Apa Sebab Lidah Bayi Berjamur? Temukan Cara Mencegahnya di Sini!

Published date

Menjaga kesehatan mulut bayi adalah hal yang penting dilakukan meskipun Si Buah Hati belum memiliki gigi dan mulai makan. Sebab, jika lidah dan rongga mulut tidak rutin dibersihkan, bayi dapat mengalami infeksi jamur.

Dalam istilah medis, lidah bayi berjamur dikenal sebagai neonatal thrush atau kandiasis mulut. Adapun diagnosis klinisnya berdasarkan bercak putih pada permukaan mukosa mulut. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan infeksi jamur Candida albicans.   Dalam artikel berikut ini, Bunda akan mengetahui bahasan terkait penyebab lidah berjamur pada bayi dan cara mencegahnya.

Penyebab Lidah Bayi Berjamur

Oral thrush atau yang dalam istilah umum juga dikenal sebagai sariawan adalah masalah kesehatan yang bisa dialami siapa saja. Namun, infeksi jamur ini lebih sering terjadi pada bayi dengan usia 0 hingga 6 bulan. Meski lebih sering menginfeksi bayi baru lahir, penelitian menunjukkan bahwa oral thrush tidak berhubungan dengan metode persalinan.

Ada beberapa gejala dan ciri-ciri lidah bayi berjamur, seperti munculnya lesi berwarna putih creamy pada lidah, pipi bagian dalam, dan kadang-kadang di langit-langit mulut, gusi, atau amandel. Selain itu, ciri-ciri jamur pada lidah bayi juga dapat dikenali dengan adanya lesi sedikit menonjol dengan tampilan seperti keju cottage. 

Adapun penyebab lidah bayi berjamur meliputi:

  • Infeksi jamur Candida albicans

    Candida albicans sebenarnya secara alami memang tumbuh di mulut dan usus, tetapi secara umum jamur ini jarang menyebabkan masalah kesehatan serius karena sistem imun manusia dapat mengontrol pertumbuhannya. 

    Akan tetapi, bayi memiliki sistem imun yang belum matang, sehingga lebih rentan terinfeksi jamur dan bakteri. Kondisi mulut bayi yang gelap, hangat, dan lembut, adalah lingkungan sempurna bagi Candida albicans untuk tumbuh semakin banyak. 

  • Ibu menderita infeksi jamur

    Lidah bayi berjamur juga dapat terjadi jika ia terlahir melalui proses persalinan normal melalui vagina seorang ibu yang menderita infeksi jamur.

  • Bayi mengonsumsi antibiotik atau obat steroids

    Antibiotik dan steroids dapat membunuh bakteri di dalam tubuh, termasuk bakteri baik yang dapat mengendalikan pertumbuhan jamur Candida albicans penyebab lidah bayi berjamur.

  • Tidak menjaga kebersihan mulut bayi

    Air susu ibu (ASI) atau susu formula yang tertinggal di lidah atau mulut bayi selama berhari-hari akan membuat bakteri berkembang biak di air liur yang manis, sehingga dapat memicu infeksi jamur pada lidah bayi.

Baca Juga: Cara Menyapih Anak dari ASI

Penanganan Lidah Bayi Berjamur

Lidah berjamur dapat diobati dengan menggunakan gel mulut. Gel ini dapat digunakan oleh orang dewasa, anak-anak, ataupun bayi di atas usia 4 bulan. Namun, untuk penggunaan obat, Bunda disarankan berkonsultasi dokter untuk diberikan resep tepat untuk menangani lidah berjamur pada bayi. 

Selain itu, jika bayi masih menyusu langsung dari payudara, kegiatan menyusui nya masih dapat dilanjutkan, Bunda juga dapat mengoleskan gel antijamur pada puting. Upaya ini dapat mencegah penularan infeksi jamur kepada bayi saat menyusu. Tapi terkait untuk pemakaian obat oles tersebut, Bunda perlu berkonsultasi ke dokter supaya penggunaannya tepat dan sesuai kebutuhan.

Sebaiknya, Bunda diharapkan segera membawa bayi ke dokter untuk mendapatkan penangan lebih tepat jika muncul tanda-tanda berikut ini:

- Kondisi lidah berjamur pada bayi menjadi lebih buruk dan Si Buah Hati merasa semakin tidak nyaman.

- Bunda masih menyusui secara langsung sehingga membutuhkan obat-obatan agar terhindar dari infeksi jamur sehingga tidak terjadi penularan berulang.

- Kondisi bayi tidak membaik setelah 48 jam menerima perawatan pada infeksi jamur. 

Cara Mencegah Lidah Bayi Berjamur

Lidah bayi berjamur dapat dicegah dengan beberapa cara, di antaranya adalah:

  • Bersihkan dot dan botol susu dengan benar

    Jika bayi minum ASI perah (ASIP) dengan botol susu dan dot, sebaiknya Bunda memastikan kebersihan perlengkapan tersebut. Jangan lupa mencuci dan mensterilkan botol susu serta alat pompa ASI dengan benar untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang dapat menginfeksi Si Buah Hati.

  • Rutin bersihkan puting

    Jika bayi menyusu secara langsung dari payudara, pastikan Bunda selalu menjaga kebersihan puting untuk mencegah tumbuhnya jamur. Rutin bersihkan puting dan mengelapnya dengan air hangat setiap hari.

  • Simpan susu di lemari es

    Simpan susu atau ASIP di kulkas dengan suhu 0 – 4 ° C untuk mencegah pertumbuhan bakteri atau jamur dimana bisa bertahan hingga 4 hari. 

  • Segera obati saat puting terluka

    Jika Bunda merasa puting payudara sakit, berwarna merah, atau terluka, sebaiknya segera temui dokter. Sebab, puting yang terluka bisa menyebabkan terjadinya tular menular infeksi jamur antara Bunda dan Si Buah Hati.

  • Rutin bersihkan lidah dan mulut bayi

    Meskipun belum memiliki gigi, Bunda sebaiknya tetap rutin membersihkan mulut bayi untuk mencegah berkembang biaknya bakteri dan jamur. Bunda dapat menyikat gusi dan lidah Si Buah Hati dengan sikat khusus atau mengelapnya dengan kain kasa basah.

Itulah penyebab lidah bayi berjamur serta cara menanganinya. Jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan rongga mulut bayi serta puting, dot, ataupun botol susu untuk mencegah infeksi jamur pada lidah Si Buah Hati. 

Berikan anak ASI ekslusif selama enam bulan, diikuti dengan pemberian MPASI yang aman dan tepat saat Si Buah Hati berusia 6 bulan. ASI tetap diberikan selama mungkin.

Image Article
Apa Sebab Lidah Bayi Berjamur? Temukan Cara Mencegahnya di Sini!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Kenali Tanda Dehidrasi Pada Bayi Berikut Ini!

Published date

Dehidrasi dapat dialami siapa saja, mulai dari bayi hingga orang dewasa. Namun, bayi lebih rentan mengalami dehidrasi dan jika tidak ditangani dengan cepat dapat menjadi masalah medis yang serius. Oleh karena itu, Bunda perlu mengetahui tanda dehidrasi pada bayi untuk mencegah kondisi medis yang serius.

Apa Itu Dehidrasi?

Dehidrasi adalah kondisi di mana tubuh tidak memiliki cukup cairan untuk menjalankan fungsi normalnya. Perlu Bunda ketahui bahwa air adalah komponen penting bagi tubuh untuk mengontrol suhu tubuh, menjaga kesehatan organ dan jaringan, membawa nutrisi, dan menjaga fungsi sistem tubuh. 

Kondisi berkurangnya atau hilangnya cairan pada bayi bisa terjadi saat buang air kecil, buang air besar, berkeringat, menangis, dan bernapas. Saat bayi mengalami diare atau muntah, cairan tubuhnya akan berkurang cepat dan dapat menyebabkan Si Buah Hati mengalami dehidrasi. Itulah tanda dehidrasi pada bayi baru lahir.

Faktanya, kebutuhan cairan berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, massa otot, dan lemak tubuh. 

  • Bayi usia 0–6 bulan memerlukan cairan 700 mL/hari, 

  • Bayi usia 7–12 bulan memerlukan cairan 800 mL/hari; 

  • Anak usia 1 – 3 tahun sekitar 1300 mL/hari; 

  • Anak usia 4 – 8 tahun sekitar 1700 mL/hari; 

  • Anak usia 9 – 13 tahun berjenis kelamin laki-laki sekitar 2400 mL/hari dan yang berjenis kelamin perempuan sekitar 2100 mL/hari ;

Kebutuhan cairan tersebut diperoleh dari makanan dan minuman. Dari minuman, sebagian besar kebutuhan cairan ini dapat diperoleh dari air putih, susu, atau jus buah. Namun perlu di ingat bahwa untuk bayi 0-6 bulan cairan hanya boleh diberikan dari ASI. Adapun komposisi air di dalam ASI berkisar antara 87% – 90%. 

Kalau bayi Bunda mengalami kondisi medis tertentu dan tidak memungkinkan untuk pemberian ASI, segera konsultasi ke dokter untuk mendapatkan asupan nutrisi alternatif.

Gejala atau Tanda Dehidrasi pada Bayi

Cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi ringan hingga berat. Tanda-tanda dehidrasi pada bayi yang perlu diperhatikan antara lain tidak seaktif biasanya kurang buang air kecil (ditandai dengan kurang dari enam popok basah dalam 24 jam), urine berwarna kuning tua atau oranye, bibir dan mulut kering, tidak mengeluarkan air mata saat menangis, titik lunak di kepala 

Sementara, tanda dehidrasi parah yakni Si Buah Hati jadi sangat rewel, kantuk berlebihan, mata cekung, tangan dan kaki terasa dingin serta berubah warna, kulit keriput, buang air kecil hanya 1-2 kali sehari, sembelit, diare.

Namun, tanda dehidrasi pada bayi baru lahir kadang tidak terlihat jelas. Oleh sebab itu, Bunda perlu memastikan kebutuhan cairan Si Buah Hati terpenuhi. Salah satu caranya dengan mengecek volume popok bayi  setelah dipakai. 

Baca Juga: Ketahui Cara Menyapih Asi Anak yang Tepat

Penanganan Dehidrasi pada Bayi

Jika Bunda melihat tanda dehidrasi pada bayi, hal yang harus dilakukan adalah memberikan cairan. Bila bayi masih dibawa enam bulan, Bunda bisa terus memberikan ASI untuk memenuhi cairannya dan segera diperiksakan ke dokter.

Jika bayi berusia di atas enam bulan, ASI dapat terus diberikan dan Bunda perlu lebih sering memberikan cairan dalam jumlah kecil namun sering.

Jika bayi Bunda lebih besar, setidaknya beratnya 10 kg, berikan setidaknya 250 mL air untuk diminum setiap jam selama empat jam. Jika mereka mengalami muntah atau diare, Bunda bisa memberikan air lebih dari jumlah itu. 

Selain memberikan cairan untuk bayi, Bunda juga dapat memindahkan Si Buah Hati ke tempat yang sejuk dan melepaskan pakaian atau selimut. Hal ini agar mendinginkan suhu tubuh dan bayi tidak kepanasan.

Cara Mencegah Dehidrasi pada Bayi

Perut bayi baru lahir hanya sebesar buah anggur dan perlahan akan membesar seiring bertambahnya usia. Dengan kata lain, bayi baru lahir hanya dapat minum beberapa sendok teh atau sekitar 30 mL ASI sekali minum.

Agar bayi baru lahir tidak dehidrasi, mereka membutuhkan sekitar sembilan kali menyusu dalam jangka waktu 24 jam. Untuk mengecek apakah bayi dehidrasi atau tidak, adalah dari buang air besar dan buang air kecilnya. Sebab, hal ini menjadi tanda seberapa banyak air yang masuk tubuh. 

Periksa juga bagaimana tekstur tinja bayi. Tinja yang sangat encer dan tidak berampas bisa jadi pertanda diare. Sementara tinja yang terlalu kering dan keras bisa jadi tanda bayi Bunda sembelit. Seperti disebutkan di atas, diare dan sembelit juga bisa menjadi tanda dehidrasi pada bayi.

Berikan Si Buah Hati ASI ekslusif selama enam bulan, diikuti dengan pemberian MPASI yang aman dan tepat saat Si Kecil berusia 6 bulan dan ASI tetap diberikan selama mungkin.

Image Article
Bunda, Kenali Tanda Dehidrasi Pada Bayi Berikut Ini!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Menyapih Anak, Umur Berapa ya, Bunda?

Published date

Proses merawat Buah Hati dari lahir hingga melihatnya terus tumbuh kembang adalah pengalaman tak terganti bagi Bunda. Lalu, bagaimana saat Bunda merasa sudah perlu mempersiapkan waktu untuk menyapih Si Buah Hati? 

Banyak yang mungkin masih bertanya, menyapih anak umur berapa ya? Apa saja yang sebaiknya  lakukan?

Sebaiknya, Menyapih Anak Umur Berapa?

Menyapih berarti berhenti menyusui. Menyapih dimulai saat proses peralihan dari ASI ke makanan dan minuman lain dan berhenti saat buah hati benar-benar tidak menyusu. 

Kapan waktunya mulai menyapih pun berbeda antara anak satu dan yang lain. Ada anak yang mulai menunjukkan keinginan makan dan kurang tertarik menyusu. Ada juga yang tiba-tiba berhenti menyusu. Dengan kata lain, waktu menyapih Bunda satu dan lainnya mungkin berbeda. Lantas, menyapih anak sebaiknya umur berapa?

Saat anak menginjak usia 2 tahun, proses penyapihan direkomendasikan. Namun, sebenarnya tidak ada patokan khusus kapan waktunya menyapih buah hati. WHO merekomendasikan menyusui sampai 2 tahun atau lebih, dimana ASI eksklusif selama enam bulan pertama, kemudian dilanjutkan sampai anak usia dua tahun dengan ditambah menu pendamping ASI (MPASI). KementeriaRepublik Indonesia pun juga menyarankan untuk tetap menyusui anak hingga usia 2 tahun didampingi dengan MPASI.   

Baca Juga: Kandungan Gizi Susu UHT: Apa Bedanya Susu Bubuk dan Susu Cair?

Apa yang Perlu Dilakukan Saat Akan Menyapih Anak?

Menyapih merupakan suatu proses yang dilakukan secara bertahap. Cara menyapih dimulai dari mengurangi frekuensi menyusui terlebih dahulu. 

Dengan begitu, sang buah hati dapat terbiasa dengan rutinitas dan pola makan, kemudian tubuh Bunda juga akan terbiasa untuk tidak memproduksi ASI. Misalnya saja, anak yang terbiasa menyusu 5 kali sehari dapat dikurangi menjadi 4 kali. Demikian juga dengan lama menyusu, jika biasanya sekali menyusu 30 menit maka dikurangi menjadi misalnya 20 kemudian 15 menit, secara bertahap.

Kemudian komunikasi. Bunda dapat menjelaskan ke Si Buah Hati, bahwa sudah saatnya belajar minum susu dengan gelas. Mulai kenalkan Si Buah Hati dengan gelas, sehingga anak  tidak menyusu secara langsung. 

Untuk menyapih toddler, yang terbaik adalah melakukannya secara perlahan. Bunda dapat mengubah rutinitas Si Buah Hati secara bertahap. Jika Bunda merasa sedih saat menyapih, ini adalah hal normal ya, Bun. Sebab, hormon Bunda membutuhkan waktu untuk kembali normal setelah terbiasa menyusui. Beberapa ibu ada yang langsung kembali menstruasi setelah mengurangi menyusu di malam hari dan mulai menyapih. Ada juga yang menstruasi beberapa bulan setelahnya.

Apa yang Jangan Dilakukan Saat Akan Menyapih?

Salah satu hal yang tidak boleh dilakukan saat menyapih adalah, mengoleskan sesuatu ke payudara Bunda seperti obat merah atau jamu pahit agar si Kecil enggan menyusu. Pasalnya, bahan-bahan tertentu yang dioleskan ke payudara berpotensi berdampak buruk untuk si Buah hati.

Selain itu, Bunda tidak perlu terburu-buru dan membandingkan dengan anak orang lain, karena proses menyapih Si Buah Hati bisa berbeda setiap anak. Jadi, jangan terpatok dengan pertanyaan menyapih anak umur berapa idealnya.

Bunda tidak perlu memaksa menyapih, kecuali ada situasi perubahan besar atau kondisi tidak ideal,  misalnya sakit. Saat Si Buah Hati sakit, proses penyapihan bisa membuatnya merasa tertekan. Jadi, tunggu sampai Si Buah Hati sehat, baru menyapih.

Itu tadi beberapa informasi seputar menyapih ya Bunda. Semoga Bunda tidak lagi bingung dengan pertanyaan menyapih anak umur berapa ya!

Image Article
Menyapih Anak, Umur Berapa ya, Bunda?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Ini Dia Penyebab Perut Kembung pada Anak dan Cara Mengatasinya!

Published date

Sebagian di antara Bunda pasti pernah mendapati, Si Buah Hati yang biasanya aktif dan ceria mendadak wajahnya jadi cemberut. Tangannya mengelus-elus perut yang tampak lebih buncit dibandingkan biasanya. Terkadang, Si Buah Hati juga jadi lebih rewel dan terlihat kurang nyaman. Kondisi di atas bisa jadi tanda-tanda anak sedang mengalami perut kembung. Seperti kita ketahui, masalah kesehatan ini cukup sering dialami anak-anak. 

Tapi, Bunda jangan khawatir. Mari kenali beberapa hal yang bisa jadi penyebab perut kembung pada anak dan cara efektif untuk mengatasinya lewat artikel berikut ini. 

Penyebab Perut Kembung pada Anak

Perut bisa kembung ketika terjadi akumulasi atau penumpukan udara atau gas seperti terasa penuh di saluran pencernaan. kondisi atau gangguan pencernaan seperti ini biasanya  dikenal dengan istilah medis meteorismus ini bisa disebabkan kondisi atau penyakit tertentu. Berikut beberapa kemungkinan umum jawaban dari apa penyebab perut anak kembung yang perlu Bunda ketahui:

Anak menelan udara terlalu banyak

Saat bayi atau anak sering menangis, batuk-batuk, atau menggunakan dot dengan lubang terlalu besar, Si Buah Hati bisa menelan udara lebih banyak dibandingkan biasanya. Kondisi ini tanpa disadari bisa menyebabkan perut kembung. 

Gas di saluran pencernaan berlebihan

Produksi gas di saluran pencernaan bisa meningkat saat ada gangguan atau infeksi di saluran pencernaan. Perut juga bisa kembung karena konsumsi makanan yang bersifat flatugenik atau  menghasilkan gas secara berlebihan. Contoh ubi, keju, kol, atau sawi.

Kebanyakan makan atau minum susu

Penyebab perut anak kembung juga bisa karena Si Buah Hati terlalu banyak makan atau minum susu. Kondisi ini dipicu enzim pencernaan anak yang keteteran mengimbangi proses pencernaan saat asupan berlebihan. Dampaknya, asupan yang belum tercerna dengan baik menumpuk di usus besar dan membuat bakteri menghasilkan gas yang membuat perut kembung. 

Intoleransi laktosa

Anak sering kembung juga bisa jadi tanda intoleransi laktosa, Bunda. Kondisi ini bisa membuat kembung karena laktosa yang terdapat dalam susu tidak bisa dicerna secara sempurna akibat kurangnya enzim laktase. Laktosa yang tidak tercerna bisa menumpuk di usus besar dan membuat bakteri memproduksi gas secara berlebihan. 

Sembelit atau susah BAB

Usus yang tersumbat banyak kotoran bisa membuat gas yang semestinya bisa keluar lewat kentut jadi terhalang dan terjadi penumpukan gas di perut. Kondisi ini bisa memicu perut kembung pada anak. 

Dampak diare

Setelah diare, Si Buah Hati biasanya kekurangan beragam elektrolit, termasuk kalium. Saat tubuh kekurangan kalium, fungsi peristaltik bisa melemah. Perlu Bunda ketahui, untuk membantu mencerna makanan, diperlukan gerakan otot secara berulang di saluran pencernaan. Nah, gerakan ini dikenal dengan peristaltik. Saat fungsi peristaltik melemah, efeknya perut bisa kembung. 

Efek samping antibiotik

Terkadang, efek samping antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri dapat mengganggu keseimbangan bakteri di saluran pencernaan. Akibatnya, bakteri baik yang membantu menjaga kesehatan pencernaan sementara bisa ikut berkurang. Kondisi ini ditandai dengan perut kembung,  bau mulut yang tak sedap, dan diare.

Baca Juga: 5 Tips Memilih Susu untuk Anak 1 Tahun

Cara Mengatasi Perut Kembung pada Anak

Untuk mengatasi perut kembung pada anak, Bunda juga perlu mengetahui akar penyebabnya. Secara umum berikut beberapa tips mengatasi perut kembung pada anak yang bisa Bunda jajal:

  • Hindari memberikan makan berlebihan pada Si Buah Hati. Jika masih sering lapar, ubah pola makan menjadi 4 sampai 5 kali sehari dengan porsi lebih kecil

  • Hindari memberikan makanan  karbohidrat sederhana, seperti minuman dalam kemasan atau camilan manis yang biasanya tinggi gula 

  • Atur cara anak makan dan minum agar tidak terlalu cepat. 

  • Saat atau setelah makan besar, jangan terbiasa langsung memberikan susu untuk Si Buah Hati. Berikan jeda setidaknya 1 jam setelah makan.

  • Hindari memberikan kol, sawi, permen, atau makanan yang bisa meningkatkan produksi gas berlebih saat Si Buah Hati sedang kembung.

  • Oleskan minyak kayu putih atau telon agar perut Si Kecil lebih nyaman.  

Jika beragam cara mengatasi perut kembung pada anak di atas sudah dijajal tapi masalah kesehatan ini tak kunjung sembuh, ada baiknya Bunda segera memeriksakan Si Buah Hati ke dokter, terutama jika perut kembung disertai rasa sakit perut parah yang ditandai dengan anak rewel atau tidak leluasa bergerak, demam, mual dan muntah, tidak bisa BAB, tidak bisa kentut, perut sangat buncit, atau perut lembek saat disentuh.  

Kondisi di atas bisa jadi tanda Si Buah hati mengalami penyakit tertentu saluran usus tersumbat atau tidak lancar, penyakit radang usus, hernia, atau kanker usus besar yang memerlukan pemeriksaan medis. 

Setelah menyimak beberapa alasan umum penyebab perut kembung pada anak dan cara mengatasinya di atas, Bunda tak perlu panik lagi dan bisa mengambil langkah yang tepat saat menghadapi kondisi seperti ini. 

Image Article
Ini Dia Penyebab Perut Kembung Pada Anak dan Cara Mengatasinya!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

8 Cara Mengajarkan Anak 1 Tahun Sikat Gigi

Published date

Kesehatan gigi dan mulut turut berperan dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Karenanya, penting bagi Bunda untuk mengajak Si Buah Hati lebih peduli dengan kebersihan gigi, salah satunya dengan cara mengajarkan anak rutin sikat gigi setiap hari.

Lantas, kapankah waktu yang tepat untuk mulai mengajarkan Si Buah Hati menyikat gigi? Adakah cara mengajarkan anak 1 tahun sikat gigi secara mandiri namun tetap menyenangkan?

Manfaat Mengajarkan Anak Sikat Gigi Sendiri sejak Dini

Umumnya, gigi pertama Si Buah Hati akan tumbuh di usia 6 bulan dan diawali dengan dua gigi seri bawah. Rangkaian gigi susu baru akan tumbuh seluruhnya sekitar usia 3 tahun.

Bunda bisa mulai mengenalkan menyikat gigi pada Si Buah Hati segera setelah gigi pertamanya tumbuh. Mulailah dengan membantu menyikat gigi anak menggunakan pasta gigi berfluoride khusus anak sebanyak 2 kali sehari.

Menyikat gigi sejak dini  memberikan perlindungan lebih awal pada gigi anak dari kerusakan atau gigi berlubang. Penting juga bagi Bunda memberikan contoh menjaga kesehatan gigi yang baik.Gigi anak yang sehat akan membawa dampak positif seperti:

  • Mencegah anak mengalami sakit gigi hingga harus dicabut.

  • Gigi anak tumbuh dengan baik karena kerusakan gigi susu bisa mengganggu tumbuhnya gigi dewasa.

  • Bantu mengoptimalkan tumbuh kembang Si Buah Hati, membantu dalam mencerna makanan, memberinya rasa percaya diri, hingga memperlancar belajar bicara.

Cara Mengajarkan Anak 1 Tahun Sikat Gigi Sendiri

Di usia 1 tahun, Si Buah Hati biasanya baru memiliki 4-8 gigi seri. Karenanya, cara sikat gigi anak 1 tahun akan sedikit berbeda dibandingkan cara menyikat gigi anak yang lebih tua.

Tak jarang, anak 1 tahun susah sikat gigi sehingga Bunda membutuhkan metode tersendiri untuk mengajarkan Si Buah Hati menyikat gigi secara rutin. Berikut ini tips cara mengajarkan anak 1 tahun sikat gigi yang bisa Bunda praktikkan di rumah:

  1. Jadikan menyikat gigi rutinitas. Anak-anak terkadang dapat melakukan sesuatu dengan lebih baik ketika mereka tahu apa yang akan terjadi. Karenanya, Bunda bisa membuat aktivitas menyikat gigi sebagai rutinitas, misal setelah sarapan atau sesaat sebelum tidur.
  2. Lakukan bersama-sama orang tua.  Anak usia 1 tahun sedang dalam tahap suka menirukan aktivitas orang dewasa. Daripada hanya mendampingi Si Buah Hati saat menyikat gigi, Bunda bisa ikut menyikat gigi bersama-sama. Cara ini akan lebih menginspirasi anak dan percaya pentingnya menyikat gigi setiap hari.
  3. Jadikan menyikat gigi aktivitas menyenangkan. Bisa dengan bernyanyi, menggunakan sikat gigi yang menarik, atau pasta gigi rasa buah.  Bantu anak menyikat gigi. Di usia 1 tahun, Si Buah Hati mungkin masih sulit untuk bisa menyikat gigi secara mandiri. Karenanya, Bunda perlu membantunya dengan mengarahkan tangan dan melakukan gerakan menyikat gigi yang benar.
  4. Lakukan di depan cermin. Dengan menghadap cermin, Si Buah Hati bisa melihat proses membersihkan giginya. Cara ini juga membantu anak mengingat gerakan menyikat gigi yang benar.
  5. Gunakan sikat dan pasta gigi favorit anak. Menggunakan sikat gigi karakter kartun kesukaannya dan pasta gigi dengan rasa buah bisa membantu Si Buah Hati lebih bersemangat saat menyikat gigi.
  6. Berikan edukasi sambil bercerita. Bunda bisa sesekali memberikan edukasi lewat buku cerita atau tontonan yang membahas manfaat menyikat gigi. Bunda bisa menggunakan karakter kesukaan Si Buah Hati dalam cerita.
  7. Beri apresiasi dan hadiah. Bunda bisa memberi apresiasi setiap kali Si Buah Hati selesai menyikat gigi. Bisa dengan memberi stiker poin yang dapat dikumpulkan dan ditukarkan hadiah yang diinginkan Si Buah Hati. Cara ini membantu aktivitas menyikat gigi menjadi kebiasaan.

Baca Juga: 5 Tips Memilih Susu untuk Anak 1 Tahun ke Atas

Tips Memilih Sikat dan Pasta Gigi untuk Anak 1 Tahun

Selain cara mengajarkan sikat gigi pada anak 1 tahun, Bunda mungkin perlu mengetahui cara memilih sikat gigi yang tepat untuk Si Buah Hati. Ini beberapa tips memilih sikat dan pasta gigi untuk anak:

  • Pilih sikat gigi khusus anak. Pilih sikat gigi yang didesain khusus untuk anak dengan kepala sikat lebih kecil dan bulu yang lebih halus.

  • Pilih sikat gigi yang lucu dan menarik. Agar aktivitas menyikat gigi anak lebih menyenangkan, biarkan Si Buah Hati memilih sikat gigi kesukaannya.

  • Pilih pasta gigi berfluoride. Mineral fluoride baik untuk mencegah kerusakan gigi. Bila ragu, Bunda bisa berkonsultasi dengan dokter gigi untuk pasta gigi yang tepat untuk Si Buah Hati.

  • Pilih pasta gigi dengan rasa yang disukai anak. Anak usia 1 tahun mungkin masih sulit meludahkan sisa pasta gigi, sehingga sebaiknya pilih pasta gigi yang aman jika tertelan dan rasa yang disukai Si Buah Hati.

Gigi anak yang sehat dapat membantu Si Buah Hati tumbuh optimal. Selain itu, jangan lupa selalu penuhi kebutuhan gizi hariannya. Bunda bisa memberinya asupan susu pertumbuhan DANCOW 1+ Imunutri yang diformulasikan untuk anak usia 1-3 tahun dengan kandungan tinggi vitamin A, C, E, zink, kalsium, protein, zat besi, DHA, dan omega 3 & 6.

Karenanya, selain cara mengajarkan anak 1 tahun sikat gigi sendiri, jangan lupa memberi Si Buah Hati asupan bergizi, agar ia bebas bereksplorasi dan tumbuh percaya diri.

Image Article
8 Cara Mengajarkan Anak 1 Tahun Sikat Gigi Mandiri
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bagaimana Cara Memilih Susu Anak Sekolah? Ini Penjelasannya!

Published date

Memenuhi kebutuhan gizi Si Buah Hati melalui pemberian makanan dan minuman bergizi, termasuk susu anak sekolah setiap harinya, merupakan hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatannya. Namun satu hal yang harus diingat bahwa pemberian susu untuk anak sekolah juga tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Agar tidak salah pilih, yuk simak penjelasannya berikut ini.

Cara Memilih Susu untuk Anak Sekolah

Mengingat bahwa kebutuhan gizi Si Buah Hati semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia, maka penting sekali untuk menyesuaikan kebutuhan gizi dengan usia anak. Harvard School of Public Health menjelaskan bahwa susu yang bagus untuk anak sekolah adalah yang terbuat dari susu sapi. 

Sebab susu sapi utuh mengandung sekitar 87% air, 13% sisanya merupakan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang baik untuk meningkatkan kepadatan tulang serta mendukung proses tumbuh kembangnya. Untuk membantu Bunda dalam memenuhi kebutuhan gizi harian Si Buah Hati, simak cara memilih susu untuk anak sekolah berikut ini:

  1. Memilih susu sesuai dengan kebutuhan anak seusianya. Khusus untuk anak sekolah, pilih susu yang dapat mendukung pertumbuhan dan kepadatan tulangnya yang hadir dalam berbagai macam varian rasa favorit anak-anak.

  2. Memiliki kandungan protein sebagai sumber energi, membentuk otot, memproduksi hormon dan sel, meningkatkan metabolisme, menjaga daya tahan tubuh, memperkuat tulang, serta mengantarkan gizi ke bagian-bagian dalam tubuh. Kebutuhan protein anak usia sekolah adalah 19–34 gram setiap harinya.

  3. Mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi, membantu kontraksi otot, stimulasi saraf, dan menjaga tekanan darah. Kebutuhan kalsium harian anak sekolah sekitar 1.000 – 1.300 mg setiap harinya. Agar penyerapan kalsium berjalan optimal, pastikan juga untuk memilih susu yang dilengkapi dengan kandungan vitamin D untuk menjaga metabolisme kalsium sehingga berperan langsung terhadap kesehatan tulang.

  4. Dilengkapi dengan kandungan vitamin A untuk menjaga kesehatan mata dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak usia sekolah.

  5. Mengandung vitamin C yang berperan sebagai antioksidan dan penting untuk ketahanan tubuh sekaligus membantu menyerap zat besi. 

  6. Vitamin B kompleks, yaitu vitamin B1, B2, B6, serta B12 yang berperan untuk mendukung kemampuan memori dan meningkatkan mood belajar.

  7. Diperkaya zat besi dan zink. Zat besi berperan dalam menjaga metabolisme, termasuk penyimpanan oksigen dan mengantarkannya ke bagian tubuh yang membutuhkan, sedangkan zink penting untuk menjaga fungsi imunitas dan kesehatan saraf. 

  8. Cara memilih susu untuk anak sekolah selanjutnya adalah memerhatikan kandungan gula di dalam susu. American Academy of Pediatrics menjelaskan bahwa batasan konsumsi gula pada anak usia sekolah adalah 25 gram atau sekitar enam sendok teh setiap harinya.

Baca Juga: Susu DANCOW FortiGro Full Cream Tinggi Kalsium

Memilih Susu untuk Anak Sekolah

Berbicara soal susu yang bagus untuk anak sekolah, DANCOW FortiGro bisa menjadi solusinya. DANCOW FortiGro merupakan susu yang diformulasikan khusus untuk anak usia 6–12 tahun dengan manfaat kandungan seperti:

  1. Kandungan vitamin dan mineral yang dapat mendukung proses belajar dan meningkatkan imunitas seperti zat besi, zink, vitamin A, C, dan D.

  2. Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks).

  3. Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium. 

Kandungan gula dalam DANCOW FortiGro Full Cream adalah 0 gram sukrosa dan mengacu dengan rekomendasi dari WHO, 10% dari total energi (200 kkal) atau setara dengan gula 4 sendok makan/orang/hari. 

Selain cocok dijadikan sebagai susu anak sekolah, DANCOW FortiGro Full Cream juga bisa dinikmati oleh seluruh anggota keluarga selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Tidak hanya itu, DANCOW FortiGro tersedia juga dalam varian lain seperti DANCOW FortiGro Instant, dan Cokelat, serta dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis untuk dijadikan bekal sekolah Si Buah Hati. Yuk, beli DANCOW FortiGro di toko kesayangan Bunda sekarang juga!

Image Article
Bagaimana Cara Memilih Susu Anak Sekolah? Ini Penjelasannya!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak SD

Published date

Rumah dan keluarga merupakan sekolah terbaik bagi Si Buah Hati untuk belajar mengenai berbagai hal dalam hidup. Sosok orang tua dalam hal ini berperan sebagai pengajar utama yang membentuk karakter anak SD yang berkualitas, sehingga anak-anaknya agar dapat hidup mandiri dan bertanggung jawab saat dewasa nanti. Untuk mengetahui bagaimana cara mendidik Si Buah Hati agar memiliki karakter yang baik, simak penjelasannya berikut ini, yuk!

Tips Membentuk Karakter Anak Usia SD

Berikut ini beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan oleh para orang tua dalam mempersiapkan Si Buah Hati agar tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter baik menurut Harvard Health Publishing.

Memberikan kesempatan pada Si Buah Hati untuk merasakan menjadi ‘anak yang sudah besar’

Tujuannya adalah untuk membentuk karakter anak sekolah SD yang berani, percaya diri, dan memiliki semangat juang tinggi. Bunda bisa memulainya dari hal sederhana seperti membiarkannya untuk memilih pakaiannya sendiri, menyiapkan makanan ringan di rumah, atau memesan makanan saat berada di restoran. 

Hindari untuk terlalu sering memberikan peringatan atau sanksi, sebab hal ini justru dapat membuatnya jadi anak pemberontak dan malas untuk memberikan respons.

Mengajak Si Buah Hati untuk ikut membersihkan rumah

Memberi Si Buah Hati kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel, atau mencuci piring dapat mendorong mereka untuk percaya bahwa mereka mampu dan bisa diandalkan. Saat akhirnya Si Buah Hati mulai terbiasa untuk melakukan pekerjaan rumah, maka bisa dipastikan bahwa mereka nantinya bisa mengurus dirinya sendiri saat beranjak dewasa. 

Memberikan uang saku

Karakter anak kelas 4 SD yang mandiri juga bisa diwujudkan dengan cara memberikan uang saku untuk mereka kelola. Namun, mereka juga tidak bisa mendapatkan uang sakunya secara cuma-cuma. Cobalah untuk berikan tantangan untuk menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga dengan baik, seperti mencuci piring setelah makan, menyapu, membersihkan tempat tidurnya sendiri, dan membersihkan kamar serta ruang belajarnya. Setelah semua dapat diselesaikan dengan baik, baru Bunda bisa memberikan uang saku.

Untuk membantu Si Buah Hati mempelajari konsep menabung dan merencanakan pengeluarannya, bantu mereka untuk membagi uang ke dalam tiga tempat, yaitu untuk menyimpan uang, untuk belanja kebutuhan seperti mainan atau camilan, dan tak lupa juga mengajarkan anak untuk berbagi dengan orang yang membutuhkan.

Memberikan pujian atas usaha dan proses yang dilalui Si Buah Hati

Memberikan pujian atas usaha yang dilakukan oleh Si Buah Hati bisa membuatnya merasa dihargai dan termotivasi untuk melakukan banyak hal baik lainnya. Misalnya saat Si Buah Hati berhasil mencuci piring, berikan pujian seperti “Wah, keren banget kamu bisa cuci piring sampai bersih. Bunda senang sekali karena kamu sudah bantu cuci piring. Pastikan tidak ada busa yang tertinggal, ya.”

Baca Juga: Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Anak

Hindari membandingkan Si Buah Hati dengan anak lain

Pada dasarnya, setiap anak memiliki karakternya masing-masing, sehingga minat dan bakatnya pun akan berbeda dengan anak seusianya. Oleh karena itu, hindari membandingkannya dengan orang lain dan biarkan mereka mengembangkannya minat yang disukainya. Sebagai orang tua, hal yang penting untuk kita lakukan adalah dengan terus mendukungnya.

Menjadi pendengar yang baik

Berikan kesempatan bagi Si Buah Hati untuk mengeluarkan pendapat dan mengungkapkan perasaannya dengan baik. Hindari untuk membuatnya merasa bersalah dan malu akan perbuatannya untuk membenarkan pendapat orang tuanya. Sebaliknya, sebaiknya selalu berikan dukungan dan dorongan positif karena mereka juga membutuhkan waktu untuk belajar menjadi anak yang mandiri dan berani. 

Peran orang tua selanjutnya dalam mewujudkan anak agar dapat memiliki macam-macam karakter anak SD di atas adalah dengan memenuhi kebutuhan gizi hariannya dengan baik, memberi stimulasi yang tepat, dan juga menciptakan lingkungan penuh cinta. Selain menyediakan makanan bergizi seimbang, Bunda juga bisa melengkapinya dengan memberikan susu DANCOW FortiGro secara rutin, dua gelas setiap hari, di pagi hari dan sebelum tidur di malam hari.

DANCOW FortiGro merupakan susu yang diformulasikan khusus untuk anak usia 6–12 tahun dengan manfaat kandungan di dalamnya seperti:

  1. Kandungan vitamin dan mineral yang dapat mendukung proses belajar dan meningkatkan imunitas seperti zat besi, zink, vitamin A, C, dan D.

  2. Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks).

  3. Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium. 

Manfaat DANCOW FortiGro tak hanya dapat dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh anggota keluarga selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Saat ini DANCOW FortiGro juga tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream serta dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis untuk bekal sekoah Si Buah Hati.

Yuk, penuhi kebutuhan gizi Si Buah Hati dengan baik untuk mempersiapkannya tumbuh menjadi pribadi berkarakter baik, disiplin, dan bertanggung jawab.

Image Article
Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak SD
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Pengaruh Pola Parenting Anak Sekolah Dasar

Published date

Tanpa disadari, gaya parenting orang tua terhadap anak yang diterapkan setiap hari memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan mental anak usia sekolah. Pada umumnya, pola pengasuhan di setiap keluarga tidaklah sama, sehingga menghasilkan anak-anak dengan karakter yang berbeda pula, mulai dari yang penurut, mampu berpikir kritis, percaya diri, pemalu, dan masih banyak lagi.

Menurut National Library of Medicine, perbedaan gaya parenting anak usia SD dalam setiap keluarga terjadi karena beberapa faktor, seperti latar belakang budaya, status sosial dan ekonomi, gaya berkomunikasi, serta pengalaman masa kecil yang dialami oleh orang tua. Untuk mengetahui beberapa jenis pola pengasuhan dan pengaruhnya terhadap anak-anak, simak penjelasannya berikut ini.

4 Gaya Parenting Orang Tua Terhadap Anak

American Psychological Association menjelaskan ada empat gaya pengasuhan orang tua dan pengaruhnya terhadap perkembangan mental anak-anak sebagai berikut.

1. Pola asuh permisif

Parenting mendidik anak dengan gaya permisif akan memposisikan orang tua sebagai teman bagi anak-anaknya. Umumnya orang tua permisif cenderung hangat, mengayomi anak-anaknya, dan memiliki tuntutan yang sangat rendah. Mereka akan memberikan kebebasan bagi anaknya untuk membuat keputusan sendiri dalam hidupnya dan menahan diri untuk tidak ikut campur kecuali anak-anak yang memintanya.

Dampaknya:

Kelebihan yang didapatkan dari pola asuh permisif adalah anak terlatih untuk membuat keputusan sendiri, memiliki harga diri yang baik, serta memiliki keterampilan sosial yang baik. Sayangnya, tak jarang juga anak-anak merasakan dampak yang kurang baik dari pola pengasuhan permisif, salah satunya adalah masalah kesehatan seperti obesitas akibat anak bisa mengonsumsi berbagai makanan sesuka hati tanpa ada batasan dari orang tua.

Selain masalah kesehatan, anak-anak yang mendapatkan pola pengasuhan permisif juga cenderung lebih impulsif, banyak menuntut, egois, kurang bisa mengatur diri sendiri. Tuntutan orang tua yang sangat rendah membuat anak-anak menjadi kurang disiplin, sehingga mereka cenderung lebih sering melakukan kebiasaan negatif, seperti bebas menentukan waktu tidur, waktu bermain, makan, dan mengerjakan pekerjaan rumah.

2. Pola Asuh Otoritatif

Pola asuh ini disebut sebagai pola asuh anak paling ideal karena daya tanggap dan tuntutan sama-sama tinggi. Orang tua memiliki hubungan yang dekat dengan anak dan mendukung setiap hal positif yang mereka lakukan. Selain itu, orang tua juga selalu memberi penjelasan terlebih dahulu tentang dasar dari penerapan aturan serta menjelaskan sebab-akibat dari setiap perbuatan yang mungkin dilakukan oleh anak-anaknya.

Dampaknya:

Parenting anak 7 tahun dengan pola pengasuhan ini akan menghasilkan anak-anak yang bahagia, cakap, percaya diri, mandiri, bertanggung jawab, mampu mengelola emosinya dengan baik, dan cenderung memiliki prestasi akademik yang baik di sekolah. Tak heran, karena pola asuh ini memberi rasa aman dan nyaman bagi anak, serta mengurangi konflik antara orang tua dan anak.

3. Pola Asuh Otoriter

Parenting orang tua terhadap anak dengan gaya ini cenderung menerapkan komunikasi satu arah, di mana orang tua menetapkan aturan sangat ketat dan harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa ada ruang untuk bernegosiasi. Orang tua menuntut anak untuk menjunjung tinggi standar-standar yang sudah ditentukan tanpa melakukan kesalahan. Saat anak-anaknya melakukan kesalahan, maka mereka akan mendapatkan hukuman yang cukup keras, baik berupa kekerasan verbal maupun fisik. Tak heran jika orang tua dengan pola asuh otoriter juga disebut dengan strict parents.

Dampaknya:

Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang otoriter biasanya akan menjadi anak yang paling berperilaku baik di rumah. Hal ini karena mereka sadar akan konsekuensi yang didapatkan dari setiap perilakunya. Selain itu, mereka juga mampu mematuhi instruksi yang tepat untuk mencapai tujuan tertentu.

Sayangnya, pola asuh otoriter juga dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan mental anak. Anak-anak akan tumbuh dengan tingkat agresi yang tinggi karena kesulitan mengontrol emosinya, pemalu, tidak memiliki kemampuan bersosialisasi, tidak mampu membuat keputusannya sendiri, memiliki harga diri yang rendah, dan membuat mereka untuk memberontak terhadap figure otoritas saat tumbuh dewasa nanti.

Baca Juga: Tips Penuhi Kebutuhan Gizi dan Nutrisi Anak Sekolah

4. Pola Asuh Abai

Pola asuh abai dinilai sebagai parenting anak 7 tahun yang paling tidak ideal karena membuat anak-anak untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Orang tua benar-benar lepas tangan dalam mengasuh, jarang berkomunikasi dengan anaknya, dan tidak memberi perhatian serta panduan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Dampaknya:

Anak-anak cenderung tumbuh sebagai pribadi yang lebih tangguh dan mandiri dibanding anak-anak dari jenis pengasuhan lainnya. Sayangnya, mereka mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi dan memiliki kemampuan bersosialisasi yang buruk. Hal ini membuat anak-anak tumbuh menjadi individu yang punya penghargaan diri rendah, memiliki kontrol diri yang rendah, rentan mengalami masalah mental, tidak bahagia, dan tidak memiliki prestasi secara akademis di sekolah.

Pola Parenting yang Tepat untuk Anak Sesuai Kebutuhan dan Umurnya

Terlepas dari keempat jenis parenting anak sekolah di atas, pada dasarnya pola parenting yang tepat bergantung pada kebutuhan perkembangan masing-masing anak yang akan berubah seiring dengan bertambahnya usia. Setiap tahapan usia seorang anak memiliki tuntutan yang berbeda, sehingga penting bagi orang tua untuk menyesuaikan gaya pengasuhan untuk mendukung pertumbuhan fisik, emosional, sosial, dan intelektual Si Buah Hati dengan baik.

Menurut Teori Psikososial dari Erikson, ada 8 tahapan perkembangan psikososial sesuai tahapan usia seseorang, di mana pada setiap tahapannya terdapat sebuah konflik yang harus dihadapi dan diselesaikan agar kita memiliki perkembangan yang normal. Khusus untuk anak-anak usia sekolah, yaitu anak-anak usia 5—12 tahun mulai merasa bangga atas keberhasilan yang mereka capai. Dalam usia ini mereka harus berinteraksi dengan lebih banyak orang dan berusaha untuk mencapai kegiatan akademisnya. Kesuksesan dalam bersosialisasi dan meraih suatu pencapaian dapat menimbulkan rasa percaya diri dan keyakinan bahwa mereka mampu melakukan banyak hal. Sebaliknya, saat anak-anak mengalami kegagalan maka mereka cenderung akan merasa gagal dan tidak berguna.

Oleh karena itu, cara parenting anak sekolah yang paling tepat adalah dengan menyesuaikan usia dari Si Buah Hati. Pengaruh parenting terhadap perkembangan anak sangatlah besar. Pasalnya, pola pengasuhan ini dapat memengaruhi perkembangan Si Buah Hati hingga mereka dewasa kelak. Selain keempat pola parenting anak sekolah di atas, jenis pengasuhan yang bisa Bunda terapkan adalah pola pengasuhan responsif, yaitu pola pengasuhan dengan mengamati dan merespon gerak tubuh, suara, dan permintaan anak. Pola pengasuhan ini meliputi:

  1. Mendengarkan Anak dengan Empati: Orang tua berusaha memahami perasaan dan kebutuhan Si Buah Hati dengan cara mendengarkan secara aktif tanpa menghakimi.
  2. Memberikan Respon Tepat Waktu dan Sesuai Kebutuhan: Setiap respons diberikan dengan cepat dan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik Si Buah Hati, baik secara emosional maupun fisik.
  3. Membina Komunikasi Terbuka: Pola pengasuhan responsif menekankan komunikasi dua arah, di mana Si Buah Hati merasa nyaman mengekspresikan perasaan dan pendapatnya.
  4. Menghargai Pendapat Si Buah Hati: Orang tua memberikan ruang bagi Si Buah Hati untuk mengemukakan pendapat dan memilih dalam batas yang aman, sehingga mereka merasa dihargai dan didukung.
  5. Mencontohkan Sikap Positif: Orang tua menunjukkan perilaku positif yang diharapkan, membantu Si Buah Hati memahami dan meniru tindakan yang baik.
  6. Menjaga Kedekatan Emosional: Orang tua aktif menciptakan hubungan yang hangat dan penuh kasih, memberi rasa aman dan kepercayaan diri bagi Si Buah Hati.
  7. Mengatur Batas dengan Kasih Sayang: Disiplin tetap diterapkan, namun dengan pendekatan yang lembut dan penuh pengertian, menjauhkan hukuman fisik.

Cara Memperbaiki Parenting Orang Tua Terhadap Anak

Nah, dari keempat gaya pengasuhan di atas, mana yang paling sesuai dengan pola yang Ayah dan Bunda terapkan terhadap Si Buah Hati? Jika kebetulan terlanjur menerapkan pola asuh yang salah, yuk segera perbaiki dengan beberapa cara berikut ini.

  1. Mengajak pasangan untuk merubah gaya pengasuhan. Misalnya dengan membuat aturan dan batasan yang jelas untuk setiap hal yang dilakukan oleh anggota keluarga.
  2. Melibatkan anak dalam pembuatan aturan. Diskusikan aturan-aturan apa saja yang diperlukan dan jangan lupa tanyakan pendapat dan diskusikan bersama anggota keluarga.
  3. Tentukan konsekuensi yang jelas dan masuk akal bagi yang melanggar aturan. Misalnya saat anak-anak malas untuk mencuci piring bekas makannya, maka konsekuensi yang akan mereka terima adalah tidak boleh makan es krim atau cokelat saat akhir pekan.
  4. Meyakinkan diri sendiri bahwa menjadi orang tua yang baik bukan berarti harus membebaskan dan mengabulkan semua permintaan anaknya. Sebaliknya, sebagai orang tua harus mengajarkan anak bahwa butuh usaha keras untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dan ada konsekuensi yang harus diterima untuk setiap perbuatan yang dilakukannya.
  5. Mencoba untuk selalu hadir dalam setiap momen anak-anak.

Selain menerapkan beberapa cara parenting di atas, Bunda juga perlu memperhatikan Si Buah Hati dengan cara memberikan asupan makanan sesuai dengan kebutuhan gizi hariannya dengan baik. Tak cukup hanya dengan makanan bergizi, Bunda juga bisa melengkapinya dengan memberikan susu DANCOW FortiGro.

DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6—12 tahun. Ketika memasuki usia sekolah, kebutuhan gizinya berbeda dibandingkan tahapan sebelumnya. DANCOW FortiGro mengandung vitamin dan mineral yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan, serta mendukung imunitas anak. Segelas DANCOW FortiGro juga dilengkapi dengan kombinasi unik DHA dan Zat Besi yang dapat membantu proses belajar Si Buah Hati.

Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung:

  1. Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti Tinggi Vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant & Cokelat kemasan box)
  2. Kandungan gizi pendukung daya tahan tubuh seperti Tinggi Zat besi, Zink, Vitamin A, C, & D
  3. Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti Protein dan Kalsium.

Selain cocok dikonsumsi untuk mendukung tumbuh kembang anak sekolah, DANCOW FortiGro juga bisa dinikmati oleh seluruh anggota keluarga selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream, serta dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dikonsumsi kapan dan di mana saja. 

Yuk, sediakan DANCOW Fortigro dengan cara membelinya di toko kesayangan sekarang juga!

Image Article
Pengaruh Pola Parenting Anak Usia SD. Bunda Sudah Tahu?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Perbedaan Strict Parents dan Toxic Parents yang Perlu Diketahui

Published date

Sebagai orang tua, Bunda tentu pernah mendengar istilah ‘toxic parents’, bukan? Seperti dikutip dari Healthline, istilah toxic parents merujuk pada gambaran orang tua yang memiliki perilaku atau pola hubungan yang merugikan Si Buah Hati. Dampak toxic parents yang paling umum adalah dapat membuat anak-anaknya merasa ketakutan, selalu merasa bersalah, dan kesulitan untuk menentukan keputusan dalam hidupnya. 

Perilaku toxic parents bisa berupa pelecehan baik secara verbal maupun fisik, pengabaian emosional, manipulasi, serta tidak adanya dukungan serta cinta yang seharusnya diberikan kepada Si Buah Hati. Orang tua yang toxic juga cenderung lebih mementingkan dirinya sendiri, tidak pernah mau minta maaf, dan selalu menganggap apa yang diucapkannya adalah benar.

Ciri-Ciri Toxic Parents

Agar dapat menjadi orang tua yang baik bagi Si Buah Hati dan dapat mendukung proses tumbuh kembangnya secara optimal, berikut ini beberapa ciri-ciri toxic parents menurut situs Parenting for Brain yang harus Bunda hindari.

1. Selalu mementingkan diri sendiri

Alih-alih berusaha keras dalam memenuhi kebutuhan Si Buah Hati dengan baik, orang tua yang toxic cenderung selalu mengabaikan secara emosional, narsis, tidak peduli hal-hal yang dibutuhkan anak-anaknya, tidak memiliki empati terhadap orang lain, dan menganggap pendapatnya yang paling benar.

2. Melakukan kekerasan fisik dan verbal

Orang tua yang toxic juga seringkali melakukan kekerasan, baik fisik maupun verbal. Mereka memiliki emosi yang tidak stabil, sehingga mudah marah, sering berteriak mengancam, menyalahkan orang lain, bahkan tak segan untuk memukul anak-anaknya.

3. Perilaku manipulatif

Mereka akan memanfaatkan rasa bersalah atau perlakuan diam untuk mengendalikan Si Buah Hati. Bahkan, orang tua yang toxic juga suka untuk memutarbalikkan kebenaran untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan (bersikap seolah-olah mereka adalah korbannya).

4. Suka mengatur

Orang tua yang toxic cenderung menerapkan pola pengasuhan otoriter yang memanfaatkan rasa takut anaknya untuk membuat mereka mematuhi semua perintahnya. Jika melanggar peraturan, anak-anak akan menerima hukuman yang keras.

5. Tidak menghargai batasan privacy

Kebiasaan orang tua yang suka mengatur pada akhirnya juga membuat mereka menjadi seseorang yang tidak bisa menghargai batasan karena merasa memiliki kuasa penuh atas anak-anaknya.

Baca Juga: Hubungan Pola Asuh dan Kesehatan Mental Anak

Dampak Toxic Parents

Hubungan antara orang tua dan anak yang tidak sehat tentu dapat menghambat tumbuh kembang anak secara keseluruhan. Agar lebih waspada, berikut ini dampak toxic parents yang harus Bunda simak: 

1. Kesehatan mental

Anak-anak yang merasa stres berkepanjangan akibat orang tua yang toxic cenderung lebih mudah mengalami depresi, tidak mampu mengelola emosi, tidak bisa membuat keputusan sendiri, dan risiko mengalami gangguan mental akibat trauma yang mereka alami sejak kecil.

2. Kesehatan fisik

Anak-anak yang tinggal di lingkungan keluarga yang toxic juga cenderung memiliki kekebalan tubuh yang rendah, sehingga lebih mudah mengalami beberapa penyakit seperti asma, diabetes, obesitas, hipertensi, dan kardiovaskular.

3. Perbedaan Strict Parents dan Toxic Parents

Mengutip informasi dari situs kesehatan WebMD, dijelaskan bahwa strict parents sama halnya dengan authoritarian parenting, yaitu pola asuh yang ketat, tegas, memberikan banyak aturan dan pembatasan, serta cenderung kaku ketika menghadapi Si Buah Hati. 

Meski pola asuh ini dilandaskan atas rasa cinta, kepedulian, dan harapan yang begitu besar pada sang Buah Hati, sayangnya karakteristik yang dimiliki oleh strict parents juga termasuk sebagai toxic parents. Sebab mereka merupakan tipe orang tua yang lebih mementingkan perasaan dan rasa tidak aman mereka sendiri daripada kesejahteraan Buah Hatinya. Melansir dari Healthline.com, berikut ini ciri-ciri orang tua strict parents yang bisa Bunda simak.

  • Seringkali menetapkan aturan yang ketat, tegas, serta menciptakan batasan yang jelas dan konsisten yang harus diikuti anak-anak.

  • Memberikan hukuman keras atas kesalahan yang dilakukan anak, baik secara verbal maupun nonverbal.

  • Memiliki harapan yang tinggi dan berharap Si Buah Hati akan memenuhinya setiap waktu.

  • Tidak memberikan kesempatan pada Si Buah Hati untuk menyampaikan pendapatnya. Mereka juga sulit untuk menerima perbedaan nilai dan pendapat dari orang lain, terutama anak-anaknya.

  • Sulit menoleransi kesalahan yang diperbuat oleh anak.

  • Jarang melakukan aktivitas yang menyenangkan bersama Si Buah Hati baik di dalam maupun di luar rumah.

Beberapa dampak buruk strict parents yang mungkin dialami oleh Si Buah Hati antara lain:

  • Menjadi lebih agresif, tetapi juga bisa menjadi tidak kompeten secara sosial, pemalu, dan tidak dapat membuat keputusan sendiri.

  • Memiliki harga diri yang rendah dalam keluarga, penilaian karakter yang buruk, dan akan memberontak terhadap figur otoritas saat mereka saat dewasa kelak.

  • Anak-anak cenderung untuk mencontoh perilaku yang mereka dapatkan dari orang tuanya ketika bersama teman-temannya.

  • Mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan sendiri.

  • Tidak mampu mengelola emosi, sehingga mereka sangat mudah marah.

Tips Parenting Tanpa Menjadi Menjadi Toxic dan Strict Parents untuk Dukung Proses Belajar Anak

Agar dapat mendidik Si Buah Hati dengan baik tanpa harus menjadi toxic dan strict parents, Bunda bisa mencoba menerapkan pola pengasuhan berikut ini:

  1. Mendukung hal-hal positif yang dilakukan anak untuk menjalin hubungan yang baik antara orang tua dan anak.
  2. Menerapkan gaya komunikasi dua arah dengan Si Buah Hati. Bunda atau Ayah bisa memberi penjelasan terlebih dahulu tentang dasar dari penerapan aturan tersebut. Sebagai hasilnya, anak tumbuh menjadi individu yang bahagia, cakap, percaya diri, dan bertanggung jawab. Tak heran, karena pola asuh ini memberi rasa aman dan nyaman bagi anak, serta mengurangi konflik antara orang tua dan anak.
  3. Menerapkan aturan yang jelas dan konsisten. Dalam membuat aturan, pastikan untuk melibatkan anak. Tentukan juga konsekuensi yang akan diterima bagi setiap anggota keluarga yang melanggarnya.
  4. Tidak langsung menjatuhkan hukuman yang keras baik secara verbal maupun non-verbal pada anak. Sebaliknya, ajak mereka untuk berdiskusi dan caritahu penyebab anak melakukan kesalahan.
  5. Memberikan contoh yang baik, pasalnya anak merupakan peniru ulung terhadap sosok yang dihormatinya. Jika orang tua menginginkan anak tumbuh menjadi seorang yang baik, percaya diri, disiplin, dan bertanggung jawab, maka orang tuanya harus memberikan contoh di depan mereka.

Oleh karena itu, yuk penuhi kebutuhan gizi harian Si Buah Hati melalui makanan bergizi seimbang dan melengkapinya dengan memberikan DANCOW FortiGro dengan varian rasa favorit anak setidaknya dua gelas setiap harinya.

DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6–12  tahun. Ketika memasuki usia sekolah, kebutuhan gizinya berbeda dibandingkan tahapan sebelumnya. DANCOW FortiGro mengandung vitamin dan mineral yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan, serta mendukung imunitas anak. Segelas DANCOW FortiGro juga dilengkapi dengan kombinasi unik DHA dan zat besi yang dapat membantu proses belajar Si Buah Hati.

Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung:

  • Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti tinggi vitamin B1, B2, B3, B6, serta omega 6 dan DHA (khusus varian Instant dan Cokelat kemasan box)
  • Kandungan gizi pendukung daya tahan tubuh seperti tinggi  zat besi, zink, vitamin A, C, & D
  • Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium.

Kandungan susu DANCOW FortiGro yang lengkap ini dapat bantu penuhi asupan gizi seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi terhadap susu sapi. Tersedia dalam varian Instant, Cokelat, dan Full Cream.

Selain itu juga, DANCOW FortiGro dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum dengan pilihan rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang disukai Si Buah Hati. DANCOW UHT praktis dikonsumsi anak sebagai bekal sekolah, di sela-sela aktivitasnya di rumah, atau pun dalam perjalanan.

Image Article
Ciri-ciri Toxic Parents yang Perlu Diketahui
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Yuk, Kenali Kandungan Nutrisi Susu Full Cream Berikut Ini!

Published date

Dalam pemenuhan kebutuhan gizi harian keluarga, susu menjadi salah satu minuman paling bergizi dan sangat baik untuk dikonsumsi, salah satunya adalah whole milk atau yang lebih dikenal dengan sebutan susu full cream. Untuk mengetahui apa saja kandungan susu full cream yang dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga sekaligus mendukung proses tumbuh kembang anak-anak, yuk simak penjelasannya berikut ini!

Nutrisi Susu Full Cream

Selama ini kita tentu seringkali menjumpai jenis susu full cream di pasaran, namun sayangnya masih banyak yang belum tahu maksud dari ‘susu full cream’ yang sebenarnya. Menurut Healthline.com, susu full cream atau whole milk merupakan susu yang diproses tanpa mengurangi atau menghilangkan kandungan lemak di dalamnya, biasanya sebesar 3,25 persen lemak susu. 

Kandungan lemak ini memiliki peran yang cukup penting, terutama untuk meningkatkan berat badan anak-anak dalam masa pertumbuhan. Hal inilah yang menjadikan susu full cream sangat cocok dijadikan sebagai pilihan susu tumbuh kembang anak-anak.

Selain lemak, kalori segelas susu full cream juga lebih besar jika dibandingkan dengan susu lainnya, misalnya susu skim. Perbedaan susu skim dan susu full cream bisa dilihat dari kandungan lemak di dalamnya. Jika kandungan lemak pada susu full cream tetap dipertahankan, maka lain halnya dengan susu skim yang hampir tidak mengandung lemak susu (kandungan lemaknya dihilangkan saat proses produksinya). Meski begitu, keduanya sama-sama memiliki kandungan protein dan kalsium yang tinggi di dalamnya. 

DANCOW FortiGro Full Cream bisa Bunda jadikan sebagai salah satu pilihan yang tak hanya baik untuk tumbuh kembang anak-anak, tetapi juga dapat  membantu memenuhi kebutuhan gizi keluarga berkat kandungan susu full cream di dalamnya seperti:

  1. Protein sebagai sumber energi dan penting untuk membentuk otot, memproduksi hormon dan sel, meningkatkan metabolisme, menjaga daya tahan tubuh, memperkuat kulit dan tulang, serta mengantarkan gizi ke bagian-bagian dalam tubuh. 

  2. Kalsium yang penting untuk pertumbuhan anak-anak, terutama menjaga kemampuan tulang dan gigi sekaligus membantu kontraksi otot, stimulasi saraf, dan menjaga tekanan darah. Tulang kita menyimpan kalsium, sehingga jika bagian lain kekurangan kalsium, maka tulang akan memberikannya.

  3. Vitamin A yang penting untuk menjaga sistem kekebalan tubuh anak, menjaga kesehatan mata, sekaligus menjaga kesehatan kulit. 

  4. Vitamin C yang dibutuhkan untuk menghasilkan kolagen, karnitin, serta berperan sebagai neurotransmitter. Selain itu, vitamin C juga merupakan antioksidan dan penting untuk ketahanan tubuh sekaligus membantu menyerap zat besi. 

  5. Vitamin D yang penting untuk menjaga metabolisme kalsium sehingga berperan langsung terhadap kesehatan tulang dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. 

  6. Vitamin B kompleks, seperti vitamin B1, B2, B6, serta B12 yang berperan untuk mendukung kemampuan memori dan meningkatkan suasana hati.

  7. Zat Besi sebagai komponen penting yang berperan dalam menjaga metabolisme, termasuk penyimpanan oksigen dan mengantarkannya ke bagian tubuh yang membutuhkan, sekaligus mencegah anemia. 

  8. Zink yang penting untuk pertumbuhan anak-anak, menjaga fungsi imunitas, dan menjaga kesehatan saraf. 

Baca Juga: Manfaat DANCOW FortiGro Full Cream: Susu Tinggi Protein dan Kalsium

Ciri Susu Bubuk yang Baik

Selain memiliki kandungan gizi seperti yang dijelaskan di atas, berikut ini beberapa ciri susu bubuk yang baik untuk dikonsumsi:

  1. Mencantumkan kandungan nutrisi susu full cream di dalam kemasan.

  2. Mencantumkan tanggal kedaluwarsa dalam kemasan susu bubuk.

  3. Memberikan penjelasan mengenai cara penggunaan, cara penyimpanan, dan informasi produk dalam kemasannya.

  4. Susu bubuk tidak menggumpal dan kemasannya tidak rusak.

  5. Butiran susu bubuk memiliki tekstur yang halus, berwarna cerah, dan memiliki aroma susu yang khas.

  6. Bisa dikonsumsi baik untuk seluruh anggota keluarga, terutama anak-anak.

Setelah mengetahui penjelasan mengenai kandungan susu full cream di atas, pastikan untuk melengkapi persediaan DANCOW FortiGro Full Cream di rumah ya, Bunda. DANCOW FortiGro Full Cream dapat membantu untuk dukung tumbuh kembang anak usia sekolah 6–12 tahun. Bunda dapat memberikan Si Buah Hati DANCOW Fortigro Full Cream dua kali sehari, yaitu pada pagi dan malam hari sebelum tidur. 

Kandungan DANCOW FortiGro juga dapat bantu penuhi asupan gizi seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. DANCOW FortiGro Full Cream adalah susu bubuk full cream yang tinggi protein dan kalsium serta dilengkapi dengan perpaduan zat besi, zink, vitamin A, C, dan D yang berperan penting untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak dan keluarga. 

Selain Full Cream, DANCOW FortiGro juga tersedia dalam varian Instant dan Cokelat, serta hadir juga dalam kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dikonsumsi kapan saja dan di mana saja.

Image Article
Bunda, Yuk, Kenali Kandungan Nutrisi Susu Full Cream Berikut Ini!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off