Kapan bayi boleh makan telur, gandum, atau kacang-kacangan?
30-07-2024

Alergi makanan lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Dalam sebuah laporan di Amerika Utara, sekitar 5% anak di bawah usia lima tahun tercatat memiliki alergi makanan.
Selama bertahun-tahun, ahli kesehatan merekomendasikan bahwa beberapa makanan penyebab alergi yang paling umum (termasuk kedelai, gandum, telur, ikan, kacang pohon, kerang, susu sapi, dan kacang tanah) tidak boleh dimasukkan dalam menu makanan bayi sebelum usianya genap satu tahun. Untuk makanan tertentu, ibu harus menunggu hingga usia bayi dua atau tiga tahun. Namun, menunda pengenalan makanan yang diketahui menyebabkan alergi mungkin turut menambah kasus alergi makanan yang dilaporkan.
Pemikiran Baru
Dalam beberapa tahun terakhir, rekomendasi telah berubah dan para ilmuwan telah menemukan bahwa, ketika bayi Bunda sudah siap berkembang, Bunda tidak perlu menunggu memberikan makanan ini kepada bayi yang sehat, jika mereka sudah mulai mengonsumsi makanan pendamping ASI.
Penelitian menemukan bahwa menunda pemberian makanan penyebab alergi kepada bayi, setelah usia enam hingga 10 bulan, dapat meningkatkan risiko alergi makanan. Bunda disarankan memperkenalkan makanan ini sejak dini, dan dengan asupan secara teratur dalam jumlah kecil, sistem kekebalan tubuhnya dapat meningkatkan toleransi terhadap beberapa makanan ini dengan lebih baik, dan membantu mencegah reaksi alergi.
Pedoman baru merekomendasikan pemberian kacang tanah (digiling, dengan tekstur sesuai usia) dan makanan yang mengandung gluten kepada bayi sehat saat Bunda mulai memberikan makanan pendamping ASI.
Kacang utuh tidak boleh diberikan kepada bayi atau anak di bawah empat tahun karena mereka bisa tersedak. Gluten ditemukan dalam makanan yang terbuat dari gandum, gandum hitam, dan barley—misalnya roti, pasta, sereal, dan biskuit.
Jika bayi Bunda menderita eksim, memiliki riwayat alergi dalam keluarga, atau alergi makanan apa pun saat ini, pastikan untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan sebelum memperkenalkan makanan yang berpotensi memicu alergi.
Tunggu dan Perhatikan
Tawarkan Si Buah Hati untuk mencicipi makanan tersebut untuk pertama kalinya, lalu tunggu beberapa hari sebelum mencoba yang lain, sehingga Bunda dapat mengidentifikasi apakah makanan tertentu menimbulkan reaksi. Susu sapi tidak dianjurkan diberikan sebelum usia satu tahun, meskipun produk susu lainnya, seperti yogurt, dapat diberikan setelah usia enam bulan.
Dipercaya juga bahwa menyusui dapat memberikan perlindungan terhadap alergi, jadi teruslah menyusui bayi selama Bunda bisa, terutama jika ada riwayat alergi dalam keluarga.
Lalu, kapan bayi boleh makan telur, gandum, dan kacang-kacangan? Sebelum mengenalkan mereka pada jenis makanan tersebut, sebaiknya Bunda perhatikan dulu hal-hal ini:
- Alergi makanan: Sebelum memperkenalkan telur, gandum, dan kacang pada bayi, penting untuk memperhatikan apakah ada riwayat alergi makanan dalam keluarga. Bunda perlu memperhatikan tanda-tanda alergi seperti ruam, muntah, atau masalah pernapasan.
- Pemberian dalam jumlah kecil: Ketika memperkenalkan telur, disarankan untuk memberikan hanya sebagian kecil telur pada bayi dan memonitor adanya reaksi alergi. Jika tidak ada reaksi negatif, pemberian telur dapat ditingkatkan secara bertahap.
- Masak hingga matang: Untuk mengurangi risiko infeksi bakteri seperti salmonella, sebaiknya telur yang diberikan kepada bayi dimasak dengan matang. Telur harus matang sempurna sehingga kuning telur dan putih telur berubah menjadi padat.
- Pilihan makanan lain: Meskipun telur merupakan sumber protein yang bagus, penting untuk memperkenalkan berbagai jenis makanan pada bayi. Jangan hanya mengandalkan telur sebagai sumber nutrisi utama. Kombinasikan dengan makanan lain seperti sayuran, buah-buahan, dan sumber protein lainnya.
Itulah hal-hal yang perlu Bunda ketahui seputar kapan bayi boleh makan telur, gandum, dan kacang-kacangan. Jika Bunda memiliki kekhawatiran lain sebelum mengenalkan makanan-makanan tersebut pada Si Buah Hati, jangan lupa untuk selalu melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi anak. Selamat mencoba!