Tahapan Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini

Published date

Bunda yang memiliki anak yang masih bayi mungkin tidak sabar menanti kapan Si Buah Hati bisa diajak berbicara. Tahukah Bunda, perkembangan bahasa anak usia dini sebenarnya sudah dimulai sejak mereka lahir lho. Mulai dari menangis, tersenyum, tertawa, bergumam, akhirnya bisa memahami kata dan berkomunikasi. 

Menariknya, apa pun bahasa yang digunakan oleh orangtuanya, semua anak di dunia belajar bahasa dengan cara yang sama. Normalnya, ada tiga tahap perkembangan bahasa, yakni mengenal bunyi, mengenal kata, dan membuat kalimat. Namun, setiap anak akan mengembangkan keterampilan bahasa dengan kecepatan berbeda, asal masih di rentang waktu atau milestone-nya. 

Sebelum usia satu tahun, bayi sudah dapat memahami lusinan kata. Seiring bertambah usia, kosa kata bayi semakin kaya dan bisa memahami lebih dari 200 kata. Kemampuan ini terus berkembang hingga komunikasi pada toddler sudah bisa merangkai kalimat yang terdiri dari 2 kata atau lebih. 

Dalam artikel ini akan dibahas seputar perkembangan bahasa anak usia dini, mulai dari fase-fasenya, faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, dan metode stimulasi bahasa.

Fase-fase Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Berikut perkembangan bahasa pada bayi mulai dari 0 bulan sampai 2 tahun:

3 bulan

  • Tersenyum saat melihat Bunda atau orang yang dikenali 
  • Mulai berceloteh
  • Tenang atau tersenyum saat diajak berbicara
  • Mengenali suara Bunda
  • Suara tangisan mereka berbeda untuk setiap kondisi berbeda.

6 bulan

  • Membuat suara saat bermain
  • Mengoceh dan membuat berbagai suara
  • Mengeluarkan suara untuk menunjukkan suka dan tidak suka
  • Menggerakkan mata ke arah suara
  • Menanggapi perubahan nada suara
  • Memperhatikan musik.

12 bulan

  • Mencoba meniru suara
  • Mulai mengucapkan “papa”, “mama”, atau “uh-oh”
  • Mengetahui nama benda seperti sepatu, bunga, baju
  • Berbalik dan melihat ke arah datangnya suara.

18 bulan

  • Mengetahui nama orang, benda dan bagian tubuh
  • Mengikuti perintah sederhana yang diberikan dengan isyarat
  • Bisa mengucapkan 10 kata.

24 bulan

  • Mulai bisa membuat kalimat sederhana, misalnya susu lagi
  • Menyusun satu-dua kata seperti sampai jumpa
  • Mengikuti perintah sederhana dan memahami pertanyaan sederhana
  • Ucapkan sekitar 50 kata atau lebih.

Baca Juga: Cara Optimalkan Kecerdasan Bahasa Anak

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Perkembangan bahasa bayi dapat dipengaruhi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi lingkungan, stimulasi berbicara dari keluarga, dan kebiasaan. Sementara faktor internal yang mempengaruhi perkembangan bahasa bayi adalah kesehatan ibu selama masa kehamilan dan genetik orangtua.

Stimulasi Bahasa pada Anak Usia Dini

Agar anak bisa berbicara, perlu stimulasi atau latihan dari orang tua. Ada beberapa stimulasi bahasa yang bisa Bunda lakukan di rumah untuk melatih kemampuannya.

1. Perhatikan bayi

Perhatikan dan tanggapi gerakan bayi yang merupakan upaya awal non-verbal dalam proses mempelajari bahasa. Bayi Bunda mungkin akan mengangkat kedua lengan untuk meminta digendong atau menyodorkan mainan untuk mengajak bermain. Si Buah Hati mungkin juga mendorong piring atau menutup mulut untuk mengatakan mereka sudah kenyang. Saat bayi melakukan gerakan-gerakan kecil tersebut, tersenyumlah dan lakukan kontak mata, kemudian tanggapi permintaan bayi tersebut.

2. Beri pujian

Tersenyumlah dan beri tepuk tangan bahkan pada upaya terkecil atau paling membingungkan dalam pembicaraan bayi. Bayi mempelajari bahasa melalui reaksi orang dewasa di sekitarnya.

3. Baby talk

Bayi senang mendengar suara orang tuanya. Dan ketika orang tua berbicara dengan mereka, hal itu membantu perkembangan bicara. Semakin sering Bunda melakukan "baby talk" dengannya, dengan menggunakan kata-kata yang pendek, sederhana namun benar, semakin banyak kata yang akan coba diucapkan Si Buah Hati.

4. Menjelaskan

Bicarakan tentang apa yang Bunda lakukan saat memandikan, berpakaian, memberi makan, dan mengganti pakaiannya. Penjelasan setiap kegiatan ini akan membantu bayi menghubungkan objek dan aktivitas yang sedang mereka lakukan.

5. Ulangi

Meski Bunda belum memahami apa yang ingin disampaikan Si Buah Hati, teruslah berusaha memahami. Ulangi dengan lembut apa yang menurut Bunda dikatakan, dan tanyakan apakah itu benar. Terus berikan perhatian penuh kasih sayang sehingga bayi Bunda merasa dihargai karena mencoba berbicara.

6. Bermain dan membaca buku

Dorong anak untuk bermain, berpura-pura, berimajinasi, dan membaca buku untuk mengembangkan keterampilan verbal saat ia menginjak usia balita.

Metode dan Teknik yang Efektif dalam Stimulasi Bahasa

Cara alami seseorang memperoleh bahasa adalah dengan mengucapkannya. Dengan belajar mengucapkan suatu kata, bahasa tumbuh secara organik dalam pikiran si Buah Hati. Ini artinya, membuat anak mengucapkan suatu kata adalah cara paling efektif untuk menstimulasi bahasanya.

Untuk membuat anak mengucapkan suatu kata, penelitian menunjukkan empat metode paling efektif yang bisa Bunda lakukan di rumah untuk mendukung perkembangan bahasa anak adalah mengadakan alat peraga di rumah (bisa berupa gambar yang dicetak, benda sehari-hari, maupun mainan), sering mengajak bicara anak, mendongeng atau bercerita, dan membacakan Si Buah Hati buku setiap hari.

Mudahnya, Bunda bisa menstimulasi kemampuan bahasa dari sejak anak baru lahir. Katakan apa yang sedang terjadi, apa yang sedang Bunda lakukan, dan sebutkan nama benda-benda yang ditemui oleh anak. Kemudian buku cerita adalah cara yang baik untuk meningkatkan kosakata anak. Saat membaca buku, tunjuk gambar dan sebut nama benda yang ditunjuk tersebut agar anak lebih paham. 

Itulah tahapan perkembangan bahasa anak usia dini dan cara stimulasinya. Perkembangan bicara dan bahasa sebaiknya dapat dikenali Bunda sedini mungkin agar memahami kebutuhan Si Buah Hati. Ketika memasuki usia di atas 1 tahun, kemampuan bahasa Si Buah Hati semakin berkembang. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk membimbing Si Buah Hati agar perkembangan bahasanya optimal. Yuk Bunda, belajar “Bahasa Bocil” bersama DANCOW untuk dukung Si Buah Hati tumbuh cerdas. 

Jangan lupa untuk lengkapi kebutuhan gizi harian Si Buah Hati ya, Bunda!

Image Article
Tahapan Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tips Mengatur Menu untuk Penuhi Asupan Anak Saat Puasa

Published date

Bagi umat muslim, puasa selama bulan Ramadan merupakan rukun Islam keempat yang wajib dijalankan bagi yang mampu secara fisik dan sudah baligh. Puasa adalah menahan lapar dan haus sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Meski anak-anak yang belum baligh belum diwajibkan untuk berpuasa, namun Bunda dan Ayah bisa mulai memperkenalkan makna puasa sejak dini pada Si Buah Hati dan memperhatikan asupan gizi anak saat puasa.

Perhatikan Asupan Gizi Seimbang dari Makanan dan Minuman

Langkah pertama yang bisa Bunda lakukan untuk mempersiapkan Si Buah Hati belajar berpuasa adalah memastikan kebutuhan gizi terpenuhi dengan sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pastikan makanan dan minuman Si Buah Hati mengandung cukup zat gizi, mulai karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat, dan air putih. 

Perhatikan juga apakah tinggi dan berat badannya sudah sesuai dengan usia Si Buah Hati saat ini. Hal ini dilakukan agar Si Buah Hati dapat tetap aktif saat belajar berpuasa dan tidak mudah sakit akibat daya tahan tubuh yang menurun.

Selain itu, asupan makanan bergizi selama berpuasa juga membantu proses tumbuh kembang Si Buah Hati tetap dapat berjalan dengan optimal serta mencegah timbulnya risiko penyakit seperti diabetes, anemia, berat badan yang tidak sehat, dan gangguan kardiovaskular pada anak-anak.

Cara Menjaga Kesehatan Si Buah Hati saat Berpuasa

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan bahwa kunci utama dalam menjaga kesehatan anak saat berpuasa adalah pemenuhan kebutuhan gizi dengan baik selama bulan Ramadan. Penurunan asupan gizi Si Buah Hati saat puasa harus diimbangi dengan pemberian makanan bergizi seimbang saat sahur dan berbuka puasa.

Tak hanya makanan bergizi, kebutuhan nutrisi anak puasa juga harus dipenuhi dengan memenuhi kebutuhan cairan tubuhnya setiap harinya, baik melalui air mineral, sayur dan buah-buahan yang tinggi kadar airnya, dan susu. Tujuannya adalah untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan pasokan oksigen ke seluruh tubuh selama berpuasa. 

Baca Juga: Yuk, Buka Puasa dengan Menu Sehat Menyegarkan!

Jenis-jenis Zat Gizi yang dibutuhkan Si BUAH Dsaat berpuasa

Agar Si Buah Hati dapat belajar berpuasa dengan nyaman, berikut ini beberapa kandungan gizi yang dibutuhkan oleh toddler dan prasekolah selama bulan Ramadan menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 

1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam tubuh. Selama menjalankan puasa pilih karbohidrat kompleks seperti nasi merah atau nasi hitam, kentang, jagung atau ubi, atau konsumsi nasi putih secukupnya.

2. Protein

Bunda  bisa memberikan protein, baik jenis hewani atau nabati, misal ikan, ayam, telur, daging, dan susu. Untuk protein nabati bisa dari tempe, tahu, dan kacang hijau. 

3. Lemak

Kebutuhan lemak adalah untuk menghasilkan energi hingga penyerapan vitamin. Tapi pastikan untuk mengonsumsi lemak sehat, seperti minyak zaitun, alpukat, telur, dan kacang. 

4. Vitamin, Mineral, Serat, Cairan

Selain zat gizi makro nutrisi di atas, yang tidak kalah pentingnya adalah asupan vitamin, mineral, serat, dari sayuran dan buah. Pastikan juga cukup menghidrasi tubuh dengan air putih, buah, dan susu. 

Salah satu mineral yang dibutuhkan Si Buah Hati adalah zat besi. Memenuhi kebutuhan zat besi yang dibutuhkan anak saat puasa pada toddler dapat mencegah risiko anemia, meningkatkan fungsi otak, dan menjaga kesehatan otot tubuhnya. Sumber zat besi yang bisa dikonsumsi antara lain daging merah, susu, sayuran hijau, telur, dan kacang-kacangan.

Tips Meyusun Menu Sehat untuk Asupan Gizi Anak saat Puasa

Agar gizi Si Buah Hati terpenuhi selama bulan Ramadan, simak tips menyusun menu sehat menurut Stanford Medicine berikut ini.

  1. Memberikan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, seperti nasi merah, oatmeal, dan sereal.
  2. Pastikan dalam piring makan Si Buah Hati tersedia sayuran yang beraneka warna untuk menarik selera makan sekaligus memenuhi kebutuhan seratnya dengan baik.
  3. Sediakan lauk yang mengandung protein, seperti daging, telur, tahu, atau tempe.
  4. Sediakan buah-buahan saat sahur dan berbuka puasa, seperti kurma, jeruk, semangka, dan pisang.
  5. Sediakan susu untuk melengkapi kebutuhan gizinya, seperti DANCOW 3+ Imunutri. 

DANCOW 3+ Imunutri mengandung 0 gram sukrosa, tinggi vitamin A, C, E, Zink, tinggi Kalsium & Vitamin D, Omega 3 & 6 serta kombinasi DHA dan Zat Besi, untuk mendukung pertumbuhan Si Buah Hati. Bunda bisa berikan segelas susu saat sahur dan sebelum tidur.

Image Article
Tips Mengatur Menu untuk Penuhi Asupan Anak Saat Puasa
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tips Mudik Bersama Anak: Mengatasi Kebosanan di Jalan

Published date

Momen mudik atau pulang ke kampung halaman menjelang perayaan Idul Fitri adalah salah satu tradisi yang memiliki makna sangat penting bagi masyarakat di Indonesia. Pasalnya, tak hanya dijadikan sebagai ajang bermaaf-maafan, mudik juga menjadi momen untuk berkumpul dengan keluarga besar dan menghabiskan waktu dengan penuh sukacita.

Nah, di momen Lebaran tahun ini, apakah Bunda dan keluarga merencanakan untuk mudik ke kampung halaman? Jika iya, pastikan untuk mempersiapkan semuanya dengan matang, ya. Sebab menempuh perjalanan jauh bersama keluarga saat mudik Lebaran cukup menyita waktu, tenaga, dan tentunya biaya. Agar perjalanan menuju kampung halaman tidak terasa membosankan, yuk simak tips mudik bersama anak berikut ini!

Pilihan Jenis Transportasi saat Mudik bersama Si Buah Hati

Tradisi mudik Lebaran di Indonesia sejatinya sudah ada sejak zaman dahulu kala. Jika dulu orang-orang banyak melakukan perjalanan mudik dengan berjalan kaki atau mengendarai kuda, lain halnya dengan saat ini. Perkembangan teknologi membuat perjalanan mudik lebih mudah dan bisa ditempuh baik melalui transportasi darat, laut maupun udara.

Beberapa jenis kendaraan yang biasa dipakai untuk mudik bersama keluarga antara lain kendaraan pribadi (mobil), kereta api, mobil travel, bus, pesawat, dan juga kapal laut.

Tantangan Perjalanan Mudik 

Menempuh perjalanan jauh saat mudik bersama anak-anak memang cukup menantang. Apalagi jika mengingat bahwa anak-anak, terutama di bawah usia lima tahun memiliki rentang perhatian yang pendek, cepat lelah, dan lebih mudah merasa bosan. Tanpa perencanaan yang matang, mudik Lebaran bisa menjadi hal yang membosankan dan melelahkan.

Agar Bunda dan Ayah bisa mempersiapkan mudik Lebaran dengan matang, pahami dan waspadai beberapa tantangan yang mungkin terjadi saat menempuh perjalanan jauh bersama anak-anak berikut ini.

  1. Biaya perjalanan yang cukup besar, terutama saat menggunakan kendaraan pribadi. Biasanya, kondisi jalanan yang cukup macet membuat Ayah dan Bunda harus menyiapkan biaya yang cukup besar untuk membeli makan, membeli BBM, berhenti di penginapan saat kelelahan, dan juga biaya selama berada di kampung halaman. 
  2. Begitu juga jika mudik menggunakan transportasi lain seperti pesawat, kereta, dan kapal laut di mana harga tiketnya juga akan sangat mahal saat musim mudik Lebaran.
  3. Anak mudah rewel karena merasa bosan dan lelah karena perjalanan yang cukup panjang. 
  4. Kesulitan untuk menemukan makanan bergizi untuk anak-anak selama menempuh perjalanan mudik.
  5. Anak sakit atau muntah saat di perjalanan karena mabuk darat, laut, atau udara. 

Baca Juga: Ajak Si Buah Hati Puasa dengan Menu Penambah Energi

Cara Mengatasi Si Buah Hati Bosan saat Mudik

Perjalanan yang panjang dan kondisi jalanan yang macet selama mudik Lebaran cenderung membuat anak-anak lebih cepat merasa bosan dan berujung rewel serta banyak mengeluh. Untuk menjaga mood Si Buah Hati selama perjalanan, simak tips mudik agar anak tidak bosan berikut ini. 

  1. Cara agar anak tidak rewel saat mudik adalah dengan memberikan mainan atau aktivitas seru yang bisa mereka lakukan saat berada di perjalanan. Bunda juga bisa mengajaknya berdiskusi mengenai kegiatan apa saja yang ingin dilakukan saat sudah sampai di kampung halaman.
  2. Tips mudik agar anak tidak bosan selanjutnya adalah menyediakan makanan dan camilan sehat favorit Si Buah Hati selama perjalanan mudik Lebaran.
  3. Memastikan kebutuhan cairan tubuh Si Buah Hati terpenuhi dengan baik, sehingga mereka terhindar dari dehidrasi selama menempuh perjalanan. Oleh karena itu pastikan untuk membawa air minum serta susu selama perjalanan.
  4. Saat memutuskan untuk menggunakan pesawat terbang, pastikan untuk memilih maskapai yang ramah anak, pilih tempat duduk yang nyaman, dan menyesuaikan waktu keberangkatan dengan jam tidur Si Buah Hati.

Mood Si Buah Hati juga tergantung kondisi kesehatan dan fisiknya. Itu sebabnya Bunda perlu memenuhi kebutuhan gizi dan cairan Si Buah Hati saat mudik atau selama puasa. 

Bunda bisa memberikan DANCOW 3+ Imunutri mengandung 0 gram sukrosa, tinggi vitamin A, C, E, Zink, tinggi Kalsium & Vitamin D, Omega 3 & 6 serta kombinasi DHA dan Zat Besi, untuk mendukung pertumbuhan Si Buah Hati.  

Itu tadi beberapa tips mudik bersama anak dan mengatasi kebosanan. Semoga bermanfaat dan selamat mudik!

Image Article
Tips Mudik Bersama Anak: Mengatasi Kebosanan
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off