Ini Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kesehatan Mental Anak
18-07-2024
Menjalani peran sebagai orang tua tentu menjadi hal yang cukup menantang. Sebab pola asuh yang diterapkan oleh orang tua memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan emosional dan psikologis Si Buah Hati. Oleh karena itu, kita harus memahami bagaimana cara memilih pola asuh yang tepat untuk mental anak. Pola pengasuhan ini mencakup perilaku dan sikap orang tua serta lingkungan emosional tempat mereka membesarkan anak-anak mereka.
Pentingnya Kesehatan Mental pada Anak
Kesehatan mental merupakan bagian penting dari kesehatan anak dan memiliki hubungan yang kompleks dengan kesehatan fisik, serta kemampuan mereka untuk meraih prestasi di sekolah.
Baik kesehatan fisik maupun mental memengaruhi cara Si Buah Hati dalam berpikir, merasa, dan bertindak, baik di dalam maupun di luar. Kesehatan mental penting untuk diperhatikan di sepanjang tahap kehidupan, mulai dari masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa.
Sebagai contoh, ketika seorang anak mendapat ejekan tentang berat badan. Situasi itu bisa membuatnya merasa tertekan dan minder. Dampak perasaan tertekan juga bisa menyebabkan stres yang bisa berpengaruh pada kesehatan fisik Si Buah Hati.
Pengaruh Jenis Pola Asuh Orang Tua terhadap Kesehatan Anak
Berikut ini empat jenis pola asuh orang tua terhadap kesehatan anak menurut Jean Piaget seperti yang dilansir dari laman situs American Psychological Association.
Pola asuh permisif
Jenis pola asuh orang tua terhadap kesehatan anak dengan gaya permisif akan memposisikan orang tua sebagai teman bagi anak-anaknya. Umumnya orang tua permisif cenderung hangat, mengayomi anak-anaknya, dan memiliki tuntutan yang sangat rendah. Mereka akan memberikan kebebasan bagi anaknya untuk membuat keputusan sendiri dalam hidupnya dan menahan diri untuk tidak ikut campur kecuali anak-anak yang memintanya.
Ada dua pengaruh pola asuh permisif orang tua terhadap kesehatan mental anak, yaitu pengaruh positif dan negatif. Positifnya, anak terlatih untuk membuat keputusan sendiri, memiliki harga diri yang baik, serta memiliki keterampilan sosial yang baik. Sayangnya, tak jarang juga anak-anak merasakan dampak yang kurang baik dari pola pengasuhan permisif, salah satunya adalah masalah kesehatan seperti obesitas akibat anak bisa mengonsumsi berbagai makanan sesuka hati tanpa ada batasan dari orang tua.
Selain masalah kesehatan, Si Buah Hati yang mendapatkan pola pengasuhan permisif juga cenderung lebih impulsif, banyak menuntut, egois, kurang bisa mengatur diri sendiri. Tuntutan orang tua yang sangat rendah membuat anak-anak menjadi kurang disiplin, sehingga mereka cenderung lebih sering melakukan kebiasaan negatif, seperti bebas menentukan waktu tidur, waktu bermain, makan, dan mengerjakan pekerjaan rumah.
Pola asuh otoritatif
Pola asuh ini disebut sebagai pola asuh anak paling ideal karena daya tanggap dan tuntutan sama-sama tinggi. Orang tua memiliki hubungan yang dekat dengan anak dan mendukung setiap hal positif yang mereka lakukan. Selain itu, orang tua juga selalu memberi penjelasan terlebih dahulu tentang dasar dari penerapan aturan serta menjelaskan sebab-akibat dari setiap perbuatan yang mungkin dilakukan oleh anak-anaknya.
Pola pengasuhan ini akan menghasilkan anak-anak yang bahagia, cakap, percaya diri, mandiri, bertanggung jawab, mampu mengelola emosinya dengan baik, dan cenderung memiliki prestasi akademik yang baik di sekolah. Hal ini dapat terjadi karena pola asuh otoritatif memberi rasa aman dan nyaman bagi Si Buah Hati, serta mengurangi konflik antara orang tua dan anak.
Baca Juga: Bunda, Simak Manfaat Susu untuk Anak Usia Sekolah
Pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter cenderung menerapkan komunikasi satu arah, di mana orang tua menetapkan aturan sangat ketat dan harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa ada ruang untuk bernegosiasi. Orang tua menuntut anak untuk menjunjung tinggi standar-standar yang sudah ditentukan tanpa melakukan kesalahan. Saat anak-anaknya melakukan kesalahan, maka mereka akan mendapatkan hukuman yang cukup keras, baik berupa kekerasan verbal maupun fisik. Tak heran jika orang tua dengan pola asuh otoriter juga disebut dengan strict parents.
Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang otoriter biasanya akan menjadi anak yang paling berperilaku baik di rumah. Hal ini karena mereka sadar akan konsekuensi yang didapatkan dari setiap perilakunya. Selain itu, mereka juga mampu mematuhi instruksi yang tepat untuk mencapai tujuan tertentu.
Sayangnya, pola asuh otoriter juga dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan mental Si Buah Hati. Anak-anak akan tumbuh dengan tingkat agresi yang tinggi karena kesulitan mengontrol emosinya, pemalu, tidak memiliki kemampuan bersosialisasi, tidak mampu membuat keputusannya sendiri, memiliki harga diri yang rendah, dan membuat mereka untuk memberontak terhadap figur otoritas saat tumbuh dewasa nanti.
Pola asuh abai
Pola asuh abai dinilai sebagai jenis pola asuh orang tua terhadap kesehatan anak yang paling tidak ideal karena membuat anak-anak untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Orang tua benar-benar lepas tangan dalam mengasuh, jarang berkomunikasi dengan anaknya, dan tidak memberi perhatian serta panduan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Hal ini membuat anak-anak cenderung tumbuh sebagai pribadi yang lebih tangguh dan mandiri dibanding anak-anak dari jenis pengasuhan lainnya. Sayangnya, mereka mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi dan memiliki kemampuan bersosialisasi yang buruk. Anak-anak juga dapat tumbuh sebagai individu dengan penghargaan diri rendah, memiliki kontrol diri yang rendah, rentan mengalami masalah mental, tidak bahagia, dan tidak memiliki prestasi secara akademis di sekolah.
Pada dasarnya, semua anak berhak untuk hidup bahagia, sehat, serta mendapatkan akses terhadap perawatan yang efektif untuk mencegah atau mengobati masalah kesehatan mental yang mungkin terjadi. Selain memilih jenis pola asuh orang tua terhadap kesehatan anak yang tepat, memenuhi kebutuhan gizi anak dengan baik juga merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang tua.
Pemenuhan gizi anak bisa dilakukan melalui pemberian makanan bergizi seimbang dan juga melengkapinya dengan susu. Rekomendasi susu yang bisa Bunda berikan untuk mendukung proses tumbuh kembang anak adalah DANCOW FortiGro. DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6–12 tahun. Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro terdapat kandungan gizi seperti:
Zat besi, zink, Vitamin A, C, dan D untuk dukung imunitas.
Vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks) untuk untuk dukung proses belajar.
Protein dan kalsium untuk membantu pertumbuhan.
Manfaat DANCOW FortiGro ini tak hanya dapat dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh anggota keluarga dan aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream, serta dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dikonsumsi untuk bekal sekolah atau dalam perjalanan.
Semoga setelah memahami pengaruh pola asuh orang tua terhadap kesehatan mental anak di atas menjadikan kita sebagai orang tua bijak ya, Bunda. Dengan begini, proses tumbuh kembang Si Buah Hati dapat berjalan dengan lebih optimal.