Bagaimana Cara Mengatasi Anak Pemalu di Sekolah? Ini Tipsnya!

Published date

Sama halnya dengan orang dewasa, tidak semua anak-anak memiliki kemampuan bersosialisasi dan berinteraksi yang baik terhadap lingkungan sekitarnya (ekstrovert), sehingga mereka menjadi anak pemalu di sekolah. Healthy Children, sebuah organisasi yang dikelola oleh American Academy of Pediatrician menjelaskan bahwa rasa malu yang dimiliki oleh anak-anak merupakan hal yang wajar. Beberapa penyebab seorang anak menjadi pemalu antara lain akibat pengalaman hidup yang cukup keras, pola asuh orang tua yang abai, atau memang sudah bawaan sejak lahir. 

Mengenal Jenis dan Penyebab Anak Menjadi Pemalu

Agar Si Buah Hati dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan nyaman, sangat penting bagi orang tua untuk memahami dulu jenis dan penyebab anak menjadi pemalu, terutama saat berada di sekolah. Utah Valley Pediatrics menjelaskan ada empat jenis “pemalu” berdasarkan penyebabnya yang bisa Bunda simak berikut ini.

1. Introvert

Si Buah Hati cenderung lebih suka membaca buku daripada datang ke acara ulang tahun temannya? Maka bisa jadi mereka adalah seorang yang introvert, bukan pemalu. Pada dasarnya, introvert sangat mirip dengan rasa malu, di mana keduanya membatasi interaksi sosial namun dengan alasan yang berbeda. Jauh dalam diri seorang anak pemalu di sekolah sesungguhnya ada keinginan untuk terhubung dengan orang lain, tetapi mereka mengalami kesulitan untuk bersosialisasi. Berbeda pada anak yang introvert yang lebih banyak dan suka menghabiskan waktu sendiri.

2. Rasa malu saat berada dalam suatu tahapan perkembangan hidupnya

Dalam setiap tahap perkembangan anak, menjadi seorang pemalu adalah hal yang umum. Misalnya saja saat mereka baru masuk SD, bertemu dengan teman-teman baru di lingkungan yang lebih besar dari sebelumnya. Tanpa disadari, mereka akan mengalami kecemasan dan cenderung menahan diri ketika bertemu dengan orang baru. Namun tak perlu khawatir, biasanya hal ini hanya terjadi sementara saja dan akan berangsur membaik saat anak-anak mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya.

3. Rasa malu secara umum

Pada beberapa anak, rasa malu yang mereka miliki muncul akibat rasa khawatir akan gagal dan ketakutan membuat orang lain merasa tidak senang atau tidak terpuaskan, terutama saat bertemu dengan orang baru.

4. Rasa malu yang cukup parah

Selain ketiga jenis di atas, ada juga jenis rasa malu yang cukup parah dan sangat mengganggu kemampuan anak-anak untuk menjalani kehidupan yang sehat. Kondisi ini biasanya dipicu oleh pengalaman hidup yang cukup keras, seperti pernah menjadi korban perundungan di lingkungan bermain bahkan keluarganya sendiri, pola asuh orang tua yang salah, adanya gangguan kecemasan, dan masalah lain yang menyebabkan trauma dalam hidupnya.

Baca Juga: Cara Mendidik Anak agar Berani dan Percaya Diri di Sekolah

Cara Mengatasi Anak Pemalu di Sekolah

Bagi anak usia sekolah, lingkungan dan interaksi sosial menjadi hal yang cukup menakutkan bagi anak yang pemalu. Beberapa tanda anak pemalu antara lain seringkali menghindari kontak mata, selalu menempel pada orang tua atau pengasuh, merasa ragu untuk berbicara atau berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, sulit untuk berteman, mudah merasa malu, dan merasa cemas atau gugup saat berada di lingkungan baru. Oleh karena itu, mengatasi anak pemalu di sekolah menjadi tantangan yang perlu dihadapi dengan sensitivitas dan penuh perhatian, terutama bagi para orang tua. 

Setelah memahami jenis dan penyebab anak menjadi pemalu, cara mengatasi anak yang pemalu di sekolah yang bisa Bunda lakukan seperti yang dilansir dari Healthychildren.org berikut ini bisa menjadi solusinya.

1. Memberikan contoh perilaku sosial yang percaya diri

Pada dasarnya, anak-anak belajar dengan cara mengamati orang-orang di sekitar mereka, terutama orang tua dan anggota keluarga yang merupakan orang terdekatnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi Bunda untuk memberikan contoh perilaku sosial yang bisa memotivasi mereka agar lebih percaya diri. Cobalah ajak Si Buah Hati untuk ikut Bunda saat ada acara reuni sekolah atau perkumpulan lainnya. tunjukkan kemampuan Bunda dalam mendekati orang lain dengan cara yang menyenangkan. Percayalah Bunda, lama-kelamaan pasti Si Buah Hati akan termotivasi untuk melakukan hal yang sama.

2. Dorong Si Buah Hati untuk mulai bersosialisai dengan hal paling sederhana

Harus menghadapi situasi dan orang-orang baru bisa menjadi hal yang sulit bagi anak-anak pemalu, sehingga mereka akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyesuaikan diri. Alih-alih memaksanya untuk cepat beradaptasi, sebaiknya tetap dukung dan biarkan mereka melakukan sesuatu sesuai dengan kecepatannya sendiri. Hal paling sederhana yang bisa dilakukan Si Buah Hati untuk mulai bersosialisasi adalah dengan mengajarkannya untuk menyapa tetangga atau ikut bermain bersama teman-teman seumurannya di lingkungan rumah selama beberapa menit.

3. Melatih keterampilan sosial Si Buah Hati

Berikan kesempatan pada Si Buah Hati untuk melatih keterampilan sosialnya. Misalnya dengan meminta mereka untuk membayar ke kasir atau memesan makanan di restoran untuk membangun rasa percaya dirinya. Bila perlu, agendakan untuk mengunjungi berbagai tempat baru di akhir pekan atau saat hari libur agar mereka dapat terbiasa dengan perubahan dan semakin mudah untuk beradaptasi di lingkungan barunya.

4. Mencari kegiatan yang diminati Si Buah Hati

Cara mengatasi anak pemalu di sekolah selanjutnya adalah dengan membebaskan Si Buah Hati untuk memilih kegiatan yang disukainya, seperti bermusik, olahraga, melukis, atau hal lain yang dapat membantu mereka untuk bersosialisasi dan menjalin hubungan pertemanan dengan orang baru.

5. Berikan pujian dan penghargaan

Setelah Si Buah Hati berhasil melakukan langkah sederhana seperti berkenalan dengan teman-teman di lingkungan rumah, menyapa tetangga, atau memesan makanan di restoran, jangan lupa untuk memberikan pujian terhadap apa yang sudah mereka lakukan. Pujian dan penghargaan inilah yang membuat perjuangannya sangat dihargai, sehingga mereka termotivasi untuk melakukan hal positif yang lebih besar lagi kedepannya.

6. Pahami dan jaga perasaan Si Buah Hati

Hindari untuk menyebut Si Buah Hati dengan sebutan ‘anak pemalu’ atau membiarkan orang lain melakukannya, terutama anggota keluarga di rumah karena dapat membuatnya semakin berkecil hati. Sebaliknya, terimalah kepribadian Si Buah Hati dan mendukungnya untuk terus berkembang untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Selain beberapa cara di atas, penting juga untuk memastikan kebutuhan gizi anak tercukupi dengan baik sebagai salah satu cara mengatasi anak pemalu di sekolah. Anak-anak dengan tubuh yang sehat cenderung lebih aktif, bersemangat, dan percaya diri, sehingga sangat baik untuk mendukung kemampuan bersosialisasinya. 

Dukung tumbuh kembang Si Buah Hati dengan memberikan makanan bergizi seimbang dan melengkapinya dengan memberikan susu DANCOW FortiGro dua hari sekali, di pagi hari dan sebelum tidur di malam hari.

DANCOW FortiGro merupakan susu yang diformulasikan khusus untuk anak usia 6–12 tahun dengan manfaat kandungan di dalamnya seperti:

  1. Kandungan vitamin dan mineral yang dapat mendukung proses belajar dan meningkatkan imunitas seperti zat besi, zink, vitamin A, C, dan D.

  2. Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks).

  3. Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium. 

Manfaat DANCOW FortiGro tak hanya dapat dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh anggota keluarga selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream, serta dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dan disukai Si Buah Hati. Bunda juga bisa melengkapi bekal sekolah Si Buah Hati dengan DANCOW UHT untuk dukung ia siap sekolah.

Image Article
Bagaimana Cara Mengatasi Anak Pemalu di Sekolah? Ini Tipsnya!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Apa Saja Perlengkapan Sekolah SD yang Harus Disiapkan? Yuk, Cek!

Published date

Saat Si Buah Hati Bersiap memasuki hari sekolah, salah satu cara yang bisa Bunda lakukan agar semangat untuk bersekolah adalah dengan mengajaknya ikut serta menyiapkan berbagai perlengkapan sekolah SD favoritnya. Meski begitu, bukan berarti bahwa Si Buah Hati bisa melakukannya secara berlebihan, ya. Sebaiknya ajak Si Buah Hati untuk memilih peralatan sekolah SD sesuai dengan kebijakan sekolah dan kebutuhan anak. Untuk mengetahui apa saja perlengkapan sekolah yang harus disiapkan, yuk simak penjelasannya berikut ini!

Daftar Perlengkapan Sekolah Anak SD

Mengingat bahwa Si Buah Hati sedang dalam masa peralihan dari TK ke SD, berikut ini beberapa perlengkapan sekolah anak SD kelas 1 yang bisa Bunda siapkan untuk mendukung proses belajar agar lebih bersemangat. 

1. Tas sekolah

Tak hanya memiliki motif atau gambar favorit Si Buah Hati, pastikan juga untuk memilih tas yang nyaman dan sesuaikan dengan postur anak (jangan terlalu besar atau kecil). Selain itu, sebaiknya pilih tas dengan 2 tali bahu yang empuk untuk menghindari nyeri bagian punggung anak. dapat memuat perlengkapan sekolah dengan baik. 

2. Buku dan alat tulis

Perlengkapan anak baru masuk SD selanjutnya adalah buku tulis, buku gambar, dan juga alat tulis seperti pensil, penghapus, rautan, spidol, dan pensil warna.

3. Seragam sekolah

Pastikan Si Buah Hati memiliki seragam yang cukup untuk digunakan setiap harinya. Bila perlu, sediakan seragam cadangan untuk berjaga-jaga.

4. Sepatu sekolah

Berikan sepatu sekolah yang nyaman dan sesuai dengan peraturan sekolah. Umumnya sekolah akan mewajibkan setiap siswanya untuk menggunakan sepatu berwarna hitam polos, oleh karena itu pastikan untuk memahami peraturan sekolah dengan baik ya, Bunda.

5. Lunch box atau kotak bekal

Siapkan lunch box favorit Si Buah Hati untuk membawa bekal makanan, sehingga mereka tidak perlu jajan sembarangan.

6. Botol minum

Selain kotak bekal, pastikan juga untuk membawakan botol minum agar Si Buah Hati tetap terhidrasi dengan baik.

Untuk mempermudah Bunda dalam menyiapkan perlengkapan anak sekolah SD di atas, susunlah berbagai keperluannya dalam sebuah daftar baik menuliskannya di kertas maupun di ponsel. Bunda bisa mencoret atau menambahkan simbol ‘checked’ untuk barang yang sudah disiapkan. Dengan begini, tidak ada perlengkapan sekolah yang tertinggal, deh.

Baca Juga: Cara Mendidik Anak agar Berani dan Percaya Diri di Sekolah

Tips Mempersiapkan Anak Masuk Sekolah SD

Meski mempersiapkan peralatan sekolah SD menjadi hal yang menyenangkan, tak bisa dipungkiri bahwa memulai sekolah juga bisa menjadi momen yang cukup menegangkan, baik bagi anak-anak maupun orang tua. Julia Martin Burch, PhD, seorang psikolog dari McLean Hospital menjelaskan bahwa anak-anak cenderung lebih mudah merasa cemas dan stres saat memasuki lingkungan sekolah yang baru. Hal ini terjadi karena mereka harus berpisah dengan orang tua dan beradaptasi dengan lingkungan baru yang berbeda dari sebelumnya. Bentuk kekhawatiran yang dialami oleh Si Buah Hati bisa dilihat dari berbagai hal seperti:

  1. Anak-anak seringkali bertanya seputar bagaimana teman-teman, ruang kelas, dan guru barunya.

  2. Kekhawatiran saat menyiapkan berbagai perlengkapan sekolah anak SD.

  3. Kesulitan untuk tidur menjelang hari sekolahnya.

  4. Mengalami keluhan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut, dan kelelahan yang tiba-tiba.

  5. Menghindari kegiatan yang berhubungan dengan sekolah.

Oleh karena itu, mempersiapkan mental dan fisik Si Buah Hati sejak dini adalah hal yang penting dilakukan oleh orang tua agar anak-anaknya lebih semangat bersekolah dan tumbuh sebagai anak yang mandiri. Nah, untuk mengetahui bagaimana caranya, yuk simak tipsnya berikut ini.

1. Memberikan validasi atas rasa cemas Si Buah Hati, bukan menghindarinya

Sebagai orang tua, tentu kita tidak ingin Si Buah Hati merasa cemas dan khawatir yang berlebihan. Namun alih-alih meyakinkan bahwa kekhawatirannya tidak akan menjadi kenyataan, Bunda bisa memberikan validasi atau akui emosi Si Buah Hati dan bantu ia untuk memikirkan solusi untuk mengatasinya. Misalnya dengan mengatakan, “Kamu pasti cemas ya karena harus Bunda tinggal saat sekolah? Hmm, nanti Bunda antar ke sekolah dan tungguin sampai kamu masuk kelas, ya. Kalau sekolahnya sudah selesai, nanti Bunda atau Ayah jemput lagi, kok.”

2. Melatih rutinitas sekolah agar Si Buah Hati semakin terbiasa

Jika sebelumnya Si Buah Hati terbiasa bangun sedikit lebih siang saat masih TK, maka Bunda bisa mulai melatih mereka untuk sekolah SD beberapa waktu menjelang tahun ajaran baru. Misalnya dengan bangun lebih pagi, sarapan, mengemas tas sekolah, dan melakukan perjalanan ke sekolah (tur sekolah dan bertemu dengan guru SD). 

Tanyakan pada Si Buah Hati mengenai hal-hal yang sekiranya akan membingungkan dirinya saat sekolah dan bantu cari solusi untuk mengatasinya. Misalnya saat khawatir akan kesulitan menemukan ruang kelas barunya, berikan arahan bahwa ia bisa meminta bantuan pada guru atau penjaga sekolah untuk membantunya menemukan ruang kelas yang tepat.

3. Memberikan contoh yang baik

Misalnya saat Si Buah Hati mendadak malas dan menangis saat akan berangkat sekolah. Saat menghadapi situasi ini, Bunda tentu akan merasa frustasi dan cemas. Namun alih-alih marah dan menuruti Si Buah Hati agar tidak sekolah, cobalah untuk meredam emosi yang Bunda rasakan dengan cara tarik napas dalam-dalam dan keluarkan secara perlahan. 

Pikirkan solusi dan berikan contoh yang baik agar dapat ditiru oleh Si Buah Hati. Setelah merasa tenang, ajak Si Buah Hati untuk berbicara dari hati ke hati dan ketahui keinginannya dengan berkata, “Kamu cemas dan takut Bunda tinggal saat sekolah, ya? Nangisnya jangan terlalu lama, ya. Tenang, Bunda nggak kemana-mana, kok.”

4. Memastikan Si Buah Hati mendapatkan istirahat yang cukup

Perbedaan jam tidur saat mulai masuk SD bisa menjadi salah satu tantangan besar bagi anak-anak. Sebab mereka harus bisa bangun lebih pagi agar tidak terlambat masuk sekolah. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa mereka memiliki waktu istirahat yang cukup setiap harinya. Pertimbangkan untuk membatasi screen time dan memajukan jam tidur anak di malam hari agar dapat bangun lebih pagi dengan badan yang segar. Dengan begini, anak-anak tidak mudah merasa lelah dan rewel yang dapat memicu kecemasan berlebih.

5. Memenuhi kebutuhan gizi Si Buah Hati

Selain melengkapi peralatan sekolah SD, penting juga untuk memenuhi kebutuhan gizi Si Buah Hati dengan baik. Hal ini karena anak usia sekolah membutuhkan gizi lebih banyak untuk membantu tumbuh kembang sekaligus meningkatkan perkembangan otaknya, sehingga dapat mendukung proses belajarnya agar dapat berjalan dengan lebih optimal. 

Berikan makanan bergizi seimbang di setiap momen makannya, mulai dari sarapan, makan siang, makan malam, dan snack time Si Buah Hati. Kandungan gizi seimbang yang dibutuhkan anak terdiri dari karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, serat, juga cukup air putih dimana jumlahnya disesuaikan dengan angka kecukupan gizi menurut usianya. Lengkapi juga kebutuhan gizinya dengan memberikan susu DANCOW FortiGro. 

DANCOW FortiGro diformulasikan khusus untuk anak usia 6-12 tahun dengan manfaat kandungan di dalamnya seperti:

  1. Kandungan vitamin dan mineral yang dapat mendukung proses belajar dan meningkatkan imunitas seperti zat besi, zink, vitamin A, C, dan D.

  2. Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks).

  3. Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium. 

Minum DANCOW FortiGro dua kali sehari, di pagi hari dan malam hari sebelum tidur, untuk mendukung Si Buah Hati siap sekolah. DANCOW FortiGro kini tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream, serta dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila. DANCOW UHT sangat cocok dijadikan sebagai salah satu menu bekal sekolah Si Buah Hati, snack time di rumah, maupun dinikmati saat dalam perjalanan.

Image Article
Apa Saja Perlengkapan Sekolah SD yang Harus Disiapkan? Yuk, Cek!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Memperbaiki Pola Asuh yang Salah Penyebab Anak Jadi Manja

Published date

Dalam kehidupan anak, orang tua memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar, terutama dalam mendukung tumbuh kembang serta pembentukan karakternya di masa yang akan datang. Selain memenuhi kebutuhan nonmaterial seperti fisik dan mentalnya saja, sebagai orang tua juga harus menerapkan pola asuh yang dapat dapat membantu anak untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan usianya. 

Pemilihan pola asuh juga tergantung dari perspektif orang tua yang menginginkan pengasuhan seperti apa yang akan digunakan. Namun, pastinya dengan mempertimbangkan apa saja dampak yang mungkin memengaruhi perkembangan anak, baik secara fisik maupun kepribadian anak. Sebab, pola asuh yang salah justru dapat membuat seorang anak tumbuh sebagai pribadi yang agresif, manja, dan tidak percaya diri. 

Tipe Pola Asuh yang Diterapkan Oleh Orang Tua Terhadap Anaknya

Pola asuh merupakan cara orang tua dalam menjaga, mengasuh, mendidik, dan melatih seorang anak agar menjadi anak yang mandiri dan bisa melakukan semua pekerjaan dengan pemikiran sendiri. Terdapat beberapa tipe pola asuh yang penting untuk disimak berikut ini.

  1. Pola asuh otoriter (authoritarian parenting), yaitu pola pengasuhan yang menetapkan aturan atau perilaku yang harus dipatuhi. Jika dilanggar, maka anak akan mendapatkan hukuman yang keras, baik secara verbal maupun non-verbal. Bisa dibilang bahwa ini juga merupakan pola asuh yang salah karena justru membuat anak kurang terbuka kepada orang tua, menarik diri, penentang norma, penakut, dan kesulitan dalam membuat keputusan dalam hidupnya sebab tidak pernah diberi kesempatan oleh orang tuanya.
  2. Pola asuh demokratis atau otoritatif (authoritative parenting), yaitu pola pengasuhan yang menekankan pada individualitas anak, mendorong anak agar belajar mandiri, namun orang tua tetap memegang kendali atas anak dengan cara memberi arahan dan pengawasan penuh. Pola asuh ini dapat membangun relasi yang baik antara orang tua dan anak karena anak diberi ruang diskusi dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan, sehingga mereka juga menjadi lebih terbuka pada orang tuanya.
  3. Pola asuh permisif (permissive parenting), yaitu pola asuh yang tidak menetapkan aturan dan nilai kedisiplinan pada anak, sehingga anak dapat melakukan apapun tanpa adanya tuntutan dari orang tuanya. Sayangnya, pola asuh ini bisa menjadi pola asuh orang tua yang salah karena dapat membuat anak menjadi manja, egois, dan membuat mereka terbiasa melakukan pelanggaran terhadap norma sosial yang ada.

Lebih lanjut lagi, Meriyati M.Psi, Psi, seorang Psikolog Rumah Sakit Pondok Indah, Puri Indah menjelaskan bahwa pola asuh orang tua sejak anak masih kecil bisa menuntun akan seperti apa karakteristiknya di masa depan. Pola asuh permisif adalah pola asuh di mana orang tua akan sangat terlibat, hadir, dan bertanggung jawab terhadap anaknya. 

Sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan tuntutan atau aturan kepada anak sehingga cenderung membiarkan anak melakukan apa yang mereka mau atau inginkan tanpa mempertimbangkan banyak hal. Tak heran jika pada akhirnya tipe pola asuh ini juga disebut sebagai gaya asuh yang memanjakan.

Bukan tanpa sebab, pola pengasuhan yang diterapkan dalam keluarga biasanya juga dipengaruhi oleh pengalaman orang tua saat mereka kecil. Hal inilah yang membuat mereka kembali menerapkannya pada anak-anaknya tanpa menyadari bahwa apa yang mereka lakukan mungkin saja merupakan pola asuh anak yang salah.

Baca Juga: Jenis-jenis Kecerdasan Anak dan Tips Optimalkannya

Cara Memperbaiki Pola Asuh yang Salah

Nah, jika kebetulan selama ini tanpa sadar Bunda menerapkan pola asuh anak yang salah, maka segera perbaiki dengan beberapa cara berikut ini.

  1. Mengajak pasangan untuk merubah gaya pengasuhan. Sama halnya dengan authoritative parenting, Bunda bisa memulainya dengan membuat aturan dan batasan yang jelas untuk setiap hal yang dilakukan oleh anggota keluarga.
  2. Melibatkan anak dalam pembuatan aturan. Bunda bisa mengadakan rapat keluarga untuk mendiskusikan aturan-aturan apa saja yang diperlukan. Jangan lupa tanyakan pendapat dan diskusikan pro kontranya. 
  3. Tentukan konsekuensi yang jelas dan masuk akal bagi yang melanggar aturan. Misalnya saja saat Si Buah Hati malas untuk membersihkan kamarnya sendiri, maka konsekuensi yang akan mereka terima adalah tidak boleh bermain gim saat akhir pekan.
  4. Memberikan sugesti pada diri sendiri bahwa menjadi orang tua yang baik tidak selalu harus membebaskan dan mengabulkan semua permintaan anaknya. Sebaliknya, sebagai orang tua harus mengajarkan anak bahwa butuh usaha keras untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dan ada konsekuensi yang harus diterima untuk setiap perbuatan yang dilakukannya.

Selain pola asuh, hal lain yang tak kalah penting dalam tumbuh kembang Si Buah Hati adalah supan gizi yang diberikan. Pastikan Bunda selalu memberikan asupan gizi yang seimbang, agar kesehatan tubuh Si Buah Hati tetap terjaga dan pertumbuhannya semakin optimal.

DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6-12 tahun. DANCOW FortiGro yang mengandung vitamin dan mineral dapat mendukung proses belajar Si Buah Hati. 

Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung gizi untuk dukung imunitas seperti zat besi, zink, Vitamin A, C, dan D; kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti Vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks); serta kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium. Manfaat DANCOW FortiGro Instant ini tak hanya dapat dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh anggota keluarga. 

Kandungan susu DANCOW FortiGro yang lengkap ini dapat bantu penuhi asupan gizi seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream.  

DANCOW FortiGro dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dikonsumsi ketika di sekolah atau dalam perjalanan.

Semoga dengan informasi seputar cara memperbaiki pola asuh yang salah di atas dapat membantu Bunda dalam mengembangkan karakter anak agar menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, dan baik hati, ya. 

Image Article
Cara Pola Asuh yang Salah Penyebab Anak Jadi Manja
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Sudah Tau Jenis-jenis Kecerdasan Anak Berikut Ini?

Published date

Sebagai orang tua yang mendidik dan mendukung proses tumbuh kembang anak, apakah Bunda sudah tahu bahwa setiap anak dilahirkan dengan delapan jenis kecerdasan otak yang dimilikinya?  Setidaknya, ada delapan jenis kecerdasan manusia yang mewakili cara-cara yang berbeda dalam memproses informasi. 

Pada umumnya, setiap anak bisa saja memiliki salah satu maupun beberapa jenis kecerdasan secara langsung. Dengan memahami jenis-jenis kecerdasan pada anak ini nantinya dapat mempermudah kita dalam mendukung minat dan bakat anak agar sukses di masa yang akan datang.

Jenis Kecerdasan Anak Berdasarkan Ciri-cirinya 

Memahami area kecerdasan yang unik dan unggul pada anak dapat membantu mereka untuk menjadi seseorang yang sukses di masa yang akan datang. Oleh karena itu, yuk pahami lebih lanjut mengenai jenis-jenis kecerdasan anak melalui penjelasan di bawah ini!

1. Kecerdasan spasial

Kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan dalam berbagai dimensi. Anak-anak dengan kecerdasan spasial cenderung sangat menyukai visual dan gambar dan dapat mempelajarinya dengan baik. Beberapa pilihan karier yang cocok antara lain pilot, perancang busana, arsitek, ahli bedah, artis, dan insinyur.

2. Kecerdasan tubuh atau kinestetik

Kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan cara yang menunjukkan kehebatan fisik dan kemampuan atletisnya. Anak dengan kecerdasan ini biasanya sangat menyukai beberapa kegiatan yang banyak melibatkan gerakan tubuh olahraga, senam, dan menari. Beberapa karier yang cocok adalah penari, atlet, mekanik, atau aktor.

3. Kecerdasan musikal

Anak memiliki kepekaan terhadap ritme, nada, meter, nada, melodi, dan warna suara. Mereka juga tertarik dan memiliki kemampuan untuk bernyanyi dan atau memainkan alat musik. Pilihan karier yang cocok adalah penyanyi, konduktor musik, guru musik, penulis lagu, dan menulis.

4. Kecerdasan linguistik atau bahasa

Kecerdasan yang melibatkan kepekaan terhadap makna kata-kata, urutan di antara kata-kata, serta suara, irama, infleksi, dan meteran kata-kata. Anak-anak dengan kecerdasan bahasa biasanya selalu mendapat nilai tinggi saat menulis cerita, menghafal informasi, dan membaca. Beberapa karier yang potensial antara lain penulis, jurnalis, editor, pengacara, dan professor bahasa.

Baca Juga: Jenis-jenis Kecerdasan dan Cara Mengasahnya

5. Kecerdasan logis-matematis

Kemampuan untuk menganalisis masalah secara logis. Anak-anak dengan tipe kecerdasan logis merespon paling baik terhadap instruksi langsung dan sederhana dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah. Beberapa karier yang cocok adalah programmer, ahli matematika, ahli ekonomi, akuntan, ilmuwan, dan insinyur.

6. Kecerdasan interpersonal

Kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain serta memiliki kepekaan terhadap suasana hati, perasaan, temperamen, dan motivasi orang lain. Anak dengan kecerdasan ini cenderung lebih mudah beradaptasi di tempat baru dan memiliki banyak teman. Beberapa karier yang cocok adalah manajer tim, negosiator, politisi, juru bicara, psikolog, dan pengusaha.

7. Kecerdasan intrapersonal

Memiliki kepekaan terhadap perasaan, tujuan, dan kecemasan diri sendiri, serta kemampuan untuk merencanakan dan bertindak berdasarkan sifat-sifat diri sendiri. Beberapa karier yang sesuai adalah terapis, konselor, psikolog, pengusaha, dan ahli teori.

8. Kecerdasan naturalis

Memiliki kemampuan untuk memahami nuansa di alam, termasuk ketertarikan pada tanaman, hewan, dan elemen alam dan kehidupan lainnya. Karier yang cocok untuk digeluti adalah ahli geologi, petani, ahli biologi, ahli konservasi, ahli botani, dan hal lain yang berkaitan dengan alam.

Nah, dari beberapa jenis-jenis kecerdasan pada anak di atas, mana yang paling sesuai dengan karakter Si Buah Hati nih, Bunda? Agar mereka dapat mendukung minat dan bakatnya, pastikan untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbangnya dengan baik ya, Bunda.

Saat ini Bunda tak perlu bingung memilih produk susu untuk mendukung proses tumbuh kembang Si Buah Hati, sebab ada DANCOW FortiGro sebagai susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6-12 tahun. 

Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung gizi untuk dukung imunitas seperti zat besi, zink, Vitamin A, C, dan D; kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti Vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks); serta kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium.

DANCOW FortiGro mengandung vitamin dan mineral yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental serta mendukung imunitas Si Buah Hati, serta dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dikonsumsi ketika di sekolah atau dalam perjalanan. 

Semoga dengan memahami jenis-jenis kecerdasan anak di atas bisa mempermudah Bunda dalam mendukung minat dan bakat Si Buah Hati agar mereka sukses di masa yang akan datang, ya!

Image Article
Bunda, Sudah Tau Jenis-jenis Kecerdasan Anak Berikut Ini?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bahaya Strict Parents untuk Kesehatan Mental Anak

Published date

Menjalani peran sebagai orang tua, Bunda pasti sudah seringkali mendengar soal pola asuh strict parents, bukan? Untuk mengetahui lebih jelas mengenai strict parents dan dampaknya pada kesehatan mental Si Buah Hati, yuk simak penjelasannya berikut ini.

Apa Itu Pola Asuh Strict Parents?

Dikutip dari laman kesehatan mental Psych Central menjelaskan bahwa pola asuh strict parents sama halnya dengan authoritarian parenting atau pola asuh otoriter yang sangat ketat. Orang tua yang otoriter berusaha untuk mengevaluasi, membentuk dan mengontrol sikap serta perilaku anak mereka sesuai dengan standar perilaku yang telah ditetapkan. Jika anak gagal untuk mematuhi aturan yang sudah ditetapkan, maka mereka akan dihukum.

Latar belakang kebangsaan, budaya, maupun etika yang diyakini menjadi salah satu alasan mengapa sebagian orang tua menerapkan pola asuh strict parents. Lebih dari itu, orang tua yang otoriter juga percaya bahwa memerintah dengan ‘tangan besi’ merupakan cara terbaik untuk membuat anaknya tetap terkendali dan berada di jalan yang benar.

Tracy Trautner, selaku pendidik anak usia dini dari Michigan State University menjelaskan mengenai gaya pengasuhan strict parents melibatkan beberapa hal berikut ini.

  1. Memiliki aturan ketat yang harus diikuti dan anak akan mendapatkan hukuman jika tidak mematuhinya. Hukuman yang diberikan biasanya dapat berupa kekerasan, baik secara fisik maupun emosional.
  2. Perintah yang harus diikuti seringkali tanpa instruksi atau arahan yang jelas, misalnya kalimat seperti “Kalau Bunda suruh, kamu harus lakukan!”
  3. Orang tua yang merasa bahwa kepatuhan sama dengan cinta.
  4. Tidak ada komunikasi yang terbuka dalam gaya pengasuhan strict parents.
  5. Umumnya tidak ada sikap saling memberi dan menerima. Orang tua memiliki kontrol penuh terhadap keluarga.
  6. Orang tua yang otoriter tidak terlalu emosional atau penuh kasih sayang dan kritis terhadap anaknya, terutama jika mereka gagal memenuhi harapannya.
  7. Tingkat responsif orang tua yang rendah dan tuntutan orang tua yang tinggi.

Baca Juga: Peran Orang Tua dalam Membentuk Karakter Anak

Bahaya Strict Parents

Meski kelihatannya gaya pengasuhan ini dapat membuat seorang anak menjadi patuh terhadap orang tuanya, namun tak sedikit juga dampak strict parents pada anak yang mengintai. Hal ini terjadi karena gaya pengasuhan yang terlalu ketat dan keras seringkali tidak diimbangi dengan cinta, kehangatan, dan rasa hormat kepada Si Buah Hati. Agar lebih waspada, simak beberapa ini beberapa dampak buruk strict parents yang bisa dialami oleh Si Buah Hati.

  1. Menjadi agresif, tetapi juga bisa menjadi tidak kompeten secara sosial, pemalu, dan tidak dapat membuat keputusan sendiri.
  2. Memiliki harga diri yang rendah dalam keluarga, penilaian karakter yang buruk, dan akan memberontak terhadap figur otoritas saat mereka dewasa.
  3. Anak akan mencontoh perilaku yang ditunjukkan oleh orang tua mereka ketika bersama teman sebayanya.
  4. Jarang belajar untuk berpikir dan mengambil keputusan sendiri.
  5. Mengalami kesulitan dalam mengelola kemarahan mereka dan sangat mudah marah.

Akibat strict parents, anak tumbuh dengan tingkat stres dan kecemasan yang tinggi karena tekanan untuk memenuhi standar tinggi yang ditetapkan oleh orang tuanya. Melansir buku berjudul Pengasuhan Positif Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia, saat anak berada dalam kendali penuh orang tuanya dan tidak memiliki kesempatan untuk membuat keputusannya sendiri, maka mereka cenderung memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah. Maka tak heran jika pada akhirnya mereka selalu merasa tidak mampu untuk melakukan banyak hal.

Tak hanya itu saja, daya kreativitas dan eksplorasi yang rendah pada anak juga merupakan contoh dari bahaya strict parents yang membuat mereka takut untuk mencoba berbagai hal baru di luar batasan yang sudah ditetapkan orang tuanya. Pada akhirnya, kondisi ini membuat mereka tumbuh sebagai seorang anak yang kurang terampil dalam berinteraksi sosial dan kesulitan untuk membangun hubungan baik dengan lingkungan sekitarnya, terutama teman-teman sebayanya.

Anak yang tumbuh dengan pola pengasuhan strict parents juga cenderung memiliki dukungan emosional yang rendah. Pasalnya, strict parents atau orang tua yang keras kurang memberikan dukungan emosional yang diperlukan kepada anaknya untuk dapat tumbuh menjadi orang yang percaya diri. Mereka bergantung pada orang lain untuk membangun kepercayaan diri mereka, yang merupakan bawaan sejak lahir karena mereka selalu meminta persetujuan dari orang tua. Pada akhirnya, anak juga seringkali merasa tidak didengar, tidak dimengerti, atau tidak diberi kebebasan untuk mengekspresikan emosinya. 

Bagaimana Cara Menghindari Pola Asuh Strict Parents?

Alih-alih menjadi orang tua yang otoriter, usahakan untuk menerapkan pola asuh sebagai orang tua yang demokratis (authoritative parenting) untuk mencegah bahaya strict parents terhadap kesehatan mental Si Buah Hati. Berbeda dengan authoritarian parenting di mana orang tua yang memegang kendali atas anaknya secara penuh, authoritative parenting menunjukkan kehangatan dan kontrol yang tinggi dalam mendidik Si Buah Hati. 

Authoritative parents akan tetap menetapkan batasan yang jelas bagi Si Buah Hati, namun dapat menjadi panutan yang baik dan akan selalu memuji mereka atas usaha yang dilakukan. Dengan begini, Si Buah Hati bisa menjadi pemikir independen, mampu mengatur emosi mereka sendiri, serta menjadi anak yang bahagia dan sukses.

Tak hanya pola asuh anak yang tepat, penting juga untuk mendukung tumbuh kembang serta menjaga kesehatan mental Si Buah Hati dengan cara memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan baik. Selain memberikan makanan bergizi seimbang, lengkapi juga asupan gizi Si Buah Hati dengan memberikannya susu DANCOW FortiGro dua kali sehari, di pagi hari dan sebelum tidur di malam hari.

DANCOW FortiGro diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6–12  tahun. Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung gizi untuk dukung imunitas seperti zat besi, zink, Vitamin A, C, dan D; kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti Vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant dan Cokelat kemasan boks); serta kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium.

Kandungan susu DANCOW FortiGro  yang lengkap ini dapat bantu penuhi asupan gizi seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream.

DANCOW FortiGro  juga dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang disukai Si Buah Hati. DANCOW UHT praktis dikonsumsi anak untuk bekal sekolah atau dalam perjalanan.

Setelah membaca penjelasan di atas, sekarang coba teliti kembali apakah gaya pengasuhan yang Bunda terapkan selama ini juga termasuk sebagai pola asuh strict parents?

Image Article
Bahaya Strict Parents untuk Kesehatan Mental Anak
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bagaimana Cara Mengajar Anak SD Kelas Satu? Ini Tipsnya!

Published date

Momen peralihan Taman Kanak-Kanak (TK) menuju Sekolah Dasar (SD) tentu menjadi masa yang cukup menegangkan bagi anak-anak. Dalam situasi ini, anak-anak akan mengalami berbagai macam perubahan, mulai dari lingkungan sekolah, materi belajar, lingkungan pertemanan, hingga waktu belajarnya. Butuh waktu bagi mereka untuk menyesuaikan diri agar dapat beradaptasi dengan baik dan mulai terbiasa dengan rutinitas barunya.

Tips Mengajarkan Anak SD Kelas 1

Nah, sebagai orang tua, sudah menjadi tanggung jawab bagi kita untuk selalu mendampingi anak belajar di rumah. Berikut ini beberapa cara mengajar anak SD kelas 1 yang menyenangkan dan dapat segera Bunda praktikkan untuk membuat Si Buah Hati selalu bersemangat untuk sekolah.

1. Menerapkan durasi belajar secara bertahap

Alih-alih memaksakan Si Buah Hati untuk langsung dapat memahami materi belajar dengan baik dengan menyuruhnya belajar selama berjam-jam, Bunda bisa menentukan durasi belajar secara bertahap. Misalnya 15 menit untuk belajar membaca di minggu pertama sekolah. Pantau perkembangan Si Buah Hati dan tingkatkan durasi belajarnya saat mereka sudah mulai terbiasa dan nyaman saat belajar.

2. Beri jeda waktu untuk istirahat

Tujuannya adalah untuk mencegah Si Buah Hati merasa bosan karena belajar terlalu lama. Jika tetap memaksakannya, mereka justru akan semakin malas saat kita menyuruhnya untuk belajar. Oleh karena itu, pastikan untuk memberikan jeda waktu untuk istirahat yang bisa dilakukan untuk bersantai atau bermain. Hal inilah yang nantinya dapat meningkatkan minat belajarnya.

3. Memastikan Si Buah Hati mendapatkan tidur yang cukup

Kurangnya jam tidur pada anak dapat menyebabkan mereka merasa malas, bosan, lemas, dan mengantuk saat tiba waktunya untuk belajar. Oleh karena itu, pastikan mereka memiliki kualitas tidur yang baik ya, Bunda. Caranya adalah dengan memberikan batasan penggunaan gadget dan menentukan jam tidur yang harus ditaati oleh anak, sehingga kualitas tidurnya terjaga dan mereka dapat bersekolah serta belajar dengan lebih semangat.

4. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

Sediakan segala sesuatu yang dibutuhkan Si Buah Hati saat belajar, seperti:

  • Ruang yang tenang, pencahayaan yang bagus, dan bebas gangguan untuk mereka belajar.

  • Sediakan camilan sehat, sebab rasa lapar membuat mereka sulit untuk fokus.

  • Pastikan alat tulisnya mudah dijangkau, sehingga waktu tidak terbuang percuma untuk mencarinya.

  • Mendampingi Si Buah Hati saat belajar, sehingga saat mereka mengalami kesulitan Anda bisa langsung memberikan bantuan.

Baca Juga: Tips Belajar Membaca Huruf untuk Anak

5. Mendampingi anak belajar dengan sabar

Mengingat bahwa Si Buah Hati masih dalam masa peralihan sekolah dari TK ke sekolah dasar, maka tips mengajarkan anak SD kelas 1 adalah menjelaskan materi belajar dengan penuh kesabaran. Hindari untuk membentak atau menyalahkan ketika anak tidak dapat menjawab pertanyaan dengan sempurna. Berikan penjelasan secara perlahan sampai anak bisa memahami mata pelajarannya dengan baik.

6. Berikan pujian pada proses belajarnya, bukan hasil akhirnya

Alih-alih memarahi anak saat tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik, cobalah untuk memberikan pujian atas usaha mereka dan membantunya melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar lebih baik lagi. Misalnya dengan kalimat seperti, “Wah, kamu hebat banget bisa ngerjain PR ini sendiri sampai selesai. Coba sini Bunda periksa dulu jawabannya.”

Agar proses belajar Si Buah Hati berjalan dengan lancar, pastikan untuk memenuhi kebutuhan gizinya dengan baik terlebih dahulu ya, Bunda. Selain memberikan asupan bergizi yang berupa sayur, daging, dan buah-buahan, lengkapi juga kebutuhan gizi Si Buah Hati dengan memberikan susu DANCOW FortiGro. 

DANCOW FortiGro merupakan susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi dan mendukung proses belajar anak usia sekolah 6-12 tahun. Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung gizi untuk dukung imunitas seperti zat besi, zink, Vitamin A, C, dan D; kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti Vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks); serta kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium.

DANCOW FortiGro yang tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream tak hanya dapat dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh anggota keluarga selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi.  

Saat ini DANCOW juga dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dikonsumsi, sehingga sangat cocok dijadikan bekal sekolah maupun untuk menemani Si Buah Hati belajar di rumah. Semoga cara mengajarkan anak SD kelas 1 menyenangkan di rumah ini bisa membuat anak menjadi lebih semangat belajar ya, Bunda!

Image Article
Bagaimana Cara Mengajar Anak SD Kelas Satu? Ini Tipsnya!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tanda Gangguan yang Perlu Diwaspadai pada Fase Perkembangan Anak Usia 6 Tahun

Published date

Bunda, tanpa kita sadari fase perkembangan anak usia 6 tahun rasaya berjalan sangat cepat, ya. Dari yang awalnya mereka kita timang-timang, hingga pada akhirnya mereka mulai memasuki masa sekolah dan bertemu dengan anak seusianya. Bagi orang tua, menyaksikan dan mengawasi tumbuh kembang anak dari waktu ke waktu tentu menjadi hal yang cukup menantangPasalnya, terkadang ada saja gangguan tumbuh kembang anak usia 6 tahun yang mungkin dialami oleh Si Buah Hati. 

Tahap Perkembangan Motorik Pada Anak Usia 6 Tahun 

Pada umumnya perkembangan anak usia enam tahun telah mencapai kematangan dan sudah siap untuk belajar. Pada usia ini anak-anak juga sudah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya sehingga sangat penting bagi kita untuk memerhatikan perkembangan motoriknya dengan baik. 

Bisa dibilang bahwa kemampuan motorik fisik memiliki peran yang penting dalam menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebab perkembangan motorik seperti perubahan ukuran tubuh anak dapat dideteksi dengan mudah menggunakan panca indera. Berikut ini fase perkembangan motorik untuk anak di atas 6 tahun menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

1. Keterampilan tangan

Anak mampu mengendalikan otot tangan, bahu dan pergelangan tangan hampir mencapai tingkat kesempurnaan seperti orang dewasa. Keterampilan ini meliputi keterampilan untuk makan, berpakaian, merawat diri sendiri, menulis, menangkap dan melampar bola, serta membantu melakukan pekerjaan rumah.

2. Keterampilan kaki

Anak-anak pada usia ini biasanya telah mengembangkan kemampuan motorik kasar yang lebih baik. Beberapa perkembangan motorik pada kaki anak usia 6 tahun seperti berlari dan melompat, serta kemampuan untuk mengontrol gerakan kaki mereka dengan lebih baik, seperti menendang bola, mengayuh sepeda, dan melakukan gerakan serupa.

Tanda Gangguan Pada Tumbuh Kembang Anak Usia 6 Tahun

Tak selalu berjalan mulus, sayangnya ada beberapa faktor yang membuat seorang anak harus mengalami gangguan pada masa tumbuh kembangnya. Beberapa gangguan pada fase perkembangan anak usia 6 tahun yang harus diwaspadai berikut ini.

1. Gangguan pertumbuhan fisik

Beberapa gangguan yang mungkin terlihat meliputi pertumbuhan di atas normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal seperti:

  • Anak mengalami kelebihan berat badan atau obesitas (kelainan hormonal)

  • Anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis, dan kelainan hormonal.

  • Lingkar kepala yang tidak sesuai dengan pertumbuhan anak seusianya. Jika lingkar kepalanya melebihi ukuran normal, maka anak memiliki kemungkinan mengalami hidrosefalus, megaensefali, tumor otak, atau hanya merupakan variasi normal.

  • Lingkar kepala yang kurang dari normal dapat mengindikasikan bahwa anak menderita retardasi mental, malnutrisi kronis, maupun variasi normal.

  • Mengalami gangguan penglihatan seperti maturitas visual yang terlambat, gangguan refraksi, juling, nystagmus, amblyopia, buta warna, dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik, glaukoma, dan gangguan mata lainnya.

  • Gangguan pendengaran yang terbagi menjadi tuli konduksi dan sensorineural yang disebabkan oleh faktor prenatal seperti genetik dan infeksi seperti Toxoplasmosis, Rubella (campak Jerman), Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes (disingkat TORCH). TORCH merupakan kumpulan beberapa penyakit infeksi yang terkait dengan meningkatnya risiko terjadinya abortus atau kelainan/cacat bawaan pada janin akibat infeksi yang terjadi pada masa kehamilan selama kehamilan dan juga faktor postnatal.

Baca Juga: Perlukah Susu Anak Penambah Berat Badan? Simak di Sini!

2. Gangguan perkembangan motorik

Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah adanya kelainan tonus otot atau penyakit neuromoskular yang menyebabkan anak-anak terlambat dan mengalami kesulitan berjalan dan menggerakkan tangan. Tak hanya itu saja, keterlambatan dalam perkembangan motorik anak juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta kepribadian anak.

3. Gangguan perkembangan bahasa

Kemampuan berbahasa anak melibatkan kemampuan motorik, psikologis, emosional, dan perilaku. Gangguan bahasa pada anak dapat terjadi akibat beberapa faktor, seperti genetik, gangguan pendengaran, intelegensia rendah, kurangnya interaksi dengan lingkungan, maturasi terlambat, dan faktor keluarga.

4. Gangguan perkembangan emosi dan perilaku

Salah satunya adalah gangguan kecemasan seperti takut sekolah, kecemasan saat berpisah, takut akan lingkungan sosialnya, dan kecemasan setelah mengalami trauma. Jenis gangguan emosi dan perilaku juga dapat berupa kondisi khusus seperti autism dan gangguan perilaku serta interaksi sosial. 

Autism merupakan kelainan neurobiologis yang menunjukkan adanya gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Anak dengan autism juga mengalami keterlambatan perkembangan bahasa serta muncul gerakan aneh seperti berputar, melompat, atau mengamuk tanpa sebab yang jelas.

Nah, setelah membaca penjelasan mengenai gangguan pada fase perkembangan anak usia 6 tahun di atas, maka cara yang bisa Bunda lakukan agar tumbuh kembang Si Buah Hati dapat berjalan dengan lancar adalah dengan melatih kemampuan motoriknya dengan baik, yaitu motorik kasar maupun motorik halusnya. Untuk melatih kemampuan motorik kasarnya, mulai kenalkan dan biasakan Si Buah Hati untuk melakukan beberapa kegiatan seperti:

  1. Lompat jauh
  2. Bermain lompat tali dan berjingkrak
  3. Melakukan aktivitas fisik seperti bersepeda, berlari, senam, berenang, dan menggunakan alat-alat olah raga
  4. Memakai pakaian tanpa dibantu

Sedangkan untuk kemampuan motorik halusnya, Bunda bisa melatihnya dengan cara seperti:

  1. Berlatih menulis dengan tulisan sambung.
  2. Menggambar pola atau objek
  3. Memotong kertas dengan mengikuti pola
  4. Bermain lempar tangkap
  5. Memainkan benda-benda atau alat-alat mainan seperti puzzle atau plastisin

Untuk mendukung anak dalam melatih kemampuan motoriknya, pastikan juga untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan baik. Selain memberikan makanan bergizi seimbang, lengkapi juga asupan gizi Si Buah Hati dengan memberikannya susu DANCOW FortiGro. DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6-12 tahun. 

Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung gizi untuk dukung imunitas seperti zat besi, zink, Vitamin A, C, dan D; kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti Vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks); serta kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium. 

Kandungan susu DANCOW FortiGro yang lengkap ini dapat bantu penuhi asupan gizi seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream. 

DANCOW FortiGro juga dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dikonsumsi ketika di sekolah atau dalam perjalanan.

Semoga penjelasan mengenai fase perkembangan anak usia 6 tahun di atas dapat membantu Bunda dalam mengawasi tumbuh kembang Si Buah Hati, ya. Good luck!

Image Article
Tanda Gangguan dalam Fase Perkembangan Anak Usia 6 Tahun
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Inilah Cara-cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri pada Anak Usia Dini

Published date

Tahukah Bunda, kepercayaan diri tidak hanya penting untuk dimiliki orang dewasa. Anak-anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang juga perlu memiliki rasa percaya diri.

Orang tua perlu memupuk rasa percaya diri si Buah Hati karena pada akhirnya anak harus melangkah ke dunia sendiri dan menjadi individu yang memiliki inisiatif serta dapat memecahkan masalah mereka sendiri.

Tanpa rasa percaya diri, Si Buah Hati akan menjadi anak yang minder dan hal itu tentu akan berdampak pada kehidupannya, seperti dalam pertemanan maupun saat bersekolah.

Rasa percaya diri datang dari dalam diri anak. Namun orang tua juga dapat turut berperan dalam membangun kepercayaan diri anak. Karenanya, tidak ada salahnya jika Bunda mencari tahu cara menumbuhkan rasa percaya diri Si Buah Hati sejak dini.

Pentingnya Membangun Rasa Percaya Diri Anak di Usia Dini

Rasa percaya diri merupakan perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri. Kepercayaan diri membantu seseorang merasa aman dan siap menghadapi tantangan maupun hal baru.

Bagi anak-anak, rasa percaya diri dibutuhkan agar Si Buah Hati dapat belajar dan berkembang dengan baik. Anak dengan rasa percaya diri tinggi tidak akan ragu mempelajari hal baru atau memasuki lingkungan baru, seperti saat mulai bersekolah.

Anak yang memiliki rasa percaya diri baik dapat dengan mudah beradaptasi dengan perubahan sehingga memiliki komunikasi dan kesehatan fisik, intelektual, serta psikologis yang baik.

Kepercayaan diri pada anak terbentuk oleh pikiran dan keyakinan akan kemampuan sendiri. Tetapi juga dipengaruhi persepsi dan harapan orang-orang di sekitarnya, termasuk orang tua. Untuk itu, Bunda perlu mengetahui cara menumbuhkan rasa percaya diri Si Buah Hati.

Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak Usia Dini

Membangun rasa percaya diri anak bisa dimulai sedini mungkin. Saat dalam diri Si Buah Hati muncul keyakinan bahwa ia bisa melakukannya dan setiap ia berhasil melakukan hal baru, rasa percaya dirinya akan meningkat. Bunda bisa menerapkan beberapa cara agar anak percaya diri dan berani dan percaya diri anak berikut ini:

1. Menjadi Contoh yang Baik

Anak belajar dari meniru dan orang tua selalu menjadi panutan pertamanya. Ajari Si Buah Hati dengan menjadi contoh yang baik.

2. Memberi Kesempatan Anak Menyelesaikan Masalahnya Sendiri

Dengan cara ini anak akan percaya diri pada kemampuannya dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri.

3. Biarkan Anak Memilih dan Membuat Keputusan

Cara ini akan memberikan perasaan memegang kendali dan membuat Si Buah Hati lebih percaya diri.

4. Mendorong Anak Berani Mencoba dan Pantang Menyerah

Cara ini mengajarkan anak bahwa setiap rintangan bisa diatasi. Berikan pujian atas usaha yang sudah dilakukannya.

5. Mengajari Anak Disiplin dan Tanggung Jawab

Bagaimana cara menumbuhkan rasa percaya diri melalui sikap disiplin?. Seiring bertambahnya usia, anak akan semakin mandiri. Dengan disiplin anak akan belajar bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan mempertimbangkan konsekuensi dari setiap tindakan. Kesadaran ini akan melatih rasa percaya diri.

Baca JugaBunda, Inilah Fungsi Zink untuk Si Buah Hati

Hal yang Perlu Dihindari Agar Anak Lebih Percaya Diri

Selain menerapkan cara menumbuhkan rasa percaya diri pada anak usia dini, Bunda juga perlu memperhatikan hal-hal yang perlu dihindari orang tua agar Si Buah Hati tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Beberapa hal tersebut di antaranya:

1. Memuji Secara Berlebihan

Memberi pujian secara berlebihan tidak akan membangun kepercayaan diri anak. Sebaliknya, justru dapat merugikan dan tidak terasa tulus.

2. Hanya Melihat Pada Hasil

Hindari memberikan pujian yang fokus pada hasil. Lebih berikan pujian atas usaha yang sudah dilakukan Si Buah Hati dan gunakan kata-kata yang lebih spesifik.

3. Memarahi dengan Keras

Kata-kata negatif yang diucapkan orang tua bisa menghancurkan rasa percaya diri anak. Ajari Si Buah Hati dengan penuh kesabaran dan berikan contoh yang benar agar ia dapat melakukan dengan lebih baik di kesempatan berikutnya.

Demikian Bunda, tips cara menumbuhkan rasa percaya diri Si Buah Hati sejak dini. Jangan abaikan kepercayaan diri anak, ya Bunda, agar Si Buah Hati dapat tumbuh dan berkembang optimal serta bahagia.

Image Article
rasa percaya diri anak
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Mengatasi Anak Susah Belajar yang Efektif

Published date

Menghabiskan waktu bersama anak-anak saat liburan tentu menjadi hal yang menyenangkan dan menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Si Buah Hati. Sayangnya, saat liburan berakhir dan anak-anak harus kembali ke sekolah dapat menyebabkan efek kekecewaan dan kesedihan tak hanya pada anak remaja dan orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak.

Cara Mengatasi Anak Susah Belajar Membaca

Agar Si Buah Hati kembali termotivasi untuk belajar setelah liburan, penting sekali untuk menumbuhkan kembali minat membacanya terlebih dahulu. United Kingdom Department for Education menjelaskan beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan minat baca anak sebagai berikut ini.

  1. Berikan pemahaman pada Si Buah Hati bahwa dengan membaca dapat membantu mengembangkan imajinasi, kreativitas, hingga mampu mengantarkan mereka untuk meraih cita-citanya kelak.
  2. Jika Si Buah Hati masih merasa malas untuk membaca, bukan berarti perjuangan harus berakhir di sini. Bunda bisa membantu untuk membacakan buku cerita sambil menikmati waktu berdua. Agar lebih menyenangkan, coba tambahkan suara-suara lucu untuk menghidupkan karakter dalam cerita sekaligus mengembalikan minat baca Si Buah Hati.
  3. Berikan kebebasan pada Si Buah Hati untuk memilih bahan bacaan untuk dinikmati sehingga mereka tidak merasa terpaksa. Tak harus buku, Bunda juga bisa memberikan pilihan lain seperti komik, majalah, buku resep, dan masih banyak lagi.
  4. Membaca buku bersama-sama di tempat yang tenang dan nyaman, misalnya di teras, kamar, maupun ruang santai keluarga.
  5. Sesekali coba ajak Si Buah Hati untuk mengunjungi perpustakaan umum dan biarkan mereka memilih buku yang ingin dibaca. Tak selamanya membosankan, saat ini sudah banyak perpustakaan ramah anak dengan suasana yang menyenangkan loh, Bunda. Dengan begini, Si Buah Hati bisa menikmati bukunya dengan senang hati, deh.
  6. Menghidupkan bacaan yang sudah dinikmati. Misalnya dengan mencoba memasak resep yang sudah dibaca bersama Si Buah Hati sebelumnya. Pasti menyenangkan!

Cara Mengatasi Anak Susah Belajar Setelah Liburan

Melansir dari situs Children’s Hospital of Orange County, kondisi ini dapat juga disebut dengan post-holiday blues. Pada anak-anak hal ini akan terlihat melalui perilakunya, seperti lebih mudah marah, susah diajak belajar, dan tidak ingin pergi ke sekolah. Hal ini terjadi karena sekolah dianggap sebagai tempat yang tidak menyenangkan, sehingga menyebabkan peningkatan stres dan rasa khawatir setelah libur dari sekolah. Lantas, bagaimana cara mengatasi anak susah belajar setelah liburan? Simak penjelasannya di sini!

1. Memahami perasaan Si Buah Hati

Pertama-tama, coba tanyakan secara langsung soal perasaannya, seperti, "Bunda perhatikan kok kamu jadi mudah marah saat kita ngobrol soal sekolah dan belajar. Kamu merasa khawatir untuk kembali ke sekolah, ya? Coba deh cerita sama Bunda."

Setelah anak memberitahukan perasaannya, pahami perasaan khawatir dan gugup yang mereka rasakan. Sampaikan bahwa perasaan mereka adalah hal yang wajar terjadi. Dengan begini, Si Buah Hati akan merasa mendapatkan kenyamanan, dukungan, dan harapan akan kemampuan mereka untuk mengatasi perasaan mereka saat ini dan kembali semangat untuk belajar dan sekolah.

2. Kembali melakukan rutinitas awal

Ajak Si Buah Hati untuk membuat jadwal rutinitas pagi dan sepulang sekolah. Penting juga untuk menjadwalkan waktu untuk bersenang-senang di sela aktivitas sekolah, misalnya saat akhir pekan. Hal ini akan memberikan mereka sesuatu yang menyenangkan untuk dinanti-nantikan.

3. Mengatur jadwal tidur

Tujuannya untuk membantu tubuh mereka tetap selaras dengan rutinitas sekolah, membantu mengurangi rasa lelah di pagi hari, serta mengatasi kesulitan untuk bangun pagi saat harus kembali ke sekolah. Kegiatan ini juga sangat baik untuk membantu meningkatkan suasana hatinya.

4. Mulai dari hal yang disukai Si Buah Hati

Cara mengatasi anak yang susah belajar selanjutnya adalah dengan mulai mengajaknya belajar dari hal yang menarik minatnya, seperti buku cerita bergambar, komik, atau bacaan lainnya untuk belajar membaca. Selain membantu meningkatkan kosakata, hal ini juga dapat dijadikan sebagai cara mengatasi anak yang susah belajar membaca sekaligus menunjukkan bahwa membaca buku juga bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan.

5. Berikan jeda waktu

Memaksakan anak untuk belajar selama berjam-jam hanya akan membuat mereka merasa tertekan dan bosan. Oleh karena itu, cara mengatasi anak yang susah belajar selanjutnya adalah dengan memberikan jeda waktu setelah 45 menit belajar untuk beristirahat dengan melakukan hal yang mereka sukai. Sediakan juga camilan favorit Si Buah Hati untuk dinikmati selama beristirahat untuk mengembalikan semangatnya ya, Bunda.

6. Manfaatkan tenaga bantuan

Cara mengatasi anak susah belajar menulis dan membaca setelah liburan juga bisa dilakukan dengan bantuan tenaga pengajar untuk memaksimalkan kemampuan dan minat belajar anak, terutama jika mereka mengalami disleksia.

Baca Juga: Tips Penuhi Gizi dan Nutrisi Anak Sekolah

Usia Berapa Biasanya Anak Mulai Bisa Membaca

Mengajarkan anak untuk bisa membaca pada dasarnya dapat membantu mereka memahami informasi yang ada, meningkatkan kemampuan untuk mengeksplorasi dunia, dan juga melatih kreativitasnya. Tahapan usia yang dianjurkan bagi orang tua untuk mengajarkan Buah Hatinya membaca adalah saat memasuki usia 3—5 tahun. Bunda bisa mulai mengajarkan Si Buah Hati melalui gambar. Saat Si Buah Hati mampu menghafal gambar, maka mereka mulai tertarik untuk menghafal simbol serta logo yang ada di sekitarnya.

Oleh karena itu, Bunda bisa mulai memberikan buku bergambar yang dilengkapi angka dan huruf pada Si Buah Hati. Dengan begini, Si Buah Hati bisa menjadi lebih siap untuk belajar membaca saat memasuki usia sekolah karena mereka sudah mulai mengenali berbagai huruf bahkan kata yang terbentuk, yaitu umumnya saat mereka berusia 7 tahun.

Tips Menghadapi Anak Susah Belajar Membaca

Berbicara soal perkembangan anak, satu hal yang harus diingat oleh setiap orang tua adalah fakta bahwa setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda dan membutuhkan waktu yang berbeda untuk dapat melewati setiap tahapan perkembangan dalam hidupnya. Hal ini termasuk kemampuan anak untuk belajar membaca. Saat menjumpai anak belum bisa membaca, sebaiknya lakukan beberapa tips berikut ini.

  1. Hindari memaksakan Si Buah Hati untuk langsung lancar membaca. Sebaliknya, pahami kemampuannya dan tetap sabar untuk melatihnya.
  2. Pancing rasa tertarik Si Buah Hati untuk membaca dengan menyediakan berbagai macam buku bergambar di rumah. Bila perlu, bacakan buku cerita setiap hari dan jadikan membaca sebagai salah satu rutinitas di rumah.
  3. Mengajak Si Buah Hati untuk melakukan permainan kata. Bunda bisa menunjuk satu benda atau gambar, lalu biarkan Si Buah Hati untuk menebaknya. Selain memudahkan mereka untuk belajar membaca, permainan ini juga ampuh untuk melatih daya ingatnya.
  4. Tips menghadapi anak susah belajar membaca adalah dengan tetap sabar dan konsisten untuk mendampingi Si Buah Hati belajar membaca. Berikan apresiasi atau pujian setiap kali mereka berhasil menjawab pertanyaan dengan benar.

Agar lebih bersemangat kembali untuk belajar membaca, pastikan juga untuk memenuhi kebutuhan gizinya dengan baik ya, Bunda. Selain makanan bergizi seimbang, berikan juga DANCOW FortiGro dua kali sehari di pagi hari dan sebelum tidur di malam hari, sebagai pelengkapnya.

DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6—12 tahun. Ketika memasuki usia sekolah, kebutuhan gizinya berbeda dibandingkan tahapan sebelumnya. DANCOW FortiGro mengandung vitamin dan mineral yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan, serta mendukung imunitas anak. Segelas DANCOW FortiGro juga dilengkapi dengan kombinasi unik DHA dan Zat Besi yang dapat membantu proses belajar Si Buah Hati.

Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung:

  1. Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti Tinggi Vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant & Cokelat kemasan box)
  2. Kandungan gizi pendukung daya tahan tubuh seperti Tinggi Zat besi, Zink, Vitamin A, C, & D
  3. Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti Protein dan Kalsium.

Manfaat DANCOW FortiGro tak hanya dapat dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh anggota keluarga selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream, serta dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis. Yuk, lengkapi persediaannya di rumah sekarang juga!

Image Article
Bagaimana Cara Mengatasi Anak Susah Belajar Setelah Liburan?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

5 Cara Membentuk Karakter Anak Sejak Dini agar Mandiri

Published date

Membantu membentuk karakter anak sejak dini agar menjadi seseorang yang mandiri adalah hal yang penting dilakukan oleh orang tua. Melansir dari Harvard Health Publishing, salah satu peran orang tua adalah mempersiapkan anak-anaknya untuk hidup mandiri saat dewasa nanti. Ketika kebanyakan orang tua akan langsung turun tangan dengan cepat untuk membantu, maka secara tidak langsung mereka mengomunikasikan bahwa anaknya tidak mampu untuk melakukannya sendiri. 

Cara Membentuk Karakter Anak Sejak Dini

Agar Si Buah Hati dapat tumbuh sebagai anak yang mandiri dan berani, simak beberapa tips pendidikan karakter anak sejak dini berikut ini.

1. Memberikan kesempatan bagi Si Buah Hati untuk merasa menjadi ‘anak yang sudah besar’

Saat kecil dulu, Bunda pasti ingat bagaimana rasanya bisa melakukan banyak hal sendiri, seperti yang dilakukan oleh ‘anak-anak besar’, bukan? Nah, Bunda juga bisa menerapkannya pada Si Buah Hati. Biarkan mereka untuk merasakan hal yang sama dan belajar bahwa mereka juga mampu untuk melakukan banyak hal sendiri. 

Bunda bisa memulainya dari hal sederhana seperti memilih pakaiannya sendiri, menyiapkan makanan ringannya sendiri, atau memesan makanan untuk dirinya sendiri saat berada di restoran. Biasakan juga agar Si Buah Hati berjalan ke rumah teman, sekolah, atau warung dengan sendirinya. Namun pastikan untuk membekalinya dengan berbagai nasehat yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatannya saat berada di jalan.

2. Mengajak Si Buah Hati untuk ikut membersihkan rumah

Memberi anak-anak kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel, atau mencuci piring dapat mendorong mereka untuk percaya bahwa mereka mampu dan bisa diandalkan. Jika dilakukan secara rutin, maka hal ini dapat mengajarkan mereka cara mengurus diri mereka sendiri saat dewasa nanti. 

3. Memberikan uang saku

Membentuk karakter anak sejak dini agar jadi mandiri juga bisa diwujudkan dengan cara memberikan uang saku untuk mereka kelola. Namun mereka tidak bisa mendapatkan secara cuma-cuma. Bunda bisa memberikan uang saku jika anak-anak dapat menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga yang diberikan padanya dengan baik. Pilihlah pekerjaan rumah tangga yang tidak terlalu rumit, seperti mencuci piring setelah makan, menyapu, membersihkan tempat tidurnya sendiri, dan membersihkan kamar serta ruang belajarnya.

Jumlahnya juga bisa bertambah seiring bertambahnya usia Si Buah Hati. Untuk membantu anak mempelajari konsep menabung dan merencanakan pengeluarannya, bantu Si Buah Hati untuk membagi uang ke dalam tiga tempat, yaitu untuk menyimpan uang, untuk belanja kebutuhan seperti mainan atau camilan, dan tak lupa juga mengajarkan anak untuk berbagi dengan orang yang membutuhkan.

Baca Juga: Apa Peran Ibu dalam Membentuk Karakter Anak? Simak di Sini!

4. Memberikan pujian atas usaha dan proses Si Buah Hati

Ingatlah Bunda, bahwa tidak ada hal yang sempurna di dunia ini. Memberikan pujian atas usaha yang dilakukan oleh Si Buah Hati bisa menjadi hal yang memotivasinya dan membuatnya merasa dihargai. Misalnya saat berhasil mencuci piring, “Wah, hebatnya kamu, Nak, bisa mencuci piring sebanyak ini. Bunda bangga banget, deh. Pastikan sudah nggak ada busa yang tertinggal, ya.”

5. Hindari membandingkannya dengan orang lain

Percayalah bahwa setiap anak memiliki karakteristiknya masing-masing. minat dan bakatnya pun akan berbeda dengan anak seusianya. Oleh karena itu, sebaiknya hilangkan segala prasangka tentang seperti apa anak-anak kita atau memaksakan Si Buah Hati agar tumbuh menjadi seperti apa kita inginkan saat dewasa nanti. Biarkan mereka mengembangkannya minat yang disukainya. Sebagai orang tua, hal yang penting untuk kita lakukan adalah dengan terus mendukungnya.

Hal yang Perlu Dihindari Oleh Orang Tua

Ketika Bunda menerapkan cara mendidik anak agar mandiri dan berani dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa hal yang perlu dihindari:

  1. Terlalu banyak berbicara dan tidak memberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan atau pikiran Si Buah Hati
  2. Terlalu sering memberikan peringatan atau sanksi. Alih-alih mengajarkannya agar disiplin, memberikan peringatan atau sanksi secara terus-menerus justru dapat membuatnya jadi anak pemberontak dan malas untuk memberikan respons.
  3. Membuat ia merasa bersalah dan malu akan perbuatannya untuk membenarkan pendapat Ayah dan Bunda. Ingatlah bahwa ia juga membutuhkan waktu untuk belajar menjadi mandiri dan berani. Oleh karena itu, sebaiknya selalu berikan dukungan dan dorongan positif ya, Bunda.
  4. Tidak memenuhi kebutuhan gizi penting di masa pertumbuhannya. Padahal, asupan gizi yang seimbang dan sesuai kebutuhan usianya akan membantu tumbuh-kembang yang optimal.

Cara membentuk karakter anak sejak dini ini tentu dapat memberikan hasil yang optimal jika Bunda terus memenuhi kebutuhan gizinya dengan baik. Berikan makanan dan minuman bergizi seimbang secara rutin. Selain itu, lengkapi juga dengan DANCOW FortiGro dua kali sehari, di pagi hari dan sebelum tidur di malam hari.

DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6-12 tahun karena ketika memasuki usia sekolah, kebutuhan gizinya berbeda dibandingkan tahapan sebelumnya.

Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung gizi untuk dukung imunitas seperti zat besi, zink, Vitamin A, C, dan D; kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti Vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks); serta kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium.

Kandungan susu DANCOW FortiGro yang lengkap ini dapat bantu penuhi asupan gizi seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream.

Selain itu, DANCOW FortiGro dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dikonsumsi di sela-sela aktivitas Si Buah Hati di sekolah maupun di rumah.

Image Article
5 Cara Membentuk Karakter Anak Sejak Dini agar Mandiri
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off