Perbedaan Strict Parents dan Toxic Parents yang Perlu Diketahui
07-11-2023
Sebagai orang tua, Bunda tentu pernah mendengar istilah ‘toxic parents’, bukan? Seperti dikutip dari Healthline, istilah toxic parents merujuk pada gambaran orang tua yang memiliki perilaku atau pola hubungan yang merugikan Si Buah Hati. Dampak toxic parents yang paling umum adalah dapat membuat anak-anaknya merasa ketakutan, selalu merasa bersalah, dan kesulitan untuk menentukan keputusan dalam hidupnya.
Perilaku toxic parents bisa berupa pelecehan baik secara verbal maupun fisik, pengabaian emosional, manipulasi, serta tidak adanya dukungan serta cinta yang seharusnya diberikan kepada Si Buah Hati. Orang tua yang toxic juga cenderung lebih mementingkan dirinya sendiri, tidak pernah mau minta maaf, dan selalu menganggap apa yang diucapkannya adalah benar.
Ciri-Ciri Toxic Parents
Agar dapat menjadi orang tua yang baik bagi Si Buah Hati dan dapat mendukung proses tumbuh kembangnya secara optimal, berikut ini beberapa ciri-ciri toxic parents menurut situs Parenting for Brain yang harus Bunda hindari.
1. Selalu mementingkan diri sendiri
Alih-alih berusaha keras dalam memenuhi kebutuhan Si Buah Hati dengan baik, orang tua yang toxic cenderung selalu mengabaikan secara emosional, narsis, tidak peduli hal-hal yang dibutuhkan anak-anaknya, tidak memiliki empati terhadap orang lain, dan menganggap pendapatnya yang paling benar.
2. Melakukan kekerasan fisik dan verbal
Orang tua yang toxic juga seringkali melakukan kekerasan, baik fisik maupun verbal. Mereka memiliki emosi yang tidak stabil, sehingga mudah marah, sering berteriak mengancam, menyalahkan orang lain, bahkan tak segan untuk memukul anak-anaknya.
3. Perilaku manipulatif
Mereka akan memanfaatkan rasa bersalah atau perlakuan diam untuk mengendalikan Si Buah Hati. Bahkan, orang tua yang toxic juga suka untuk memutarbalikkan kebenaran untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan (bersikap seolah-olah mereka adalah korbannya).
4. Suka mengatur
Orang tua yang toxic cenderung menerapkan pola pengasuhan otoriter yang memanfaatkan rasa takut anaknya untuk membuat mereka mematuhi semua perintahnya. Jika melanggar peraturan, anak-anak akan menerima hukuman yang keras.
5. Tidak menghargai batasan privacy
Kebiasaan orang tua yang suka mengatur pada akhirnya juga membuat mereka menjadi seseorang yang tidak bisa menghargai batasan karena merasa memiliki kuasa penuh atas anak-anaknya.
Baca Juga: Hubungan Pola Asuh dan Kesehatan Mental Anak
Dampak Toxic Parents
Hubungan antara orang tua dan anak yang tidak sehat tentu dapat menghambat tumbuh kembang anak secara keseluruhan. Agar lebih waspada, berikut ini dampak toxic parents yang harus Bunda simak:
1. Kesehatan mental
Anak-anak yang merasa stres berkepanjangan akibat orang tua yang toxic cenderung lebih mudah mengalami depresi, tidak mampu mengelola emosi, tidak bisa membuat keputusan sendiri, dan risiko mengalami gangguan mental akibat trauma yang mereka alami sejak kecil.
2. Kesehatan fisik
Anak-anak yang tinggal di lingkungan keluarga yang toxic juga cenderung memiliki kekebalan tubuh yang rendah, sehingga lebih mudah mengalami beberapa penyakit seperti asma, diabetes, obesitas, hipertensi, dan kardiovaskular.
3. Perbedaan Strict Parents dan Toxic Parents
Mengutip informasi dari situs kesehatan WebMD, dijelaskan bahwa strict parents sama halnya dengan authoritarian parenting, yaitu pola asuh yang ketat, tegas, memberikan banyak aturan dan pembatasan, serta cenderung kaku ketika menghadapi Si Buah Hati.
Meski pola asuh ini dilandaskan atas rasa cinta, kepedulian, dan harapan yang begitu besar pada sang Buah Hati, sayangnya karakteristik yang dimiliki oleh strict parents juga termasuk sebagai toxic parents. Sebab mereka merupakan tipe orang tua yang lebih mementingkan perasaan dan rasa tidak aman mereka sendiri daripada kesejahteraan Buah Hatinya. Melansir dari Healthline.com, berikut ini ciri-ciri orang tua strict parents yang bisa Bunda simak.
Seringkali menetapkan aturan yang ketat, tegas, serta menciptakan batasan yang jelas dan konsisten yang harus diikuti anak-anak.
Memberikan hukuman keras atas kesalahan yang dilakukan anak, baik secara verbal maupun nonverbal.
Memiliki harapan yang tinggi dan berharap Si Buah Hati akan memenuhinya setiap waktu.
Tidak memberikan kesempatan pada Si Buah Hati untuk menyampaikan pendapatnya. Mereka juga sulit untuk menerima perbedaan nilai dan pendapat dari orang lain, terutama anak-anaknya.
Sulit menoleransi kesalahan yang diperbuat oleh anak.
Jarang melakukan aktivitas yang menyenangkan bersama Si Buah Hati baik di dalam maupun di luar rumah.
Beberapa dampak buruk strict parents yang mungkin dialami oleh Si Buah Hati antara lain:
Menjadi lebih agresif, tetapi juga bisa menjadi tidak kompeten secara sosial, pemalu, dan tidak dapat membuat keputusan sendiri.
Memiliki harga diri yang rendah dalam keluarga, penilaian karakter yang buruk, dan akan memberontak terhadap figur otoritas saat mereka saat dewasa kelak.
Anak-anak cenderung untuk mencontoh perilaku yang mereka dapatkan dari orang tuanya ketika bersama teman-temannya.
Mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan sendiri.
Tidak mampu mengelola emosi, sehingga mereka sangat mudah marah.
Tips Parenting Tanpa Menjadi Menjadi Toxic dan Strict Parents untuk Dukung Proses Belajar Anak
Agar dapat mendidik Si Buah Hati dengan baik tanpa harus menjadi toxic dan strict parents, Bunda bisa mencoba menerapkan pola pengasuhan berikut ini:
- Mendukung hal-hal positif yang dilakukan anak untuk menjalin hubungan yang baik antara orang tua dan anak.
- Menerapkan gaya komunikasi dua arah dengan Si Buah Hati. Bunda atau Ayah bisa memberi penjelasan terlebih dahulu tentang dasar dari penerapan aturan tersebut. Sebagai hasilnya, anak tumbuh menjadi individu yang bahagia, cakap, percaya diri, dan bertanggung jawab. Tak heran, karena pola asuh ini memberi rasa aman dan nyaman bagi anak, serta mengurangi konflik antara orang tua dan anak.
- Menerapkan aturan yang jelas dan konsisten. Dalam membuat aturan, pastikan untuk melibatkan anak. Tentukan juga konsekuensi yang akan diterima bagi setiap anggota keluarga yang melanggarnya.
- Tidak langsung menjatuhkan hukuman yang keras baik secara verbal maupun non-verbal pada anak. Sebaliknya, ajak mereka untuk berdiskusi dan caritahu penyebab anak melakukan kesalahan.
- Memberikan contoh yang baik, pasalnya anak merupakan peniru ulung terhadap sosok yang dihormatinya. Jika orang tua menginginkan anak tumbuh menjadi seorang yang baik, percaya diri, disiplin, dan bertanggung jawab, maka orang tuanya harus memberikan contoh di depan mereka.
Oleh karena itu, yuk penuhi kebutuhan gizi harian Si Buah Hati melalui makanan bergizi seimbang dan melengkapinya dengan memberikan DANCOW FortiGro dengan varian rasa favorit anak setidaknya dua gelas setiap harinya.
DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6–12 tahun. Ketika memasuki usia sekolah, kebutuhan gizinya berbeda dibandingkan tahapan sebelumnya. DANCOW FortiGro mengandung vitamin dan mineral yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan, serta mendukung imunitas anak. Segelas DANCOW FortiGro juga dilengkapi dengan kombinasi unik DHA dan zat besi yang dapat membantu proses belajar Si Buah Hati.
Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung:
- Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti tinggi vitamin B1, B2, B3, B6, serta omega 6 dan DHA (khusus varian Instant dan Cokelat kemasan box)
- Kandungan gizi pendukung daya tahan tubuh seperti tinggi zat besi, zink, vitamin A, C, & D
- Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium.
Kandungan susu DANCOW FortiGro yang lengkap ini dapat bantu penuhi asupan gizi seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi terhadap susu sapi. Tersedia dalam varian Instant, Cokelat, dan Full Cream.
Selain itu juga, DANCOW FortiGro dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum dengan pilihan rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang disukai Si Buah Hati. DANCOW UHT praktis dikonsumsi anak sebagai bekal sekolah, di sela-sela aktivitasnya di rumah, atau pun dalam perjalanan.