Gizi Anak yang Tepat Memberikan Perlindungan Optimal
05-11-2020
Tidak ada cara yang lebih baik bagi anak untuk memelajari segala sesuatu di sekitarnya, kecuali dengan mengalaminya sendiri. Melalui eksplorasi, anak bisa melihat bagaimana karya Tuhan dan benda-benda ciptaan manusia bekerja. Ia juga akan menemukan bagaimana hal-hal dibuat dan dikerjakan. Tidak mengherankan bila kita sebut anak-anak sebagai penjelajah alami, dan bagaimana belajar melalui pengalaman adalah bagian penting dari perkembangan anak.
Eksplorasi juga akan membantu anak mengembangkan instingnya. Ketika anak dibebaskan untuk bereksplorasi, ia akan mampu menemukan keterbatasan fisiknya. Ia juga belajar kebiasaan mengatur dirinya seperti membuat keputusan-keputusan dan pilihan sendiri. Misalnya, mainan apa yang ingin dimainkan, ke mana harus pergi, dan lain sebagainya. Membuat keputusan adalah salah satu hal paling fundamental yang dibutuhkan anak untuk belajar.
Namun, untuk bereksplorasi, tentunya anak membutuhkan kesehatan dan daya tahan tubuh yang baik. Jika daya tahan tubuhnya kuat, anak tidak mudah terkena serangan penyakit seperti batuk pilek dan flu. Sebaliknya jika anak gampang sakit, Bunda perlu berupaya memperkuat sistem kekebalan tubuhnya. Daya tahan tubuh optimal merupakan bentuk perlindungan yang sangat dibutuhkan Si Buah Hati agar ia dapat bebas bereksplorasi.
Peran Gizi Sebagai Perlindungan
Apa yang dapat Bunda lakukan untuk memberikan perlindungan kesehatan yang optimal bagi Si Buah Hati? Penuhi kebutuhan gizi hariannya! Dengan demikian, ia jadi tidak gampang sakit. Pola makan dengan nutrisi seimbang juga membuat Si Buah Hati memiliki energi untuk memenuhi hasrat bereksplorasinya. Selain itu, cukupi porsi istirahatnya dan jagalah kebersihan lingkungan.
Gizi anak berperan dalam menstimulasi pertumbuhan fisik. Proses pertumbuhan tulang panjang dan jaringan massa otot membutuhkan pasokan karbohidrat sebagai sumber energi utama, protein hewani yang berkualitas, dan kalsium yang cukup.
Selain itu, gizi juga penting untuk perkembangan otak Si Buah Hati sebagai fondasi bagi proses belajarnya. Otak mulai terbentuk sejak minggu ketiga kehamilan. Perkembangan ini terus berjalan sampai akhirnya otak akan mencapai 80% berat otak dewasanya pada usia 2 tahun. Dr. Sri Adiningsih, dr, MS, MCN, pengajar di Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya mengatakan, untuk mendukung hal ini dibutuhkan zat gizi utama bagi otak yaitu lemak esensial DHA, omega-3 (Asam α-Linoleat), omega-6 (Asam Linolenat), protein, dan vitamin B1, B2, B3. “Vitamin B kompleks ini harus dikonsumsi setiap hari dari sumber protein hewani, seperti daging merah, unggas, ikan, telur, dan susu,” papar Dr. Sri Adiningsih yang juga konsultan gizi di Pacific Slimming dan KONI Jawa Timur.
Bertambahnya usia Si Buah Hati akan diikuti oleh pertumbuhan dan kemampuan mengeksplorasi lingkungan. Untuk itu, Si Buah Hati membutuhkan pemenuhan zat gizi sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Agar tubuh bisa aktif bergerak, Si Buah Hati membutuhkan tulang dan otot yang kuat. Untuk itu menurut Dr. Sri Adiningsih dibutuhkan kalsium, vitamin D, fosfor, dan protein. Susu adalah sumber kalsium dan protein yang baik, sehingga amat baik dikonsumsi Si Buah Hati sebagai pelengkap makanan yang diberikan setiap hari seperti nasi, lauk, sayur, dan buah.
Bila Kebutuhan Gizi Tidak Terpenuhi
Bunda harus selalu memastikan kebutuhan gizi Si Buah Hati terpenuhi, karena jika tidak akan terjadi gangguan gizi yang berdampak pada gangguan pertumbuhan tulang. Tubuh Si Buah Hati akan terlihat kurus akibat massa otot yang kurang. Anak yang tidak mendapat asupan gizi yang baik biasanya sulit makan atau nafsu makannya rendah.
Apabila gangguan gizi terus terjadi, kemungkinan Si Buah Hati akan mengalami gangguan pertumbuhan tinggi badan, dan gangguan sel otak akibat kekurangan glukosa darah. Si Buah Hati juga cepat lelah baik secara fisik ataupun mental, sulit berkonsentrasi, dan mudah sakit. Akibatnya, ia banyak kehilangan kesempatan untuk mempelajari hal-hal baru. Pada akhirnya perkembangan kognitif dan perilakunya pun tertinggal.
“Gejala yang tampak adalah berat badan yang tidak meningkat pada bulan berikutnya, tinggi badan yang tetap, serta tubuh lemah dan kurang aktif,” kata aktivis Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim yang biasa dipanggil Ibu Dien ini.
Sebaliknya, anak yang sehat akan mampu melakukan eksplorasi lingkungan dengan maksimal. Ia dapat menerima stimulasi dengan cepat, dan mampu menirukan kembali sesuai daya tangkap otaknya. Meskipun begitu, anak yang mengalami gangguan gizi dapat distimulasi dengan permainan edukatif seperti, menyusun balok, ular tangga, main tali, panjatan, dan lain sebagainya.
“Respons bermain merupakan tanda bahwa anak sehat. Ketika anak pulih dari gangguan gizi kurang, akan pulih juga kemampuannya mengeksplorasi lingkungan,” ujarnya.
Menambal Kekurangan Gizi
Ketika Si Buah Hati mengalami kekurangan gizi, butuh perhatian ekstra untuk mengejar kekurangan tersebut.
“Anak yang kekurangan gizi biasanya rewel dan sulit makan. Alhasil, untuk mengejar kekurangannya ia memerlukan porsi dobel untuk pemenuhan gizinya,” papar Ibu Dien.
Untuk memenuhi besarnya kebutuhan gizi tersebut Si Buah Hati membutuhkan penanganan tersendiri. Bunda perlu membuatkan makanan padat gizi dengan frekuensi sering walaupun porsinya kecil.
“Indikator gizi pulih adalah anak mulai melakukan aktivitas eksplorasi pulih, tidak rewel, dan secara objektif berat badannya meningkat,” tandas Ibu Dien.
Bunda, yuk baca juga artikel tentang gizi Si Buah Hati di artikel "Gizi Seimbang, Dukung Pertumbuhan Optimal"