1-3 Tahun

Product Name
Dancow 1+ Imunutri

Cara Mendidik Anak yang Baik agar Suka Baca Buku

Published date

Bunda, membaca adalah aktivitas yang sangat penting dan dapat berdampak jangka panjang. Sementara kebiasaan membaca sejak usia dini akan mendorong Si Buah Hati tumbuh sebagai anak yang mudah mengungkapkan pendapat serta kritis terhadap sesuatu, ketika sudah dewasa.

Untuk itu, ada baiknya Bunda mengenalkan buku dan kegiatan membaca pada Si Buah Hati ketika usianya menginjak 1 tahun. Nah, agar Si Buah Hati gemar membaca, inilah cara jitu yang bisa Bunda lakukan.

1. Membacakan Cerita

Membacakan cerita kepada Si Buah Hati akan menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan dan banyak dampak positifnya. Misalnya Si Buah Hati menjadi lebih dekat dengan Bunda, menciptakan perasaan sayang, membuat hubungan Bunda dan Si Buah Hati semakin berkualitas, menanamkan moral pada Si Buah Hati, dan, tentu saja membuatnya menyukai buku.

Waktu yang tepat untuk membacakan cerita adalah menjelang waktu tidur Si Buah Hati. Pada saat ini, Si Buah Hati sudah dalam keadaan santai dan lebih fokus dalam mendengarkan suara Bunda. Meski di usia satu tahun Si Buah Hati belum terlalu mengerti akan cerita yang disampaikan, kegiatan membaca akan menambah kosakatanya.

2. Mendongeng Bersama

Cara baik mendidik anak salah satunya adalah melakukan aktivitas mendongeng dengan menggunakan alat peraga, misalnya boneka jari. Bunda bisa menciptakan dongeng sendiri atau yang sudah ada. Ketika mendengarkan dongeng, perhatian Si Buah Hati akan terarah pada Bunda. Sehingga tertarik untuk mendengar cerita Bunda.

Baca Juga: Perkembangan Motorik Kasar dan Halus

3. Jalan-Jalan ke Toko Buku

Mengenalkan buku dapat Bunda lakukan langsung ke sumbernya, seperti mengajak Si Buah Hati ke toko buku. Di sana, Si Buah Hati akan langsung melihat ribuan buku anak-anak. Bunda pun bisa memilih buku yang penuh warna, sehingga Si Buah Hati tertarik. Membuka-buka halaman buku langsung di toko buku, akan menjadi momen yang melekat di otaknya.

4. Memilih Buku Sendiri

Cara baik mendidik anak lebih mengenal buku adalah meletakkan beberapa buku di hadapannya. Biarkan dia memilih sendiri bukunya lalu Bunda jelaskan bila akan membacakan buku itu. Dengan demikian, Si Buah Hati mengerti bahwa benda itulah yang akan menjadi aktivitasnya saat itu.

Untuk mendukung anak gemar membaca buku, Bunda bisa memberikan susu pertumbuhan yang mengandung probiotik, seperti Susu DANCOW 1+ Nutritods. Ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Cara Mendidik Anak yang Baik agar Suka Baca Buku
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tamasya Bersama untuk Memicu Semangat Belajar Menulis Si Buah Hati

Published date

Si Buah Hati saat ini mencapai 5 tahun. Sudah masanya ia mempersiapkan diri untuk bersekolah. Mungkin pada saat ini pula Bunda bingung dengan beragam informasi berbeda tentang mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung bagi Si Buah Hati. Ada yang mengharuskan, ada yang melarang, dan ada yang di antara keduanya.

Dahulu, membaca, menulis, dan berhitung baru mulai diajarkan pada tahun pertama Sekolah Dasar. Saat itu usia masuk SD yang berlaku secara luas adalah 6,5 - 7 tahun. Tetapi sekarang, banyak SD yang mensyaratkan Si Buah Hati sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung untuk dapat diterima di sekolah tersebut.

Lalu apakah anggapan “lebih cepat lebih baik dalam pola mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung bagi Si Buah Hati, tepat? Sesungguhnya tidak pernah ada kata “terlalu dini” untuk belajar, selama aktivitas yang diberikan sesuai dengan usia dan tahapan perkembangan Si Buah Hati. Berdasarkan situs Ikatan Dokter Anak Indonesia, usia taman kanak-kanak adalah momen terbaik untuk memperkenalkan anak pada dasar-dasar baca-tulis atau pre-reading skills.

Untuk itu, Bunda bisa mulai mengenalkan huruf dan angka, memperdengarkan sajak berima, mencocokkan kata-kata dengan bunyi awal atau akhir yang sama seperti “buku” dan “bumi” “bawah” dan “sawah”. Apabila Si Buah Hati sudah dapat mengeja suku kata, misalnya “b-a, ba”, maka sebentar lagi ia akan dapat membaca kata-kata sederhana seperti, mama, lari, atau pagi.

Di usianya sekarang, Bunda juga dapat mulai memperkenalkan pada Si Buah Hati bagian-bagian dari sebuah buku. Misalnya, sampul depan, judul buku, nama pengarang, dan sampul belakangnya. Sehingga Si Buah Hati akan lebih akrab dengan tulisan dan rasa ingin tahunya pada tulisan-tulisan akan muncul.

Selanjutnya, Si Buah Hati akan mulai tertarik untuk menulis beberapa huruf dan angka. Juga semakin nyaman menggunakan alat tulis. Di momen ini, Bunda dapat memanfaatkannya dengan memberikan beberapa aktivitas menarik agar Si Buah Hati makin terampil menulis. Seperti tips di bawah ini:

  • Bunda dapat membelikan buku-buku meghubungkan titik-titik untuk membentuk huruf dan angka dengan gambar dan warna yang menarik buat Si Buah Hati.
  • Bunda dapat memberikan permainan mencari jalan atau maze, dan Si Buah Hati akan belajar menarik garis mengikutinya.
  • Ajaklah Si Buah Hati terlibat ketika Bunda ingin membuat daftar belanja, sehingga ia tertarik untuk belajar menulis.
  • Gunakanlah beberapa media untuk menulis kata, misalnya pasir atau tepung terigu.
  • Buatlah flashcards dan minta Si Buah Hati mengikuti bentuk huruf atau angka dengan menggunakan playdoh atau tanah liat.
  • Berikanlah Si Buah Hati sebuah buku catatan mini ketika akan melakukan perjalanan bersama, seperti ke rumah nenek atau bertamasya. Lalu mintalah Si Buah Hati menuliskan apa yang dilihat dan dirasakan, tidak masalah jika hasilnya hanya beberapa kata saja.
  • Buatlah sebuah buku dari beberapa kertas kosong yang Bunda satukan. Tempel/buatlah gambar-gambar yang saling berhubungan dan mintalah Si Buah Hati menuliskan cerita di setiap halamannya. Tulislah nama Si Buah Hati di halaman depan sebagai penulisnya.

Sebagai asupan nutrisi yang tepat bagi perkembangan otak Si Buah Hati, Bunda dapat memberikan susu DANCOW 5+ Nutritods. Susu ini mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zink, vitamin C, vitamin B6, B12, biotin, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Tamasya Bersama untuk Memicu Semangat Belajar Menulis Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Peran Kakek Nenek Dalam Tumbuh Kembang Si Buah Hati

Published date

Keberadaan Kakek Nenek memang tidak bisa dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan Si Buah Hati. Kakek-Nenek bisa menjadi salah satu sumber bantuan, dukungan, dan dorongan dalam merawat dan mengurus Si Buah Hati.

Masalah kasih sayang dari Kakek dan Nenek juga tidak diragukan lagi. Mereka dengan sepenuh hati akan memberikan yang terbaik bagi cucunya. Kedekatan hubungan antara cucu dengan Kakek dan Neneknya juga memiliki manfaat bagi kedua belah pihak. Bagi cucu, Kakek Nenek dapat melengkapi pemenuhan kasih sayang selain dari Bunda dan Ayahnya, yaitu untuk mendapatkan kasih sayang yang utuh dari keluarga besar dan orang-orang di sekelilingnya. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang akrab dan hangat hubungan kekeluargaannya, akan tumbuh menjadi anak yang penuh kepercayaan diri, dan hidupnya akan kaya dengan kasih sayang dan mereka biasanya juga akan menjadi orang yang pengasih.

Meski demikian, jika menyangkut urusan Si Buah Hati terkadang muncul masalah antara Kakek-Nenek di satu pihak serta Bunda dan Ayah di sisi lain. Contohnya menyangkut peraturan yang biasa diterapkan Si Buah Hati oleh Bunda dan Ayah, namun “dilanggar” oleh Kakek-Nenek karena mereka merasa punya aturan lain yang dianggap lebih baik buat Si Buah Hati. Inisiatif membuat aturan sendiri inilah yang rentan memercikkan api konflik antara Kakek-Nenek dengan orangtua Si Buah Hati.

Pola asuh yang tidak sejalan antara orangtua dan Kakek-Nenek, bisa membuat Si Buah Hati bingung harus mengikuti perkataan siapa, orangtua atau kakek-nenek yang sehari-harinya mengasuhnya.

Selain kebingungan, sikap mandiri dan disiplin juga sulit untuk terbentuk dalam diri Si Buah Hati. Tidak dapat dipungkiri, Kakek-Nenek cenderung memanjakan cucunya. Akibatnya Si Buah Hati cenderung lebih bersikap santai, kurang bisa menegakkan kedisiplinan, dan kurang mandiri. Mereka lebih suka merengek dan manja karena Kakek dan Neneknya, sehingga secara tidak sadar sikap itu jadi terbentuk dan tertanam.

Ketidakmandirian ini bisa berkembang dari hal-hal yang kecil, seperti tidak mau mandi sendiri, makan harus diambilkan atau bahkan disuapi, sampai dalam menyelesaikan masalah-masalah mereka sendiri. Ada lo, Kakek-Nenek yang malah membuatkan PR dari sekolah untuk cucunya.

Hal-hal inilah yang bisa membuat pertengkaran atau kekurangharmonisan hubungan antara anak dan orangtua. Bunda dan Ayah merasa Kakek-Nenek  tidak bisa mendukung pola asuh yang mereka terapkan pada Si Buah Hati. Sementara Kakek-Nenek menganggap Ayah Bunda adalah sosok yang “kejam” pada Si Buah Hati karena sering memaksakan kedisiplinan.

“Sebenarnya pola asuh Bunda dan Ayah serta Kakek-Nenek tidak ada yang salah. Contohnya, dalam hal keinginan untuk mendisiplinkan Si Buah Hati, Bunda dan Ayah zaman dulu dan zaman sekarang relatif sama. Namun, penerapannya bisa saja berbeda, apalagi kalau Kakek-Nenek merasa berhasil membesarkan anak-anaknya dengan pola asuh mereka dulu dan hasilnya positif. Tetapi kadang-kadang mereka tidak memperhitungkan bahwa kondisi saat ini berbeda dengan zaman dahulu. Maka jadilah timbul konflik,” ujar Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo MPsi.

Menurut Vera, konflik yang mungkin terjadi akibat perbedaan cara pandang dalam hal pengasuhan Si Buah Hati bisa diatasi dengan komunikasi dan kesepakatan seperti berikut :

  1. Membicarakan secara terbuka, sampaikan harapan terhadap Kakek-Nenek dalam merawat dan menerapkan pola asuh. Jelaskan kesepakatan Bunda dan Ayah tentang cara pengasuhan Si Buah Hati.
  2. Hargai pendapat Kakek Nenek bila mereka punya cara pandang yang berbeda. Tetapi tegaskan bahwa Bunda dan Ayah mempunyai tujuan mulia dari cara mengasuh Si Buah Hati.
  3. Ajak Kakek-Nenek untuk menambah pengetahuan tentang cara mengasuh Si Buah Hati, misalnya dengan mengajaknya mengikuti seminar perawatan dan pengasuhan Si Buah Hati, atau membaca majalah dan buku-buku serupa.
  4. Ajak Kakek dan Nenek berbagi peran dalam merawat dan mengasuh Si Buah Hati. Misalnya, Anda yang membuat aturan dalam merawat dan mendisiplin Si Buah Hati, sedangkan Kakek dan Nenek ikut mengawasi penerapannya.
  5. Jelaskan pada orangtua Anda bahwa perbedaan pola asuh akan menimbulkan kebingungan pada Si Buah Hati dan penerapan disiplin akan sulit berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
  6. Jalin keakraban dengan Kakek dan Nenek agar tidak terjadi perselisihan. Misalnya dengan mengajaknya makan di luar atau rekreasi bersama Si Buah Hati. Kalaupun sesekali terjadi perselisihan, hindari perselisihan secara terbuka di depan Si Buah Hati.

Bunda yuk baca juga artikel tentang interaksi Si Buah Hati dengan keluarga di artikel  "Yuk, Bangun Ikatan Emosional Si Buah Hati dengan Lingkungan Keluarga.

Image Article
Peran Kakek Nenek Dalam Tumbuh Kembang Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

3 Cara Mengasah Kecerdasan Si Buah Hati

Published date

Keinginan setiap Bunda dan Ayah mendapatkan anak yang cerdas sangat wajar. Namun tentunya semua ini tidak bisa didapat dengan instan. Ada stimulasi dan pola asuh yang dibutuhkan agar Si Buah Hati menjadi anak yang cerdas.

Kecerdasan selalu dihubungkan dengan kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang. Di bidang akademik, kecerdasan seorang anak dapat diukur lewat tes IQ.

Tes  IQ dapat mengukur kemampuan verbal, logika matematika, dan spasial, yaitu sejumlah kemampuan yang dikembangkan di dalam lingkup akademis. Hasil tes digambarkan dalam bentuk skor atau kategori skor.

Sebagai alat untuk mengukur potensi kecerdasan akademis, IQ tepat digunakan untuk meramalkan kesuksesan seorang anak di bidang akademis kelak.  Misal, Si Buah Hati dapat diukur sejumlah potensi akademisnya sehingga dapat ditentukan apakah ia siap atau tidak untuk masuk sekolah.

Setiap orang tua tentu ingin buah hatinya tak hanya sehat tapi juga cerdas. Bunda dan Ayah boleh jadi bangga bila buah hatinya meraih ranking terbaik di kelas. Atau, ketika mengetahui hasil tes IQ mencapai skor yang tinggi.

Menurut dr. Bernie Endyarni Medise, SpA(K), MPH, mewujudkan pribadi yang unggul dan cerdas di masa depan tidak bisa instan. “Ada sejumlah hal yang perlu dilakukan orang tua. Bahkan kalau menurut para ahli kesehatan, persiapannya sudah dimulai sejak sebelum kehamilan.”

Menurut berbagai penelitian, diyakini setiap individu dipengaruhi oleh faktor keturunan atau genetik. Akan tetapi, seberapa besar pengaruh genetik terhadap kecerdasan anak masih dalam perdebatan.

Di luar faktor genetik ini, sebenarnya ada hal lain yang sangat memengaruhi kecerdasan. “Hal ini sering kali luput dari perhatian kita bahwa lingkungan turut  berperan dalam intelegensi seseorang. 

Dalam hal ini, orang terdekat seorang anak, yaitu orang tua yang memegang peran penting dalam mengasah atau menstimulasi kecerdasan anak,” kata dokter anak di Divisi Tumbuh Kembang—Pediatri Sosial, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI–Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini.  Faktor lingkungan ini, justru lebih jelas memperlihatkan kontribusinya terhadap kecerdasan Si Buah Hati.

Lalu, bagaimanakah orang tua bisa memberikan suasana lingkungan yang kaya fasilitas penunjang kecerdasan, memberikan stimulasi pendidikan dan pelatihan yang memadai bagi buah hatinya? Dokter Bernie memberikan caranya;

1. Memahami Tumbuh Kembang Anak 

Bunda Ayah perlu memahami tahapan perkembangan yang normal pada anak sehingga dapat dijadikan patokan atau ukuran dalam menentukan apakah seorang anak sudah mampu mencapai tahap perkembangan seperti anak seusianya atau belum. 

Misal, pada bayi, bagaimana perkembangan kemampuan motor dan bahasa. Sementara pada usia balita, kemampuan ini berkembang menjadi kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa, hingga kemampuan personal, dan sosial. 

Pemahaman akan setiap tahapan tumbuh kembang anak akan menuntun Bunda dan Ayah mengetahui nutrisi terbaik dan stimulasi yang harus diberikan sesuai perkembangan usia Si Buah Hati.

2. Memerhatikan Kebutuhan Gizinya 

Periode emas seorang anak sebetulnya sudah dimulai sejak dirinya berada dalam kandungan ibunya. Periode ini semakin mencapai kecepatannya di usia toddler (1-3 tahun).

Selama masa tersebut, nutrisi dan stimulasi otak menjadi hal yang amat penting untuk diberikan kepada si buah hati karena ini merupakan masa terbaik untuk segala pembentukan kecerdasan Si Buah Hati.

Dengan pola makan bergizi seimbang, Si Buah Hati akan tumbuh dan berkembang optimal, termasuk kecerdasannya. Jika orang tua tidak memerhatikan periode kritis ini, kegagalan tumbuh kembang akan terjadi dan berlangsung permanen, yang akan terbawa terus hingga dewasa.

3. Memberikan Stimulasi dengan Kasih Sayang  

Pola asuh dan lingkungan yang penuh kasih sayang akan menjadi bekal terbaik bagi perkembangan intelektual dan emosional anak.Contohnya, Bunda dan Ayah memberi kesempatan pada Si Buah Hati untuk bereksplorasi seluas-luasnya karena hal ini akan mengasah kecerdasannya.

Orang tua juga memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi seluas-luasnya, karena akan memperkaya pengalaman emosionalnya. Misalnya, dengan cara berpura-pura melakukan permainan dan menjadi teman barunya.

Selain itu, di rumah juga perlu menerapkan disiplin dan mengajarkan sikap tanggung jawab pada hal-hal kecil. Misalnya, membereskan mainannya atau membiasakan membuang sampah pada tempatnya. Hal-hal kecil seperti ini jadi modal untuk hal lebih besar ke depannya.

Untuk mendukung kecerdasan anak, Bunda bisa memberikan pelengkap nutrisi seperti Susu DANCOW 1+ Nutritods. Ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Mengasah Kecerdasan Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

7 Tips Memilih Sekolah Untuk Si Buah Hati

Published date

Tahun ajaran baru masih akan dimulai di tahun depan. Namun, kesibukan memilih sekolah yang tepat untuk anak sudah dimulai sejak Oktober-November tahun ini. Open house sekolah untuk menarik minat orang tua dan anak bergantian digelar setiap pekan.

Berbagai pilihan pun disuguhkan di depan mata. 

Kali ini, pilihan tak cuma soal biaya dan jarak tempuh seperti yang dilakukan orang tua kita dulu saat kita kecil. Di kota-kota besar, pilihan tak sesederhana itu lagi meski keduanya juga tetap menjadi faktor pertimbangan utama.

Kita kian sering mendengar ragam sekolah, seperti sekolah unggulan, sekolah internasional, sekolah berbasis agama, sekolah dengan asrama, sekolah alam, sekolah bilingual, atau kombinasi antara dua dan tiga kategori ini. Lantas, mana yang harus dipilih? 

Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psikolog., mengatakan saat ini muncul berbagai macam sekolah dengan metode pengajaran yang beragam pula. Ini membuat pertimbangan orang tua untuk memilih sekolah tidak lagi sederhana.

Ragam sekolah yang muncul, menurut Vera sebenarnya, bermaksud mencoba menjawab harapan orang tua yang tidak terpenuhi dari sekolah publik yang sudah ada sebelumnya. Pada umumnya, sekolah-sekolah alternatif baru itu menawarkan konsep yang sama, yaitu mengedepankan kemampuan verbal anak dan mengasah kreativitas anak.

Namun, Vera mengingatkan untuk tidak teriming-imingi promosi program unggulan ini dan itu di suatu sekolah. Menurutnya, di tengah tawaran-tawaran yang menggiurkan, orang tua harus memegang prinsip ini dalam mengambil keputusan. Bunda-Ayah harus memilih sekolah untuk anak, bukan anak untuk sekolah. Ini yang utama dan penting bagi orang tua.

Untuk membantu orang tua memilih, Vera mengatakan, setidaknya ada beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam memilih sekolah yang tepat untuk Si Buah Hati.

1. Lihat Visi Misi Sekolah  

Visi misi sekolah akan menentukan kurikulum yang digunakan. Sesuaikah visi misi sekolah tersebut dengan pandangan pendidikan di keluarga dan harapan orang tua. 

2. Perhatikan Baik-Baik  

Mulai kita datang dan bertanya informasi apakah disambut dengan baik, ramah, dijelaskan dengan sabar. Atau malah sebaliknya tidak ada yang menyapa, tidak ramah, tidak paham info sehingga kita seperti di pimpong ke sana kemari. 

Pemikiran sederhana, jika ke kita saja tidak ramah apalagi nanti ke anak-anak kita? Mohon diingat bahwa guru adalah ujung tombak yang menentukan Si Buah Hati akan belajar dan bermain dengan menyenangkan atau tidak.

3. Perhatikan Kondisi Sekolah dan Lingkungan di Sekitarnya

Termasuk kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah. Cukup baguskah untuk mendukung proses belajar-mengajar yang menyenangkan bagi Si Buah Hati? 

Caranya mudah, pergilah ke toiletnya setelah lihat kelasnya, apabila toiletnya kotor, jorok dan bau, jelas bahwa sekolah tersebut tidak peduli pada kebersihan dan kesehatan anak-anak kita. Karena toilet adalah ukuran kebersihan sekaligus barometer kepedulian dari pihak pengelola terhadap institusi yang dipimpinnya.

4. Perhitungkan Jarak Sekolah dari Rumah 

Jangan sampai terlalu jauh sehingga Si Buah Hati lelah di jalan, ujung-ujungnya tidak semangat belajar.

5. Sesuaikan Sekolah dengan Karakter Si Buah Hati 

Vera mengatakan,Bunda-Ayah bisa menekan kemungkinan dampak Si Buah Hati menjadi enggan bersekolah atau school-phobia dengan mengenali  kebutuhan dan karakternya. 

Misalnya, Si Buah Hati yang suka bergerak cocok disekolahkan di sekolah yang kelasnya berpindah-pindah atau sekolah alam. Dalam memilih sekolah, bila perlu melibatkan Si Buah Hati dengan tujuan anak bisa belajar dengan menyenangkan.

6. Durasi Sekolah

Pengenalan akan karakter dan kebutuhan juga membantu mengenali durasi bersekolah dan komposisi durasi pengajaran di sekolah. Misalnya Si Buah Hati yang aktif bisa jadi menyukai durasi yang panjang di sekolah dengan waktu bermain dan belajar yang seimbang.

7.  Sesuai Budget

Pastikan Bunda Ayah memiliki sumber-sumber dana yang cukup untuk konsisten membayar ke depannya hingga Si Buah Hati menamatkan sekolah. Sekali lagi, biaya yang mahal tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas sekolah.

Di masa sekarang ini, saat memilih sekolah, tidak hanya sekedar fasilitas sekolah yang serba tersedia, orang tua juga harus cermat dan cerdas dalam memilihkan sekolah untuk Si Buah Hati. Sebabnya, sekolah yang tepat akan memberikan dampak yang besar bagi pertumbuhan dan kecerdasan Si Buah Hati. 

Dukung aktivitas sekolah Si Buah Hati dengan memberikan pelengkap nutrisi, seperti DANCOW 5+ Nutritods. Ini merupakan susu pertumbuhan yang mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zink, vitamin C, vitamin B6, B12, biotin, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

 

Daftar Prasekolah/TK

Prasekolah/TK Pusat Edukasi Prasekolah Putik

Jl Lingkar Duren Sawit Komplek PTB Duren Sawit Bl K-2/5

Jakarta Utara

(021) 8623117

 

TK Permata Bunda II

Jl Raya Alternatif Cibubur Km 1

Jakarta Timur

(0251) 8457673

 

TK At-Taqwa

Jl Daksinapati Raya 1 RT 011/14

Jakarta Timur

(021) 4705789

 

Prasekolah/TK Kepompong

Jl Bangka Raya 99-B

Jakarta Selatan

(021) 71790268

 

TK Mini Pak Kasur

Jl Cikini V/2

Jakarta Pusat

(021) 31938123

 

Sekolah Khusus TKLB B dan C Cempaka Putih

Jl. Pangkalan Asem No. 1, Cempaka Putih JakPus

Jakarta Pusat

(021) 4213734

 

Jakarta International Montessori School (Pre-school)

Puri Indah Blok D9 No.20-22, Jakarta Barat

Jakarta Barat

(021) 5805088/81

 

Sekolah Lare Alit (TK dan Prasekolah)

Jl. Terusan Jakarta No. 214 Antapani - Bandung, Jawa Barat

(022) 486521

 

TK/Prasekolah Karangturi

Alamat : Jl. Letjen MT Haryono No. 752-756 Semarang

 (024) 8451266, 8444934, 8447400

 

TK/Prasekolah Yogya Kids

Alamat : Jl. Pluit Sakti Raya 73, Jogjakarta

( 021) 6630168

 

Bandung Montessori Preschool

Jalan Dago Asri 21

Bandung

(022) 253457

 

Prasekolah Bukit Aksara

Jl. Prof. Sudarato SH No.40

Semarang

Tel (024) 7464107

Image Article
Tips Memilih Sekolah Untuk Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

7 Trik Menciptakan Waktu Berkualitas Bersama Si Buah Hati

Published date

Saat ini, semakin banyak Bunda yang bekerja di luar rumah.  Ada beragam alasan yang menyertainya seperti hendak mengamalkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah, mengembangkan keterampilan dan keahlian diri, menciptakan aktualisasi diri, atau membantu ekonomi keluarga.

Apa pun alasannya, yang sering menjadi dilema adalah bagaimana menciptakan waktu bersama anak di saat harus berperan ganda.

Kabar baiknya, Bunda yang berperan ganda, justru banyak memberikan dampak positif bagi perkembangan anak. Survei yang dilakukan sebuah perusahaan asuransi di Inggris, LV, bersama lembaga psikologi yang ada di London mengemukakan, ibu yang bekerja banyak mengajarkan arti tanggung jawab dan kemandirian pada anak.

Bunda yang bekerja juga mengenalkan pada anaknya hidup hemat karena untuk mendapatkan segala sesuatunya harus dibarengi kerja keras. Dengan penjelasan tentang bagaimana uang hasil jerih payah saat bekerja dapat digunakan untuk membeli berbagai benda, anak akan lebih berhati-hati terhadap permintaan mereka, dan lebih menghargai apa yang mereka miliki.

Bunda yang bekerja juga menjadi contoh dan teladan bagi anak-anak, terutama anak perempuan untuk bekerja lebih keras, dan berani menyelesaikan berbagai masalah dalam menghadapi tantangan yang berat bagi perempuan di masa depan.

Namun sekali lagi, di tengah berbagai keuntungan yang disebutkan di atas, lagi-lagi ketika Bunda mengurangi waktunya di rumah untuk bekerja di kantor, dikhawatirkan anak akan kehilangan perhatian dari orang tuanya. Beberapa Bunda cemas anaknya akan berubah menjadi anak nakal atau kurang perhatian.

“Perkembangan anak dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan emosi anak dan penerapan pengasuhan yang tepat dari kedua orang tuanya. Kasih sayang dan perhatian yang cukup merupakan sumber pemenuhan kebutuhan emosi anak, agar anak mampu menghadapi masalah atau tantangan yang ia temui, sekalipun sang ibu harus bekerja di luar rumah,” ungkap Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psikolog.

Trik Menciptakan Waktu Berkualitas dengan Si Buah Hati

Sesungguhnya hanya karena Bunda bekerja tidak berarti dirinya tidak dapat memiliki ikatan yang kuat dan penuh kasih dengan anak-anak. “Dalam situasi seperti ini, Bunda mungkin tidak memiliki banyak waktu dalam sehari dengan anak-anak, seperti yang dilakukan ibu lainnya, tapi itu tidak berarti Bunda tidak dapat terhubung dengan anak-anak dengan cara yang positif dan berarti. Jika kuantitas terbatas, maka kualitas menjadi harus lebih diperhatikan,” lanjut Vera.

Nah, bagaimanakah cara Bunda yang bekerja bisa mendapatkan waktu yang berkualitas bersama anak-anaknya, inilah yang disarankan Vera;

1. Lakukan Me Time Terlebih Dulu

Keluar dari kantor, persiapkan diri untuk menghadapi situasi di rumah. Jika diperlukan, luangkan waktu sekitar 10 menit untuk “me time” sambil melakukan perjalanan pulang, misalnya mampir ke mini market dekat rumah untuk sekedar beli minuman ringan. Persiapkan diri untuk menghadapi anak-anak yang sudah menunggu Bunda seharian.

2. Tentukan Waktunya

Tentukan kapan waktu khusus Bunda bersama Si Buah Hati sehingga ada komitmen dimana Bunda juga terdorong untuk memenuhinya. Misalnya sebelum anak tidur, Bunda akan meluangkan waktu untuk berbagi cerita atau mendongeng. Bagaimana jika Bunda pulang, Si Buah Hati sudah tidur? 

Bunda dapat lakukan di pagi hari, misalnya sempatkan bercengkerama sebentar dengan anak saat membangunkannya di pagi hari. Bisa juga menciptakan salam khusus saat Bunda berpamitan atau kebiasaan main tebak-tebakan via telpon di siang hari saat Bunda istirahat makan siang. Ritual ini akan membuat anak merasa ada ikatan khusus antara Bunda dan dirinya.

3. Jangan Mudah Emosi untuk Hal-Hal Kecil

Saat pulang ke rumah, Bunda mendapati kondisi rumah berantakan? Jangan habiskan energi untuk merasa stres atau emosi, apalagi untuk hal-hal kecil. Jika terjadi, segera cuci tangan dan membasuh muka, lalu tarik napas dalam-dalam atau biarkan diri berada di sebuah ruangan selama beberapa menit untuk rileks. Alih-alih marah, lebih baik habiskan waktu dan energi untuk bercanda bersama Si Buah Hati.

4. Peluk dan dengarkan Si Buah Hati

Setiap anak, tidak peduli berapa umurnya, membutuhkan sentuhan Bunda. Luangkan waktu saat di rumah untuk selalu dekat dengan anak. Lakukan kontak fisik seperti memeluk atau membelai karena kontak fisik sangatlah penting bagi anak untuk merasakan rasa sayang kita. 

Saat bersama Si Buah Hati, dengarkan cerita-ceritanya, bahkan bila ceritanya yang terdengar absurd atau konyol sekalipun. Kesediaan Bunda mendengarkan cerita akan membuka kesempatan Si Buah Hati untuk selalu terbuka pada orang tuanya.

5. Lakukan Aktivitas Bersama

Si Buah Hati mungkin bisa membantu mengelap sendok-garpu yang akan digunakan. Setelahnya mungkin Si Buah Hati bisa membantu membawa yang kotor ke tempat cuci. Pada anak yang lebih besar, Bunda bisa memintanya mengelap meja atau menyapu sisa makanan yang jatuh ke lantai. 

Setelah acara makan, lakukan permainan ringan seperti menata puzzle atau ular tangga yang intinya melibatkan kebersamaan Bunda dan Si Buah Hati. 

6. Matikan Gadget dan Televisi

Nikmati malam hari bersama anak-anak. Beri perhatian penuh pada anak karena ini sangat penting untuk membentuk ikatan dan kasih sayang.

7. Pertimbangkan untuk Mendapatkan Bantuan

Jika keuangan memungkinkan, pekerjakan asisten rumah tangga yang akan mengerjakan cucian, membersihkan rumah hingga menyiapkan makanan sehingga waktu Bunda bersama Si Buah Hati akan lebih banyak karena tak ditambahi dengan pekerjaan rumah.

Untuk mendukung perkembangan Si Buah Hati, Bunda bisa memberikan Susu DANCOW 1+ Nutritods. Ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Trik Menciptakan Waktu Berkualitas Bersama Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Menanamkan Nilai-nilai Sopan Santun pada Si Buah Hati

Published date

Setiap orangtua menginginkan buah hatinya tumbuh menjadi pribadi dengan karakter positif seperti cerdas, mandiri dan santun. Semua ini akan tercapai jika Si Buah Hati distimulasi dengan baik di sepanjang masa kanak-kanaknya.

Dalam buku Teaching Good Behaviour, Successful Parenting, terbitan Time Life Asia, 2000, disebutkan salah satu karakter positif yang diharapkan terbentuk pada Si Buah Hati adalah sikap sopan santun sejak dini.

Sikap ini penting mengingat Si Buah Hati nantinya akan hidup berdampingan dengan orang lain yang sama-sama punya kepentingan. Maka untuk bisa menjalani hal ini, modalnya adalah  kita perlu bersikap santun dan mematuhi aturan. Hal ini penting dikenalkan pada Si Buah Hati.

Lingkungan juga memberikan pengaruh besar dalam bersikap santun menghormati aturan. Lingkungan yang baik akan mendukung dan sejalan dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan pada Si Buah Hati.

Tentu setiap penjelasan mesti dibarengi dengan contoh dari orangtua. Dengan menghormati kepentingan orang lain dan patuh pada aturan, lama-kelamaan pada diri Si Buah Hati akan tumbuh sikap jujur, adil, menghormati hak orang lain,  bisa dipercaya, pemaaf, malu jika melanggar aturan, dan berani mengakui kekurangan serta kesalahan. Mengajarkan kesopanan pada Si Buah Hati bisa dilakukan dalam banyak cara seperti yang dicontohkan oleh Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo M.Psi.:

  1.  Saat anak masih balita adalah momen yang paling tepat untuk memperkenalkan nilai-nilai kesopanan pada mereka. Bunda dan Ayah bisa mulai mengajarkan dari hal-hal yang sederhana seperti mengucapkan kata maaf, tolong dan terima kasih kepada orang lain.
  2. Si Buah Hati sangat membutuhkan sosok figur atau panutan baik bagaimana berperilaku sopan dan itu bisa diawali dari Bunda dan Ayah sebagai orangtuanya. Tunjukkan dalam keseharian, bagaimana perilaku sopan santun yang diterima masyarakat. Jangan pernah lelah memberi contoh hingga anak-anak mampu menyadari betapa pentingnya berperilaku sopan dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Contoh-contoh perilaku santun dapat ditanamkan lewat mendongeng, melalui tokoh-tokoh yang disukai teman-teman atau lingkungannya karena selalu bersikap baik, menghargai, rendah hati.  Dengan demikian Si Buah Hati semakin memahami betapa pentingnya selalu bersifat sopan di mana pun ia berada.
  4. Jangan ragu memberikan apresiasi berupa pujian ketika melihat Si Buah Hati bersikap santun. Misalnya ketika melihatnya meminta tolong lalu berterima kasih. Pujian yang tulus dari orangtua akan membuat anak-anak semakin termotivasi untuk selalu berbuat sopan di manapun ia berada.
  5. Sikap sopan santun tidak lepas dari ajaran moral dan agama. Apa pun agamanya, keyakinan ini merupakan pilar utama bagi keluarga untuk mengenalkan anak tentang baik dan buruk. Dari situ anak juga akan memperoleh fondasi, bagaimana bersikap santun dan menghargai sesama.
  6. Sesering mungkin libatkan anak dalam interaksi sosial. Misalnya dengan mengajak berkunjung ke tetangga atau berkumpul dengan keluarga besar. Perlihatkan bagaimana Bunda dan Ayah memperlakukan orang-orang yang ditemui ini dengan sopan. Dengan demikian, Si Buah Hati dapat belajar langsung dengan cara melihat.
  7. Bunda dan Ayah perlu menjaga kata-kata dan perilaku di depan anak. Sebab, percuma menekankan anak harus berlaku sopan dan santun sedangkan orangtua sendiri tidak bersikap baik satu sama lain. Ingat, anak-anak adalah peniru sejati. Apa yang mereka lihat dan dengar, akan mudah ditiru.

Bunda yuk baca juga artikel mengenai sopan santun Si Buah Hati di artikel "Belajar Sopan Santun Sejak Dini Lewat Bermain Rumah-rumahan"

Image Article
Menanamkan Nilai-nilai Sopan Santun pada Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tips Mendampingi Anak Belajar Bereksplorasi untuk Bunda dan Ayah

Published date

Di usia emas, Si Buah Hati mulai memiliki rasa ingin tahu yang besar. Seperti menunjukkan antusiasmenya terhadap berbagai hal. Ini tentu hal yang baik untuk perkembangan otak dan karakternya.

Nah, dalam tahap ini Bunda dan Ayah memiliki peran penting untuk mendampingi anak belajar. Sebab untuk mencapai kesuksesan hidup, Si Buah Hati tidak hanya memerlukan kecerdasan kognitif yang bisa diukur dengan angka, seperti membaca atau berhitung, saja. Tetapi juga kecerdasan kognisi, seperti rasa kepercayaan diri, mudah bergaul, kreatif, dan berjiwa pemimpin.

Kecerdasan kognisi ini sendiri bisa diperoleh Si Buah Hati ketika bereksplorasi di alam bebas. Sementara keberadaan Ayah dan Bunda dalam masa eksplorasi tersebut dapat membantunya mengembangkan kecerdasan kognisi, serta menambah kelekatan (attachment) antara Ayah, Bunda, dan Si Buah Hati.

”Tapi saya tidak punya banyak waktu untuk mendampingi anak belajar, karena kesibukan saya.” Mungkin, hal inilah yang terlintas di pikiran Bunda.

Menurut psikolog anak Ratih Ibrahim dalam wawancara 7 Agustus 2015, sebenarnya, Bunda tidak harus menyediakan waktu 24 jam dalam sehari untuk mendampingi Si Buah Hati. "Cukup sediakan waktu dua atau tiga jam sehari, sebelum berangkat atau sesudah pulang dari kesibukan Bunda,” ujar Ratih.

Agar tidak kehilangan momen attachment dengan Si Buah Hati, Bunda bisa mengisi waktu untuk bercengkerama dengan Si Buah Hati, usia pulang bekerja. Di momen itu, Bunda bisa memberikan afeksi atau perilaku kasih sayang pada Si Buah Hati, seperti memeluk, mencium, menggelitik, mengelus, mengobrol, kelonan, main bersama, dan bersenda gurau.

Pada malam harinya, Bunda dapat mengantarkan Si Buah Hati tidur sambil membacakan cerita dongeng. Akhiri dengan kecup kening dan katakan bahwa Bunda sangat mencintainya.

Nah berikut beberapa cara mendampingi anak belajar dari Ratih untuk Ayah dan Bunda dalam mendampingi Si Buah Hati bereksplorasi:

a) Bunda dan Ayah harus perhatikan apakah eksplorasi yang dilakukan Si Buah Hati sudah sesuai dengan tahapan usia tumbuh kembangnya.

b) Agar Si Buah Hati termotivasi untuk aktif bereksplorasi, Bunda dan Ayah harus bisa menunjukkan kesenangan atau antusiasme yang tinggi saat berada di luar, mendampingi Si Buah Hati bereksplorasi.

c) Bunda dan Ayah tidak harus berbagi peran secara saklek. Namun jika Bunda dan Ayah bisa bersama-sama mendampingi Si Buah Hati, maka akan lebih baik. Bila sulit menghabiskan waktu bersama-sama, barulah berbagi peran.

Pembagian peran ini berdasarkan kemampuan Bunda atau Ayah dalam melakukan eksplorasi seperti yang dibutuhkan Si Buah Hati. Misalnya Ayah pandai memancing, maka saat Si Buah Hati memancing Ayah yang mendampingi. Atau Bunda pandai berenang, maka saat Si Buah Hati berenang Bunda yang mendampingi.

Kehadiran orang tua sangatlah bermakna dalam proses pertumbuhan Si Buah Hati. Mendampingi saat Si Buah Hati bereksplorasi, menjadi teman bermain, memastikan ia memiliki waktu untuk bermain yang cukup di sela jadwal aktivitasnya sehari-hari, dan sebagainya merupakan contoh yang dapat dilakukan Ayah dan Bunda dalam mendukung Si Buah Hati mengembangkan kreativitas dan kecerdasan kognisinya.

Image Article
Cara Mendampingi Anak Belajar Bereksplorasi untuk Bunda dan Ayah
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Serunya Berwisata Sambil Mengenal Bintang di Bosscha bersama Si Buah Hati

Published date

Apakah Bunda pernah mengajak anak memandang bintang di langit? Seberapa antusias dia terhadap benda langit yang terhampar di hadapannya? Apakah Si Buah Hati tertarik dengan sistem tata surya? Lalu, dia memiliki cita-cita untuk menjadi seorang astronot?

Tahukah Bunda kalau ada cara lebih seru mengenalkan benda langit pada Si Buah Hati dengan cara yang lebih menyenangkan? Ajaklah dia ke tempat wisata yang menawarkan kegiatan pengamatan bintang dan benda langit lainnya. Salah satu lokasi menarik yang bisa menjadi tujuan rekreasi buat keluarga Bunda adalah Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung, Jawa Barat.

Observatorium Bosscha merupakan fasilitas penelitian astronomi milik Institut Teknologi Bandung. Kegiatan utama di gedung penelitian ini adalah untuk penelitian dan pendidikan. Namun, Bosscha juga memiliki program pengabdian masyarakat yang diantaranya adalah menerima kunjungan masyarakat umum.

Kalau berkunjung ke Bosscha pada siang hari, Bunda dan Si Buah Hati bisa melihat Matahari dengan teropong surya. Pada Mei hingga Oktober, Bosscha juga menerima kunjungan wisatawan pada malam hari. 

Bila Bunda mengajak anak datang ke observatorium pada malam hari, maka berkesempatan meneropong permukaan bulan dengan lebih jelas. Selain itu, Bunda dan Si Buah Hati juga bisa mengamati bintang dengan jumlah yang jauh lebih banyak dibanding bila melihat langsung dengan mata telanjang di lapangan terbuka.

Selain pengalaman berharga, Bunda dan Si Buah Hati juga akan mendapat banyak pengetahuan baru tentang astronomi dari pemandu wisata. Pengunjung juga akan diajak melihat cara kerja teleskop Zeiss, instrumen utama yang digunakan untuk berbagai penelitian astronomi. 

Setelah kunjungan di dalam observatorium berakhir, anak bisa bermain di Taman Bunga Bosscha dan merasakan kesejukan udara Lembang. Jadi, Bunda jangan ragu untuk mengajak anak ke tempat wisata yang memberikan kesempatan untuk bermain sambil belajar. Mengajarkan sains pada Si Buah Hati haruslah dengan cara mendidik yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 

Sebab, pada usia ini, anak belum mampu berpikir abstrak, maka dibutuhkan peran orang tua untuk membimbingnya belajar yang konkrit dalam mengenalkan sains padanya.

Tujuan proses belajar sains pada anak usia dini adalah untuk proses belajar Si Buah Hati agar dapat memahami arti dari sains secara menyeluruh. Kemudian dia dapat menerapkannya dalam memecahkan masalah yang dihadapi di kemudian hari.

Dukung eksplorasi anak dengan memberikan DANCOW 5+ Nutritods yang mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zink, vitamin C, vitamin B6, B12, biotin, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Serunya Berwisata Sambil Mengenal Bintang di Bosscha bersama Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tips Persiapkan Si Buah Hati di Usia Pra Sekolah

Published date

Tahukah Bunda, saat Si Buah Hati menginjak usia pra sekolah, ada dua jenis kesiapan yang harus kita perhatikan lho? Pertama adalah kesiapan fisik-biologis dan kedua adalah kesiapan mental-emosional . Kesiapan fisik-biologis merupakan kemampuannya dalam mendengar, melihat, bicara, bergerak dengan lincah, juga terampil sesuai usianya. Sedangkan kesiapan mental-emosional adalah keceriaannya, kemandirian, sikap interaktif, mengerti perintah, dan berperilaku baik sesuai usianya.

Kesiapan fisik-biologis dan mental-emosional ini penting untuk dipersiapkan sejak usia pra sekolah. Caranya adalah dengan mencukupi 3 (tiga) kebutuhan pokok sejak dini, yaitu: kebutuhan fisik-biologis, kasih sayang, dan stimulasi.

Bunda, kebutuhan fisik-biologis dipenuhi dengan cara memberi Si Buah Hati nutrisi yang cukup, beragam, dan seimbang yang berasal dari konsumsi makanan padat serta dilengkapi dengan susu pertumbuhan. Selain itu, diperlukan juga imunisasi,  kebersihan badan dan lingkungan tempat tinggal, pengobatan, serta bermain dan bereksplorasi aktif. Kebutuhan fisik-biologis ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan fisik Si Buah Hati lho, termasuk otak, alat penginderaan, dan alat gerak  yang kemudian juga akan berpengaruh pada berbagai kecerdasan anak.

Sementara itu, kebutuhan kasih sayang dapat dipenuhi dengan cara memberikan Si Buah Hati rasa aman dan nyaman, serta perasaan dilindungi, diperhatikan, dihargai, serta didengar pendapatnya, Bunda sebaiknya tidak banyak memakai hukuman dan kemarahan, tetapi lebih banyak memberinya contoh-contoh dengan penuh kasih sayang dan kegembiraan. Kebutuhan kasih sayang ini ternyata punya pengaruh besar lho terhadap kemandirian dan kecerdasan emosi Si Buah Hati.

Nah, kebutuhan yang terakhir adalah kebutuhan stimulasi. Kebutuhan ini dipenuhi dengan cara bermain bersama Bunda yang meliputi berbagai permainan yang bisa merangsang semua indera Si Buah Hati di usia pra sekolah, termasuk pendengaran, penglihatan, sentuhan, membau, dan mengecap. Selain itu juga merangsang gerakan motorik kasar dan halus, merangsang kemampuan berkomunikasi, serta merangsang kreativitas Si Buah Hati . Kebutuhan stimulasi bermain sejak dini ini punya pengaruh besar pada berbagai kecerdasan anak lho Bunda.

Ketiga kebutuhan pokok itu harus diberi secara bersamaan sejak janin dalam kandungan karena akan saling berpengaruh. Bila kebutuhan fisik-biologis Si Buah Hati tidak tercukupi, maka bisa menimbulkan gizinya kurang, sering sakit, yang akan menyebabkan perkembangan otaknya tidak optimal. Sedangkan, bila kebutuhan mental-emosional dan kasih sayang tidak tercukupi, maka kecerdasan emosi (juga akan rendah. Kalau stimulasi bermain dan bereksplorasi sehari-harinya kurang bervariasi, maka perkembangan kecerdasan Si Buah Hati juga akan kurang bervariasi.

Artikel ini ditulis oleh: Dr. dr. Soedjatmiko, SpA(K)., M.Si.

 

Image Article
Tips Persiapkan Si Kecil di Usia Pra-Sekolah
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off