Ini Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kesehatan Mental Anak

Published date

Menjalani peran sebagai orang tua tentu menjadi hal yang cukup menantang. Sebab pola asuh yang diterapkan oleh orang tua memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan emosional dan psikologis Si Buah Hati. Oleh karena itu, kita harus memahami bagaimana cara memilih pola asuh yang tepat untuk mental anak. Pola pengasuhan ini mencakup perilaku dan sikap orang tua serta lingkungan emosional tempat mereka membesarkan anak-anak mereka. 

Pentingnya Kesehatan Mental pada Anak

Kesehatan mental merupakan bagian penting dari kesehatan anak dan memiliki hubungan yang kompleks dengan kesehatan fisik, serta kemampuan mereka untuk meraih prestasi di sekolah. 

Baik kesehatan fisik maupun mental memengaruhi cara Si Buah Hati dalam berpikir, merasa, dan bertindak, baik di dalam maupun di luar. Kesehatan mental penting untuk diperhatikan di sepanjang tahap kehidupan, mulai dari masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa.

Sebagai contoh, ketika seorang anak mendapat ejekan tentang berat badan. Situasi itu bisa membuatnya merasa tertekan dan minder. Dampak perasaan tertekan juga bisa menyebabkan stres yang bisa berpengaruh pada kesehatan fisik Si Buah Hati. 

Pengaruh Jenis Pola Asuh Orang Tua terhadap Kesehatan Anak 

Berikut ini empat jenis pola asuh orang tua terhadap kesehatan anak menurut Jean Piaget seperti yang dilansir dari laman situs American Psychological Association. 

  1. Pola asuh permisif

    Jenis pola asuh orang tua terhadap kesehatan anak dengan gaya permisif akan memposisikan orang tua sebagai teman bagi anak-anaknya. Umumnya orang tua permisif cenderung hangat, mengayomi anak-anaknya, dan memiliki tuntutan yang sangat rendah. Mereka akan memberikan kebebasan bagi anaknya untuk membuat keputusan sendiri dalam hidupnya dan menahan diri untuk tidak ikut campur kecuali anak-anak yang memintanya. 

    Ada dua pengaruh pola asuh permisif orang tua terhadap kesehatan mental anak, yaitu pengaruh positif dan negatif. Positifnya, anak terlatih untuk membuat keputusan sendiri, memiliki harga diri yang baik, serta memiliki keterampilan sosial yang baik. Sayangnya, tak jarang juga anak-anak merasakan dampak yang kurang baik dari pola pengasuhan permisif, salah satunya adalah masalah kesehatan seperti obesitas akibat anak bisa mengonsumsi berbagai makanan sesuka hati tanpa ada batasan dari orang tua. 

    Selain masalah kesehatan, Si Buah Hati yang mendapatkan pola pengasuhan permisif juga cenderung lebih impulsif, banyak menuntut, egois, kurang bisa mengatur diri sendiri. Tuntutan orang tua yang sangat rendah membuat anak-anak menjadi kurang disiplin, sehingga mereka cenderung lebih sering melakukan kebiasaan negatif, seperti bebas menentukan waktu tidur, waktu bermain, makan, dan mengerjakan pekerjaan rumah. 

  2. Pola asuh otoritatif

    Pola asuh ini disebut sebagai pola asuh anak paling ideal karena daya tanggap dan tuntutan sama-sama tinggi. Orang tua memiliki hubungan yang dekat dengan anak dan mendukung setiap hal positif yang mereka lakukan. Selain itu, orang tua juga selalu memberi penjelasan terlebih dahulu tentang dasar dari penerapan aturan serta menjelaskan sebab-akibat dari setiap perbuatan yang mungkin dilakukan oleh anak-anaknya.

    Pola pengasuhan ini akan menghasilkan anak-anak yang bahagia, cakap, percaya diri, mandiri, bertanggung jawab, mampu mengelola emosinya dengan baik, dan cenderung memiliki prestasi akademik yang baik di sekolah. Hal ini dapat terjadi karena pola asuh otoritatif memberi rasa aman dan nyaman bagi Si Buah Hati, serta mengurangi konflik antara orang tua dan anak.

Baca Juga: Bunda, Simak Manfaat Susu untuk Anak Usia Sekolah

  1. Pola asuh otoriter

    Pola asuh otoriter cenderung menerapkan komunikasi satu arah, di mana orang tua menetapkan aturan sangat ketat dan harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa ada ruang untuk bernegosiasi. Orang tua menuntut anak untuk menjunjung tinggi standar-standar yang sudah ditentukan tanpa melakukan kesalahan. Saat anak-anaknya melakukan kesalahan, maka mereka akan mendapatkan hukuman yang cukup keras, baik berupa kekerasan verbal maupun fisik. Tak heran jika orang tua dengan pola asuh otoriter juga disebut dengan strict parents.

    Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang otoriter biasanya akan menjadi anak yang paling berperilaku baik di rumah. Hal ini karena mereka sadar akan konsekuensi yang didapatkan dari setiap perilakunya. Selain itu, mereka juga mampu mematuhi instruksi yang tepat untuk mencapai tujuan tertentu. 

    Sayangnya, pola asuh otoriter juga dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan mental Si Buah Hati. Anak-anak akan tumbuh dengan tingkat agresi yang tinggi karena kesulitan mengontrol emosinya, pemalu, tidak memiliki kemampuan bersosialisasi, tidak mampu membuat keputusannya sendiri, memiliki harga diri yang rendah, dan membuat mereka untuk memberontak terhadap figur otoritas saat tumbuh dewasa nanti.

  2. Pola asuh abai

    Pola asuh abai dinilai sebagai jenis pola asuh orang tua terhadap kesehatan anak yang paling tidak ideal karena membuat anak-anak untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Orang tua benar-benar lepas tangan dalam mengasuh, jarang berkomunikasi dengan anaknya, dan tidak memberi perhatian serta panduan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 

    Hal ini membuat anak-anak cenderung tumbuh sebagai pribadi yang lebih tangguh dan mandiri dibanding anak-anak dari jenis pengasuhan lainnya. Sayangnya, mereka mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi dan memiliki kemampuan bersosialisasi yang buruk. Anak-anak juga dapat tumbuh sebagai individu dengan penghargaan diri rendah, memiliki kontrol diri yang rendah, rentan mengalami masalah mental, tidak bahagia, dan tidak memiliki prestasi secara akademis di sekolah.

Pada dasarnya, semua anak berhak untuk hidup bahagia, sehat, serta mendapatkan akses terhadap perawatan yang efektif untuk mencegah atau mengobati masalah kesehatan mental yang mungkin terjadi. Selain memilih jenis pola asuh orang tua terhadap kesehatan anak yang tepat, memenuhi kebutuhan gizi anak dengan baik juga merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang tua.

Pemenuhan gizi anak bisa dilakukan melalui pemberian makanan bergizi seimbang dan juga melengkapinya dengan susu. Rekomendasi susu yang bisa Bunda berikan untuk mendukung proses tumbuh kembang anak adalah DANCOW FortiGro. DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6–12 tahun.  Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro terdapat kandungan gizi seperti:

  1. Zat besi, zink, Vitamin A, C, dan D untuk dukung imunitas.  

  2. Vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks) untuk untuk dukung proses belajar.  

  3. Protein dan kalsium untuk membantu pertumbuhan. 

Manfaat DANCOW FortiGro ini tak hanya dapat dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh anggota keluarga dan aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream, serta dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dikonsumsi untuk bekal sekolah atau dalam perjalanan.

Semoga setelah memahami pengaruh pola asuh orang tua terhadap kesehatan mental anak di atas menjadikan kita sebagai orang tua bijak ya, Bunda. Dengan begini, proses tumbuh kembang Si Buah Hati dapat berjalan dengan lebih optimal.

Image Article
Ini Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kesehatan Mental Anak
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Bersosialisasi di Sekolah untuk Anak yang Pemalu

Published date

Sekolah bukan hanya tempat untuk belajar materi pelajaran, tetapi juga lingkungan sosial yang penting bagi perkembangan Si Buah Hati. Bagi anak yang pemalu, menjalin hubungan sosial di sekolah bisa menjadi tantangan. Namun, dengan bantuan orang tua dan guru, anak-anak pemalu dapat belajar cara bersosialisasi di sekolah dengan lebih percaya diri.

Pentingnya Bersosialisasi di Sekolah

Sosialisasi adalah proses mempelajari norma sosial, nilai, dan perilaku yang diperlukan agar seseorang dapat berfungsi secara efektif di dalam masyarakat. Tak hanya dimanfaatkan sebagai cara agar punya banyak teman di sekolah, berikut ini beberapa alasan pentingnya bersosialisasi di sekolah bagi anak-anak.

  1. Membangun keterampilan sosial

    Anak-anak yang mampu bersosialisasi lebih mungkin untuk mengembangkan keterampilan komunikasi, empati, dan kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik. Sebab, mereka belajar untuk berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang dan budaya, yang membantu mereka memahami dan menghargai perbedaan yang ada di antara orang-orang. Selain itu, hal ini juga memberikan kesempatan kepada Si Buah Hati untuk mengembangkan kepercayaan dirinya.

  2. Meningkatkan perkembangan kognitif

    Berinteraksi dengan orang lain dan terlibat dalam kegiatan sosial dapat menstimulasi otak dan meningkatkan ketangkasan mental Si Buah Hati. Sosialisasi juga membantu mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini dapat mendorong anak-anak untuk berpikir secara mandiri dan membuat keputusan berdasarkan penilaian mereka sendiri daripada hanya mengikuti orang banyak. 

  3. Mendukung perkembangan emosional

    Sosialisasi memberi mereka kesempatan untuk mengembangkan kecerdasan emosional, yang mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, dan mengelola emosi mereka sendiri, serta emosi orang lain. Hal ini penting untuk mengembangkan empati, keterampilan yang diperlukan untuk membangun hubungan yang kuat. 

  4. Mendorong kerjasama tim

    Sosialisasi memberikan kesempatan bagi Si Buah Hati untuk bekerja sama dalam tugas kelompok, berpartisipasi dalam olahraga tim, dan terlibat dalam kegiatan kolaboratif lainnya. Hal ini membantu mengembangkan keterampilan seperti kepemimpinan, komunikasi, dan kerja sama, yang sangat penting untuk sukses di masa depan. 

  5. Mengembangkan kompetensi budaya

    Dengan berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda, Si Buah Hati akan belajar untuk menghargai keragaman yang ada di dunia, mulai dari budaya, adat istiadat, dan kepercayaan yang berbeda, yang membantu mereka menjadi lebih toleran dan menerima orang lain.

  6. Membangun rasa kebersamaan

    Dengan bersosialisasi, Si Buah Hati dapat mengembangkan rasa saling memiliki, belajar untuk menghargai pentingnya bekerja sama demi mencapai tujuan bersama, dan saling mendukung dalam menghadapi tantangan.

  7. Meningkatkan prestasi akademik

    Bersosialisasi dengan teman sebaya dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pencapaian akademis. Anak-anak yang terlibat secara sosial cenderung memiliki tingkat partisipasi yang lebih tinggi di kelas dan peningkatan motivasi untuk belajar.

Baca Juga: Tips agar Anak Percaya Diri di Sekolah

Penyebab Anak Merasa Canggung di Sekolah

Beberapa kemungkinan penyebab rasa malu atau kecanggungan yang dialami oleh anak-anak ketika berada di sekolah: 

  1. Faktor genetika atau keturunan.

  2. Anak-anak yang sensitif secara emosional dan mudah terintimidasi.

  3. Melihat atau meniru perilaku seseorang yang menjadi panutan dalam kehidupannya.

  4. Anak-anak yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang tuanya atau yang mengalami pengasuhan yang tidak konsisten, mungkin cemas dan rentan terhadap perilaku pemalu. 

  5. Orang tua yang terlalu protektif dapat mengajarkan anak-anak mereka untuk menjadi terhambat dan takut, terutama pada situasi baru.

  6. Kurangnya interaksi sosial. Anak-anak yang terisolasi dari orang lain tidak memiliki keterampilan sosial yang memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan orang yang tidak dikenal.

  7. Anak-anak tidak merasa aman saat berpisah dengan pengasuhnya.

  8. Mendapatkan kritik yang keras, ejekan, atau intimidasi oleh orang-orang penting dalam hidup mereka, seperti orang tua, saudara kandung, anggota keluarga, atau teman dekat lainnya.

  9. Rasa takut akan kegagalan. Anak-anak mungkin cemas tentang sekolah karena mereka tidak merasa bahwa mereka tidak cukup berprestasi.

  10. Trauma masa lalu atau yang sedang berlangsung (perceraian, kematian dalam keluarga, atau pelecehan) dapat menyebabkan siswa merasa cemas di sekolah atau di lingkungan sosial kelompok lainnya. 

Tips Mendidik Anak agar Mudah Bersosialisasi di Sekolah

Sebagai orang tua, penting untuk memahami cara mengatasi anak yang takut bersosialisasi di sekolah untuk membantu kita dalam mendidik Si Buah Hati agar dapat berbaur dengan lingkungan sosialnya dengan baik.. Melansir dari Healthline.com, langkah pertama yang harus dilakukan oleh orang tua saat melihat anak-anaknya kesulitan dalam bersosialisasi di sekolah adalah dengan mencari tahu apa yang mereka rasakan dan takuti. 

Ajukan pertanyaan tentang sekolah pada saat anak-anak merasa tenang. Apakah ada orang di sekolah yang menakut-nakuti atau mengganggu mereka? Apakah ada anggota staf atau guru tertentu yang membuat mereka merasa tidak nyaman? Dengan siapa mereka duduk saat makan siang? Dan berbagai pertanyaan lainnya.

Setelah mengetahui penyebab anak-anak merasa canggung di sekolah, simak cara mengajarkan anak bersosialisasi berikut ini.

  1. Dukung minat Si Buah Hati untuk membangun keterampilan sosial sekaligus menempatkan anak-anak di sekitar orang-orang yang berpikiran sama yang mungkin akan membuat anak merasa lebih nyaman. Meskipun penting untuk dapat bersosialisasi dengan mereka yang memiliki minat yang berbeda-beda, memulai dengan anak-anak lain yang menyukai hal yang sama adalah cara yang sangat baik untuk membangun keterampilan sosial dengan lebih mudah.

  2. Ajarkan Si Buah Hati untuk berani mengajukan pertanyaan. Doronglah Si Buah Hati untuk mengajukan pertanyaan yang tidak bisa dijawab hanya dengan ya atau tidak, terutama untuk mata pelajaran yang belum mereka pahami di sekolah.

  3. Bermain peran. Minta Si Buah Hati berpura-pura menjadi orang yang sulit diajak bicara atau bergaul. Cara ini akan memberi Bunda gambaran tentang seperti apa orang tersebut, atau setidaknya bagaimana Si Buah Hati memandang orang lain. Setelah itu, coba berganti peran untuk melihat bagaimana mereka ketika berpura-pura berinteraksi dengan orang tersebut. Berikan saran pada Si Buah Hati agar dapat berbicara lebih efektif dengan orang tersebut. Jangan lupa untuk menyertakan bahasa tubuh, seperti tersenyum dan melakukan kontak mata, saat menasihati mereka, ya.

  4. Cara agar punya banyak teman di sekolah selanjutnya adalah dengan mengajarkan empati. Bagian dari mengajarkan empati adalah membantu anak-anak belajar bagaimana mendengarkan orang lain secara aktif. Saat Si Buah Hati memiliki pemahaman yang lebih baik tentang perasaan orang lain, mereka akan lebih mudah merasa terhubung dengan orang lain dan membentuk ikatan yang positif.

  5. Ketahui batasan Si Buah Hati. Seorang anak yang pemalu dan introvert tidak boleh diharapkan untuk berinteraksi dengan cara yang sama seperti anak yang secara alami mudah bergaul. Beberapa anak merasa nyaman dalam lingkungan yang besar, sementara yang lain merasa lebih mudah berhubungan dengan teman sebayanya ketika berada dalam kelompok yang lebih kecil. Penting juga untuk memahami batas waktu anak. 

  6. Memberikan contoh yang baik. Sebab anak-anak pasti akan mencontoh orang-orang terdekat yang dianggap penting dan bisa dijadikan sebagai panutan dalam hidupnya. 

Selain mengajarkan Si Buah Hati untuk bersosialisasi dengan teman-teman sekolahnya, Bunda juga harus memenuhi kebutuhan gizi anak dengan baik untuk dapat mengoptimalkan tumbuh kembang dan membantu proses belajar Si Buah Hati. Tidak cukup hanya dengan makanan bergizi seimbang, Bunda bisa melengkapi asupan gizi Si Buah Hati dengan memberikannya susu seperti DANCOW FortiGro

Rekomendasi susu yang bisa Bunda berikan untuk mendukung proses tumbuh kembang anak adalah DANCOW FortiGro. DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6–12 tahun.  Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro terdapat kandungan gizi seperti:

  1. Zat besi, zink, Vitamin A, C, dan D untuk dukung imunitas.

  2. Vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks) untuk untuk dukung proses belajar.  

  3. Protein dan kalsium untuk membantu pertumbuhan. 

Manfaat DANCOW FortiGro ini tak hanya dapat dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh anggota keluarga dan aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream, serta dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dikonsumsi untuk bekal sekolah atau saat dalam perjalanan.

Image Article
Cara Bersosialisasi di Sekolah untuk Anak yang Pemalu
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Agar Fokus Belajar di Rumah yang Bisa Bunda Terapkan

Published date

Belajar di rumah memiliki banyak manfaat dan pentingnya dapat dirasakan terutama bagi anak-anak usia sekolah. Saat berada di rumah, anak bisa lebih leluasa dalam mengatur waktu dan tempat belajar, sehingga mereka bisa belajar dengan nyaman. Tak hanya itu saja, orang tua juga dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar anak-anak, memberikan dukungan, bimbingan, dan motivasi yang diperlukan. Meski belajar merupakan kegiatan yang penting untuk dilakukan, sayangnya ada beberapa anak yang mengalami kesulitan untuk fokus belajar di rumah. Oleh karena itu, yuk simak cara membuat anak fokus belajar di sini!

Penyebab Anak Sulit Berkonsentrasi Ketika Belajar di Rumah

Cara mengatasi anak yang susah fokus dalam belajar adalah dengan memahami penyebabnya dengan baik. Melansir dari Oxford Learning, berikut ini beberapa kemungkinan penyebab anak sulit berkonsentrasi ketika belajar di rumah.

  1. Tidak memahami materi. Kurangnya pemahaman ini dapat menyebabkan anak-anak berhenti memperhatikan, dan akibatnya semakin tertinggal.

  2. Materi belajar yang kurang menantang. Anak-anak yang tidak tertantang pada tingkat yang cukup tinggi dapat kehilangan minat pada materi dan berhenti memperhatikan sama sekali.

  3. Terganggu oleh lingkungan sekitar, seperti suara anggota keluarga yang cukup keras, aktivitas tetangga yang cukup mengganggu, hingga suara televisi atau gadget yang mengganggu konsentrasi anak belajar.

  4. Gaya belajar yang tidak cocok. Setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda, ada yang belajar paling baik dengan melihat, ada yang mendengar, dan ada yang melakukan. Jika orang tua menerapkan gaya belajar yang tidak sesuai dengan cara belajar anak, maka hal ini dapat mengakibatkan kurangnya fokus dan pemahaman.

  5. Kurang tidur. Tidur kurang dari 8–10 jam setiap malam membuat anak tidak memiliki energi yang dibutuhkan untuk berkonsentrasi saat belajar. 

  6. Kurangnya asupan gizi. Melewatkan waktu makan adalah penyebab utama kurangnya fokus saat belajar. 

  7. Kelelahan akibat aktivitas yang cukup padat. Apalagi jika anak-anak memiliki kegiatan ekstrakurikuler setelah sekolah, maka ia akan merasa lelah dan tidak bersemangat untuk belajar di rumah.

Baca Juga: Tips Penuhi Kebutuhan Gizi dan Nutrisi Anak

Tips untuk Membuat Anak Fokus Belajar di Rumah

Agar Buah Hati dapat lebih mudah menyerap informasi untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya, berikut ini beberapa cara membuat anak fokus belajar yang bisa Bunda terapkan setiap harinya seperti yang dilansir dari buku seri Pendidikan Orang Tua: Mendampingi Anak Belajar di Rumah dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia berikut ini.

  1. Terapkan rutinitas di rumah

    Buatlah sebuah rutinitas dan anggap bahwa belajar di rumah sama halnya saat Si Buah Hati.berada di sekolah. Mulai dari menentukan waktu untuk bangun, menyegarkan diri, sarapan, dan berpakaian. Membiasakan diri dengan rutinitas akan akan membantu Si Buah Hati semakin disiplin sekaligus memberikan sinyal pada otak untuk belajar.

  2. Ciptakan ruangan khusus belajar

    Bunda bisa memanfaatkan ruang keluarga, ruangan yang kosong, bahkan teras belakang rumah sebagai ruang belajar Si Buah Hati. Buatlah batasan antara ruang khusus belajar dan ruangan santai di rumah untuk membantu Si Buah Hati tetap fokus saat belajar dari rumah dan mencegah stres akademis saat berada di ruang belajar.

  3. Membuat catatan

    Cara agar anak fokus belajar selanjutnya adalah dengan membuat catatan mengenai materi pembelajaran yang baru saja disimak. Dengan begini, Si Buah Hati bisa kembali memelajarinya di kemudian hari.

  4. Ajak Buah Hati untuk melakukan aktvitas fisik

    Belajar memang hal yang penting dilakukan, namun pastikan bahwa Si Buah Hati memiliki waktu istirahat yang cukup di sela waktu belajarnya. Luangkan waktu selama 45 menit untuk bangun, bergerak, dan mengaktifkan berbagai bagian otak dengan cara melakukan peregangan, berjalan-jalan di sekitar ruangan, melihat pemandangan di luar jendela, atau sekadar menikmati camilan favoritnya, misalnya minum susu dingin favorit Si Buah Hati.

  5. Ajak Buah Hati untuk tetap bersosialisasi

    Mengajak anak untuk bersosialisasi bisa menjadi cara mengatasi anak yang susah fokus dalam belajar. Misalnya saja saat Si Buah Hati mulai terlihat lelah di sela waktu belajarnya, ajak mereka untuk berbincang atau berkumpul sejenak bersama anggota keluarga lainnya. Dengan begini, mereka dapat kembali belajar dengan nyaman dan membantu otak agar dapat menyerap materi pembelajaran dengan lebih baik.

  6. Membuat rencana belajar

    Bantu Si Buah Hati untuk membuat rencana belajar. Misalnya dengan menuliskan apa saja yang harus dipelajari selama beberapa hari ke depan dan membagi tugas apa saja yang harus diselesaikan setiap harinya. Dengan begini, Si Buah Hati bisa belajar dengan lebih nyaman, teratur, dan tidak terlalu terbebani dengan berbagai macam tugas yang dapat membuatnya merasa bosan.

  7. Hindari multitasking

    Agar Si Buah Hati tetap fokus belajar, sebaiknya bantu atur jadwal belajar dengan baik. Misalnya satu hari digunakan untuk belajar dan waktu lainnya digunakan untuk mengerjakan tugas, membuat catatan, atau sekedar untuk bersantai. 

Selain beberapa hal di atas, cara membuat anak fokus belajar yang tak kalah penting adalah dengan memenuhi kebutuhan gizi Si Buah Hati dengan baik. Tak cukup hanya dengan pemberian makanan bergizi seimbang, Bunda bisa melengkapi asupan gizi Si Buah Hati dengan memberikannya susu DANCOW FortiGro Cokelat untuk menemaninya belajar. Susu DANCOW FortiGro Cokelat bisa disajikan dalam kondisi dingin, sehingga Si Buah Hati bisa menikmatinya dengan lebih menyenangkan sekaligus meningkatkan semangatnya untuk belajar.

DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6–12 tahun. DANCOW FortiGro yang mengandung vitamin dan mineral dapat mendukung proses belajar Si Buah Hati. Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro terdapat kandungan gizi seperti:

  • Zat besi, zink, vitamin A, C, dan D untuk dukung imunitas. 

  • Vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks) untuk untuk dukung proses belajar. 

  • Protein dan kalsium untuk membantu pertumbuhan. 

Manfaat DANCOW FortiGro ini tak hanya dapat dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream, serta dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dikonsumsi untuk bekal sekolah atau dalam perjalanan.

Image Article
Cara Agar Fokus Belajar di Rumah yang Bisa Bunda Terapkan
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Pentingnya Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Mandiri

Published date

Peran orang tua dalam mendidik anak sangatlah besar untuk membantunya tumbuh menjadi seseorang yang mandiri saat dewasa nanti. Namun kebanyakan orang tua cenderung langsung turun tangan dengan cepat memberi bantuan, dimana secara tidak langsung mereka mengomunikasikan bahwa anaknya tidak mampu untuk melakukannya sendiri.

Oleh karena itu, sebaiknya berikan anak kesempatan untuk berkembang secara mandiri, sehingga mereka mampu belajar mengenai arti tanggung jawab, melatih kreativitas, dan ketahanan mental yang diperlukan untuk sukses di masa depan.

Memahami Pentingnya Menanamkan Sikap Mandiri Sejak Dini

Parenting anak sekolah tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Penting bagi orang tua untuk memberikan dukungan, bimbingan, dan dorongan yang diperlukan agar anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang mandiri sejak dini, sehingga mereka merasa yakin bisa melakukan banyak hal dengan kemampuannya sendiri. Sebaliknya, tidak melatih anak untuk mandiri sejak dini dapat membuat mereka tumbuh sebagai individu yang bergantung pada orang lain hingga dewasa.

Ada begitu banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan melatih kemandirian anak sejak dini, diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Meningkatkan kepercayaan diri, harga diri, motivasi, dan ketekunan di sekolah.

  2. Melatih kemandirian memungkinkan Si Buah Hati merasa memiliki kendali atas hidupnya.

  3. Mendorong anak-anak untuk membangun hubungan sosial dan berkontribusi pada lingkungan sekitarnya.

  4. Mengembangkan tingkat kesadaran diri dan kepekaan anak-anak terhadap orang lain, sehingga terdorong untuk selalu membantu orang-orang yang ada di sekitarnya.

  5. Meningkatkan prestasi akademik.

  6. Memungkinkan anak-anak untuk menjadi pengambil keputusan yang baik dalam hidupnya.

  7. Anak-anak memiliki kebebasan untuk menjalani hidup sepenuhnya dan mempelajari banyak pelajaran penting, namun masih tetap dalam batas kewajaran.

  8. Membuat anak-anak tumbuh bahagia dan sehat karena mereka dapat mencapai sesuatu atas usahanya sendiri.

Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak agar Mandiri

Melatih kemandirian anak bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Namun, bukan berarti tidak bisa untuk diwujudkan. Dalam hal ini, orang tua harus memberikan kepercayaan yang besar sekaligus contoh yang baik bagi anak-anaknya, sebab orang tua merupakan sekolah sekaligus guru pertama bagi mereka. Melansir dari laman Paudpedia Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, berikut ini peranan orang tua dalam melatih kemandirian anak yang dapat disimak. 

  1. Memberikan kepercayaan pada anak usia sekolah, misalnya dengan melibatkan anak-anak saat melakukan aktivitas sehari-hari untuk meyakinkan bahwa mereka mampu untuk melakukan banyak hal.

  2. Menerapkan kebiasaan baik yang disesuaikan dengan usia, kemampuan, dan tingkat perkembangannya. Misalnya mengajarkan anak untuk membuang sampah pada tempatnya, rajin mencuci tangan, membereskan mainan di rumah, menolong teman, berbagi mainan atau makanan dengan orang lain, dan berbagai kebiasaan baik lainnya.

  3. Parenting anak 6 tahun agar menjadi anak yang mandiri selanjutnya adalah dengan menerapkan komunikasi yang baik setiap harinya. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh Si Buah Hati, sehingga mereka bisa menerima dan mengolah pesan dengan baik.

  4. Mengajarkan kedisiplinan pada anak-anak secara konsisten, misalnya dengan membuat aturan yang disetujui bersama di rumah. Jika ada yang melanggarnya, maka akan ada konsekuensi yang harus diterima.

Baca Juga: Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah

Tips Parenting untuk Mendidik Anak agar Mandiri

Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam membantu anak-anak mengembangkan sikap mandiri ini melalui dukungan, bimbingan, dan contoh yang mereka berikan setiap hari. Melansir dari laman  Paudpedia Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, berikut ini beberapa tips parenting anak untuk menumbuhkan kemandiriannya dengan baik.

  1. Biarkan anak-anak melakukan sesuatu untuk diri mereka sendiri. Sebagai orang tua, cukup tunjukkan, ajarkan, dan berikan pengawasan. 

  2. Berikan tanggung jawab kepada anak-anak. Misalnya dalam menjaga kebersihan rumah dan berbagai tugas lainnya agar anak-anak belajar bertanggung jawab.mandir

  3. Ajarkan anak-anak keterampilan hidup. Misalnya cara memasak, mencuci, dan mengelola uang (cara menabung dan membelanjakan) agar mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri.

  4. Ajarkan anak bagaimana cara merawat orang lain. Dengan merawat orang lain, anak-anak belajar pelajaran penting tentang tanggung jawab dan kebutuhan untuk memikirkan orang lain. Misalnya dengan mengizinkan anak-anak merawat hewan peliharaan atau mengizinkan anak yang lebih tua untuk merawat adiknya.

  5. Biarkan anak-anak menyelesaikan konflik mereka sendiri, sehingga mereka akan tahu bagaimana menangani situasi ini tanpa bantuan orang tuanya.

  6. Ciptakan lingkungan yang mandiri. Izinkan anak-anak untuk membuat beberapa pilihan mereka sendiri, seperti memilih pakaian untuk dipakai sehari-hari. Berikan anak ruang ketika mereka membutuhkannya. 

  7. Tunjukkan rasa percaya diri pada anak-anak, misalnya dengan memuji setiap usaha dan kerja keras yang dilakukan dalam melakukan sesuatu, bukan hanya memuji keberhasilan. Sebab jika kita hanya memuji keberhasilan, maka anak-anak akan berpikir bahwa kegagalan adalah hal yang buruk.

  8. Ajarkan anak-anak untuk membela diri mereka sendiri. Jangan langsung terburu-buru untuk "menyelamatkan" anak-anak ketika ada konflik atau masalah. Ajaklah mereka untuk berdiskusi atau bermain peran mengenai berbagai cara untuk membela diri. 

  9. Doronglah anak-anak untuk keluar dari zona nyaman mereka dan mengambil risiko, bahkan ketika kemungkinan gagal sangat nyata.

  10. Biarkan anak-anak melakukan kesalahan dan mengalami kegagalan. Berikan pemahaman bahwa kegagalan bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti atau dihindari dengan cara apa pun. Mengajarkan anak-anak bahwa tidak apa-apa untuk terus mencoba sesuatu akan memberi mereka kepercayaan diri untuk mencoba hal-hal baru dalam kehidupan dewasa mereka.

 

Selain melatih anak untuk mandiri sejak dini, hal lain yang perlu Bunda perhatikan adalah menjaga kesehatan Si Buah Hati dengan memberikan makanan bergizi seimbang untuk mendukung tumbuh kembangnya. Lengkapi juga asupan gizi Si Buah Hati dengan memberikannya DANCOW FortiGro. DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6–12 tahun. Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro terdapat kandungan gizi seperti:

  • Zat besi, zink, Vitamin A, C, dan D untuk dukung imunitas. 

  • Vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks) untuk untuk dukung proses belajar. 

  • Protein dan kalsium untuk membantu pertumbuhan. 

Manfaat DANCOW FortiGro ini tak hanya dapat dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream, serta dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dikonsumsi untuk bekal sekolah atau dalam perjalanan.

Semoga dengan informasi mengenai usia ideal anak masuk SD dan hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum masuk sekolah bisa membantu Bunda agar Si Buah Hati semakin bersemangat untuk menuntut ilmu, ya!

Image Article
Pentingnya Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Mandiri
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Simak Syarat Usia Anak Masuk SD dan Hal-hal yang Harus Disiapkan

Published date

Pada tahap perkembangan anak, masa transisi dari Taman Kanak-Kanak ke Sekolah Dasar merupakan momen penting yang memerlukan persiapan matang. Pemahaman akan syarat usia masuk SD serta hal-hal yang harus disiapkan oleh orang tua menjadi hal utama yang wajib untuk diperhatikan. Sebab hal ini menentukan kesiapan anak untuk beradaptasi di lingkungan baru yang lebih luas dan tantangan yang lebih besar daripada biasanya.

Anak Masuk SD Usia Berapa?

Ketentuan mengenai usia ideal anak masuk SD di setiap negara tentu akan sangat berbeda. Di Indonesia sendiri, prioritas usia anak bisa masuk sekolah dasar adalah jika mereka sudah menginjak usia tujuh tahun, kecuali anak-anak yang memiliki permasalahan seperti hambatan kognitif, masalah tumbuh kembang, dan hal lainnya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru yang menyatakan bahwa persyaratan calon peserta didik baru yaitu:

- Kelas 1 (satu) SD diprioritaskan anak berusia 7 tahun atau paling rendah 6 tahun pada tanggal 1 Juli tahun berjalan atau di tahun yang sama. Anak masuk SD usia 7 tahun lebih diprioritaskan dengan pertimbangan pada usia tersebut mereka memiliki kesiapan psikis untuk beradaptasi.

- Pengecualian syarat usia paling rendah 6 tahun yaitu usia 5 tahun 6 bulan pada tanggal 1 Juli berjalan yang diperuntukkan bagi calon peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa dan kesiapan psikis yang dibuktikan dengan rekomendasi tertulis dari psikolog profesional serta tidak dilakukan oleh guru.

Oleh karena itu, sangat penting bagi tiap orang tua untuk memerhatikan kesiapan anak dari keseluruhan aspeknya. Caranya adalah dengan melakukan observasi langsung pada anak dan juga bekerja sama dengan pihak sekolah untuk mengoptimalkan aspek yang masih kurang dan menghambat seorang anak masuk sekolah dasar.

Baca Juga: Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah

Hal-hal yang Harus Disiapkan sebelum Si Buah Hati Masuk SD 

American Academy of Pediatrics menjelaskan beberapa faktor yang menentukan kesiapan anak masuk sekolah sebagai berikut:

  1. Faktor fisik dan perkembangan sensorik-motorik. Hal ini bisa dilihat dari apakah kondisi kesehatan anak dalam kondisi baik serta pertumbuhannya sudah berjalan normal dan sesuai dengan usianya atau tidak.

  2. Faktor sosial dan emosional, termasuk pengaturan diri, perhatian, kerjasama, rasa empati, dan kemampuan untuk mengomunikasikan emosi dengan baik.

  3. Kemandirian, yaitu kemampuan anak untuk mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.

  4. Perkembangan bahasa, termasuk mendengarkan, berbicara, dan kosakata, serta keterampilan literasi, termasuk kesadaran cetak, pemahaman cerita, dan proses menulis dan menggambar

  5. Faktor pengetahuan umum, termasuk kemampuan membaca dan berhitung.

Tak melulu hanya mencari tahu mengenai umur berapa anak masuk SD, ada baiknya Bunda juga mulai memperkenalkan aspek-aspek sekolah dasar sejak dini. Contohnya adalah beberapa hal berikut ini: 

  1. Mendaftarkan Si Buah Hati di Taman Kanak-kanak, sehingga mereka dapat diperkenalkan dengan tata krama di kelas dan dasar-dasar akademis (matematika, membaca, dan menulis) dalam lingkungan sosial yang menyenangkan

  2. Mengunjungi atau menunjukkan sekolah untuk memberikan gambaran bahwa sekolah akan menyenangkan. 

  3. Aturlah pertemuan antara anak dan calon guru mereka agar mereka tahu bahwa guru-guru mereka ada di sana untuk membantu mereka.

  4. Jelaskan tata krama dasar dan kebiasaan yang akan membantu mereka di sekolah, misalnya, merapikan kursi, mengangkat tangan saat bertanya, dan banyak lagi. Bunda dapat memilih untuk mencontohkan perilaku-perilaku ini di rumah, atau bahkan bermain peran seperti apa hari sekolah itu.

Agar anak semakin siap untuk sekolah, maka sebagai orang tua harus memenuhi kebutuhan dasar anak-anaknya, yaitu pemenuhan gizi yang baik dan tidur yang cukup. Pastikan untuk memberikan asupan bergizi seimbang yang mengandung makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta vitamin dan mineral sebagai mikronutrien yang penting juga untuk dipenuhi.

Selain makanan bergizi seimbang, lengkapi juga asupan gizi Si Buah Hati dengan memberikannya susu DANCOW FortiGro. DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6–12 tahun.  Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro terdapat kandungan gizi seperti:

Zat besi, zink, Vitamin A, C, dan D untuk dukung imunitas. 

Vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks) untuk untuk dukung proses belajar. 

Protein dan kalsium untuk membantu pertumbuhan. 

Manfaat DANCOW FortiGro ini tak hanya dapat dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh anggota keluarga dan aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream, serta dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dikonsumsi untuk bekal sekolah atau dalam perjalanan.

Semoga dengan informasi mengenai usia ideal anak masuk SD dan hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum masuk sekolah bisa membantu Bunda agar Si Buah Hati semakin bersemangat untuk menuntut ilmu, ya!

Image Article
Syarat Usia Anak Masuk SD dan Hal-hal yang Harus Bunda Siapkan
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Mengenalkan Konsep Sabar dalam Puasa Ramadan untuk Si Buah Hati

Published date

Mengenalkan konsep sabar dalam puasa Ramadan pada Si Buah tentu bukan hal yang mudah. Butuh kesabaran ekstra dan pendekatan yang bijak dari orang tua agar anak-anak dapat memahaminya dengan baik.

Pada dasarnya, mengenal sabar dalam puasa Ramadan bisa dimulai dengan menjelaskan makna puasa pada Si Buah Hati. Puasa berarti menahan rasa lapar dan haus sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Namun, untuk anak-anak yang belum memasuki usia baligh mereka diperbolehkan untuk berpuasa setengah hari atau semampunya. 

Sabar dalam hal ini adalah mampu menahan lapar dan haus tanpa banyak mengeluh, rewel, atau menangis sampai tiba waktunya untuk berbuka puasa. 

Cara Mengenalkan Konsep Sabar pada Si Buah Hati

Dalam hidup anak-anak, orang tua merupakan contoh atau teladan bagi mereka. Tanpa kita sadari, anak-anak banyak meniru setiap tindakan atau ucapan orang tuanya. 

Oleh karena itu, peranan orang tua dalam mengenalkan konsep sabar pada anak selama puasa adalah dengan memberikan contoh yang baik. Beberapa langkah yang bisa Bunda dan Ayah lakukan antara lain:

  1. Melibatkan anak-anak dalam diskusi keluarga, terutama dalam membahas berbagai hal yang berkaitan dengan puasa dan amalan di bulan Ramadan.
  2. Memberikan contoh yang baik untuk mengenalkan sabar dalam puasa Ramadan. Misalnya dengan rutin bangun saat sahur, membantu menyiapkan hidangan makanan untuk keluarga, salat lima waktu, salat tarawih, mengaji dan melakukan amalan baik lainnya, serta tetap beraktivitas selama berpuasa tanpa mengeluh lapar dan haus hingga waktunya berbuka puasa.
  3. Bertanggung jawab dan mau mengakui kesalahan. Misalnya saat Bunda atau Ayah telat menjalankan salat.
  4. Menunjukkan kebaikan dan rasa hormat saat berinteraksi dengan orang lain. 
  5. Memberikan perhatian dan kasih sayang pada keluarga. Misalnya saat membangunkan sahur, mengajak salat berjamaah, atau mengajak anggota keluarga untuk ngabuburit sambil menunggu waktu berbuka puasa dengan melakukan berbagai hal seru. 

Baca Juga: Makanan yang Cocok Dikonsumsi Anak saat Sahur

Manfaat Mempelajari Konsep Sabar saat Berpuasa

Selain membantu anak-anak lebih siap belajar jalani Ramadan, menurut informasi laman Kementerian Agama Republik Indonesia, berikut ini beberapa manfaat sabar saat puasa. 

  1. Mendekatkan diri kepada Allah dan memperkuat iman dan kedekatan kita dengan Sang Pencipta.
  2. Mendapatkan pahala yang besar karena bersabar dalam menghadapi ujian hidup.
  3. Kesabaran dalam menghadapi kesulitan merupakan bukti ketaatan terhadap Sang Pencipta. Sebagai balasannya, semua dosa yang telah diperbuat akan diampuni.

Sabar dalam menghadapi tantangan selama bulan Ramadan (menahan rasa lapar dan haus) juga dapat memberikan beberapa manfaat seperti:

  1. Melatih anak-anak untuk dapat mengatasi cobaan hidup dengan lebih baik saat dewasa nanti. Ketika bersabar, mereka bisa mengambil langkah-langkah yang bijak tanpa emosi yang berlebihan.
  2. Kesabaran juga dapat melatih anak dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya, sehingga terciptalah lingkungan yang damai dan saling menghormati.
  3. Bersabar membantu Si Buah Hati untuk dapat mengendalikan diri, terutama saat merasa marah dan frustasi karena harus menahan rasa lapar dan haus selama berpuasa.
  4. Kesabaran memberikan kesempatan bagi Si Buah Hati untuk mengembangkan diri dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Peran orang tua yang juga tak kalah penting dalam mendukung Buah Hatinya belajar sabar dalam puasa Ramadan adalah memastikan kebutuhan gizinya terpenuhi dengan baik. Selain memberikan makanan bergizi seimbang, Bunda bisa memberikan susu DANCOW FortiGro yang siap mendukung Si Buah Hati lebih siap belajar jalani Ramadan dengan kombinasi unik DHA dan zat besi. Berikan DANCOW FortiGro 2 kali sehari, yaitu saat malam sebelum tidur dan ketika sahur.

DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6–12 tahun karena mengandung vitamin dan mineral yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan, serta mendukung imunitas anak. Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung: 

  • Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti seperti vitamin B1, B2, B3, B6, serta omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan box). 

  • Kandungan gizi pendukung daya tahan tubuh seperti zat besi, zink, vitamin A, C, & D. 

  • Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium.

Kandungan susu DANCOW FortiGro yang lengkap ini dapat bantu penuhi asupan gizi seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi terhadap susu sapi. Tersedia dalam varian Instant, Cokelat, dan Full Cream.

Selain itu, DANCOW FortiGro juga dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang disukai Si Buah Hati. DANCOW UHT praktis dikonsumsi anak saat berbuka puasa di jalan.

Image Article
Mengenalkan Konsep Sabar dalam Puasa Ramadan untuk Si Buah Hati
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bagaimana Cara Mengajari Anak Belajar Tanpa Emosi? Ini Triknya!

Published date

Bunda, sebagai orang tua pasti selalu menginginkan dan siap memberikan yang terbaik untuk Si Buah Hati. Termasuk saat mendidik dan mengajarkan hal baru kepada anak. Saat anak dapat memahami dengan cepat atau menuruti perintah orang tua dengan baik, pasti Bunda merasa senang dan bangga.

Namun terkadang, ada saat di mana proses mendidik anak tidak berjalan lancar. Entah karena Si Buah Hati yang sulit memahami atau orang tua yang kehabisan kesabaran hingga berujung emosi. Padahal, selalu ada cara mendidik anak tanpa emosi. Bagaimana triknya? Yuk, simak bersama, Bunda!

Dampak Emosi Orang Tua Terhadap Anak

Bunda, sebagai manusia, tentu kita akan selalu dipenuhi dengan perasaan emosi. Tidak hanya emosi negatif seperti amarah, namun juga emosi positif, seperti bahagia dan kasih sayang.

Bila orang tua mendidik anak dengan emosi positif, seperti keceriaan dan kasih sayang tentu bukanlah sebuah masalah. Namun, jika yang meluap adalah emosi negatif, seperti rasa kesal dan amarah, sebaiknya Bunda berhenti sejenak.

Mengapa orang tua tidak boleh sampai meluapkan emosi negatif dalam mendidik anak? Karena dampak emosi ini terhadap anak bisa sangat buruk. 

Yuk kita bedah lebih lanjut tentang emosi negatif ini

Amarah Bunda bisa membuat Si Buah Hati menyalahkan dirinya sendiri. Anak mungkin akan menjadi stres dan itu dapat berdampak pada perkembangan otaknya. Selain itu, jika anak kerap mendapat perlakukan emosi negatif dari orang di sekelilingnya, ia akan tumbuh dengan risiko penyakit mental di kemudian hari.

Jika anak mendapat kekerasan verbal dari orang tua yang emosi, ia dapat berpikir bahwa hal itu adalah kesalahannya dan membuat anak kehilangan rasa percaya diri. Lebih buruknya, tumbuh perasaan tidak berharga di dalam diri anak.

Anak juga dapat merespon emosi negatif orang tua dengan perilaku negatif lainnya, seperti bertindak kasar dan agresif. Si Buah Hati juga bisa jatuh sakit, menarik diri dari orang lain, dan sulit tidur.

Dampak lebih buruk bisa dialami anak, apabila emosi orang tua sudah mengarah pada kekerasan fisik. Anak bisa merasa terguncang, cedera, cacat, bahkan meninggal.

Bahkan jika anak selamat dari kekerasan fisik di keluarga, ia bisa menjadi antisosial, agresif, merasa rendah diri, mengalami gangguan mental, atau terjebak dalam hubungan negatif.

Tips Cara Mendidik Anak Tanpa Emosi yang Negatif

Merasa kesal atau marah terhadap anak terkadang memang tidak dapat dihindari. Namun setelah mengetahui dampak buruk emosi negatif terhadap anak, maka tidak ada cara selain Bunda harus meregulasi emosi dan berusaha mendidik anak tanpa emosi negatif ini.

Berikut beberapa tips cara mendidik anak tanpa emosi negatif:

1. Kenali tanda-tanda munculnya emosi

Saat emosi mulai meluap, tubuh kita akan menunjukkan tanda-tanda tertentu, seperti detak jantung lebih cepat, perut bergejolak, otot terasa tegang, napas makin cepat, wajah berkeringat, rahang mengatup, telapak tangan mengepal, bahu tegang, suara meninggi, dan bicara semakin cepat.

Bila tanda-tanda emosi itu muncul, kenali dan segera berhenti untuk mencegah emosi meluap. Ini bisa menjadi cara agar tidak emosi saat mendidik anak.

2. Luangkan waktu berbicara dengan anak

Membangun hubungan baik dengan anak salah satunya bisa dilakukan dengan rutin meluangkan waktu bersama Si Buah Hati. Jauhkan hal yang bisa mendistraksi seperti ponsel atau layar televisi dan ajak anak berbicara dari hati ke hati. Posisikan tubuh Bunda hingga setinggi anak dan kedua mata sejajar.

3. Ingat hal positif dari anak

Tips mendidik anak tanpa emosi selanjutnya, ingatlah hal positif dari anak. Terkadang orang tua lebih mengingat kesalahan atau kelakuan buruk dari anak dibandingkan kebaikannya. Mulai sekarang, cobalah untuk membuang pikiran buruk tentang anak dan lebih fokus pada kebaikan Si Buah Hati. Jangan ragu untuk memberikan pujian saat anak melakukan hal positif.

Baca Juga: Cara Meningkatkan Sistem Imun dari Flu 

4. Buat ekspektasi yang jelas

Tak jarang emosi muncul saat harapan orang tua tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Untuk itu, mulailah membuat batasan ekspektasi yang jelas. Alih-alih melarang agar tidak berbuat kesalahan, cobalah mengungkapkan apa yang Bunda ingin Si Buah Hati lakukan. Hentikan berkata, "Jangan membuang-buang makanan" dan mulai berkata, "Habiskan makanannya ya" dengan lembut.

5. Jadilah contoh yang baik untuk anak

Berikan contoh bahwa Bunda bisa mengendalikan emosi saat merasa marah pada anak. Saat tiba-tiba Bunda merasa kesal karena anak, biarkan Si Buah Hati tahu bahwa Bunda sedang merasa kesal dan sedang mencoba untuk mengatasinya. Ini akan mengajarkan anak bahwa tidak apa-apa merasa marah, namun yang lebih penting adalah bagaimana bisa mengendalikannya.

6. Tetap berpikir logis

Emosi sering kali membuat kita tidak bisa berpikir menggunakan logika. Cobalah untuk tetap tenang dan jangan biarkan pikiran turut dikendalikan emosi. Jadilah orang dewasa di hadapan anak-anak. Saat merasa kesal pada anak, biasanya anak tidak secara sengaja membuat orang tua marah sehingga sebagai orang tua seharusnya tidak mudah terbawa emosi karena tingkah anak-anak.

7. Gunakan konsekuensi yang tenang

Ketika anak berbuat hal buruk yang sampai membuat orang tua kesal, cobalah untuk memberikan konsekuensi yang tenang dan bukan berupa kekerasan atau kemarahan. Jelaskan kepada anak bahwa tindakannya bisa berakibat pada hal yang buruk, baik kepada dirinya maupun orang lain sehingga anak dapat belajar dari kesalahannya dan mengajarkan anak tentang tanggung jawab.

Itulah beberapa tips untuk cara mendidik anak tanpa emosi yang negatif. Ingatlah selalu bahwa emosi negatif dalam mendidik anak hanya akan membawa dampak buruk, tidak hanya kepada anak tetapi juga orang tua.

Selain itu, jangan lupa untuk pastikan kebutuhan gizi Si Buah Hati terpenuhi. Bunda bisa memberi Si Buah Hati susu pertumbuhan, seperti susu DANCOW 1+ Imunutri yang diformulasi khusus untuk anak usia 1-3 tahun.

Susu DANCOW 1+ Imunutri tinggi vitamin A, C, D, dan E. Juga mineral selenium, zink, tembaga, dan kalsium. Susu Dancow 1+ juga tinggi protein dan mengandung DHA, Omega 3 dan 6, serta zat besi untuk dukung perkembangan kognitif si Buah Hati.

Image Article
cara mendidik anak tanpa emosi
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Mendidik Anak Usia 2 Tahun Agar Cerdas. Yuk, Simak!

Published date

Setiap orang tua pasti bangga memiliki anak yang cerdas. Dalam hal ini, orang tua memiliki peranan penting untuk mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan maksimal.

Dukungan orang tua sangat penting selama masa pertumbuhan Si Buah Hati, termasuk dalam mendidik anak agar mempunyai pemikiran yang cerdas di usia 2 tahun.

Lantas, bagaimanakah cara mendidik anak usia 2 tahun agar cerdas sejak dini? Hal apa saja yang perlu Bunda ajarkan sejak dini kepada Si Buah Hati?

Perkembangan Kecerdasan Anak Usia 2 Tahun

Sel-sel otak terbentuk sejak bayi masih janin, yakni sejak usia kandungan 3-4 bulan. Kemudian jumlah sel otak akan bertambah dengan cepat hingga mencapai miliaran sel saat anak berusia 3 tahun.

Sejak sebelum dilahirkan hingga berusia 4 tahun, otak anak tumbuh secara eksplosif. Usai dilahirkan, otak anak terus bertumbuh dan akan mencapai 90 persen ukuran dewasa bahkan sebelum Si Buah Hati menginjak usia prasekolah. Periode perkembangan otak ini pun menjadi kesempatan ideal anak untuk belajar.

Di usia 2 tahun, kemampuan belajar anak terus meningkat. Si Buah Hati semakin memahami bahasa, tindakan, juga konsep. Anak juga mulai dapat memikirkan dan menemukan cara mengatasi masalah tanpa memanipulasi objek secara fisik.

Menurut penelitian, kecerdasan anak berasal dari genetik dan faktor lainnya, termasuk lingkungan anak. Faktor yang bisa dikontrol oleh orang tua ini memiliki peranan penting dalam perkembangan kecerdasan anak.

Karenanya, alih-alih menggunakan cara mengajar yang serius dan membuat anak mudah bosan, Bunda bisa mencoba cara mendidik anak biar cerdas yang seru, salah satunya bermain.

Tips Cara Mendidik Anak Usia 2 Tahun Agar Cerdas

Berikut ini beberapa tips mendidik anak agar cerdas dengan cara menyenangkan yang bisa Bunda praktikkan di rumah.

1. Menjadi contoh yang baik

Orang tua perlu memenuhi kebutuhan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman kepada anak, selain itu juga perlu menumbuhkan sikap saling menghargai, toleransi, kerja sama, dan tanggung jawab. Orang tua juga harus mengajarkan cara menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan secara bijak.

Tak hanya itu, orang tua juga bisa mencontohkan cara mengelola emosi dengan baik, karena anak akan melihat dan belajar dari orang tuanya dalam menyalurkan emosi.

2. Ajak anak membaca buku

Anak perlu distimulasi sejak dini untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya. Salah satu cara mendidik anak biar cerdas bisa dilakukan dengan sering membacakan buku untuk Si Buah Hati sejak dini.

Membaca akan membantu anak mengembangkan keterampilan berbahasa dan mendengarkan, membangun kosa kata, serta meningkatkan keterampilan kognitif.

Sebuah penelitian menunjukkan adanya hubungan antara membaca dan kecerdasan. Membaca bisa membuat anak menjadi lebih pintar.

3. Bermain

Cara mendidik anak usia dini agar cerdas selanjutnya bisa dilakukan dengan bermain. Bermain akan mendukung perkembangan kognitif, keterampilan, sosial, dan emosional anak.

Cara mendidik anak usia 2 tahun agar cerdas dalam berbahasa verbal, Bunda bisa mengajak Si Buah Hati bercakap-cakap atau bernyanyi lagu anak-anak.

Selain itu, bisa dengan bermain angka, menghitung mainan, merangkai sesuatu, atau mengelompokkan benda.

Anak yang memiliki potensi bawaan berbagai kecerdasan dan dirangsang terus-menerus sejak dini dengan cara menyenangkan dan bervariasi, akan membuatnya memiliki beragam kecerdasan.

4. Melakukan aktivitas fisik

Mendidik anak agar cerdas juga bisa dilakukan dengan membuatnya tetap aktif. Balita disarankan tetap aktif secara fisik setiap hari minimal 180 menit. Bunda bisa mengajak Si Buah Hati bermain melompat, berlari, bersepeda, bermain air, kejar-kejaran, atau bermain bola.

Selain melatih tubuh dan pikiran, aktivitas fisik bisa membantu anak mengurangi risiko obesitas dan penyakit tidak menular lainnya di kemudian hari. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak Si Buah Hati berusia dini akan membentuk gaya hidup aktif saat beranjak dewasa.

5. Memberikan rasa percaya

Untuk bisa meningkatkan kepercayaan diri dan perkembangan otak anak, orang tua bisa menaruh rasa percaya penuh kepada anak. Kecerdasan dan kreativitas akan tumbuh saat dirinya merasa dicintai dan dipercaya.

Bunda bisa memberikan rasa percaya bahwa anak akan berhasil. Kreativitas dan kecerdasan anak akan berkembang apabila orang tua bisa mendengarkan dan menghargai pendapat anak, serta mendorong anak berani mengungkapkannya.

Baca Juga: Cara Meningkatkan Sistem Imun Anak

6. Bermain di luar rumah

Mempelajari alat musik bermanfaat meningkatkan otak dan secara langsung meningkatkan keterampilan matematika dan spasial anak. Penelitian juga menunjukkan kaitan bermain alat musik dengan peningkatan fungsi otak.

7. Rutinitas waktu tidur yang baik

Tidur yang cukup memberikan peran penting dalam perkembangan kognitif anak. Hasil penelitian menunjukkan korelasi antara kecerdasan dan rutinitas tidur. Pastikan Si Buah Hati memperoleh waktu tidur yang disarankan untuk anak berusia 2 tahun yakni 10-13 jam per hari.

8. Nutrisi yang cukup

Kecerdasan memiliki kaitan erat dengan ketercukupan kebutuhan gizi. Makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh turut mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Ada beberapa gizi penting yang secara spesifik mendukung pertumbuhan otak dan perkembangan kecerdasan anak, seperti asam lemak omega 3 dan 6, vitamin D, DHA, dan zat besi.

Karenanya, Bunda bisa memberikan makanan yang mengandung gizi penting di atas kepada Si Buah Hati yang berusia 2 tahun agar tumbuh cerdas.

Selain asupan makanan minuman sehari-hari, Bunda juga bisa memberi Si Buah Hati susu pertumbuhan, seperti susu DANCOW 3+ Imunutri yang diformulasi khusus untuk Anak Indonesia.

Susu DANCOW 3+ Imunutri mengandung DHA, Omega 3 dan 6. DHA mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak anak, juga untuk perkembangan mata dan kognitif yang optimal. Selain itu, Dancow 3+ Imunutri memiliki kandungan vitamin A, C, E, zink, tembaga, dan selenium yang dibutuhkan Si Buah Hati.

Demikian ulasan seputar cara mendidik anak usia 2 tahun agar cerdas serta tips dan penjelasannya. Jangan lupa juga untuk memenuhi kebutuhan gizi harian Si Buah Hati dengan susu DANCOW 3+ Imunutri.

Image Article
cara mendidik anak usia 2 tahun agar cerdas
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tipe Pola Asuh Anak Usia 2-3 Tahun yang Perlu Bunda Ketahui

Published date

Memasuki usia toddler, anak mulai semakin aktif bergerak. Si Buah Hati biasanya sudah bisa berjalan dan menjangkau lebih banyak tempat. Anak selalu bergerak seolah tak pernah lelah. Selain aktif dan penuh rasa ingin tahu, anak balita usia 2-3 tahun juga bisa menjadi sangat emosional.

Saat Si Buah Hati terus tumbuh dan berkembang, kebutuhan dan aktivitasnya pun ikut berubah. Karena itu, Bunda perlu menerapkan pola asuh anak usia 2-3 tahun yang tepat karena ini merupakan usia kritis bagi perkembangannya.

Pada masa ini, Si Buah Hati akan mengalami perkembangan pesat dalam berbagai aspek, mulai dari fisik, motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Tipe pola asuh anak usia dini yang tepat dapat membantunya tumbuh dan berkembang secara optimal. 

Memahami Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun

Sebelum membahas tentang pola asuh anak usia 2-3 tahun, perlu Bunda pahami bahwa di masa ini anak mengalami perkembangan dalam berbagai aspek. Untuk lebih jelasnya, berikut ini perkembangan anak di usia 2-3 tahun yang perlu Bunda ketahui:

1. Perkembangan fisik

  • Menendang bola
  • Berjalan
  • Menaiki beberapa anak tangga dengan atau tanpa bantuan
  • Makan dengan sendok
  • Memanjat sesuatu.

2. Perkembangan otak

  • Mulai mengurutkan bentuk dan warna
  • Dapat menemukan hal-hal yang tersembunyi di bawah banyak lapisan
  • Melengkapi kalimat di buku yang sudah dikenal
  • Memainkan permainan khayalan sederhana
  • Membangun menara dengan empat blok atau lebih
  • Dapat mengikuti instruksi dua langkah
  • Mungkin mulai mengembangkan tangan dominan

3. Milestone kognitif

  • Memegang sesuatu di satu tangan sambil menggunakan tangan lainnya.
  • Mencoba menggunakan saklar atau tombol pada kamera mainan
  • Bermain dengan lebih dari satu mainan pada saat bersama, seperti meletakkan makanan mainan pada piring mainan

4. Milestone bahasa atau komunikasi

  • Bisa mengucapkan dua kata atau lebih seperti, “Mau susu”
  • Memahami pertanyaan yang dilontarkan Bunda, misalnya saat Bunda sedang membacakan buku kemudian bertanya, “Di mana ya beruangnya?”
  • Mampu menunjukkan setidaknya dua bagian tubuh
  • Menggunakan lebih banyak isyarat selain melambaikan tangan dan menunjuk. Misalnya, memberi ciuman atau mengangguk

5. Milestone sosial emosional

Di usia 2-3 tahun, Si Buah Hati akan mulai mengalami banyak emosi dan belajar tentang perasaan orang lain. Tantrum di usia ini adalah hal yang biasa terjadi karena anak tidak selalu bisa mengkomunikasikan perasaan atau hal yang diinginkan.

Anak masih belum bisa selalu mengungkapkan emosi yang kuat seperti frustasi, marah, malu, atau perasaan bersalah.

Si Buah Hati juga mulai memahami bagaimana perilakunya memengaruhi Bunda, maupun sebaliknya.

Anak mungkin tidak akan lagi terlalu kesal saat ditinggalkan orang tua sejenak, namun akan tetap ingin mendapat banyak perhatian. Anak mungkin menempel pada Bunda di saat merasa lelah, ketakutan, atau hanya ingin dipeluk. 

Baca Juga: Cara Meningkatkan Sistem Imun Anak dari Flu

Tipe Pola Asuh Anak 2-3 Tahun dan Dampaknya

Bunda, dalam memilih pola asuh anak 2 tahun harus benar-benar diperhatikan. Karena, tipe atau jenis pola asuh anak usia dini dapat mempengaruhi segalanya, mulai dari harga diri anak hingga prestasi akademisnya.

Untuk itu, penting bagi Bunda memastikan gaya pengasuhan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang sehat. Karena cara orang tua berinteraksi dengan Si Buah Hati dan bagaimana cara mendisiplinkan anak akan berpengaruh di sepanjang sisa hidupnya.

Para peneliti telah mengidentifikasi empat tipe utama gaya pengasuhan yang mengambil pendekatan unik dalam membesarkan anak, yakni otoriter, otoritatif, permisif, dan tidak terlibat.

1. Otoriter

Orang tua dengan gaya otoriter memiliki ekspektasi yang sangat tinggi terhadap anak-anaknya, namun hanya memberikan sedikit masukan dan pengasuhan. Orang tua tidak menjelaskan alasan mengapa mereka menerapkan peraturan ketat dan menegur anak jika mempertanyakan peraturan yang telah mereka buat.

Saat anak melakukan kesalahan, cenderung dihukum dengan keras dan umpan balik yang diberikan negatif.

Hasil yang diharapkan dari orang tua dengan pola asuh ini agar anak disiplin, penurut, dan menjadi yang terbaik dalam kehidupannya. Namun, sayangnya orang tua yang bersikap terlalu keras pada anak bisa berdampak pada perilaku atau mental anak di masa depan.

2. Otoritatif

Pola asuh otoritatif atau demokratis adalah pola asuh yang dilakukan dengan mendukung keinginan anak, tetapi tetap memberi batasan yang tegas. Orang tua membentuk sikap anak dengan menjalankan peraturan namun tetap memberi ruang berdiskusi untuk bertukar pikiran dengan Si Buah Hati.

3. Permisif

Pola asuh berikutnya yakni, pola asuh permisif. Jenis pola asuh ini berkebalikan dengan pola asuh otoriter. Orang tua dengan pola asuh permisif sangat penyayang, tetapi juga hanya memberikan  aturan, jarang mendisiplinkan anak.

Orang tua permisif tidak menuntut anak untuk berperilaku dewasa dan lebih menempatkan dirinya seperti seorang teman dibandingkan sosok orang tua.

Dampak pola asuh ini anak bisa memiliki prestasi rendah di banyak bidang karena orang tua tidak pernah berekspektasi sehingga anak-anak tidak punya hal yang diperjuangkan. Selain itu, anak juga bisa membuat keputusan buruk, lebih agresif, dan kurang pengertian.

4. Tidak terlibat

Pola asuh yang tidak terlibat terkadang disebut sebagai pola asuh yang mengabaikan. 

Orang tua tidak memberikan banyak tuntutan dan sering bersikap tak acuh, meremehkan, bahkan mengabaikan.

Cara Mendisiplinkan Anak Usia 2-3 tahun

Kita perlu mengkombinasikan tipe-tipe parenting. Metode pendisiplinan di masa lalu umumnya hukuman fisik seperti memukul. Saat ini, banyak orang tua lebih memilih menggunakan metode yang lebih lembut dan positif untuk mendisiplinkan anak.

Para ahli mengatakan, metode ini tepat karena metode disiplin, lebih lembut, dan positif berdampak efektif untuk balita. Selain itu, metode ini membantu orang tua dan anak dalam hal emosi, komunikasi, dan harga diri.

Banyak pakar pengasuhan anak menyebut, cara terbaik mendisiplinkan anak 2-3 tahun adalah dengan mulai menetapkan aturan untuk melindungi Si Buah Hati.

Hal ini termasuk menghentikan Si Buah Hati dari perilaku agresif seperti memukul, berbahaya seperti lari ke arah jalan, dan hal tidak pantas seperti membuang makanan. 

Mendisiplinkan balita juga berarti menindaklanjuti konsekuensi ketika anak melanggar peraturan.

Untuk memaksimalkan proses belajar anak, Bunda bisa memberikan Si Buah Hati camilan atau minuman bergizi seperti susu DANCOW 1+ Imunutri, yang diformulasikan khusus untuk anak usia 1-3 tahun.

DANCOW 1+ Imunutri kaya akan vitamin A, C, D, E dan tinggi protein dan kalsium. Juga dilengkapi dengan DHA, Omega 3 dan 6, serta zat besi yang bantu optimalkan proses belajar Si Buah Hati.

Demikian Bunda, informasi seputar pola asuh anak di usia dini. Dengan memilih pola asuh anak usia 2-3 tahun yang tepat, diharapkan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, tidak hanya secara fisik namun juga mental.

Image Article
Tipe Pola Asuh Anak Usia 2-3 Tahun yang Perlu Bunda Ketahui
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Intip 5 Cara Belajar Membaca Anak TK Ini!

Published date

Membaca adalah salah satu kemampuan penting yang perlu dikuasai anak-anak. Semakin dini anak belajar membaca, semakin baik persiapan untuk memasuki dunia pendidikan formal. Tapi bagaimana cara belajar membaca anak TK yang menyenangkan? Berikut penjelasannya, ya Bunda.

Pentingnya Belajar Membaca untuk Anak TK

Membaca adalah  hal mendasar yang harus dikuasai oleh anak. Bunda bisa mengajarkan Si Buah Hati membaca sejak usianya memasuki 3 tahun.

Kemampuan membaca untuk anak TK sangat penting karena sangat membantu tumbuh kembangnya. Misalnya, melalui aktivitas ini Si Buah Hati dapat mempelajari bunyi dan kata-kata baru.

Anak juga mulai memahami bagaimana suara bersatu untuk membentuk kata-kata dan apa arti kata-kata tersebut.

Membaca adalah kunci utama untuk belajar. Menanamkan kecintaan membaca untuk anak TK adalah langkah krusial untuk membuka pintu pembelajaran sepanjang hayat.

Menanamkan kecintaan membaca sejak dini memberi awal yang baik untuk memperluas kosakata dan membangun kemandirian serta percaya diri si Buah Hati. Anak belajar memahami dunia dan orang-orang di sekitarnya, serta membangun keterampilan sosial emosional dan imajinasi.

Kemampuan membaca merupakan salah satu faktor penunjang utama keberhasilan akademik seorang anak. Oleh karena itu, penting untuk mengajarkannya sejak dini, karena masa kanak-kanak merupakan periode emas bagi perkembangan kemampuan membaca yang optimal.

Membaca adalah salah satu aspek kemampuan yang harus dikembangkan saat anak memasuki usia TK. Dengan membiasakan membaca sejak dini, anak akan memperoleh informasi lebih banyak.

Maka cara belajar membaca untuk anak TK memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangannya.

Baca Juga: Cara Tepat Meningkatkan Sistem Imunitas Anak

Tips Mengajarkan Cara Belajar Membaca Anak TK

Sebagai salah satu keterampilan fundamental, membaca perlu diajarkan sejak dini. Namun, mengajari anak TK belajar membaca bisa menjadi tantangan tersendiri. 

Banyak orang tua berusaha mengajari anaknya yang usia TK membaca dengan mengadopsi pola-pola pembelajaran di Sekolah Dasar. Padahal, cara ini  justru menyulitkan Si Buah Hati karena mungkin akan merasa bosan saat belajar. Lalu bagaimana cara cepat belajar membaca anak TK yang efektif? Berikut tips yang bisa Bunda praktikkan:

1. Bacakan Buku untuk Anak

Cara belajar membaca anak TK yang efektif adalah membacakan buku. Orang tua dapat membacakan buku cerita kepada anak.  Dari pengalaman ini anak akan mendapatkan kesan bermakna yang muncul saat dibacakan buku.

Bahkan, riset membuktikan anak mempunyai wawasan yang lebih luas untuk menambah pengetahuan dan cara berpikir untuk menerapkan banyak kosakata dengan dibacakan buku.

2. Gunakan Media Gambar

Tips kedua adalah dengan menggunakan media gambar. Bunda bisa mengajak Si Buah Hati melakukan permainan mencocokkan gambar dengan kata. Cara belajar membaca anak TK tanpa mengeja ini lebih efektif karena merangsang kreativitas, serta menciptakan suasana pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan.

Bunda juga bisa memasang gambar atau poster di dinding rumah dengan berbagai bentuk huruf. Lalu hias gambar atau poster tersebut dengan bentuk menarik dan warna mencolok agar menarik perhatian Si Buah Hati. Secara tak langsung, anak akan selalu melihat, mengingat, dan membaca gambar yang terpasang.

3. Gunakan Multimedia Interaktif

Multimedia interaktif adalah media yang memanfaatkan komputer untuk membuat dan menggabungkan bagian tulisan, gambar, suara, video, dan animasi.

Media ini dianggap lebih efektif dan menarik untuk membantu anak belajar membaca karena mengandung berbagai jenis media sehingga proses belajar menjadi tidak monoton.

Penelitian membuktikan, media interaktif yang didukung dengan visual, audio, dan audio-visual, membuat anak lebih antusias belajar. Karena itu, media ini membantu meningkatkan kemampuan membaca anak.

4. Jadikan rutinitas

Bunda juga bisa membuat kegiatan membaca sebagai rutinitas harian untuk meningkatkan kemampuan membaca Si Buah Hati. Usahakan untuk membaca minimal satu buku setiap hari. Untuk membangun rutinitas, ciptakan ruang baca khusus yang menyimpan buku-buku dan tempat duduk yang nyaman.

5. Belajar dengan Bernyanyi

Menyanyi bisa menjadi cara belajar membaca anak TK yang menyenangkan. Umumnya, anak-anak suka musik, lagu, dan nyanyian. Karena itu, metode belajar dengan bernyanyi bisa menjadi cara belajar membaca yang menyenangkan.

Bernyanyi membantu anak menyerap, meningkatkan dan mengucapkan kata-kata. Ketika anak menyanyikan lirik penting dalam lagu, tanpa sadar akan belajar membedakan bunyi huruf, kata, dan kalimat.

Untuk memaksimalkan proses belajar anak, Bunda bisa memberikan Si Buah Hati camilan atau minuman bergizi seperti susu DANCOW 3+ Imunutri, yang diformulasikan untuk anak usia prasekolah (3-5 tahun).

DANCOW 3+ Imunutri kaya akan vitamin dan kalsium. Juga dilengkapi dengan DHA, Omega 3 dan 6, serta zat besi yang bantu maksimalkan proses belajar anak.

Nah, itulah 5 cara belajar membaca anak TK yang bisa Bunda coba di rumah. Mengajari anak TK membaca memang butuh proses dan kesabaran. Bunda juga perlu mencoba berbagai cara agar anak tidak bosan saat belajar.

Image Article
Bunda, Intip 5 Cara Belajar Membaca Anak TK Ini!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off