak mudah. Itu yang menjadi alasan tak sedikit orang tua akhirnya memilih untuk tidak membicarakannya. Padahal, Bunda dan Ayah harus menjadi orang yang pertama yang menceritakan mengenai seks pada Si Buah Hati.

Mungkin Si Buah Hati pernah melontarkan pertanyaan seperti ini: “Adik lahir dari mana? Bagaimana cara membuat adik? Menstruasi itu apa? Dan sebagainya. Pertanyaan itu hanya sebagian kecil pertanyaan yang sering muncul dari anak seputar seksualitas dan kesehatan reproduksi.

Biasanya Bunda Ayah  akan kebingungan merespons pertanyaan itu. Atau, orangtua merespons dengan cara tidak menjawab, mengalihkan pembicaraan, menjawab tapi bukan jawaban yang benar, atau mengatakan itu pertanyaan tak sopan, dan sebagainya. Sebagian orang tua menganggap itu tabu dibicarakan.

Sebabnya, selama ini masyarakat menilai seksualitas terkait dengan hanya hubungan kelamin atau hubungan seks sehingga pendidikan seksualitas diartikan dengan mengajarkan hubungan seks.

Padahal pandangan tersebut tidaklah tepat. Pendidikan seksualitas menyangkut berbagai hal yang lebih luas. Mulai pengenalan identitas diri dan jenis kelamin, hubungan antara laki-laki dan perempuan, organ-organ reproduksi dan fungsinya serta bagaimana menjaga kesehatannya pengenalan emosi dan bagaimana mengendalikannya, keterampilan menghindarkan diri dari kekerasan seksual dan lain-lain.

Lalu, mengapa anak perlu mendapatkan pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi? “Kalau kita mau memperhatikan, kasus kekerasan seksual pada anak terjadi berulang kali karena anak tidak tahu dan tidak menyadari bahwa perlakuan orang dewasa menyentuh bagian privat bahkan merundung atau melecehkan secara seksual, adalah perlakuan yang salah. Anak tidak pernah diajarkan mengenal bagian tubuhnya yaitu alat kelaminnya. Anak juga tidak dikenalkan bagian privat mana yang boleh dan tidak boleh disentuh. Anak juga tidak mengetahui mana sentuhan yang aman dan tidak aman sehingga tidak tahu caranya mempertahankan diri bila mengalami perlakuan yang  membahayakannya,”demikian menurut dr. Bernie Endyarni Medise, SpA (K), MPH,

Bila Si Buah Hati tidak dibiasakan berbicara secara terbuka kepada orangtua mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi maka mereka akan tertutup dan akan mencari sumber lain. Masalahnya, sumber lain tersebut bisa jadi menyesatkan dan tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

“Maka pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi memang dibutuhkan dan perlu dikenalkan sejak dini kepada anak untuk mencegah permasalahan perundungan seksual pada anak yang angka kejadiannya terus memprihatinkan,” lanjut dokter anak di Divisi Tumbuh Kembang—Pediatri Sosial, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI–Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini.

Dokter Bernie lalu memberikan saran, bagaimana mengedukasi seksualitas pada Si Buah Hati.

*Memberikan pengetahuan tentang nama-nama dan fungsi / kegunaan anggota tubuh sedini mungkin. Misalnya mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, vagina / penis untuk buang air kecil dan lain sebagainya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyebutkan nama dan fungsi anggota tubuh yang dipegang atau disentuh oleh orangtua. Misalnya selagi memandikan, Bunda Ayah disarankan untuk selalu berbicara dengan Si Buah Hati agar dapat memberikan rasa nyaman.  

Dalam hal ini Bunda Ayah perlu menghindari istilah-istilah yang tidak benar untuk memberi nama alat kelamin, karena hal itu akan membingungkan anak, misalnya  memberi nama alat kelamin anak perempuan dengan ”dompet” atau nama alat kelamin laki-laki dengan ”burung”, hal ini akan menyebabkan anak bingung kalau menghadapi  dompet atau burung yang sebenarnya. Jadi gunakanlah istilah-istilah sebenarnya seperti ; kelamin atau kemaluan, penis, vagina, payudara dan sebagainya

*Menanamkan pengetahuan tentang kebersihan diri. Bunda Ayah perlu mengenalkan sejak dini mengapa hal ini penting. Misalnya mandi, mengapa orang harus mandi, bagaimana cara mandi yang benar (misalnya orang sehat mandi dengan cara menyiram seluruh badannya dengan air bersih, sedangkan orang sakit hanya mengelap badannya dengan air hangat). Dilanjut dengan pentingnya membersihkan rambut (bersampo) secara berkala. Lalu keluar dari kamar mandi tubuh harus dalam keadaan tertutup. Misalnya ditutup dengan handuk atau sekalian sudah memakai baju bersih saat keluar dari kamar mandi.

Kebersihan diri juga mencakup menyikat gigi, berganti baju dan celana dalam setiap mandi, dan meletakkan baju kotor pada tempat tersendiri. Mencuci tangan dan kaki setelah bepergian dan sebelum tidur. Juga mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, setelah buang air dan setelah makan dengan air bersih.

*Mengajarkan secara khusus kebersihan dan perawatan alat kelamin untuk anak laki-laki dan perempuan. Misalnya membersihkan alat kelamin dan anus setelah buang air besar dan kecil.  Pada anak perempuan, dari atas ke bawah atau dari vagina ke arah anus. Hal ini untuk mencegah kotoran dari anus masuk ke vagina.

Setelah itu keringkan alat kelamin dengan handuk kering. Jangan lupa cuci tangan kembali dengan air bersih.

Pada anak yang lebih besar, dianjurkan untuk sunat bagi laki-laki sembari dijelaskan pentingnya sunat. Misalnya untuk menjaga kebersihan penis.

*Mengajarkan sentuhan aman dan tidak aman. Kasus kekerasan dan perundungan (pelecehan)  pada anak kerap terjadi karena anak tidak menyadari bahwa perlakuan orang dewasa menyentuh bagian pribadi adalah perilaku yang salah. Untuk itu Si Buah Hati perlu diberikan pemahaman bahwa tubuh mereka adalah milik mereka sendiri. Tubuh harus dijaga dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Dalam memberikan pemahaman kepada anak, perlu dijelaskan bahwa pada tubuh kita ada bagian-bagian yang bersifat pribadi seperti payudara, vagina, penis, pantat dan paha. Oleh karenanya, tidak sembarangan orang boleh menyentuhnya apalagi memegang bagian itu dengan alasan yang tidak jelas. Misalnya Bunda boleh memegang anus untuk membersihkan setelah buang air besar. Begitu juga sebaliknya, kita dapat mengajarkan kepada anak agar tidak menyentuh atau memegang bagian yang bersifat pribadi dari tubuh orang lain.

*Memberikan dasar-dasar pendidikan agama dan etika. Pendidikan agama menjadi hal utama dan pertama yang harus diperhatikan. Agama adalah benteng dan tameng pertahanan. Kedua orang tualah yang bertanggung jawab mengajarkan agama pada buah hatinya. Begitu juga etika. Hal ini membantu kita untuk menghormati orang lain, termasuk tidak menyentuh wilayah pribadinya.

Membangun hubungan yang hangat dengan rasa aman. Bunda dan Ayah perlu menjadi pembaca dan pendengar yang baik bagi Si Buah Hati. Biasakan membaca bahasa tubuh, mimik anak, tebak perasaan dan perilakunya. Biasakan bertanya dengan pertanyaan yang bukan dijawab dengan ya atau tidak.

Jadilah orangtua yang bisa ditanya oleh Si Buah Hati agar ia dapat bertanya segala hal yang ingin dia ketahui tanpa harus penasaran dan bertanya kepada orang/media yang tidak tepat.         

Bunda dan Ayah juga dapat menggalang kerja sama dengan guru di sekolah, pengasuh anak dan lingkungan dalam membentengi Si Buah Hati terhadap “ancaman” dari pihak luar yang dapat membahayakannya. (*)

Bunda yuk baca juga artikel tentang pendidikan seks untuk Si Buah Hati di artikel "Lindungi Si Buah Hati dari Pelecehan"

 

Image Article
Bunda, Adik Lahir Dari Mana?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Menabung dan Investasi Kembali untuk Pendidikan Si Buah Hati

Published date

Tahun ajaran baru sudah dimulai, Bunda. Seperti biasanya, Bunda dan Ayah membutuhkan banyak anggaran untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Si Buah Hati di tahun ajaran baru ini. Apalagi bila Si Buah Hati baru saja memulai pendidikan formalnya. 

Bunda dan Ayah harus mengeluarkan biaya untuk pendaftaran sekolah, biaya seragam serta buku, dan dana guna kebutuhan lainnya. Biaya besar itu tentu perlu Bunda dan Ayah rencanakan dan persiapkan jauh-jauh hari, sehingga tidak membebani kondisi keuangan keluarga.

Hal ini sejalan dengan saran perencana keuangan, Prita Hapsari Ghozie SE, MCom, GCertFP, CFP. dalam live chat bersama DANCOW, Prita Hapsari menyatakan bila dana pendidikan di Indonesia, terutama di sekolah favorit, tergolong besar. Ini bisa memberatkan keuangan keluarga bila Ayah dan Bunda tidak mencicil tabungan atau berinvestasi jauh-jauh hari. "Terlebih dengan tingkat inflasi yang tinggi, dana pendidikan bisa meningkat secara signifikan," kata Prita.

Kapan Sebaiknya Merencanakan Tabungan Pendidikan? 

Lalu, kapan sebaiknya Bunda dan Ayah mulai merencanakan dan menabung untuk pendidikan Si Buah Hati? Menurut Prita, hal itu perlu dilakukan sedini mungkin. Semakin panjang rentang periode menabung dan berinvestasi, bertambah kecil pula nominal cicilan yang perlu disisihkan setiap bulan, sehingga tidak memberatkan keuangan keluarga. "Bunda bisa memulai perencanaan dan menabung dana pendidikan sejak Si Buah Hati lahir," menurut Prita.

Untuk jenis simpanan bagi pendidikan Si Buah Hati, Bunda dan Ayah perlu menyesuaikannya dengan jangka waktu penyimpanan. Bila dana pendidikan akan dibutuhkan dalam waktu kurang dari 1 tahun ke depan, sebaiknya Bunda memilih tabungan. Sementara jika lebih dari 1 tahun, pilihlah investasi. "Kalau Bunda dana pendidikan baru dipakai lima tahun kemudian, Bunda bisa melakukan investasi emas atau mencoba di reksadana," kata Prita.

Tabungan pendidikan bisa Bunda pilih ketika Si Buah Hati akan masuk sekolah pada tahun berikutnya. Agar pengelolaannya jelas dan tidak tumpang-tindih dengan simpanan keluarga, ada baiknya tabungan itu disimpan dalam rekening terpisah. Sedangkan besaran uang yang harus Bunda dan Ayah simpan ke tabungan pendidikan adalah sekitar 10 persen dari penghasilan. "Porsi ini bisa meningkat apabila terdapat kelebihan dana," ujarnya.

Bagaimana Alokasi Pendapatan Tambahan? 

Lalu bagaimana kalau Bunda atau Ayah memperoleh penghasilan di luar gaji, seperti THR atau bonus. Untuk yang satu ini, Prita Ghozie menyarankan agar Bunda dan Ayah tidak membelanjakan seluruh penghasilan tambahan itu. 

Ada baiknya bila sebagian dana dialokasikan untuk tabungan dan investasi, terutama bagi simpanan pendidikan Si Buah Hati. "Sama seperti penghasilan tetap, setidaknya Bunda dan Ayah menyisihkan 10 persen dari bonus atau THR," ujar Prita.

Yang perlu Bunda ingat dalam merencanakan simpanan pendidikan Si Buah Hati adalah memperhitungkan faktor inflasi atau kemungkinan kenaikan biaya pendidikan per tahun. Bila tahun ini uang pendaftaran masuk ke PAUD/Playgroup X sebesar Rp 4 juta, bisa jadi dua-tiga tahun kemudian meningkat menjadi Rp 5-7 juta. "Untuk mengantisipasi itu, Bunda bisa memanfaatkan kalkulator finansial sehingga bisa menghitung cicilan investasi secara berkala," menurut Prita Ghozie.

Nah, Bunda sudah paham bila perencanaan dan tabungan pendidikan untuk Si Buah Hati sangat penting, bukan? Kini yang perlu Bunda dan Ayah lakukan adalah menjaga komitmen dalam menabung dan berinvestasi bagi pendidikan Si Buah Hati. 

Cara yang paling mudah yang dapat Bunda dan Ayah terapkan  adalah melakukan autodebet segera setelah menerima gaji bulanan dan menyimpannya  pada rekening berbeda. dengan begitu, tidak ada lagi kata lupa untuk menyisihkan uang tabungan bagi pendidikan Si Buah Hati.

Dukung kecerdasan dan pendidikan anak dengan melengkapi nutrisi Si Buah Hati, seperti memberikan DANCOW 3+ Nutritods. Ini adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Menabung dan Investasi Kembali untuk Pendidikan Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Menyapih Anak Umur Berapa? Kapan Waktu yang Tepat? Yuk, Simak!

Published date

Ketika Si Buah Hati sudah memasuki usia 1 – 3 tahun, Bunda mungkin mulai mempertimbangkan menyapih. Menyapih adalah saat Si Buah Hati mulai lebih banyak mengonsumsi makanan keluarga sebagai sumber gizi dan energi, serta semakin mengurangi menyusu sampai akhirnya berhenti. Nah, kira-kira berapa lama proses menyapih anak?

Mengingat tahap perkembangan anak bisa berbeda-beda, proses dan cara menyapih Si Buah Hati tidak selalu sama dan tidak dapat dipaksakan seperti anak-anak seusianya, waktu yang dibutuhkan untuk tahap menyapih anak dan proses menyapih anak tentu berbeda pula.

Berapa Lama Proses Menyapih Anak dan Kapan Waktu yang Tepat?

WHO dan UNICEF menganjurkan para ibu untuk menyusui dan memberikan ASI eksklusif kepada Buah Hati-nya sampai usia enam bulan, kemudian dilanjutkan dengan pemberian MPASI dengan tetap melanjutkan pemberian ASI sampai usia dua tahun atau lebih.

Namun karena alasan dan pertimbangan tertentu, mungkin Bunda memilih menyapih Si Buah Hati setelah ia berusia satu tahun. 

Apa pun terkait waktu saat menyapih yang Bunda pilih, Bunda bisa berkonsultasi dengan konsultan laktasi untuk cara menyapih yang benar. Jika Bunda memilih untuk menyapih karena sudah saatnya, maka Bunda bisa menanyakan kepada konsultan laktasi tentang proses menyapih anak dan berapa lama proses menyapih anak serta apa saja yang perlu dilakukan dan dipersiapkan untuk menyapih.

Persiapan Menyapih Si Buah Hati

Sebelum menentukan waktu yang tepat untuk menyapih anak, berikut ini adalah beberapa tanda yang perlu di cek:

  • Dapat duduk dan berdiri dengan tegak.

  • Sudah bisa berjalan dan bergerak makin aktif.

  • Sudah minum menggunakan cangkir.

  • Minat menyusu mulai berkurang; ditandai dengan waktu menyusu yang lebih pendek serta lebih sering memainkan puting payudara Bunda dibandingkan menyusu. 

Selain memperhatikan kesiapan Si Buah Hati, Bunda juga perlu memastikan asupan gizinya sudah seimbang dan tercukupi lewat makanan keluarga. Bunda disarankan memberikan aneka menu keluarga dengan kandungan gizi yang seimbang dan bervariasi. 

Walaupun Si Buah Hati sebenarnya sudah siap, tapi para ahli perkembangan anak bisa menganjurkan agar Bunda menunda dulu untuk menyapih dengan alasan sebagai berikut:

Si Buah Hati atau Bunda sedang sakit

Menyapih akan lebih mudah dan lancar jika baik Bunda dan Si Buah Hati berada dan kondisi yang sehat. Karena itu, sebaiknya tunda dulu menyapih jika salah satunya sedang sakit sampai sudah sembuh.

Ada riwayat alergi di keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa memapar Si Buah Hati dengan faktor-faktor pencetus alergi saat ia masih menyusu akan mengurangi risiko ia menderita alergi. Sebaiknya Bunda berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter anak mengenai hal ini.

Ada perubahan besar yang terjadi

Misalnya saja satu keluarga pindah rumah karena Ayah ditugaskan di kota lain, atau Bunda memutuskan untuk kembali bekerja di kantor, maka Bunda bisa menunda dulu untuk menyapih. 

Tips Menyapih Si Buah Hati

Jika waktu yang tepat untuk menyapih anak sudah tiba, maka Bunda bisa memulai proses menyapih. Beberapa tips yang diberikan berkaitan dengan menyapih Si Buah Hati adalah:

  1. Lakukan secara bertahap

Misalnya, mengurangi satu waktu menyusui dalam sehari, biasanya waktu menyusui tengah hari, lalu menjadi dua waktu dan seterusnya. Mengurangi menyusui secara bertahap juga membantu tubuh Bunda melakukan penyesuaian sehingga jumlah ASI di payudara juga semakin lama semakin berkurang.

  1. Ganti cara minum susu

Misalnya dengan mengganti aktivitas menyusui dengan minum susu pertumbuhan menggunakan cangkir. Biasanya Si Buah hati berusia toddler akan lebih tertarik untuk minum susu di dalam cangkir daripada menyusu.

  1. Alihkan perhatiannya

Bunda bisa mengalihkan perhatian Si Buah Hati dari menyusu dengan mengajaknya bermain atau melakukan aktivitas lain pada waktu-waktu ia biasa menyusu. Bisa juga Bunda menghilang pada saat waktu menyusu dan meninggalkannya dijaga dan beraktivitas bersama Ayahnya, pengasuhnya, atau anggota keluarga lainnya.

  1. Batasi akses bagi anak

Hindari membuka dan mengenakan pakaian saat ada Si Buah Hati. Selain itu, kenakan pakaian yang membuat akses Si Buah Hati ke payudara menjadi lebih sulit. Ini bisa dilakukan sebagai cara menyapih anak yang susah.

  1. Sesekali penuhi keinginannya

Jika Si Buah Hati sangat ingin menyusu sampai menangis, maka Bunda bisa memenuhi keinginannya. Karena jika dilarang, ia malah akan semakin fokus ke keinginannya menyusu dan menjadi semakin rewel. Setelah itu, alihkan perhatiannya dengan hal- hal lain.

Baca Juga: Kenapa Anak Susah Disapih? Simak di Sini!

Efek Emosional setelah Proses Penyapihan

Proses menyapih anak tentu akan menimbulkan efek emosional. Proses menyapih bisa saja mengurangi bonding Bunda dan anak, terutama jika proses penyapihan dimulai saat anak berusia kurang dari enam bulan . Penelitian juga membuktikan bahwa penyapihan yang dilakukan terlalu awal bisa membuat anak mengalami peningkatan rasa cemas dan agresi. Untuk mengatasi hal tersebut, Bunda perlu melakukan proses penyapihan secara bertahap agar anak tidak kaget dengan perubahan yang terjadi. 

Efek emosional bukan hanya bisa dirasakan oleh si Buah Hati, tapi juga oleh Bunda. Beberapa penelitian menunjukkan terjadinya depresi pasca menyapih dapat terjadi pada Bunda.  Untuk itu, dalam proses menyapih pastikan Bunda maupun si Buah Hati sudah siap, ya!

Efek Kesehatan Anak Setelah Proses Penyapihan

ASI adalah makanan terbaik untuk 1000 hari pertama kehidupannya. Setelah proses penyapihan, Bunda perlu memperhatikan asupan gizi Si Buah Hati dengan memberikan makanan bergizi.   Bunda perlu memberikan Si Buah Hati makanan padat kalori dan cukup protein adalah penting, dan tinggi kandungan vitamin A dan D, zat besi, dan seng harus ditekankan. 

Hal tersebut menunjukkan bahwa proses menyapih juga bisa berdampak pada status gizi anak, yang tentunya juga berpengaruh pada kondisi kesehatan mereka. Ketika anak kekurangan gizi, mereka bisa rentan terkena penyakit. 

Menyapih anak terlalu dini atau terlambat sama-sama bisa memicu malnutrisi. Jadi, Bunda perlu menentukan waktu yang tepat ketika menyapih Si Buah Hati. Teknik menyapih yang tidak efektif juga bisa berdampak sama. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak buruk pada perkembangan kognitif dan sosial, kinerja sekolah, dan produktivitas di kemudian hari. Untuk mengatasi hal ini, Bunda perlu mengetahui kapan waktu menyapih yang tepat untuk anak serta pola makan yang baik untuk Si Buah Hati selama dan proses penyapihan. 

Selain memperhatikan berapa lama proses menyapih anak, Bunda juga perlu memperhatikan kebutuhan gizi mereka agar tetap seimbang dan tercukupi setelah Bunda sapih. 

Hal yang terpenting adalah Bunda dapat memastikan bahwa masa penyapihan berlangsung nyaman bagi Si Buah Hati dan kebutuhan gizinya dapat terpenuhi.

Image Article
Kenali Waktu yang Tepat untuk Menyapih Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
On
Quiz Answer 1 A
Usia dua tahun
Quiz Answer 1 B
Usia tiga tahun
Quiz Answer 1 C
Tergantung kondisi serta kesiapan Bunda dan Si Kecil
Quiz Answer 1 D
Usia empat tahun
Quiz Answer 2 A
Duduk dan berdiri dengan tegak
Quiz Answer 2 B
Belajar jalan dan makin aktif
Quiz Answer 2 C
Bisa minum menggunakan cangkir
Quiz Answer 2 D
Semua benar
Quiz Answer 3 A
Protein
Quiz Answer 3 B
Kalsium
Quiz Answer 3 C
Lactobacillus rhamnosus
Quiz Answer 3 D
Semua benar
Quiz 1
Kapan sebaiknya mulai menyapih Si Kecil?
Quiz 3
Kandungan nutrisi di dalam DANCOW Advanced Excelnutri+ 1+:
Quiz 2
Tanda Si Kecil sudah siap disapih
Kunci Quiz 1
C
Kunci Quiz 2
D
Kunci Quiz 3
D