Cara Mulai Mengajari Anak Puasa. Bunda Wajib Tahu!

Published date

Mengajari anak puasa di bulan Ramadan adalah salah satu kewajiban bagi setiap orang tua. Pasalnya, puasa merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dijalankan oleh umatnya. Meski anak-anak belum diwajibkan untuk berpuasa, namun kita bisa mulai mengenalkannya sejak dini agar anak-anak lebih siap belajar jalani Ramadan saat dewasa nanti. Untuk mewujudkannya, dibutuhkan kesabaran ekstra, pendekatan yang bijak, dan berbagai hal yang harus dipersiapkan oleh orang tua agar anak-anak bisa mulai belajar menahan rasa haus dan lapar dengan baik.

Menjelaskan Manfaat dan Makna Puasa pada Si Buah Hati

Cara mengajarkan anak puasa Ramadan yang pertama adalah dengan menjelaskan makna puasa menggunakan bahasa yang sederhana agar dapat dipahami dengan baik. Jelaskan bahwa saat berpuasa kita tidak diperbolehkan untuk makan dan minum sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Tak hanya itu saja, selama bulan Ramadan kita juga harus lebih giat beribadah, berbuat baik terhadap sesama, dan melakukan kegiatan bermanfaat lainnya. Tujuannya adalah meningkatkan ketakwaan, belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan juga membuat tubuh menjadi lebih sehat.

Jelaskan juga bahwa pada umumnya, puasa hanya diwajibkan bagi orang-orang yang sudah memasuki usia baligh. Anak-anak usia sekolah yang belum baligh tetap diharapkan untuk mulai belajar berpuasa meski hanya setengah hari, namun tetap mendapatkan pahala dari niat dan ibadah yang dilakukannya.

Baca Juga: Tips Puasa untuk Anak dan Cara Menjaga Kesehatan

Persiapan yang Perlu Dilakukan sebelum Mulai Mengajarkan Puasa

Tak cukup hanya dengan menjelaskan makna puasa pada Si Buah Hati, berikut ini beberapa persiapan yang harus dilakukan orang tua sebelum mulai mengajarkan puasa menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia.

  1. Pastikan bahwa berat badan dan tinggi badan Si Buah Hati sesuai dengan usianya dan kondisi kesehatannya baik.
  2. Bunda perlu memenuhi kebutuhan gizi Si Buah Hati secara seimbang mulai saat berbuka, sahur maupun saat malam hari sebelum tidur.
  3. Menyediakan camilan dan minuman sehat untuk memenuhi kebutuhan cairan, serat, vitamin, dan mineral untuk Si Buah Hati yang bisa dikonsumsi saat berbuka hingga saat sahur. 
  4. Mempersiapkan variasi menu makanan untuk disajikan saat sahur dan berbuka puasa, sehingga anak-anak tetap bersemangat untuk belajar puasa.

Cara mengajari anak puasa selama Ramadan tak hanya soal menahan rasa lapar dan haus saat berpuasa, tetapi juga melakukan berbagai amalan baik seperti mengaji, solat lima waktu, salat tarawih berjamaah, berbagi dengan sesama, dan berbuka puasa dengan keluarga serta teman. Oleh karena itu, pastikan Bunda sudah mempersiapkan jadwal kegiatan Si Buah Hati selama bulan Ramadan, ya. 

Tips Mengajarkan Anak Berpuasa

Bagi anak-anak, menahan rasa lapar dan haus selama berpuasa bisa menjadi hal yang cukup berat untuk dilakukan. Oleh karena itu, penting sekali bagi orang tua untuk mengajari anak puasa secara bertahap dan penuh kesabaran. Bunda tak perlu bingung, berikut ini beberapa tips mengajarkan anak berpuasa menurut informasi di laman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

  1. Membiasakannya untuk bangun sahur meski hanya untuk minum air putih atau susu dan melanjutkan tidurnya kembali. Bangunkan anak-anak dengan lembut 30 menit atau satu jam sebelum waktu imsak. Anjurkan mereka untuk mencuci muka dan ajak berbincang agar rasa kantuknya menghilang.
  2. Menyarankan Si Buah Hati untuk puasa setengah hari atau enam jam setelah waktu imsak.
  3. Menunda waktu sarapan. Misalnya jika Si Buah Hati terbiasa sarapan pukul enam pagi, maka Bunda bisa menundanya hingga pukul tujuh atau sampai anak-anak minta makan. 
  4. Mengajarkan anak untuk tidak sarapan selama bulan Ramadan, namun memajukan waktu makan siang agar mereka tidak merasa kelaparan.
  5. Mengajak anak-anak untuk menyiapkan hidangan sahur dan berbuka puasa.
  6. Mengajak anak-anak untuk melakukan rutinitas selama bulan Ramadan, seperti ngabuburit  berburu takjil favorit, solat tarawih berjamaah, berbagi takjil, dan beberapa amalan lainnya.

Bunda bisa memberikan susu DANCOW FortiGro yang siap mendukung Si Buah Hati lebih siap belajar jalani Ramadan dengan kombinasi unik DHA dan zat besi. Berikan DANCOW FortiGro 2 kali sehari, yaitu saat malam sebelum tidur dan ketika sahur.

DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6–12 tahun karena mengandung vitamin dan mineral yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan, serta mendukung imunitas anak. Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung: 

  • Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti seperti vitamin B1, B2, B3, B6, serta omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan box).

  • Kandungan gizi pendukung daya tahan tubuh seperti zat besi, zink, vitamin A, C, & D.

  • Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium.

Kandungan susu DANCOW FortiGro yang lengkap ini dapat bantu penuhi asupan gizi seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi terhadap susu sapi. Tersedia dalam varian Instant, Cokelat, dan Full Cream.

Selain itu, DANCOW FortiGro juga dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang disukai Si Buah Hati. DANCOW UHT praktis dikonsumsi anak saat berbuka puasa dan saat dalam perjalanan.

Meski mengajari anak puasa bukanlah hal yang mudah, namun tak lantas membuat Bunda dan Ayah menyerah, ya!

Image Article
Cara Mulai Mengajari Anak Puasa. Bunda Wajib Tahu!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

7 Kegiatan Ngabuburit di Bulan Puasa Bersama Si Buah Hati

Published date

Tak hanya menjadi momen paling ditunggu umat Muslim untuk berpuasa dan melakukan ibadah, bulan suci Ramadan juga memberikan kesempatan untuk menciptakan momen indah dan berharga bersama Si Buah Hati. Salah satunya melalui momen ngabuburit bulan puasaUntuk memahami istilah ngabuburit lebih lanjut dan bagaimana cara mengenalkannya pada Si Buah Hati, yuk simak penjelasannya berikut ini!

Apa Itu Ngabuburit Bulan Puasa?

Berpuasa di bulan Ramadan identik dengan banyak hal, mulai dari sahur, berbuka bersama, tarawih, dan juga ngabuburit. Dikutip dari laman Universitas Padjajaran, istilah ngabuburit berasal dari bahasa Sunda dan penggunaannya makin meluas secara nasional. Kata ‘burit’ berarti waktu sore, senja, menjelang magrib atau menjelang matahari terbenam. Dalam bahasa Sunda, ngabuburit berarti ‘ngalantung ngadagoan burit’ atau bermain sambil menunggu waktu sore.

Istilah inilah yang akhirnya digunakan masyarakat sebagai aktivitas yang dilakukan sambil menunggu waktu berbuka puasa selama bulan Ramadan. Pilihan kegiatan ngabuburit bulan puasa pun beragam, namun umumnya berisi kegiatan yang disukai oleh banyak orang, termasuk anak-anak. Dengan begini, Si Buah Hati bisa melupakan rasa lapar dan hausnya untuk sejenak, sehingga mereka bisa menyelesaikan puasanya dengan baik. 

Pilihan Aktivitas Ngabuburit Bulan Ramadan yang Menyenangkan untuk Si Buah Hati

Nah, jika tahun ini Si Buah Hati mulai belajar untuk berpuasa penuh hingga magrib, berikut ini beberapa piihan aktivitas seru yang bisa dilakukan saat ngabuburit bersama.

1. Menyiapkan hidangan berbuka puasa

Kegiatan ngabuburit bulan puasa yang bisa Bunda lakukan bersama Si Buah Hati adalah dengan melibatkannya dalam mempersiapkan hidangan berbuka puasa bagi keluarga. Mulailah dengan mengajaknya berbelanja bahan masakan di pasar atau supermarket, memilih dan menyiapkan buah-buahan segar, memasak hidangan favorit keluarga, membuat takjil segar, dan merapikan meja makan di rumah. Melibatkan Si Buah Hati dalam setiap kegiatan keluarga membuat mereka merasa dihargai keberadaannya, sehingga ikatan antara orang tua dan anak semakin kuat.

2. Bermain sambil belajar

Kegiatan selanjutnya adalah bermain sambil belajar. Misalnya dengan membaca buku cerita, bermain permainan edukatif, atau bermain tebak kata yang berkaitan dengan bulan Ramadan. Kegiatan ini tidak sebatas mengisi waktu menunggu berbuka puasa, namun juga menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada Si Buah Hati.

3. Membuat kerajinan tangan

Bunda juga bisa mengajak Si Buah Hati untuk membuat berbagai kerajinan tangan saat ngabuburit. Misalnya membuat kartu ucapan lebaran, membuat amplop THR lebaran yang lucu, atau hiasan meja makan yang bisa digunakan untuk menghias meja saat berbuka puasa atau saat kumpul keluarga ketika Idulfitri.

Baca Juga: 7 Cara Menjelaskan Puasa pada Anak

4. Bermain permainan tradisional

Ngabuburit bulan puasa juga bisa diisi dengan melakukan permainan tradisional satu atau dua jam menjelang waktunya berbuka puasa. Ajak Si Buah Hati untuk melakukan beberapa permainan seperti congklak, lompat tali, ular tangga, dan permainan seru lainnya.

5. Olahraga ringan

Bulan Ramadan bukan berarti membiarkan anak-anak untuk tidak melakukan aktivitas fisik dengan rutin setiap harinya. Sebaliknya, coba ajak mereka untuk berolahraga ringan sebagai salah satu kegiatan ngabuburit bulan puasa. Misalnya dengan bersepeda kelilling komplek, jalan santai, atau bermain bulu tangkis di halaman rumah.

6. Berbagi dengan sesama

Momen ngabuburit juga bisa dimanfaatkan sebagai cara untuk mengajarkan Si Buah Hati untuk berbagi dengan sesama. Misalnya dengan membagikan takjil atau makanan untuk berbuka puasa, mendonasikan pakaian layak pakai dan buku untuk orang-orang yang membutuhkan, dan berbuka puasa bersama anak-anak di panti asuhan.

7. Membaca Al-Qur'an bersama

Aktivitas ngabuburit bulan Ramadan sekaligus amalan yang bisa dilakukan bersama Si Buah Hati selanjutnya adalah membaca Al-Qur'an. Tentukan target yang harus dicapai oleh Si Buah Hati, misalnya membaca 10 surat dalam sehari atau target lainnya. Jelaskan juga pada mereka bahwa dengan mengamalkan kegiatan ini dapat meningkatkan pahala dan juga menyempurnakan ibadah selama bulan Ramadan, sehingga mereka bisa menjadi lebih bersemangat untuk melakukannya.

Selain mengajak Si Buah Hati melakukan kegiatan ngabururit saat Ramadan, Bunda juga perlu menjaga asupan gizi dengan makanan minuman bergizi seimbang. Bunda bisa memberikan susu DANCOW FortiGro yang siap mendukung Si Buah Hati lebih siap belajar jalani Ramadan dengan kombinasi unik DHA dan zat besi. Berikan DANCOW FortiGro 2 kali sehari, yaitu saat malam sebelum tidur dan ketika sahur.

DANCOW FortiGroadalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6–12 tahun karena mengandung vitamin dan mineral yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan, serta mendukung imunitas anak. Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung: 

  • Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti seperti vitamin B1, B2, B3, B6, serta omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan box). 

  • Kandungan gizi pendukung daya tahan tubuh seperti zat besi, zink, vitamin A, C, & D. 

  • Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium. 

Kandungan susu DANCOW FortiGro yang lengkap ini dapat bantu penuhi asupan gizi seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi terhadap susu sapi. Tersedia dalam varian Instant, Cokelat, dan Full Cream.

Selain itu, DANCOW FortiGro juga dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang disukai Si Buah Hati. DANCOW UHT praktis dikonsumsi anak saat berbuka puasa di jalan.

Pastikan untuk melengkapi persediaan DANCOW FortiGro di rumah selama bulan Ramadan agar gizi Si Buah Hati terpenuhi dengan baik, sehingga puasanya semakin lancar.

Image Article
7 Kegiatan Ngabuburit di Bulan Puasa Bersama Si Buah Hati
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Apakah Puasa Mempengaruhi ASI? Ini Penjelasannya!

Published date

Meski termasuk ke dalam kategori orang yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa, namun banyak Bunda yang sedang menyusui ingin tetap menjalankan ibadah puasa. Dalam hal ini, yang kerap dikhawatirkan bukan soal rasa lapar dan haus, namun lebih pada adalah kuantitas dan kualitas produksi ASI bagi Si Buah Hati. Lantas, apakah puasa mempengaruhi ASI? Simak penjelasannya berikut ini.

Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Produksi ASI dalam Tubuh

Jika ada yang bertanya, ‘apakah puasa mempengaruhi produksi ASI?’, maka jawabannya adalah tidak. Sebab saat berpuasa tubuh ibu menyusui akan tetap memproduksi ASI sama seperti biasanya.

Lantas, apakah puasa memengaruhi kualitas ASI? Dari segi kualitas nutrisi, ASI yang diproduksi oleh ibu yang sedang berpuasa tentu mengalami penurunan kadar vitamin dan mineral seperti seng, magnesium, dan kalium dalam ASI. Namun tak perlu khawatir, sebab hal ini tidak akan memberikan dampak yang signifikan pada bayi, sehingga Bunda masih diperbolehkan untuk menyusui secara langsung saat berpuasa.

Secara umum, penurunan produksi ASI dalam tubuh disebabkan oleh kurangnya rangsangan pada payudara, kemampuan bayi dalam menghisap puting yang belum memadai, dan kurangnya frekuensi menyusui secara langsung pada bayi atau rutinitas pumping untuk mengosongkan payudara yang jarang dilakukan oleh ibu menyusui.

Lebih lanjut lagi, penurunan produksi ASI juga dapat dipengaruhi baik oleh kondisi ibu maupun sang bayi. Yuk, simak penjelasannya berikut ini!

1. Faktor Ibu

  • Stres atau rasa cemas berlebih yang akan berpengaruh langsung pada produksi ASI.
  • Ibu dan bayi berpisah dalam waktu yang cukup lama, misalnya saat ibu harus kembali bekerja ke kantor.
  • Hormon yang tidak seimbang.
  • Kehamilan baru.
  • Jaringan payudara yang tidak mencukupi (payudara berbentuk tabung).
  • Pembedahan pada payudara atau puting susu.
  • Kondisi ibu yang tidak sadar akibat penggunaan narkoba, konsumsi alkohol, atau sedang menjalani pengobatan.
  • Cedera payudara atau posisi menyusui yang kurang tepat.
  • Penggunaan dot yang salah.
  • Pemenuhan gizi yang buruk pada ibu (kurang dari 1500 kalori per hari).

2. Faktor Bayi

  • Mengonsumsi susu formula dan menggunakan botol bayi.
  • Bayi menolak disusui secara langsung (direct breastfeeding) karena beberapa kondisi seperti aliran susu yang cukup deras, puting yang datar, atau ukuran puting yang terlalu besar.
  • Bayi tidur dalam waktu yang lama akibat kondisi tertentu seperti sakit kuning, kelahiran prematur, atau sedang menjalani pengobatan tertentu.
  • Jarak waktu menyusui yang terlalu lama, biasanya akibat bayi tidak bangun di malam hari.
  • Hisapan yang lemah akibat bayi prematur, sedang sakit.
  • Frenulum (lipatan yang berfungsi mengatur pergerakan) lidah yang pendek.

Dampak Jika Produksi ASI Menurun

Selain rasa cemas dan stres berlebihan pada sang ibu, produksi ASI yang menurun dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi kesehatan dan pertumbuhan bayi, seperti:

  1. Berat badan bayi mengalami penurunan. Pada umumnya, bayi yang baru lahir akan mengalami pertambahan berat badan sebesar 1,5 hingga dua kilogram setiap bulannya. 
  2. Bayi menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti jarang buang air kecil, menangis tanpa air mata, urin berwarna gelap, kulit kering, dan napas yang cepat.
  3. Bayi lebih mudah rewel atau lesu dan tetap terjaga saat sedang menyusui. 

Baca Juga: Kenapa Anak Susah Disapih? Yuk, Simak di Sini!

Cara Mengatasi Dampak Negatif dari Produksi ASI yang Menurun karena Puasa

Untuk mencegah penurunan produksi ASI saat berpuasa, berikut ini beberapa cara yang bisa Bunda lakukan.

  1. Hindari aktivitas yang terlalu berat dan melelahkan. Sebaliknya, usahakan untuk beristirahat dengan cukup selama berpuasa di bulan Ramadan.
  2. Jangan lewatkan makan sahur, sebab makanan yang dikonsumsi saat sahur akan menjadi cadangan gizi dan kalori selama berpuasa seharian penuh. Oleh karena itu, pastikan untuk mengonsumsi jenis makanan bergizi seimbang dengan memerhatikan kandungan karbohidrat kompleks, serat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang penting untuk tubuh agar tetap berenergi sepanjang hari.
  3. Mengonsumsi makanan bergizi saat berbuka puasa dan menghindari makanan yang mengandung gula tambahan. Beberapa jenis makanan yang bisa dikonsumsi untuk meningkatkan energi dan produksi ASI selama puasa antara lain daging ayam, ikan, dan daging tanpa lemak, sayur brokoli, daun katuk.
  4. Mencukupi kebutuhan air minum dengan baik, yaitu dua sampai tiga gelas air mineral baik saat sahur dan berbuka puasa.
  5. Menyediakan camilan di malam hari, seperti kacang-kacangan, telur rebus, susu, dan kurma.
  6. Tetap menyusui seperti biasa untuk merangsang produksi ASI.

Dari penjelasan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa penurunan ASI tentunya dapat memberikan dampak yang sangat besar bagi bayi, terutama yang baru lahir. Bayi tidak mendapatkan gizi yang cukup untuk tumbuh dan berkembang dengan normal sesuai dengan perkembangan bayi seusianya, sehingga mereka juga tampak lebih rewel serta mudah terserang penyakit.

Oleh karena itu, Bunda sebaiknya selalu memperhatikan konsumsi makanan bergizi seimbang dan menjaga tubuh terhidrasi terutama pada waktu buka puasa, sahur, dan di malam hari. Hal tersebut untuk memastikan produksi ASI tetap lancar selama berpuasa ya, Bunda. Selamat berpuasa!

Image Article
Apakah Puasa Mempengaruhi ASI? Ini Penjelasannya!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Mengajarkan Anak Puasa Sejak Dini yang Perlu Bunda Ketahui

Published date

Perasaan senang dan bahagia untuk kembali berpuasa di bulan Ramadan tak hanya dirasakan oleh orang dewasa, tetapi juga Si Buah Hati yang masih di sekolah dasar. Meskipun mereka belum diwajibkan untuk berpuasa, tidak ada salahnya jika Bunda mulai mengajarkan anak puasa sejak dini.

Berbeda dengan orang dewasa yang sudah harus berpuasa penuh setiap harinya selama bulan Ramadan, cara mengajarkan anak usia dini puasa tentu harus dilakukan secara bertahap. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan fisik anak-anak agar mereka terbiasa untuk berpuasa setiap hari.

Nahjika Bunda berencana untuk mengajarkan Si Buah Hati untuk mulai berpuasa, yuk simak caranya berikut ini!

Manfaat Mengajarkan Puasa Sejak Dini pada Anak

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai tips mengajarkan puasa untuk anak, penting juga untuk menjelaskan beberapa manfaat berpuasa pada Si Buah Hati berikut ini.

1. Detoksifikasi tubuh

Meski Bunda sudah menjaga asupan gizi Si Buah Hati dengan baik di rumah, masih ada kemungkinan anak-anak mengonsumsi berbagai makanan yang mengandung zat aditif seperti pewarna dan pengawet tambahan yang berbahaya bagi tubuh.

Dalam hal ini, puasa bisa dilakukan sebagai bentuk detoksifikasi tubuh dari zat-zat aditif tersebut. Sebab saat berpuasa kita tidak makan dan minum dalam waktu yang lama. Hal ini membuat sistem pencernaan tubuh beristirahat sementara dan membuang zat-zat berbahaya dari dalam tubuh melalui keringat, urin, dan feses. Proses inilah yang membuat tubuh Si Buah Hati menjadi lebih sehat dari sebelumnya.

2. Meningkatkan metabolisme tubuh

Saat berpuasa, asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh pun jumlahnya lebih sedikit. Kondisi ini membuat tubuh terutama bagian perut bekerja lebih baik dalam mencerna makanan yang masuk, sehingga membuat proses metabolisme berjalan lebih cepat.

3. Puasa dapat membersihkan jiwa

Berpuasa di bulan Ramadan menahan kita untuk melakukan berbagai hal buruk yang dapat merusak moral. Oleh karena itu, puasa di bulan Ramadan dapat membersihkan jiwa sekaligus meningkatkan pahala kita sebagai umat muslim.

4. Puasa dapat meningkatkan keimanan seseorang

Mengajarkan anak berpuasa juga dapat dimanfaatkan sebagai cara untuk membuat mereka menjadi pribadi yang lebih saleh. Selain berpuasa, ajak Buah Hati untuk ikut melakukan berbagai amalan seperti salah berjamaah, tarawih, mengaji, berbagi takjil, dan perbuatan terpuji lainnya.

Namun, pastikan untuk mengajaknya dengan cara yang menyenangkan, sehingga Buah Hati tidak melakukan berbagai kegiatan selama bulan Ramadan secara terpaksa. Melalui berbagai kegiatan ibadah saat bulan Ramadan, maka Si Buah Hati bisa tumbuh menjadi pribadi yang saleh dan memiliki keyakinan yang teguh pada Allah.

5. Puasa dapat melatih kedisiplinan anak

Rutinitas seperti bangun sahur, aturan untuk menahan lapar dan haus, serta berbagai amalan selama bulan Ramadan juga bisa Bunda jadikan sebagai cara untuk melatih kedisiplinan anak. Dengan kebiasaan tersebut Si Buah Hati akan mendapat pemahaman untuk bersabar dan juga tepat waktu.

6. Puasa dapat mengasah rasa empati 

Berpuasa juga merupakan salah satu cara untuk mengasah rasa empati dan kepedulian Si Buah Hati terhadap lingkungan sekitarnya. Sebab saat menahan lapar dan haus, maka mereka ikut merasakan penderitaan saudara-saudara kita yang masih kekurangan. Bunda juga bisa mengajaknya untuk menyisihkan sebagian uang atau makanan untuk dibagikan kepada yang membutuhkan agar anak belajar untuk lebih bersyukur atas apa yang dimiliki.

Baca Juga: Ingin Buka Puasa? Hindari Makanan Ini!

Tips Mengenalkan Konsep Puasa bagi Anak

Agar Si Buah Hati bisa belajar berpuasa dengan baik, berikut ini tips mengenalkan konsep puasa bagi anak-anak yang bisa Bunda terapkan.

1. Menjelaskan makna puasa dari sudut pandang Islam

Jelaskan pada toddler dan anak usia prasekolah mengenai pengertian puasa dari sudut pandang agama Islam dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Misalnya dengan menjelaskan bahwa puasa adalah tidak memasukkan sesuatu (makan dan minuman) melalui mulut mulai dari waktu imsak hingga azan Magrib. Di Indonesia sendiri lamanya orang berpuasa berlangsung antara 10-12 jam.

2. Meski anak-anak belum wajib berpuasa, namun mereka tetap boleh melaksanakannya

Selanjutnya, jelaskan bahwa kegiatan berpuasa hanya wajib dijalankan bagi yang memiliki akal sehat dan telah memasuki masa baligh atau sudah dewasa. Mengingat bahwa toddler dan anak-anak usia prasekolah belum termasuk usia dewasa, maka mereka belum memiliki kewajiban untuk melaksanakan puasa pada bulan Ramadan.

Namun Bunda bisa mulai mengajarkan anak puasa sejak dini dengan ikut melibatkannya saat sahur, buka puasa, hingga mengajaknya untuk berpuasa setengah hari agar mereka semakin terbiasa.

3. Menjelaskan rutinitas yang dilakukan selama bulan Ramadan

Selain menahan lapar dan haus, jelaskan juga bahwa ada beberapa rutinitas yang biasanya dilakukan selama bulan Ramadan seperti:

  • Sahur saat dini hari di mana seseorang perlu mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan serat agar dapat menjalankan puasa dengan lebih bertenaga dan tidak lemas.

  • Melakukan berbagai amalan saat bulan Ramadan, mulai dari bersedekah, mengaji, solat lima waktu, dan solat tarawih berjamaah.

  • Menghabiskan waktu menjelang waktu berbuka puasa atau yang disebut dengan ngabuburit dengan melakukan berbagai hal menyenangkan.

  • Berbuka puasa saat adzan Magrib.

Cara Mempersiapkan Anak Secara Mental dan Fisik agar Siap Berpuasa

Setelah menjelaskan manfaat dan konsep puasa pada Si Buah Hati, penting juga untuk mempersiapkan mental dan fisiknya dengan baik agar mereka dapat terbiasa berpuasa selama bulan Ramadan. Oleh karena itu, yuk simak tips mengajarkan puasa untuk anak berikut ini: 

  1. Membiasakannya untuk bangun sahur meski hanya untuk minum air putih atau susu dan melanjutkan tidurnya kembali.
  2. Mengajak anak-anak untuk menyiapkan hidangan sahur dan berbuka puasa.
  3. Mengajak anak-anak untuk melakukan rutinitas selama bulan Ramadan, seperti ngabuburit berburu takjil favorit, solat tarawih berjamaah, berbagi takjil, dan beberapa amalan lainnya.
  4. Menunda waktu sarapan. Misalnya jika Si Buah Hati terbiasa sarapan pukul enam pagi, maka Bunda bisa menundanya hingga pukul tujuh atau sampai anak-anak minta makan. 
  5. Mengajarkan anak untuk tidak sarapan selama bulan Ramadan, namun memajukan waktu makan siang agar mereka tidak merasa kelaparan.
  6. Mulai mengajarkan Si Buah Hati untuk berpuasa selama 3-4 jam terhitung dari waktu solat subuh. Setelah terbiasa, Bunda bisa menambah waktu berpuasa hingga pukul 12 siang, sehingga anak-anak akan mulai terbiasa.

Cara mengajarkan anak usia dini puasa agar lebih siap secara fisik tentunya adalah dengan memenuhi kebutuhan gizi hariannya dengan baik. Saat sahur dan berbuka, penting untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan menyediakan makanan bergizi seimbang yang mengandung nutrisi lengkap seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral agar proses pertumbuhannya tidak terganggu. Tak hanya itu saja, pastikan untuk memberikan variasi makanan dalam hal bentuk, rasa, dan warnanya sehingga anak-anak tetap semangat untuk sahur dan berbuka puasa.

Selama Si Buah Hati berpuasa, Bunda bisa memberikan DANCOW 3+ Imunutri 2 kali sehari, yaitu saat sebelum tidur malam dan sahur supaya ia bisa semangat belajar puasa saat Ramadan.

DANCOW 3+ Imunutri mengandung 0 gram sukrosa, tinggi vitamin A, C, E, dan zink, tinggi kalsium, protein, vitamin D, omega 3 & 6, serta kombinasi unik DHA dan zat besi untuk mendukung pertumbuhan Si Buah Hati.

Image Article
Cara Mengajarkan Anak Puasa Sejak Dini yang Perlu Bunda Ketahui
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tips Menyiapkan Menu Sahur Pertama untuk Anak

Published date

Mengajarkan arti puasa Ramadan pada anak usia prasekolah merupakan kewajiban bagi setiap orang tua. Alih-alih memaksa mereka untuk langsung puasa penuh hingga magrib, Bunda bisa memulainya dengan mengajak mereka untuk puasa setengah hari dan mengenalkan beberapa rutinitas yang dilakukan selama bulan Ramadan pada Si Buah Hati, salah satunya adalah dengan mengajaknya untuk ikut sahur bersama keluarga.

Agar Si Buah Hati makin bersemangat belajar berpuasa, berikut ini beberapa rekomendasi menu sahur pertama untuk anak yang bisa Bunda siapkan di rumah.

Manfaat Memenuhi Kebutuhan Gizi Anak selama Puasa

Meski anak prasekolah pada umumnya hanya mampu berpuasa setengah hari, namun penting bagi orang tua untuk memerhatikan kebutuhan gizi anak dengan baik, termasuk dalam menyiapkan menu sahur untuk anak usia dini.

Pasalnya, selama menjalankan puasa, asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh berkurang sebanyak 20-30 persen setiap harinya. Dengan begini, anak-anak tetap dapat melakukan berbagai akitivitas harian dengan lancar, tidak mudah lelah, dan tidak merasa lapar meski sedang berpuasa.

Tak hanya itu saja, pemenuhan kebutuhan gizi anak selama berpuasa juga dapat mendukung proses tumbuh kembang anak prasekolah berjalan dengan optimal, sehingga mereka bisa mendapatkan beberapa manfaat seperti:

  1. Energi yang stabil.
  2. Tulang dan gigi yang kuat.
  3. Kesehatan mental yang lebih baik.
  4. Mempertahankan berat badan yang sehat.
  5. Mencegah penyakit kronis.

Baca Juga: Cara Ajarkan Makna Puasa untuk Si Buah Hati

Tips Menyusun Menu Sahur Pertama untuk Anak 

Makan sahur merupakan salah satu bagian penting dari puasa Ramadan, terutama bagi anak-anak yang sedang mulai belajar untuk berpuasa. Agar kebutuhan gizi anak prasekolah tetap terpenuhi dengan baik guna mendukung puasanya, simak tips menyiapkan menu sahur bergizi untuk anak berikut ini.

  1. Menu sahur pertama untuk anak harus mengandung karbohidrat yang berperan sebagai sumber energi utama saat berpuasa. Jenis karbohidrat yang baik dikonsumsi sebagai menu sahur maupun berbuka adalah karbohidrat kompleks, seperti nasi merah, kentang, jagung, dan ubi Si Buah Hati masih bisa mengonsumsi nasi putih, namun dalam porsi secukupnya ditambah dengan sayuran hijau. 
  2. Menyiapkan makanan yang kaya akan serat. Serat berperan untuk memperlambat proses perubahan karbohidrat menjadi gula, sehingga anak-anak bisa merasa kenyang lebih lama. Sumber serat yang paling baik untuk dikonsumsi adalah sayuran hijau.
  3. Siapkan lauk tinggi protein yang bisa dijadikan sebagai sumber tenaga. Ada dua jenis protein yang bisa dikonsumsi, yaitu protein hewani dan nabati. Protein hewani contohnya adalah daging, telur, ikan, ayam, dan susu. Sedangkan protein nabati bisa didapatkan dari makanan seperti tahu, tempe, kedelai, kacang merah, dan kacang hijau.
  4. Memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral dalam tubuh dengan memberikan buah-buahan saat sahur. Berikan buah-buahan favorit anak-anak, seperti semangka, pisang, alpukat, dan masih banyak lagi. 
  5. Hindari konsumsi makanan tinggi gula pada saat sahur karena dapat meningkatkan rasa lapar dan hanya mengandung gizi yang rendah.
  6. Menghindari makanan yang terlalu asin agar anak-anak tidak mudah merasa haus dan mengalami dehidrasi.
  7. Memberikan porsi makan yang tidak terlalu berlebihan untuk Si Buah Hati, namun pastikan kebutuhan gizinya seimbang.
  8. Mengajak Si Buah Hati untuk ikut menyiapkan menu sahur pilihannya. Untuk yang satu ini, Bunda bisa menanyakan pada mereka satu hari sebelumnya mengenai menu apa yang ingin disantap saat sahur. Dengan begini, mereka akan lebih bersemangat saat sahur.
  9. Pastikan Si Buah Hati cukup mengonsumsi air putih selama puasasi sehingga tubuhnya tetap terhidrasi dengan baik untuk melancarkan proses metabolisme. 
  10. Lengkapi asupan makanan saat sahur dengan susu. Kandungan protein, vitamin, mineral, dan mikronutrien lain pada susu akan membantu memenuhi kebutuhan kalsium pada anak, mendukung kinerja otot, dan juga menjaga metabolisme tubuh selama berpuasa. 

Untuk bantu penuhi kebutuhan gizi Si Buah Hati saat berpuasa, Bunda bisa memberikan DANCOW 3+ Imunutri dengan varian rasa favorit anak 2 kali sehari, saat sebelum tidur dan sahur. DANCOW 3+ Imunutri mengandung 0 gram sukrosa, tinggi vitamin A, C, E, Zink, tinggi Kalsium & Vitamin D, Omega 3 & 6 serta kombinasi DHA dan Zat Besi, untuk mendukung pertumbuhan Si Buah Hati. 

Image Article
Tips Menyiapkan Menu Sahur Pertama untuk Anak
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Perlu Diketahui, Ini Cara Mengganti Puasa Bagi Ibu Hamil!

Published date

Menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam yang sudah dewasa, dalam kondisi sehat, baik fisik dan psikisnya. Namun, ada beberapa hal yang membuat puasa menjadi tidak wajib untuk dilakukan, termasuk salah satunya adalah pada Bunda yang sedang hamil.

Untuk mengetahui bagaimana cara mengganti puasa bagi ibu yang sedang hamil, simak penjelasannya berikut ini.

Alasan Ibu Hamil Tidak Wajib Berpuasa

Bagi Bunda yang hamil, berpuasa selama bulan Ramadan merupakan tantangan yang cukup berat. Sebab, mereka membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk kesehatan diri dan juga bayi yang ada di dalam kandungan. Asupan gizi ini diperoleh melalui asupan makanan yang dikonsumsi setiap harinya dengan jumlah kalori yang lebih banyak dari biasanya. 

Ibu hamil juga cenderung lebih mudah haus, sehingga jika memaksakan diri untuk berpuasa dapat memicu terjadinya dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan mereka merasa lemah, pusing, letih, dan membahayakan kesehatan kandungannya.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga menjelaskan bahwa berpuasa saat hamil tidak disarankan puasa karena dapat menimbulkan beberapa risiko seperti berat badan janin lahir rendah (BBLR), infeksi saluran kemih, dan memicu penurunan gerakan janin di dalam rahim. 

Di sisi lain, analisa dari sebuah observasi menyebutkan bahwa belum ditemukan korelasi yang signifikan antara puasa Ramadan dengan kesehatan ibu dan janin, serta berat lahir bayi. Selanjutnya dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak puasa pada ibu hamil. 

Selain itu, ada beberapa alasan lain yang membuat Bunda yang tengah hamil diperbolehkan untuk tidak berpuasa selama bulan Ramadan, diantaranya adalah sebagai berikut.

  1. Memiliki riwayat diabetes, tekanan darah tinggi, atau anemia selama hamil.
  2. Berat badan yang semakin berkurang selama menjalankan puasa Ramadan.
  3. Merasa sangat haus dan lebih jarang buang air kecil. 
  4. Saat buang air kecil, air seni berwarna gelap dan berbau menyengat. Kondisi ini dapat menandakan ibu hami mengalami dehidrasi, sehingga membuat mereka lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih atau komplikasi lainnya.
  5. Lebih sering mengalami sakit kepala, demam, mual, dan muntah.
  6. Sering mengalami nyeri seperti kontraksi. Kondisi ini dapat menjadi tanda persalinan prematur.
  7. Merasa lemah dan mudah lelah meski sudah beristirahat dengan cukup.

Cara Mengganti Puasa bagi Ibu Hamil

Meski diberi keringanan untuk tidak menjalankan puasa, ada beberapa cara mengganti puasa ramadhan bagi ibu hamil, mulai dari qadha (berpuasa di hari lain ketika mampu) dan membayar fidyah atau denda, atau melakukan keduanya dengan ketentuan sebagai berikut. 

  1. Ibu hamil yang tidak kuat berpuasa karena kondisi fisik yang lemah maka dapat mengganti puasa di hari lain.
  2. Ibu hamil yang tidak berpuasa karena khawatir tentang kesehatan gizi untuk diri sendiri dan bayinya, serta tidak memungkinkan untuk mengqadha karena jumlah utang puasa yang terlalu banyak, maka mereka wajib membayar fidyah.
  3. Ibu hamil yang mampu berpuasa, namun memilih untuk tidak berpuasa karena khawatir terhadap kesehatan bayinya, maka mereka wajib mengqadha dan membayar fidyah.

Baca Juga: Sediakan 5 Buah Ini untuk Cegah Dehidrasi saat Puasa

Tak perlu bingung, berikut ini cara mengganti puasa bagi ibu hamil dan menyusui melalui fidyah yang bisa Bunda simak.

1. Waktu membayar fidyah

Terdapat beberapa perbedaan soal waktu pembayaran fidyah. Pembayaran fidyah bisa dilakukan pada bulan Ramadan atau bisa dilakukan sebelum bulan Ramadan berikutnya.

2. Membayar fidyah dengan bahan pokok

Besaran fidyah yang harus dibayarkan adalah sebesar 1 mud beras atau sekitar 0,75 kilogram (seukuran telapak tangan yang ditengadahkan saat berdoa) untuk satu hari puasa yang ditinggalkan. Besaran ini nantinya akan disesuaikan dengan utang puasa ibu hamil.

3. Membayar fidyah dengan uang

Jika ingin membayar fidyah menggunakan uang, maka Bunda bisa menyesuaikannya dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan tempat tinggal. Misalnya di daerah Jakarta sendiri, besaran fidyah dalam bentuk uang yang sudah ditentukan adalah sebesar Rp60.000 per harinya. Maka Bunda bisa menyesuaikan jumlahnya sesuai dengan utang puasa selama Ramadan. 

4. Cara membayar fidyah

Pembayaran fidyah boleh diwakilkan, sehingga Bunda tidak perlu memberikannya kepada yang berhak secara langsung. Sebaliknya, Bunda bisa mewakilkan seseorang atau lembaga khusus untuk menyampaikan fidyahnya selama bulan Ramadan. Hal ini karena pembayaran fidyah termasuk sebagai ibadah maaliyah (harta), bukan ibadah fardiyah (personal yang bersifat fisik).

Itulah informasi terkait cara mengganti puasa bagi ibu hamil yang bisa jadi panduan Bunda.

Image Article
Perlu Diketahui, Ini Cara Mengganti Puasa Bagi Ibu Hamil!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

7 Jajanan Buka Puasa yang Disukai Anak-anak

Published date

Momen berbuka puasa menjadi saat yang menyenangkan dan paling ditunggu saat bulan Ramadan, termasuk bagi anak prasekolah yang sedang belajar berpuasa. Pasalnya, mereka bisa menikmati aneka jajanan untuk buka puasa favoritnya. 

Click here to enter text.Tak hanya memiliki rasa yang enak, Bunda juga harus memastikan bahwa jajanan takjil buka puasa di rumah mengandung gizi yang baik untuk mendukung kesehatan tubuhnya, ya. Misalnya dengan menyediakan buah-buahan manis (tidak asam) seperti kurma saat berbuka puasa. Buah kurma inilah yang mengandung karbohidrat untuk menggantikan energi yang hilang saat berpuasa.

Tips Memilih Jajanan Buka Puasa yang Enak dan Menyehatkan

Meskipun kandungan gizi dalam jajanan untuk buka puasa tidak setinggi makanan utama, namun jajanan yang sehat dapat mendukung proses pertumbuhan Si Buah Hati. Agar tidak salah pilih, simak beberapa tipsnya berikut ini. 

  • Manfaatkan momen berbuka puasa untuk memberikan buah-buahan segar pada Si Buah Hati. 

  • Sediakan makanan sehat di rumah. Bila perlu, Bunda bisa membuatnya beberapa camilan sehat seperti jus buah, salad buah, smoothie, dan masih banyak lagi.

  • Hindari makanan ringan atau snack kemasan yang mengandung gula tambahan.

  • Ajarkan Si Buah Hati untuk makan makanan yang berwarna-warni, seperti buah-buahan dan sayuran aneka warna. 

Jajanan Takjil Buka Puasa untuk Anak

Selain kurma, berikut ini beberapa jajanan buka puasa yang disukai anak-anak yang bisa Bunda berikan agar kebutuhan gizi harian Si Buah Hati terpenuhi dengan baik selama bulan Ramadan.

1. Yoghurt 

Kandungan protein dan kalsium di dalam yogurt sangat baik untuk mendukung pertumbuhan tulang yang optimal pada anak prasekolah. Bahkan, yogurt juga mengandung bakteri hidup yang bermanfaat bagi sistem pencernaan. Untuk menghindari konsumsi gula yang berlebihan pada anak prasekolah, Bunda bisa memilih yogurt tawar tanpa lemak dan menambahkan sedikit madu, potongan buah kurma, atau buah mangga manis agar rasanya lebih lezat dan disukai Si Buah Hati.

2. Es krim buah

Jajanan buka puasa kekinian untuk anak yang bisa Bunda buat sendiri di rumah adalah popsicle atau es krim stik. Agar lebih sehat, pilih buah favorit Si Buah Hati lalu dihaluskan menggunakan blender dan diberi campuran susu. Setelah itu, tuangkan ke dalam cetakan popsicle dan simpan dalam freezer hingga membeku dan sajikan saat berbuka puasa.

3. Salad buah aneka warna

Bunda juga bisa menyajikan salad buah aneka warna untuk Si Buah Hati. Potong atau cetak buah dengan bentuk yang lucu, lalu sajikan dengan tambahan yogurt tawar dan sedikit madu. Anak-anak pasti suka!

4. Milkshake atau smoothie

Menu jajanan yang satu ini juga bisa membantu melengkapi kebutuhan vitamin dan mencukupi kebutuhan cairan tubuh pada anak prasekolah yang sedang belajar puasa. Libatkan Si Buah Hati dalam proses pembuatannya. Misalnya dengan meminta mereka untuk menentukan buah apa yang harus dipilih untuk dijadikan smoothie atau milkshake dan ajak mereka untuk membuatnya. Pasti menyenangkan, deh.

Baca Juga: Yuk, Buka Puasa dengan yang Sehat dan Menyegarkan!

5. Ubi manis panggang

Selain memiliki rasa yang manis, kandungan vitamin A dalam ubi juga sangat baik untuk menjaga kesehatan mata dan kulit. Untuk yang satu ini, Bunda bisa membeli ubi manis panggang di supermarket atau membuatnya sendiri di rumah sebagai alternatif jajanan untuk buka puasa pengganti kentang goreng.

6. Kacang-kacangan

Pilih kacang-kacangan yang disukai oleh anak-anak, misalnya kacang almond yang dipanggang. Selain renyah dan rasanya yang khas, kacang-kacangan juga merupakan makanan tinggi lemak sehat, mengandung serat, dan juga antioksidan yang penting untuk mendukung proses pertumbuhannya.

7. Takjil dengan tambahan susu

Jajanan takjil buka puasa juga bisa diolah dari bahan susu. Bunda juga bisa menkreasikan susu sebagai bahan tambahan untuk membuat jajanan atau takjil kesukaan Si Buah Hati sehingga menjadi lebih bergizi, seperti milkshake, es krim, es buah, puding dan masih banyak lagi. 

Untuk bantu penuhi kebutuhan gizi Si Buah Hati selama puasa, Bunda bisa berikan DANCOW 3+ Imunutri saat malam hari sebelum tidur dan ketika sahur. DANCOW 3+ Imunutri mengandung 0 gram Sukrosa, tinggi vitamin A, C, E, Zink, tinggi kalsium & vitamin D, serta mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi untuk mendukung pertumbuhan Si Buah Hati.

Image Article
7 Jajanan Buka Puasa yang Disukai Anak-anak
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Apakah Ibu Hamil Boleh Puasa? Simak Penjelasannya Berikut Ini!

Published date

Bagi umat muslim, menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan tentu menjadi salah satu momen indah yang paling ditunggu setiap tahunnya, termasuk bagi para Bunda yang sedang hamil. Namun, pertanyaan seperti ‘apakah ibu hamil boleh puasa Ramadan’ juga masih sering muncul, terutama pada calon ibu baru yang masih ragu untuk berpuasa karena takut akan memengaruhi perkembangan janinnya.

Berpuasa saat hamil bisa menjadi tantangan yang cukup berat bagi beberapa wanita. Sebab, mereka membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk kesehatan diri dan juga janin yang dikandungnya melalui makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Ditambah lagi dengan kemungkinan terjadinya dehidrasi karena harus menahan rasa haus selama kurang lebih 13 jam lamanya.

Apakah Ibu Hamil Boleh Puasa Ramadan?

Pada dasarnya, seorang wanita yang sedang hamil atau menyusui selama bulan Ramadan tidak diwajibkan untuk berpuasa. Meski begitu, jika ada pertanyaan ‘Ibu hamil apakah boleh puasa?’, ‘apakah ibu hamil boleh puasa setengah hari?’, atau ‘apakah ibu hamil boleh tidak puasa jika merasa lemas, mual, dan muntah?’, maka jawabannya adalah boleh. Namun, sebelum memutuskan untuk berpuasa, pastikan untuk mengonsultasikannya terlebih dahulu dengan dokter kandungan dan memastikan bahwa Bunda dalam kondisi yang sehat, ya.

Umumnya, dokter hanya menyarankan ibu hamil untuk berpuasa saat usia kehamilannya masih berada di trimester pertama. Syaratnya adalah dengan beristirahat dengan cukup sepanjang hari, memastikan bahwa kebutuhan gizi dan kalorinya terpenuhi dengan baik, mencukupi kebutuhan cairan dengan minum tiga liter air yang diperoleh saat sahur dan berbuka puasa, dan membatasi makanan tinggi gula yang biasanya dikonsumsi saat berbuka puasa.

Apakah ibu hamil tidak boleh puasa jika dokter tidak mengizinkan? Tentu saja tidak boleh. Bukan tanpa sebab, dokter tidak menyarankan ibu hamil untuk berpuasa pasti karena ada alasannya, terutama terkait dengan kesehatan sang ibu dan janin dalam kandungan. 

Pada analisa dari sebuah observasi menyebutkan bahwa belum ditemukan korelasi yang signifikan antara puasa Ramadan dengan kesehatan ibu dan janin, serta berat lahir bayi. Selanjutnya dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak puasa pada ibu hamil.

Ada beberapa kondisi yang menyebabkan ibu hamil tidak boleh berpuasa, seperti usia kehamilan di trimester kedua dan ketiga, serta adanya riwayat penyakit atau komplikasi selama kehamilan seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan anemia.

Baca Juga: Nutrisi agar Berat Badan Ideal saat Hamil

Selain rutin berkonsultasi terkait kondisi kesehatan sebelum berpuasa, penting juga bagi para Bunda yang hamil untuk memeriksakan kandungannya jika selama berpuasa mengalami beberapa hal seperti berikut ini.

  1. Berat badan yang semakin berkurang selama menjalankan puasa Ramadan.
  2. Merasa sangat haus dan lebih jarang buang air kecil. 
  3. Saat buang air kecil, air seni berwarna gelap dan berbau menyengat yang bisa menjadi tanda dehidrasi, sehingga membuat mereka lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih atau komplikasi lainnya.
  4. Lebih sering mengalami sakit kepala, demam, mual, dan muntah.
  5. Terjadi perubahan pada gerakan bayi di dalam perut, misalnya saat bayi tidak banyak bergerak atau menendang.
  6. Sering mengalami nyeri seperti kontraksi. Kondisi ini dapat menjadi tanda persalinan prematur.
  7. Merasa lemah dan mudah lelah meski sudah beristirahat dengan cukup.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Jika Ibu Hamil Berpuasa

Agar tetap dapat menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan dengan nyaman tanpa membahayakan kesehatan diri dan janin dalam kandungan, berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh ibu hamil.

  1. Rencanakan puasa dari jauh hari, salah satunya adalah dengan mengonsultasikannya pada dokter dan mencukupi kebutuhan makanan bergizi selama bulan Ramadan.
  2. Mencukupi kebutuhan gizi dengan baik saat sahur. Pilih makanan yang dapat membuat Bunda merasa kenyang lebih lama, seperti karbohidrat kompleks dan makanan berserat tinggi (ubi, nasi merah, sayuran hijau), makanan tinggi protein (daging dan telur), dan makanan yang mengandung lemak sehat.
  3. Mengonsumsi kurma, buah-buahan, dan yoghurt saat berbuka puasa.
  4. Minum tiga liter air yang terbagi saat sahur, menjelang imsak, berbuka puasa, setelah makan malam, sebelum tidur, dan setelah bangun tidur sebelum sahur.
  5. Minum susu untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi tubuh dan janin.
  6. Minum vitamin kehamilan yang sudah diberikan oleh dokter secara rutin.

Selain beberapa hal di atas, pastikan bahwa Bunda juga beristirahat dengan baik selama berpuasa. Saat mulai merasakan lemas, mual, atau muntah, sebaiknya segera batalkan puasa dan konsumsi makanan bergizi agar tidak membahayakan kesehatan diri dan janin. Bila perlu, berikan jeda beberapa hari untuk memastikan bahwa kondisi tubuh sudah cukup sehat untuk kembali berpuasa. 

Image Article
Apakah Ibu Hamil Boleh Puasa? Simak Penjelasannya Berikut Ini!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Pemenuhan Gizi untuk Anak Puasa. Apa yang Perlu Disiapkan?

Published date

Bagi Bunda yang memiliki Si Buah Hati usia 6–12 tahun dan dalam tahap belajar berpuasa, pastikan untuk memperhatikan asupan gizi untuk menjaga kesehatan dan stamina saat Ramadan. Mengingat bahwa asupan makanan akan berkurang sebanyak 20–30 persen saat berpuasa, maka penurunan ini harus diimbangi dengan pemberian makanan bergizi dan juga asupan vitamin serta mineral yang baik saat berbuka, malam hari, dan sahur. Untuk memahami manfaat vitamin anak saat puasa, simak penjelasannya berikut ini.

Kebutuhan Gizi yang Perlu Dipenuhi selama Bulan Puasa

Tak jauh beda dengan hari biasanya, berikut ini beberapa kebutuhan gizi dan vitamin anak saat puasa yang harus Bunda penuhi agar puasanya dapat berjalan dengan lancar dan tetap bertenaga dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

1. Karbohidrat 

Karbohidrat berperan sebagai sumber energi utama dalam tubuh, termasuk saat berpuasa. Jenis karbohidrat yang baik dikonsumsi sebagai menu sahur maupun berbuka adalah karbohidrat kompleks, seperti nasi merah, kentang, jagung, dan ubi. Anak-anak masih bisa mengonsumsi nasi putih, namun dalam porsi secukupnya ditambah dengan sayuran hijau. 

2. Protein

Selain memiliki peran untuk mempercepat pembentukan jaringan otot tubuh, protein juga berperan sebagai glikogen yang akan dipecah agar tubuh tetap berenergi selama berpuasa. Ada dua jenis protein yang bisa dikonsumsi, yaitu protein hewani dan nabati. Protein hewani contohnya adalah daging, telur, ikan, ayam, dan susu. Sedangkan protein nabati bisa didapatkan dari makanan seperti tahu, tempe, kedelai, kacang merah, dan kacang hijau.

3. Serat

Berperan untuk memperlambat proses perubahan karbohidrat menjadi gula, sehingga anak-anak bisa merasa kenyang lebih lama. Sumber serat yang paling baik untuk dikonsumsi adalah sayuran hijau.

4. Lemak

Meskipun kebutuhannya tidak sebanyak protein dan karbohidrat, namun lemak juga menjadi salah satu nutrisi yang diperlukan tubuh saat berpuasa. Namun, pastikan jenis lemak yang dikonsumsi adalah lemak sehat, terutama yang mengandung asam lemak omega 3 & 6 yang berasal dari beberapa makanan seperti ikan, alpukat, dan minyak zaitun. Sebaiknya, kurangi makanan dengan lemak tak sehat seperti gorengan dan juga makanan.

Baca Juga: Optimalkan Kebutuhan Gizi Anak saat Puasa

Vitamin dan mineral 

Tubuh juga membutuhkan vitamin dan mineral selama berpuasa yang bisa didapatkan dari konsumsi buah-buahan tinggi air dan vitamin serta sayuran favorit anak-anak. Jenis vitamin anak saat puasa yang harus dipenuhi antara lain vitamin yang dapat mendukung proses pertumbuhan, perkembangan, dan menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh, seperti vitamin A, B (B2, B6, B12), C, D, E, dan K.

Sedangkan mineral yang dibutuhkan adalah kalsium, yodium, zat besi, dan zink. Cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mendapatkan vitamin dan mineral yang cukup adalah dengan mengonsumsi berbagai macam makanan dengan asupan gizi seimbang, seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, buah-buahan, sereal dan biji-bijian, daging merah tanpa lemak, ikan, dan susu.

Tips Memenuhi Kebutuhan Gizi Si Buah Hati Selama Puasa

Agar kebutuhan nutrisi Si Buah Hati terpenuhi dengan baik selama puasa, simak beberapa tips berikut ini ya, Bunda.

  1. Untuk memenuhi kebutuhan gizi dan vitamin anak saat puasa, usahakan agar anak-anak tidak melewatkan waktu sahur. Sebab sahur merupakan bagian penting dari puasa Ramadan di mana mereka bisa mengonsumsi makanan bergizi yang berperan sebagai sumber tenaga untuk dapat beraktivitas dengan lancar dan tidak mudah merasa lapar.
  2. Sediakan makanan yang kaya akan serat, seperti roti gandum, buah-buahan, dan sayuran, sehingga dapat membuat perutnya merasa kenyang lebih lama.
  3. Selain nasi putih, sediakan juga pilihan lauk yang tinggi protein seperti telur, daging tanpa lemak, dan ikan.
  4. Hindari konsumsi makanan bergula tinggi, seperti donat dan kue saat sahur dan berbuka puasa.
  5. Menghindari makanan yang terlalu asin untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada anak-anak usia sekolah yang sedang belajar berpuasa.
  6. Saat berbuka puasa, hindari memaksa anak-anak untuk makan secara berlebihan untuk mengimbangi penurunan kalori harian. Makan secara berlebihan hanya akan memicu gangguan pencernaan dan rasa tidak nyaman pada perut (begah). 
  7. Hindari konsumsi minuman bersoda, makanan pedas, dan juga makanan berminyak seperti gorengan.
  8. Mencukupi kebutuhan cairan tubuh. Pastikan anak-anak cukup minum air mineral saat sahur, berbuka puasa, setelah makan malam, dan sebelum tidur.

Selain memberikan makanan bergizi, Bunda juga bisa melengkapi asupan gizi dan vitamin untuk anak puasa dengan memberikan susu DANCOW FortiGro yang siap mendukung Si Buah Hati lebih siap belajar jalani Ramadan dengan kombinasi unik DHA dan zat besi. Berikan DANCOW FortiGro 2 kali sehari, yaitu saat malam sebelum tidur dan ketika sahur.

DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6–12 tahun karena mengandung vitamin dan mineral yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan, serta mendukung imunitas anak. Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung:

  • Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti seperti vitamin B1, B2, B3, B6, serta omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan box).

  • Kandungan gizi pendukung daya tahan tubuh seperti zat besi, zink, vitamin A, C, & D.

  • Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium. 

Kandungan susu DANCOW FortiGro yang lengkap ini dapat bantu penuhi asupan gizi seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi terhadap susu sapi. Tersedia dalam varian Instant, Cokelat, dan Full Cream. 

Selain itu, DANCOW FortiGro juga dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanilla yang disukai Si Buah Hati. DANCOW UHT praktis dikonsumsi anak saat berbuka puasa di jalan.

Image Article
Vitamin Anak Saat Puasa: Apa Saja yang Harus Dipenuhi?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off